NKRI
Disusun Oleh:
ALIA SANTIKA SARI
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema
“DINAMIKA PERSATUAN DAN KESATUAN NKRI” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada bidang Pendidikan Kewarganegaraan(PKN), Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Persatuan dan kesatuan Nkri.
2
Daftar Isi
1. Cover………………………………………………………………..…………………………………… 1
2. Kata pengantar……………………………………………………………………………………… 2
3
1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada masa Revolusi kemerdekaan 18
Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949
4
Dinamika persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia bisa dikatakan dimulai sejak masa
revolusi kemerdekaan hingga tanggal 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949. Bangsa
Indonesia pada masa ini menghadapi Kolonial Belanda yang ingin kembali menguasai,
Ditariknya tawanan Jepang yang kalah perang, sekaligus menghadapi berbagai
pemberontakan. Selama masa revolusi ini, terjadi peperangan antara negara Indonesia
yang merdeka yakni antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda.
Belanda yang mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak sah, kenyataannya
Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya secara terang-terangan kepada
seluruh dunia pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah kemerdekaan Indonesia, Belanda
datang kembali untuk mencoba membantah kemerdekaan dengan kedatangan serbuan dari
luar negeri melalui Agresi Militer, sehingga terjadilah peperangan kembali antara kedua
negara tersebut.
Melihat dari sudut Indonesia, terjadinya peperangan tersebut bertujuan untuk
mempertahankan kemerdekaannya, itulah sebabnya disebut sebagai perang kemerdekaan.
Masa perang kemerdekaan tersebut terjadi mulai dari tahun 1945 sampai 1949. Pada akhir
tahun 1949, Belanda resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan berdasarkan
istilah pada hasil Konferensi Meja Bundar disebut dengan penyerahan kedaulatan.
Dalam perang kemerdekaan tersebut akhirnya Belandalah yang kalah berdasarkan
perjanjian Konferensi Meja Bundar tersebut yang berhasil digelar. Pada masa ini, periode
tahun 1945-1949 dinamakan sebagai periode ”Perang Kemerdekaan”. Pada masa revolusi
kemerdekaan ini, terjadi pula pemberontakan untuk memisahkan diri dari Indonesia, yakni
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun di tahun 1948 dan Darul Islam atau
Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
2. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Republik Indonesia Serikat (27
Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950)
5
d. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahannya adalah parlementer semu. Sistem
parlementer merupakan sistem pemerintahan sebuah negara di mana parlemen memegang
peranan yang sangat penting. Parlemen memiliki kekuatan yang sangat besar sebagai
badan perwakilan dan lembaga legislatif.
e. Peristiwa sejarah yang terjadi
Belanda secara resmi menyerahkan kedaulatan Indonesia kepada pemerintah
Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal itu sesuai dengan hasil yang dicapai pada Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949. RIS
merupakan perserikatan antara Republik Indonesia dan negara-negara yang dibentuk
Belanda di Nusantara dari tahun 1946 hingga 1949.Federasi RIS lahir sebagai hasil
kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar, yakni Republik Indonesia; Majelis
Permusyawaratan Federal (BFO); dan Belanda. Kesepakatan tersebut disaksikan juga oleh
United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. Republik
Indonesia Serikat resmi dibubarkan pada 17 Agustus 1950 dan digantikan oleh Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi liberal (1950 sampai
dengan 5 juli 1959)
a. Undang-undang Dasar yang dipakai
Pada 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kembali menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) sebagai
konstitusinya. UUDS sebagai konstitusi Negara Indonesia berlaku dalam kurun waktu 17
Agustus 1950–5 Juli 1959.
b. Bentuk Negara
bentuk negara pada periode ini adalah Kesatuan yang Kekuasaanya dipegang oleh
pemerintah pusat.
c. Bentuk pemerintahan
bentuk pemerintahan yang di terapkan adalah republik. Pelaksanaan pemerintahan
pada masa demokrasi liberal Indonesia berlangsung pada tahun 1950 hingga 1959. Setelah
kembali menjadi negara kesatuan, keadaan politik Indonesia menganut sistem demokrasi
liberal, dengan pemerintahan parlementer.
d. Sistem Pemerintahan
Pada waktu UUDS 1950 berlaku penyelenggaraan pemerintahan negara
menganut sistem pemerintahan parlementer dengan kabinet parlementer yg di pimpin oleh
seorang perdana menteri
e. Peristiwa sejarah yang terjadi
Pada masa berlakunya UUDS 1950 pemerintahan Indonesia menjadi tidak stabil.
Gejolak politik yang tidak stabil mengakibatkan sering terjadi perubahan kabinet. Pada
periode ini kabinet silih berganti sehingga pembangunan tidak berjalan lancar. Pada periode
1950–1959 tercatat ada tujuh kali pergantian kabinet, yaitu Kabinet Natsir (1950–1951),
6
Kabinet Sukiman Suwiryo (1951–1952), Kabinet Wilopo (1952–1953), Kabinet Ali
Sastroamidjojo I (1953–1955), Kabinet Burhanuddin Harahap (1955–1956), Kabinet
Ali Sastroamidjojo II (1956–1957), dan Kabinet Djuanda (1957–1959). Sistem multipartai
yang diterapkan berjalan tidak sehat. Banyak tarik ulur kepentingan partai politik. Pada
akhirnya, Konstituante gagal menyusun UUD. Oleh karena itu, Ir. Soekarno mengeluarkan
Dekret Presiden 5 Juli 1959 yang menyatakan membubarkan Konstituante dan
memberlakukan kembali UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara menggantikan
UUDS 1950.
4. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde lama (5 Juli 1959 sampai
dengan 11 maret 1966)
7
sistem demokrasi yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara,
kala itu Presiden Soekarno.[butuh rujukan]
Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno
dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956.[1] Demokrasi
Terpimpin menurut ketetapan MPRS No. VIII/MPRS/1965 yakni kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di antara semua kekuatan nasional yang
progresif revolusioner dengan berporoskan pada Nasakom
Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno diawali oleh
anjuran Soekarno agar Undang-Undang yang digunakan untuk menggantikan UUDS
1950 adalah UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra di kalangan
anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya, diadakan pemungutan suara yang
diikuti oleh seluruh anggota Konstituante. Pemungutan suara ini dilakukan pada 30 Mei, 1
Juni, dan 2 Juni 1959 dalam rangka mengatasi konflik yang timbul dari pro kontra akan
usulan Presiden Soekarno tersebut.[butuh rujukan]
Hasil pemungutan suara hari pertama menunjukan bahwa: 269 orang setuju untuk kembali
ke UUD 1945 dan 119 orang menolak untuk kembali ke UUD 1945. Meskipun suara
terbanyak menyetujui opsi kembali ke UUD 1945, suara tersebut belum mencapai 2/3 dari
jumlah suara, yaitu 312 suara sehingga pemungutuan suara harus diulangi.[3] Pemilihan hari
kedua menunjukan bahwa: 264 setuju dan 204 menolak. Adapun pemilihan hari ketiga
menunjukan bahwa: 263 setuju dan 203 menolak.[4]
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak dapat direalisasikan. Hal
ini disebabkan oleh jumlah anggota konstituante yang menyetujui usulan tersebut tidak
mencapai 2/3 bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.
5. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Baru (11 maret 1966
sampai dengan 21 mei 1998)
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 menjadi konstitusi yang sangat 'sakral', di antara
melalui sejumlah peraturan :
Keteta pan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya.
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan
bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat
rakyat melalui referendum.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983.
b. Bentuk Negara
Bentuk negara pada periode ini adalah Kesatuan. negara kesatuan adalah negara
yang berdaulat, diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah
pusat merupakan yang tertinggi serta satuan-satuan subnasionalnya hanya
menjalankan suatu kekuasaan yang sudah dipilih oleh pemerintah pusat untuk
didelegasikan.
c. Bentuk pemerintahan
8
Bentuk pemerintahan republik. Republik artinya bentuk pemerintahan yang berasal dari
(dipilih) rakyat dan dipimpin atau dikepalai oleh seorang presiden untuk masa jabatan
tertentu.
d. Sistem Pemerintahan
sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus
kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
satu paket. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
e. Peristiwa sejarah yang terjadi
1. Kelahiran Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar)
5. Swasembada beras
b. Bentuk Negara
Bentuk negara pada periode ini adalah Kesatuan. negara kesatuan adalah negara
yang berdaulat, diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal, di mana pemerintah
pusat merupakan yang tertinggi serta satuan-satuan subnasionalnya hanya
menjalankan suatu kekuasaan yang sudah dipilih oleh pemerintah pusat untuk
didelegasikan.
c. Bentuk pemerintahan
Bentuk pemerintahan republik. Republik adalah bentuk pemerintahan yang
berkedaulatan rakyat dan dikepalai oleh seorang presiden.
d. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan presidensial. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus
kepala pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
satu paket. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
e. Peristiwa sejarah yang terjadi
9
Era reformasi atau era pasca-Suharto di Indonesia dimulai pada tahun 1998, tepatnya
saat Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh wakil
presiden saat itu, B.J. Habibie. Periode ini didirikan oleh lingkungan sosial politik yang lebih
terbuka.
Isu-isu selama periode ini di antaranya dorongan untuk menerapkan demokrasi dan
pemerintahan sipil yang lebih kuat, elemen militer yang mencoba untuk mempertahankan
pengaruhnya, Islamisme yang tumbuh dalam politik dan masyarakat umum, serta
tuntutan otonomi daerah yang lebih besar. Proses reformasi menghasilkan
tingkat kebebasan berbicara yang lebih tinggi, berbeda dengan penyensoran yang meluas
saat Orde Baru. Akibatnya, debat politik menjadi lebih terbuka di media massa dan ekspresi
seni makin meningkat. Peristiwa-peristiwa yang telah membentuk Indonesia dalam periode
ini di antaranya serangkaian peristiwa terorisme (termasuk bom Bali 2002) serta gempa
bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004.
10