DISUSUN OLEH:
NIM : PO7247320023
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah komunikasi keperawatan yang berjudul "komunikasi
terapeutik pada lanjut usia" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah komunikasi keperawatan. Selain itu,
tugas ini bertujuan menambah wawasan tentang cara komunikasi kepada pasien lanjut usia
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan tugas ini.
magfira ramadhani
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak
hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian
terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun
pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka
tetap memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam
penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu
dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada
pasien lanjut usia (William et al., 2007).
II. Tujuan
perawat dapat memahami dan dapat menarapkan tentang aplikasi komunikasi terapeutik
pada lansia.
III. Manfaat
TINJAUAN TEORI
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok
yakni : Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia, kelompok lansia (65 tahun ke atas), Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang
berusia lebih dari 70 tahun.
Komunikasi dengan pasien lanjut usia dapat menjadi lebih sulit dibandingkan dengan
komunikasi pada populasi biasa sebagai akibat dari gangguan sensori yang terkait usia dan
penurunan memori. Orang ketiga juga dapat menjadi bagian dari interaksi, karena pasien
lanjut usia seringkali ditemani oleh anggota keluarga yang dicintai yang aktif terlibat pada
perawatan pasien dan berpartisipasi dalam kunjungan. Ada banyak faktor lain yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan pasien lanjut usia. Pasien lanjut usia sering
hadir dengan masalah yang kompleks dan beberapa keluhan utama, yang memerlukan waktu
untuk menyelesaikannya. Untuk setiap dekade kehidupan setelah usia 40 tahun, pasien
kemungkinan mengalami satu penyakit kronik baru. Sehingga pada usia 80 tahun, orang
kemungkinan memiliki paling tidak 4 penyakit kronis (Vieder et al., 2002). Faktor lain adalah
bahwa pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai
kewenangan dokter (Haug & Ory, 1987;Greene et al.,1989). Masalah usia atau dikenal dengan
istilah ageism juga merupakan hal yang lazim dijumpai pada perawatan kesehatan dan secara
tidak sengaja berperan terhadap buruknya komunikasi dengan pasien lanjut usia (Ory et al.,
2003).
I. Sekilas Komunikasi
1. Kegunaan Komunikasi
3. Pesan verbal : Kata kata yang secara aktual diucapkan atau disampaikan.
4. Pesan nonverbal: Kesan yang ditangkap saat kata kata tersebut diucapkan termasuk
ekspresi wajah, tekanan suara, postur dan sikap tubuh dan pilihan kosa kata yang
digunakan.
5. Umpan Balik : Respon berupa tanggapan baik verbal maupun non verbal.
6. Konteks : Fisik dan lingkungan sosial atau pengaturan dalam pesan yang dikirim.
9. Transmisi : Ekspresi yang sebenarnya dari informasi dari pengirim kepada penerima
(pesan lisan dan pesan nonverbal) (Smith & Buckwalter, 1993).
2. Teknik Umum untuk Berkomunikasi dengan Pasien lanjut usia Menunjukkan Hormat dan
Keprihatinan
Komunikasi pasien yang baik didasarkan pada respect atau hormat kepada pasien dan
memahami serta mengapresiasi setiap pasien sebagai sosok manusia yang unik. Untuk
menunjukkan rasa hormat, anda harus menghadapi pasien secara formal dan menyapa
dengan “Bapak” atau “Ibu”, kecuali pasien sebelumnya telah meminta anda untuk memanggil
dengan nama pertamanya, dan hindarkan menggunakan istilah yang merendahkan seperti
“manisku”, “sayangku”, ‘cintaku”. Berkomunikasi yang saling bertatap mata dengan duduk di
kursi dan langsung menatap pasien. Dengan melakukan hal ini, anda menunjukkan perhatian
sejati dan aktif mendengarkan, serta membantu pasien untuk mendengar dan memahami
anda secara lebih baik. Sentuhan lembut di tangan, lengan, atau pundak pasien akan
menyampaikan rasa turut prihatin dan perhatian (Adelman et al., 2000).
Pada umumnya, anda harus berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa berteriak,
menggunakan bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhana. Karena pasien lanjut usia
umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya sesuai kewenangan dokter,
khususnya penting untuk sering merangkum dan memancing pertanyaan (Adelman et al.,
2000;Robinson et al., 2006).
Strategi Umum Tambahan untuk Memperbaiki Komunikasi dengan Pasien Lanjut Usia
pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah kesehatan yang kompleks.
Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak bercerita dulu kepada
perawat atau asisten kemudian baru kepada anda) untuk meminimalkan frustasi dan
kelelahan pasien.
4. Menghindari Ageism
Salah satu hal terpenting yang harus diingat ketika berkomunikasi dengan pasien
lanjut usia adalah menghindarkan ageism. Ageism, suatu istilah yang pertama disampaikan
oleh Robert Butler, direktur pertama the National Institute on Aging, adalah systematic
stereotyping dan diskriminasi terhadap seseorang karena mereka berusia lanjut (Butler,
1969). Ageism adalah hal yang lazim pada perawatan kesehatan dan dapat direfleksikan
dalam tindakan seperti meremehkan masalah medis, menggunakan bahasa yang bersifat
merendahkan, hanya memberikan sedikit edukasi tentang regimen preventif, menawarkan
sedikit pengobatan untukmasalah kesehatan mental, menggunakan panggilan yang bernada
menghina, menghabiskan lebih sedikit masalah psikososial, dan membuat stereotype orang
tua (Ory et al., 2003).
Untuk menghindarkan ageism, mulailah mengenal pasien lanjut usia sebagai satu pribadi
dengan riwayat dan penyelesaian yang jelas. Pendekatan ini memungkinkan anda untuk
menemui setiap pasien lanjut usia sebagai individu yang unik dengan pengalaman seumur
hidup yang berharga bukan orang tua yang tidak produktif dan lemah (Roter, 2000). Juga
penting untuk tidak mengasumsikan bahwa semua pasien lanjut usia adalah sama. Bisa saja
dijumpai “orang berjiwa muda” dengan usia 85 tahun serta “orang berjiwa tua” dengan usia
60 tahun. Setiap pasien dan setiap masalah harus diperlakukan dengan unik.
Strategi Umum
Persiapkan lingkungan ruang pemeriksaan, memperbanyak penerangan dan menurunkan
kebisingan (mempertimbangkan kemungkinan berkurangnya penglihatan dan
pendengaran)
Memanggil pasien dan anggota keluarga dengan sebutan “Bapak” atau “Ibu” dan
menghindarkan sebutan “manis”, “sayang”, atau “cintaku”
Bicaralah dengan pelan, jelas, tanpa berteriak, menggunakan nada yang kalem dan
ekspresi yang menyenangkan.
Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan, lengan, atau bahu.
Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa, membiarkan pasien selama beberapa menit
untuk mengekspresikan masalahnya jika mampu
Memastikan bahwa agenda pasienlah yang anda hadapi
Meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi yang penting
Memberikan instruksi tertulis paling tidak dengan huruf berukuran 14.
Ingatlah pentingnya masalah psikososial ketika merawat pasien lanjut usia.
Gangguan Kognitif Pasien
Jangan mengabaikan pasien.
Bertanyalah dengan pertanyaan sederhana yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau
“tidak” dan bahasa tubuh sederhana.
Ketika melakukan pemeriksaan, berikan instruksi satu persatu.
Pertemuan dengan Keterlibatan Pihak Ketiga.
Persiapkan lingkungan ruang pemeriksaan dengan 3 kursi dalam bentuk segitiga.
Pada mulanya berikan pertanyaan kepada pasien, kemudian mintalah masukan dari
pendamping pasien.
Mintalah pasien dan pendamping pasien untuk mengulang kembali setiap instruksi yang
penting.
Ketika berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dengan pendengaran yang berkurang,
tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca bibir dan menggunakan isyarat mata.
Meminimalkan kebisingan, dan berbicara pelan, jelas, dan dalam nada yang normal. Berteriak
akan menghambat komunikasi, mengubah nada berfrekuensi tinggi, dan mempersulit pasien
untuk memahami kata-kata anda. Jika suara anda melengking, meredam lengkingan ketika
anda berbicara dapat membantu pasien untuk mendengar anda dengan lebih baik. Ketika
memberikan instruksi untuk medikasi, tes, atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya
kepada pasien apakah dia mengerti. Orang dengan gangguan pendengaran mungkin akan
menjawab “ya” tanpa menyadari bahwa mereka belum mendengar apapun atau salah
memahami beberapa informasi. Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek pemahaman
pasien adalah dengan meminta pasien untuk mengulang instruksi (Adelman et al., 2000).
Akhirnya, karena pendengaran memburuk dikemudian hari, appointment yang lebih awal
umumnya lebih baik (Veras & Mattos, 2007). Jika tersedia, pengeras suara (alat portable yang
memperkuat suara dokter dan memancarkannya ke headphones yang dipakai oleh pasien)
diketahui sangat memudahkan komunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan
pendengaran (Fook & Morgan, 2000).
Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait dengan
usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan
bahwa 16% – 24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran
yang mempengaruhi komunikasi (Crews & Campbell, 2004 ; Mitchell, 2006). Bagi mereka yang
berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik meningkat menjadi lebih dari 60%
(Chia et al., 2006). Aging/penuaan mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang
dikenal sebagai presbyacussis, yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi.
Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien
diawal dan akhir kata. Sebagai contoh, jika anda berkata “Take the pill in the
morning (Minumlah pil dipagi hari)”, pasien akan mendengar vokal dalam kata tetapi pasien
dapat berpikir anda berkata “Rake the hill in the morning (Dakilah bukit dipagi hari)” (Fook &
Morgan, 2000 ; Ross et al., 2007).
Gangguan visual yang berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter pupil; lensa
mata menguning, yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang gelombang
pendek seperti lavender, biru, dan hijau; dan menurunkan elastisitas ciliary muscles, yang
mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak.
Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman
penglihatan (mis. katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes).
Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang buruk,
dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu (Crews &
Campbell, 2004). Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, 30% melaporkan penglihatannya
yang terganggu (Chia et al., 2006).
2. Pasien dengan Demensia
Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta penduduk
berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk demensia, dan jumlahnya
diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun yang akan datang (Hingle & Sherry,
2009). Sebagai akibatnya, dokter dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien
demensia dan pasien tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota keluarga
atau perawat nonformal lain (Vieder et al.,2002). (istilah caregiver digunakan dari point ini
untuk merujuk pada setiap orang yang menemani kunjungan yang merupakan informal
caregiver). Penilaian dan pengobatan pasien lanjut usia dengan demensia juga akan sangat
membantu bila melibatkan caregiver (Roter, 2000).
Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi. Pasien
pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang ingin
disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak memiliki makna, seperti “hal
ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada demensia parah, pasien dapat menggunakan jargon
yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam diri (Orange & Ryan, 2000).
Demensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi komunikasi
pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan mengalami kesulitan
mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien demensia memiliki rentang konsentrasi
yang sangat singkat dan sulit untuk tetap berada dalam satu topik tertentu (Miller, 2008).
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga, dengan
seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya pada
sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000). Meskipun caregiver dapat mengasumsikan
berbagai peran, termasuk pendukung, peserta pasif, atau antagonis, pada sebagian besar
kasus, caregiver menempatkan kesehatan orang yang mereka cintai sebagai
prioritasnya. Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatan lanjut usia. Mereka
tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga,
pemberian obat, transportasi, dan perawatan lain untuk pasien lanjut
usia, caregiver membantu memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta
mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri (Clayman et al., 2005 ;
Wolff & Roter, 2008).
Juga merupakan hal penting untuk memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau
sudut pandang caregiver-nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya (Griffith et al.,
2004).
BAB III
Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat perkembangan kondisi pada
pasien lansia yang bernama Ny. Ratih menderita penyakit hipertensi yang dirawat di ruang
melati Rumah Sakit Mokopido tolitoli.
2. Fase Orientasi
perawat : Assalamu’alaikum.
Perawat mencoba melakukan pendekatan kepada nenek dan juga juga keluarganya.
Perawat : saya yang bertugas untuk merawat nenek pada hari ini.
Ny. Ratih : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan bu.
Setelah bertanya kepadaa nenek, perawat mencoba menjelaskan asuhan keperawatan yang
akan diberikan kepada nenek dan juga keluarganya.
Perawat : Baiklah nek, bapak dan ibu..!! Kami disini akan melakukan pemeriksaan
kepada nenek.
Bapak : iya baiklah kalau begitu kami mohon lakukan yang terbaik buat orang tua
kami..!!
Perawat : iya pak terimakasih, saya akan mencoba melakukan yang terbaik buat orang
tua bapak dan ibu. saya juga mohon kerja samanya nanti dalam pemeriksaan.
Perawat : kalau begitu saya mau permisi sebentar untuk mempersiapkan alatnya,
kurang lebih 5 menit kami akan kembali lagi.
Perawat : Mari pak, buk… (sambil berjalan pergi untuk mengambil alat).
Setelah itu perawat meninggalkan kamar pasien untuk menyiapkan alat yang akan digunakan
dalam tindakan yang akan diberikan.
3. Fase Kerja
Perawat : Assalmu’alaikum…
Perawat : Permisi nek..!! maaf ya nek.. nenek tiduran saja ya…biar nenek lebih santai..
Perawat : cucu nenek sudah berapa kini? (perawat mencoba mengajak komunikasi pada
nenek)
Ny. Ratih : yang 1 orang sudah, terus yang duanya lagi masih kuliah dan masih kuliah.
Mereka cantik dan ganteng-ganteng pak.
Perawat : Nek… maaf ya… tolong nenek angkat sedikit tangan kanannya…!!
Perawat : Nek… Langsung dijepit tangannya ya nek… dan jangan dulu dilepas
sebelum saya suruh ..
Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah selesai diukur, kemudian
peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat melanjutkan untuk memeriksa nadi dan
pernapasannya.
4. Fase terminasi
setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat oleh perawat dan
semua peralatan dirapikan
Perawat : keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua bapak harus
banyak minum air putih dan juga makan sayur-sayuran.
Orang tua bapak dan ibu harus banyak istirahat dan juga jangan dulu banyak pikiran, biar
nenek cepat sembuh..!!
Dokter : Assalamu’alaikum…
Dokter : oh,, baik kalau begitu nanti cacatan pemeriksaannya tolong diantarkan ke
meja saya ya…
Dokter : alhamdulillah kalau begitu, nenek harus banyak istirahat ya biar cepet
sembuh.
Alhamdulillah udah melihatkan banyak perkembangan. orang tua bapak dan ibu harus banyak
beristirahat agar cepet sembuh, yang sabar ya dan jangan lupa berdoa..
mari nek….!!
Akhirnya setelah perawat berpamitan, perawat langsung pergi meninggalkan ruangan kamar
Ny.N.
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
– Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat.
– Kemungkinkan untuk melewatkan dosis atau menghentikan obat karena efek samping,
merasakan non efikasi, atau biaya obat dapat diminimalisir.
– Lebih memungkinkan untuk edukasi dalam memanajemen diri sendiri seperti pada pasien
diabetes dengan diet, olah raga, monitoring gula darah, dan perawatan kaki.
– Penurunan biaya tes diagnostik juga dihubungkan dengan komunikasi yang lebih baik antara
dokter dan pasien lanjut usia.
1. SARAN
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar pemeriksaan
pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesahalan. besar harapan kami kepada para
pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older patients and
Setyohadi. I. Alwi., M. Simadibrata.,S. Setiati (editor): Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
III, edisi IV, hal. 1425 – 1430. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Majerovitz, S.D., Greene, M.G., Adelman, R.D., Rizzo, C. 1994. The effects of the
Geriatr Soc;42:413–9
Stewart, M., Meredith, L., Brown, J.B., Galajda. J. 2000. The influence of older patientphysician
communication on health and health-related outcomes. Clin Geriatr Med ; 16(1) : 25-36
William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the