Anda di halaman 1dari 27

PSAK 13 DAN 19

STUDI KASUS PT. UNILEVER INDONESIA TBK.


STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN ASURANSI

KP A
KELOMPOK 1

M. Imaduddin Luthfi P.W / 130317289


Yenitha Santoso / 130318153

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMI


UNIVERSITAS SURABAYA
2022
BAB I
PSAK 13 DAN PSAK 19

1.1 PSAK 13 : Properti Investasi

Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 13 mengatur tentang pengakuan,


pengukuran, dan pengungkapan properti investasi. PSAK ini mengatur pengukuran hak atas
properti investasi dalam sewa yang dicatat sebagai sewa pembiayaan dalam laporan keuangan
lessee dan untuk pengukuran properti investasi yang disediakan untuk lessee yang dicatat sebagai
sewa operasi dalam laporan keuangan lessor. Pernyataan ini tidak mencakup hal yang diatur
dalam PSAK 73: Sewa, antara lain:
a. Pengklasifikasian sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi
b. Pengakuan penghasilan sewa dari properti investasi (lihat juga PSAK 23: Pendapatan)
c. Pengukuran hak atas properti dalam sewa yang dicatat sebagai sewa operasi dalam
laporan keuangan lessee
d. Pengukuran investasi neto lessor yang dicatat sebagai sewa pembiayaan dalam laporan
keuangan lessor
e. Akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik
f. Pengungkapan tentang sewa pembiayaan dan sewa operasi
Pernyataan ini juga tidak termasuk aset biologis yang terkait dengan aktivitas agrikultur (lihat
PSAK 69: Agrikultur dan PSAK 16: Aset Tetap) dan hak penambangan dan cadangan mineral
yang tidak dapat diperbarui.
Terdapat beberapa definisi dari istilah yang digunakan:
a. Biaya perolehan, yaitu jumlah kas atau setara kas yang dikeluarkan atau nilai wajar dari
imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan.
b. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku
pasar pada tanggal pengukuran (Lihat PSAK 68: Pengukuran nilai Wajar).
c. Properti investasi adalah properti yang dikuasai untuk menghasilkan rental atau untuk
kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau dijual dalam kegiatan usaha
sehari-hari.
d. Properti yang digunakan sendiri adalah properti yang dikuasai untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif
Hak atas properti yang dikuasai oleh lessee melalui sewa operasi dapat dikelompokkan dan
dicatat sebagai properti investasi jika properti tersebut akan memenuhi definisi properti investasi
dan lessee menggunakan model nilai wajar sebagaimana diatur di pasal 33–55 untuk aset
tersebut. Properti investasi dapat dikuasai untuk menghasilkan rental atau untuk mendapatkan
kenaikan nilai atau keduanya. Oleh karena itu, properti investasi menghasilkan arus kas yang
sebagian besar tidak bergantung pada aset lain yang dikuasai oleh entitas. 8Berikut adalah contoh
properti investasi:
a. Tanah yang dikuasai dalam jangka panjang untuk kenaikan nilai dan bukan untuk dijual
jangka pendek dalam kegiatan usaha sehari-hari;
b. Tanah yang dikuasai saat ini yang penggunaannya di masa depan belum ditentukan.
c. Bangunan yang dimiliki oleh entitas (atau dikuasai oleh entitas melalui sewa
pembiayaan) dan disewakan kepada pihak lain melalui satu atau lebih sewa operasi;
d. Bangunan yang belum terpakai tetapi tersedia untuk disewakan kepada pihak lain melalui
satu atau lebih sewa operasi;
e. Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan yang di masa depan digunakan
sebagai properti investasi.
Berikut adalah contoh aset yang bukan merupakan properti investasi:
a. Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari atau sedang
dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual (lihat PSAK 14:
Persediaan).
b. Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak ketiga (lihat
PSAK 34: Kontrak Konstruksi).
c. Properti yang digunakan sendiri (lihat PSAK 16: Aset Tetap)
d. Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan.
Jika properti yang dimiliki entitas terdiri dari bagian yang dikuasai untuk menghasilkan rental
atau untuk kenaikan nilai dan bagian lain dari properti tersebut dikuasai untuk digunakan dalam
proses produksi atau untuk menghasilkan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif, maka
entitas mencatatnya secara terpisah. Jika tidak dapat dipisah, maka properti diakui sebagai
properti investasi jika bagian lain yang digunakan dalam proses produksi tidak signifikan.
Jika entitas menyediakan tambahan jasa kepada penghuni properti yang dikuasainya, Entitas
memperlakukan properti tersebut sebagai properti investasi jika jasa tersebut tidak signifikan
terhadap keseluruhan perjanjian. Jika jasa tersebut signifikan, maka properti tersebut bukan
properti investasi.
Entitas perlu mempertimbangkan apakah suatu properti memenuhi kriteria properti investasi
berdasarkan pasal 7 sampai 13. Diperlukan juga pertimbangan untuk menentukan apakah akuisisi
properti investasi merupakan akuisisi aset atau kelompok aset atau kombinasi bisnis dengan
mengacu pada PSAK 22. Berdasarkan pasal 7-14 terkait dengan apakah properti merupakan
properti yang digunakan sendiri atau properti investasi. Jika memenuhi definisi kombinasi bisnis
sesuai PSAK 22 dan termasuk properti investasi sesuai Pernyataan ini maka ada penerapan
terpisah dari kedua Pernyataan.
Entitas yang memiliki properti yang disewakan kepada atau digunakan oleh entitas induknya
atau entitas anak lain maka tidak diklasilifikasikan sebagai properti investasi dalam laporan
keuangan konsolidasian. Akan tetapi dalam laporan keuangan individualnya, properti tersebut
termasuk properti investasi jika memenuhi definisi di pasal 5.
Pengakuan
Properti investasi diakui sebagai aset jika kemungkinan besar terdapat manfaat ekonomik
masa depan dan biaya perolehan properti investasi dapat diukur secara andal. Biaya perolehan
dievaluasi pada saat terjadi berdasarkan prinsip pengakuan. Biaya perolehan termasuk biaya
yang terjadi pada saat memperoleh properti investasi biaya untuk menambah, mengganti bagian
properti, atau memperbaiki properti.Biaya harian penggunaan properti tidak diakui dalam jumlah
tercatat tetapi diakui dalam laba rugi pada saat terjadinya. Biaya tersebut adalah biaya tenaga
kerja dan bahan habis pakai serta termasuk biaya suku cadang kecil. Pengeluaran ini
dideskripsikan sebagai "perbaikan dan pemeliharaan" dari properti.Bagian dari properti investasi
dapat melalui penggantian. Biaya penggantian properti investasi dicatat dalam jumlah tercatat
jika memenuhi kriteria pengakuan. Hal ini dihentikan pengakuannya sesuai dengan ketentuan
penghentian pengakuan dalam Pernyataan ini.

Pengukuran saat Pengakuan


Properti investasi diukur sebesar biaya perolehan termasuk biaya transaksi. Biaya perolehan
meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung. Yang
tidak termasuk dalam biaya perolehan yaitu:
a. biaya perintisan
b. kerugian operasional yang terjadi sebelum properti investasi mencapai tingkat hunian
yang direncanakan
c. jumlah tidak normal atas pemborosan bahan, tenaga kerja, atau sumber daya lain yang
terjadi selama masa pembangunan atau pengembangan properti.
Jika pembayarannya ditangguhkan, maka biaya perolehan sebesar harga tunai. Selisih antara
jumlah tersebut dan total pembayaran diakui sebagai beban bunga selama periode kredit. Biaya
perolehan awal yang dikuasai dengan cara sewa dan diklasifikasikan sebagai properti investasi
yang dicatat sebagai sewa pembiayaan sesuai PSAK 30 pasal 20 maka diakui pada jumlah yang
lebih rendah antara nilai wajar dan nilai kini pembayaran sewa minimum. Jumlah yang setara
diakui sebagai liabilitas sesuai dengan ketentuan paragraf yang sama.
Premium yang dibayarkan untuk sewa dimasukkan dalam biaya perolehan aset, tetapi
dikeluarkan dari liabilitas. Jika hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa diklasifikasikan
sebagai properti investasi, maka hak atas properti tersebut dicatat pada nilai wajarnya yang
diukur berdasarkan PSAK 68. Pedoman tersebut juga relevan dalam penentuan nilai wajar ketika
nilai tersebut digunakan sebagai biaya perolehan untuk tujuan pengakuan awal.
Jika satu atau lebih aset tetap diperoleh dalam pertukaran dengan aset moneter atau aset
nonmoneter lain maka biaya perolehan aset tetap tersebut diukur pada nilai wajar kecuali:
a. transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
b. nilai wajar aset yang diterima dan aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal
Hal ini juga berlaku untuk seluruh pertukaran yang dideskripsikan dalam kalimat sebelumnya
serta jika entitas tidak dapat segera menghentikan pengakuan aset yang diserahkan. Jika tidak
dapat diukur pada nilai wajar maka diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.
Transaksi pertukaran memiliki substansi komersial jika:
a. konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus kas dari aset yang diterima berbeda dengan
konfigurasi arus kas dari aset yang diserahkan
b. nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang terpengaruh oleh transaksi berubah
c. selisih di (a) atau (b) relatif signifikan terhadap nilai wajar dari aset yang dipertukarkan.
Untuk penentuan hal tersebut, nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang terpengaruh
oleh transaksi tersebut mencerminkan arus kas sesudah pajak.
Nilai wajar suatu aset dapat diukur secara andal jika:
a. nilai wajar yang rasional untuk aset tersebut tidak signifikan; atau
b. probabilitas dari beragam estimasi dapat dinilai secara rasional dan digunakan ketika
mengukur nilai wajar.
Jika entitas dapat mengukur nilai wajar secara andal baik dari aset yang diterima atau diserahkan,
maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur aset yang diterima,
kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas.

Pengukuran Setelah Pengakuan Kebijakan Akuntansi


Entitas memilih model nilai wajar di pasal 33–35 atau model biaya di pasal 56 sebagai kebijakan
akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut pada seluruh properti investasinya dengan
pengecualian pasal 32A dan 34.
PSAK 25 menetapkan bahwa perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela dilakukan hanya
jika menghasilkan laporan keuangan yang andal dan lebih relevan mengenai dampak transaksi,
peristiwa atau kondisi lain. Hal yang sulit untuk dipahami bahwa perubahan dari model nilai
wajar ke model biaya dapat menghasilkan penyajian yang lebih relevan.
Seluruh entitas disyaratkan untuk mengukur nilai wajar properti investasi, baik untuk tujuan
pengukuran (jika menggunakan model nilai wajar) maupun pengungkapan (jika menggunakan
model biaya). Entitas dianjurkan untuk mengukur nilai wajar properti investasi berdasarkan
penilaian oleh penilai independen yang memiliki kualifikasi profesional dan relevan serta
memiliki pengalaman. Entitas dapat:
a. memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti investasi yang
menjadi agunan liabilitas yang membayar imbal hasil dikaitkan secara langsung dengan
nilai wajar atau imbal hasil dari aset tertentu yang mencakup properti investasi tersebut
b. memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti investasi lain
(tanpa memperhatikan pilihan poin a)
Beberapa penjamin dan entitas lain juga dapat mengoperasikan dana properti internal yang
menerbitkan unit nasional dengan beberapa unit dikuasai oleh investor dalam kontrak terkait dan
unit lain dikuasai oleh entitas. Entitas tidak bisa mengukur properti ini dengan sebagian
menggunakan biaya perolehan dan sebagian menggunakan nilai wajar. Jika entitas memilih
model yang berbeda untuk dua kategori yang telah dideskripsikan sebelumnya, maka penjualan
properti investasi antar kelompok aset yang diukur dengan menggunakan model berbeda diakui
pada nilai wajar dan perubahan kumulatif dalam nilai wajar diakui dalam laba rugi. Sejalan
dengan hal tersebut, jika suatu properti investasi dialihkan dari kelompok aset yang
menggunakan model nilai wajar ke kelompok aset yang menggunakan model biaya, maka nilai
wajar properti pada saat penjualan dianggap menjadi biaya perolehannya.

Model nilai Wajar


Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih menggunakan model nilai wajar mengukur
seluruh properti investasi berdasarkan nilai wajar, kecuali dalam beberapa kasus. Jika hak atas
properti yang dikuasai oleh lessee dalam sewa operasi diklasifikasi sebagai properti investasi,
maka pengecualian tidak bebas pilih, sehingga diterapkan model nilai wajar. Keuntungan atau
kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar properti investasi akan diakui dalam laba rugi
pada periode terjadinya. Ketika mengukur nilai wajar properti investasi sesuai dengan PSAK 68,
entitas memastikan bahwa nilai wajar mencerminkan penghasilan rental dari sewa yang sedang
berjalan dan asumsi lain yang akan digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga properti
investasi dalam kondisi pasar saat ini.
Dalam sewa yang dinegosiasikan pada tarif pasar, nilai wajar dari hak atas properti sewaan pada
saat perolehan, dikurangi dengan seluruh pembayaran sewa yang diharapkan (termasuk
pembayaran terkait dengan liabilitas yang diakui), sama dengan nol. Nilai wajar ini tidak
berubah tanpa memperhatikan apakah (untuk tujuan akuntansi) liabilitas dan aset sewaan diakui
pada nilai wajar atau pada nilai kini pembayaran sewa minimum sesuai dengan PSAK 30.
Dengan demikian, pengukuran kembali aset sewaan dari biaya perolehan menjadi nilai wajar
tidak menimbulkan keuntungan atau kerugian awal, kecuali nilai wajar diukur pada waktu yang
berbeda. Hal ini dapat terjadi ketika entitas memilih untuk menerapkan model nilai wajar setelah
pengakuan awal.
Dalam kasus tertentu yang jarang terjadi, terdapat bukti yang jelas ketika entitas pertama kali
memperoleh properti investasi (atau ketika properti yang ada menjadi properti investasi setelah
perubahan penggunaan) bahwa perubahan rentang pengukuran nilai wajar yang layak tersebut
menjadi sangat besar, dan probabilitas berbagai hasil menjadi sulit untuk dinilai, sehingga
meniadakan manfaat dari estimasi nilai wajar tunggal. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa
nilai wajar properti tersebut tidak dapat diukur secara andal atas dasar yang berkelanjutan. Dalam
menentukan jumlah tercatat properti investasi dalam model nilai wajar, entitas tidak melakukan
penghitungan ganda atas aset atau liabilitas yang diakui sebagai aset atau liabilitas terpisah.
Sebagai contoh, peralatan seperti lift atau pendingin ruangan sering menjadi satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari bangunan dan biasanya dimasukkan dalam nilai wajar properti investasi,
bukan diakui secara terpisah sebagai aset tetap.
Sejalan dengan hal tersebut, jika penilaian yang diperoleh atas properti merupakan nilai
neto dari keseluruhan pembayaran yang diperkirakan akan dilakukan, maka perlu untuk
menambahkan kembali liabilitas sewa yang diakui, dalam rangka menentukan jumlah tercatat
properti investasi yang menggunakan model nilai wajar. Dalam beberapa kasus, entitas
memperkirakan bahwa nilai kini pembayaran terkait dengan properti investasi (selain
pembayaran terkait dengan liabilitas yang diakui) akan melebihi nilai kini penerimaan kas
terkait. Entitas menerapkan PSAK 57 untuk menentukan pengakuan liabilitas.

Ketidakmampuan Mengukur Nilai Wajar secara Andal


Ada praduga (rebuttable presumption) bahwa entitas dapat mengukur nilai wajar properti
investasi secara andal atas dasar berkelanjutan. Akan tetapi, dalam beberapa kasus yang jarang
terjadi, terdapat bukti yang jelas ketika entitas pertama kali memperoleh properti investasi (atau
ketika properti yang ada pertama kali menjadi properti investasi setelah perubahan penggunaan)
bahwa nilai wajar properti investasi tidak dapat diukur secara andal atas dasar berkelanjutan. Hal
ini timbul hanya jika, pasar untuk properti yang sebanding tidak aktif dan alternatif pengukuran
nilai wajar andal tidak tersedia. Jika entitas menentukan bahwa nilai wajar properti investasi
dalam proses pembangunan tidak dapat diukur secara andal tetapi memperkirakan nilai wajar
properti tersebut dapat diukur secara andal saat pembangunan selesai, maka properti investasi
dalam proses pembangunan tersebut diukur berdasarkan biaya perolehan sampai nilai wajarnya
dapat diukur secara andal atau sampai pembangunannya selesai (mana yang lebih awal).
Jika entitas menentukan bahwa nilai wajar dari properti investasi (selain properti
investasi dalam proses pembangunan) tidak dapat diukur secara andal atas dasar berkelanjutan,
maka entitas mengukur properti investasi tersebut menggunakan model biaya sesuai PSAK 16.
Nilai residu dari properti investasi diasumsikan nol. Entitas menerapkan PSAK 16 hingga
pelepasan properti investasi tersebut. Sekali entitas mampu mengukur nilai wajar properti
investasi dalam proses pembangunan secara andal yang sebelumnya telah diukur pada biaya
perolehan, maka properti investasi tersebut diukur pada nilai wajarnya. Sekali pembangunan dari
properti tersebut telah selesai, dapat dianggap bahwa nilai wajarnya dapat diukur secara andal.
Jika kasusnya tidak demikian maka properti dicatat menggunakan model biaya sesuai dengan
PSAK 16. Praduga ini dapat ditolak hanya pada saat pengakuan awal. Entitas yang telah
mengukur properti investasi dalam proses pembangunan pada nilai wajar tidak dapat
menyimpulkan bahwa nilai wajar properti investasi yang telah selesai dibangun tidak dapat
diukur secara andal.

Model Biaya
Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih model biaya mengukur seluruh properti
investasinya sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16, kecuali jika 58properti investasi tersebut
memenuhi kriteria sebagai dikuasai untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan
yang dikelompokan sebagai dikuasai untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58.

Pengalihan
Entitas dapat mengalihkan properti investasi (ke atau dari), jika terdapat perubahan penggunaan
(ketika properti memenuhi atau berhenti memenuhi definisi dan ada bukti). Namun secara
terpisah, perubahan properti tidak menunjukkan bukti perubahan penggunaan. Contoh bukti
perubahan penggunaan mencakup :
a. Dimulainya penggunaan oleh pemilik untuk pengalihan dari properti investasi menjadi
properti sendiri
b. Dimulainya pengembangan untuk dijual, untuk pengalihan dari properti investasi menjadi
persediaan
c. Berakhirnya pemakaian oleh pemilik, untuk pengalihan dari properti sendiri menjadi
properti investasi
d. Insepsi sewa operasi kepada pihak lain, untuk pengalihan dari persediaan menjadi
properti investasi
Jika entitas memilih untuk melepas properti investasi tanpa dikembangkan, maka entitas harus
menganggap sebagai properti investasi, bukan persediaan sampai pada waktu dihentikan
pengakuannya. Sebaliknya, jika entitas mengembangkan properti investasi dan menggunakan di
masa depan, maka akan tetap sebagai properti investasi, bukan properti sendiri. Entitas yang
memakai model biaya, pengalihan antara properti investasi, properti sendiri dan persediaan tidak
mengubah jumlah tercatat dan biaya perolehan untuk tujuan pengukuran serta pengungkapan.
Pada entitas yang menggunakan model nilai wajar untuk properti investasi akan dialihkan
menjadi properti sendiri atau persediaan (PSAK 16: Aset Tetap, PSAK 14: Persediaan), dimana
biaya perolehan bawaan (deemed cost) adalah nilai wajar tanggal perubahan penggunaan. Jika
properti sendiri digunakan oleh pemilih, maka akan jadi properti investasi dan dicatat dengan
nilai wajar (PSAK 16: Aset Tetap) sampai tanggal terakhir perubahan penggunaannya. Entitas
harus menerapkan perbedaan jumlah tercatat dan nilai wajar (PSAK 16) sampai pada tanggal
properti sendiri menjadi properti investasi dengan nilai wajar, maka entitas harus menyusutkan
properti dan mengakui rugi penurunan nilai yang terjadi, yaitu :
a. Setiap penurunan jumlah tercatat properti diakui di laba rugi, tetapi jika terdapat surplus
revaluasi, maka akan diakui di penghasilan komprehensif lain dan mengurangi surplus
revaluasi di ekuitas.
b. Setiap kenaikan jumlah tercatat diakui :
i. Dalam laba rugi, jika kenaikan membalik rugi penurunan nilai yang diakui
sebelumnya dan jumlah yang diakui tidak melebihi yang diperlukan untuk
mengembalikan nilai ke jumlah tercatat (setelah penyusutan, jika ada)
ii. Setiap sisa bagian diakui di penghasilan komprehensif lain dan menaikkan surplus
revaluasi ekuitas, tetapi ketika properti investasi dilepas, maka akan dialihkan ke
saldo laba. Pengalihan surplus revaluasi ke saldo laba tidak melalui laba rugi.
Untuk pengalihan persediaan ke properti investasi yang dicatat dengan nilai wajar, perbedaannya
antara nilai wajar dengan jumlah tercatat diakui dalam laba rugi. Perlakuan tersebut adalah
konsisten dengan perlakuan penjualan persediaan. Ketika entitas telah selesaikan pengembangan
properti investasi sendiri dan dicatat dengan nilai wajar, maka setiap perbedaan nilai wajar dan
jumlah tercatatnya diakui dalam laba rugi juga.

Pelepasan
Properti investasi akan dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan / tidak dipakai lagi secara
permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomik masa depan dari pelepasannya. Pelepasan
tersebut dapat dilakukan dengan cara dijual / disewakan (sewa pembiayaan). Untuk menentukan
tanggal pelepasan, entitas bisa memakai kriteria dalam PSAK 23: Pendapatan jika dijual dan
PSAK 30: Sewa jika disewakan. Jika sesuai dengan paragraf 16, entitas mengakui biaya
penggantian dari properti investasi dalam jumlah tercatatnya, maka akan dihentikan pula
pengakuannya. Untuk properti investasi dengan model biaya, bagian yang diganti bukan bagian
yang disusutkan terpisah. Jika susah untuk menentukan jumlah tercatat dari bagian yang diganti,
maka entitas bisa gunakan biaya penggantian untuk menentukan jumlah biaya perolehan saat
diperoleh.
Pada model nilai wajar, nilai wajar properti investasi yang telah diganti sudah tidak
memiliki nilai lagi, sehingga untuk menentukan nilai wajar setelah dikurangi bagian yang diganti
adalah dengan memasukkan biaya pengganti ke jumlah tercatat aset dan kemudian menentukan
kembali nilai wajarnya seperti yang disyaratkan (penambahan tidak melibatkan penggantian)
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi
ditentukan dari selisih antara hasil neto pelepasan dan jumlah aset tercatat. Imbalan yang dapat
diterima atas pelepasan properti investasi diakui awalnya pada nilai wajar. Jika pembayaran atas
properti investasi ditangguhkan, imbalan yang dapat diterima diakui awalnya pada setara harga
tunai .Kompensasi dari pihak ketiga yang diberikan sehubungan dengan penurunan nilai,
kehilangan, atau penyerahan properti investasi diakui dalam laba rugi ketika kompensasi tersebut
menjadi piutang. Penurunan nilai atau kerugian atas properti investasi, klaim, atau pembayaran
kompensasi dari pihak ketiga serta setiap pembelian atau pembangunan selanjutnya atas aset
merupakan peristiwa ekonomik terpisah dan dicatat secara terpisah dengan cara sebagai berikut:
a. penurunan nilai properti investasi diakui sesuai PSAK 48
b. penghentian atau pelepasan properti investasi diakui sesuai dengan paragraf 66–71
c. kompensasi atas penurunan nilai, hilang atau penyerahan diakui dalam laba rugi ketika
kompensasi tersebut telah menjadi piutang
d. biaya dari aset yang direstorasi, dibeli atau dibangun sebagai penggantian ditentukan
berdasarkan paragraf 20–29.

PENGUNGKAPAN
Model Nilai Wajar dan Model Biaya
Sesuai dengan PSAK 30, pemilik properti investasi membuat pengungkapan yang dilakukan
lessor atas sewa yang telah disepakati. Entitas yang memiliki hak atas properti investasi dalam
sewa pembiayaan atau sewa operasi membuat pengungkapan yang dilakukan lessee atas sewa
pembiayaan dan pengungkapan yang dilakukan lessor atas sewa operasi yang telah disepakati.
Entitas mengungkapkan:
a. apakah entitas menerapkan model nilai wajar atau model biaya
b. jika menerapkan model nilai wajar, dalam keadaan bagaimana hak atas properti yang
dikuasai dalam sewa operasi diklasifikasikan dan dicatat sebagai properti investasi
c. jika pengklasifikasian sulit dilakukan (paragraf 14), kriteria yang digunakan untuk
membedakan dengan properti yang dikuasai untuk dijual dalam kegiatan usaha
sehari-hari
d. sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi didasarkan pada penilaian oleh
penilai independen yang memiliki kualifikasi profesional serta memiliki pengalaman
terkini di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai
e. jumlah yang diakui dalam laba rugi:
i. penghasilan rental dari properti investasi
ii. beban operasi langsung yang timbul dari properti investasi yang menghasilkan
penghasilan rental
iii. beban operasi langsung yang timbul dari properti investasi yang tidak menghasilkan
pendapatan rental
iv. perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laba rugi atas penjualan
properti investasi
f. keberadaan dan jumlah pembatasan atas kemampuan realisasi dari properti investasi atau
atas pengiriman penghasilan dan hasil pelepasan
g. kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun, mengembangkan atau meningkatkan
properti investasi

Model Nilai Wajar


Entitas yang menerapkan model nilai wajar mengungkapkan rekonsiliasi antara jumlah tercatat
properti investasi pada awal dan akhir periode, yang menunjukkan hal berikut:
a. penambahan, dengan pengungkapan terpisah untuk penambahan yang dihasilkan dari
perolehan dan pengeluaran selanjutnya yang diakui dalam jumlah tercatat aset
b. penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui kombinasi bisnis
c. aset yang diklasifikasikan sebagai dikuasai untuk dijual atau termasuk dalam kelompok
aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dikuasai untuk dijual sesuai PSAK 58
d. keuntungan atau kerugian neto dari penyesuaian terhadap nilai wajar
e. selisih kurs neto yang timbul pada penjabaran laporan keuangan dari mata uang
fungsional menjadi mata uang penyajian yang berbeda
f. pengalihan ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri
g. perubahan lain

Dalam kasus yang dikecualikan di paragraf 53, jika entitas mengukur properti investasi dengan
menggunakan model biaya sesuai dengan PSAK 16 yang disyaratkan di paragraf 76
mengungkapkan jumlah yang terkait dengan properti investasi tersebut secara terpisah dari
jumlah yang terkait dengan properti investasi lain. Sebagai tambahan, entitas mengungkapkan:
a. deskripsi properti investasi
b. penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat diukur secara andal
c. jika memungkinkan, rentang estimasi nilai wajar kemungkinan besar berada
d. untuk pelepasan properti investasi yang tidak dicatat dengan nilai wajar:
i. entitas telah melepaskan properti investasi yang tidak dicatat dengan nilai wajar
ii. jumlah tercatat properti investasi pada saat dijual
iii. jumlah keuntungan atau kerugian yang diakui

Model Biaya
Sebagai tambahan dari pengungkapan yang disyaratkan di paragraf 75, entitas yang menerapkan
model biaya di paragraf 56 mengungkapkan:
a. metode penyusutan yang digunakan
b. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
c. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode
d. rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode, yang
menunjukkan:
i. penambahan, dengan pengungkapan terpisah untuk penambahan yang dihasilkan dari
akuisisi dan dari pengeluaran selanjutnya yang diakui sebagai aset
ii. penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui kombinasi bisnis
iii. aset yang diklasifikasikan sebagai dikuasai untuk dijual atau kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dikuasai untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
iv. penyusutan
v. jumlah rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pembalikan rugi penurunan nilai,
selama periode sesuai dengan PSAK 48
vi. selisih kurs neto pada penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi
mata uang penyajian yang berbeda
vii. pengalihan ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri
e. nilai wajar properti investasi. Dalam kasus yang dikecualikan sebagaimana
dideskripsikan di paragraf 53, jika entitas tidak dapat mengukur nilai wajar properti
investasi secara andal, entitas mengungkapkan:
i. deskripsi properti investasi
ii. penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat diukur secara andal
iii. jika memungkinkan, rentang estimasi nilai wajar kemungkinan besar berada

KETENTUAN TRANSISI
Model nilai Wajar
Entitas menerapkan Pernyataan ini secara prospektif dengan ketentuan bahwa properti dalam
proses pembangunan dikaji apakah memenuhi definisi sebagai properti investasi.
Kombinasi Bisnis
Entitas menerapkan paragraph 14A secara prospektif untuk akuisisi properti investasi yang
dimulai dari periode awal diadopsinya paragraf tersebut. Sebagai akibatnya, akuntansi untuk
akuisisi properti investasi pada periode sebelumnya tidak disesuaikan. Namun, entitas dapat
memilih untuk menerapkan paragraf tersebut pada setiap akuisisi properti investasi yang terjadi
sebelum dimulainya periode tahun buku pertama atau setelah tanggal efektif

Pengalihan Properti investasi


Amandemen PSAK 13 paragraf 57-58. Entitas menerapkan amandemen untuk perubahan
penggunaan yang terjadi pada atau setelah awal periode pelaporan tahunan. Terlepas dari
persyaratan dalam paragraf 84C, entitas diperkenankan untuk menerapkan amandemen pada
paragraf 57-58 secara retrospektif sesuai dengan PSAK 25. Jika, sesuai dengan paragraf 84C,
entitas mereklasifikasi properti pada tanggal penerapan awal, maka entitas:
a. mencatat reklasifikasi dengan menerapkan persyaratan dalam paragraf 59-64. Dalam
menerapkan paragraf 59-64, entitas:
i. membaca referensi apapun sampai tanggal perubahan penggunaan sebagai tanggal
penerapan awal
ii. mengakui jumlah apapun, sesuai dengan paragraf 59-64, yang telah diakui dalam laba
rugi sebagai penyesuaian terhadap saldo laba awal pada tanggal penerapan awal.
b. Entitas mengungkapkan jumlah reklasifikasian properti investasi sesuai dengan paragraf
84C sebagai bagian dari rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan
akhir periode sebagaimana disyaratkan oleh paragraf 76 dan 79.

Tanggal Efektif
PSAK 13 menambahkan paragraf 14A dan 84A. Entitas menerapkan paragraf tersebut untuk
periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2016. Penerapan dini
diperkenankan. Amendemen PSAK 13 paragraf 57-58 dan menambahkan paragraf 84C-84E.
Entitas menerapkan amandemen tersebut untuk periode tahunan yang dimulai pada atau setelah 1
Januari 2018. Penerapan dini diperkenankan.

Penarikan
Pernyataan ini menggantikan PSAK 13 (2007): Properti Investasi.

1.2 PSAK 19 ASET TAKBERWUJUD

Tujuan

Untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tak berwujud yang tidak diatur dalam PSAK lain,
pernyataan ini mengatur
- Entitas untuk mengakui aset jika entitas memenuhi kriteria tertentu

- Cara mengatur jumlah tercatat dari aset tak berwujud

- Pengungkapan yang disyaratkan tentang aset tak berwujud

Ruang lingkup

Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi untuk aset tak berwujud, kecuali:

- Aset tak berwujud yang diatur oleh pernyataan lain

- Aset keuangan sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 50: Instrumen keuangan: Penyajian

- Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi

- Pengeluaran atas pengembangan dan ekstraksi mineral, minyak, gas alam, dan sumber daya
tidak dapat diperbarui lain.

Definisi

- Amortisasi

Alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak berwujud selama umur manfaatnya:

1. Aset

2. Sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu

3. Sumber daya yang manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut diperkirakan
mengalir ke entitas

4. Aset moneter

Kas yang dimiliki dan aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya pasti
atau dapat ditentukan

- Aset Tak berwujud

Aset moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik

- Biaya Perolehan

Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk
memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan, jumlah yang
diatribusikan ke aset saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK
lain.

- Jumlah Tersusutkan

Biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan, dikurangi
nilai residunya

- Jumlah Tercatat Asset

Jumlah asset yang diakui dalam laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan akumulasi
amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.

- Nilai Residu dari Aset Tak berwujud

Jumlah estimasi yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan asset, setelah dikurangi biaya
estimasi pelepasan aset, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diperkirakan pada akhir
umur manfaatnya

- Nilai Spesifik Entitas

Nilai kini dari arus kas yang diharapkan entitas akan timbul dari pengguna aset secara
berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir umur manfaatnya atau yang diharapkan
terjadi saat penyelesaian labilitas.

- Nilai Wajar

Harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar untuk
mengalihkan suatu liabilities dalam transaksi teratur antara pasar pada tanggal pengukuran

- Pengembangan

Penerapan temuan penelitian atau pengetahuan lain pada suatu rencana atau rancangan produksi
bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang baru atau yang mengalami perbaikan
substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian.

- Penelitian

Penyelidikan asli dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan
pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru.

- Rugi Penurunan Nilai

Suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya
1. Umur manfaat

2. Periode suatu aset yang diperkirakan dapat digunakan oleh entitas

3. Jumlah produksi / unit serupa yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu aset
oleh entitas.

Keteridentifikasian

Suatu aset dikatakan teridentifikasi jika:

- Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dialihkan,
dilisensikan, disewakan, atau ditukarkan, baik secara individual atau bersama dengan kontrak
terkait, asset teridentifikasi, atau liabilities teridentifikasi, terlepas apakah entitas memiliki
intensi untuk melakukan hal tersebut

- Timbul dari pihak kontraktual atau hukum lain, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan
atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lain.

Pengendalian

Entitas mengendalikan aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat
ekonomik masa depan yang timbul dari asset dan dapat membatasi akses pihak lain dalam
memperoleh manfaat ekonomi tersebut. Kemampuan entitas untuk mengendalikan manfaat
ekonomik masa depan dari suatu aset tak berwujud biasanya timbul dari hak hukum yang dapat
dipisahkan dalam pengendalian. Jika tidak ada hukum, maka entitas akan lebih sulit
menunjukkan adanya pengendalian. Akan tetapi, pemaksaan hukum dari hak bukan merupakan
syarat yang perlu bagi pengendalian karena entitas dapat saja mengendalikan manfaat ekonomik
masa depan dengan cara lain.

Manfaat Ekonomik Masa Depan

Manfaat ekonomik masa depan yang timbul dari aset tak berwujud dapat mencakup pendapatan
dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal dari
penggunaan aset oleh entitas.

Pengakuan dan Pengukuran

Aset tak berwujud diakui jika, dan hanya jika:

- Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari asset
tersebut

- Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal


Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomik masa depan, entitas menggunakan
asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang mempresentasikan estimasi terbaik
manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang umur manfaat aset tersebut. Aset
tak berwujud pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT Unilever Indonesia Tbk telah beroperasi sejak tahun 1933 dan telah menjadi perusahaan
Fast Moving Consumer Goods terdepan di pasar Indonesia. Unilever Indonesia memiliki
lebih dari 40 brand yang terbagi dalam 2 segmen usaha: Home & Personal Care dan Foods &
Refreshment. Unilever Indonesia telah “go public” pada tahun 1982 dan saham-sahamnya
tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Unilever Indonesia memiliki sembilan
pabrik yang berada di Cikarang dan Rungkut. Kesembilan pabrik tersebut telah mendapatkan
sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Visi : Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari masyarakat Indonesia dengan
menyentuh kehidupan dari setiap orang Indonesia setiap harinya

Misi :

❖ Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari
❖ Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati
hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang lain.
❖ Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya yang bila
digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia
❖ Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan kami
untuk terus bertumbuh seraya mengurangi dampak terhadap lingkungan

2.2 Penerapan PSAK 13 di PT Unilever Indonesia Tbk

UNVR telah menerapkan PSAK 13 dalam menyajikan properti investasi pada laporan keuangan
perusahaan di tahun 2021. Akun-akun terkait yang termasuk dalam properti investasi, yaitu:

a. Tanah
b. Bangunan
c. Kendaraan bermotor
d. Mesin dan peralatan

Keempat kelompok dari properti investasi tersebut dicatat pada berbagai laporan keuangan,
yaitu:

a. Laporan Posisi Keuangan (komponen aset tidak lancar)


b. Laporan Arus Kas (Arus Kas Investasi)
c. Catatan Atas Laporan Keuangan
Properti investasi tersebut diukur dan dinyatakan dengan metode penyusutan garis lurus untuk
menghitung penyusutan investasi tiap tahunnya, kecuali untuk tanah tidak disusutkan.
Berdasarkan estimasi manfaat aset-aset tersebut sebagai berikut:

Berikut merupakan Laporan Posisi Keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk yang terdapat properti
investasi (aset hak guna) pada komponen aset tidak lancar:
Berikut adalah laporan arus kas dari aktivitas investasi yang tercatat pada Laporan Arus Kas
(disajikan dalam jutaan rupiah):

Berikut adalah rincian dari aktivitas aset hak-guna yang disajikan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan (disajikan dalam jutaan rupiah):
Beberapa transaksi sewa gudang, kantor, dan kendaraan mengandung opsi perpanjangan yang
dapat diambil oleh Perseroan sebelum masa berakhirnya kontrak yang tidak dapat dibatalkan.

Berikut ini ringkasan komponen perubahan liabilitas yang timbul:

2.3 Penerapan PSAK 19 di PT Unilever Indonesia Tbk

- Identifikasi Akun
a. Aset Tak Berwujud

Akun yang muncul pada laporan keuangan pada PT Unilever Tbk, adalah Aset
Tak Berwujud yang termasuk didalamnya adalah merek dagang, perangkat lunak
dan lisensi perangkat lunak. Di tahun 2020, peningkatan nilai tercatat aset tak
berwujud disebabkan oleh penambahan nilai tercatat neto perangkat lunak &
lisensi perangkat lunak.

Aset tak berwujud timbul dari perolehan atas merek yang berhubungan
dengan produk Hazeline, Bango, Buavita, Hijab Fresh dan Seru yang diperoleh
masing-masing pada tahun 1996, 2001, 2008, 2017, dan 2018 serta perangkat
lunak dan lisensi perangkat yang diperoleh dari tahun 2004 sampai dengan tahun
2018

b. Amortisasi

Pada laporan keuangan pada PT Unilever Tbk, peningkatan nilai dari


amortisasi pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 2019.

- Pengakuan
a. Aset Tak Berwujud

Aset tak berwujud diakui sebagai ketika suatu entitas memperoleh manfaat
ekonomi di masa depan dari aset tersebut, dan biaya perolehan aset tersebut dapat
diakui secara andal. Aset tak berwujud diberhentikan pengakuannya jika : (a)
dilepas, atau (b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang
diperkirakan dari penggunaan atau pelepasannya. Pengeluaran atas aset tak
berwujud diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

Salah satu aset yang dimiliki perusahaan diakui sebagai aset tak berwujud,
dan pengakuannya terjadi pada saat tanggal perolehan. Merek dagang yang
diperoleh sebagai bagian dari kombinasi bisnis diakui sebesar nilai wajar pada
tanggal perolehannya. Perseroan menentukan apakah masa manfaat merek dagang
terbatas atau tidak terbatas dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan.
Masa manfaat merek dagang ditelaah setiap periode pelaporan untuk menentukan
apakah peristiwa dan kondisi terkini dapat terus mendukung penilaian bahwa
masa manfaat tetap tidak terbatas

Berdasarkan uraian aset tak berwujud yang dilaporkan dalam laporan


keuangan dan CALK perusahaan sudah sesuai dengan pelaporan menurut PSAK.
Aset tak berwujud yang disajikan dalam laporan keuangan diakui pada saat
perolehan aset tak berwujud.

Gambar 1. Pengakuan Aset tak berwujud dalam perusahaan

b. Amortisasi

Perangkat lunak dan lisensi perangkat lunak memiliki masa manfaat yang
terbatas dan diukur sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi.
Amortisasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus untuk mengalokasi
biaya perolehan sepanjang estimasi masa manfaatnya.

Dalam pelaporan keuangan dan CALK yang telah disajikan oleh


perusahaan sesuai dengan PSAK amortisasi aset tak berwujud. Dengan demikian
amortisasi yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan metode garis lurus
selama umur manfaat ekonominya dan dievaluasi apabila terdapat indikator
adanya penurunan nilai aset tak berwujud.

Gambar 2. Pengakuan Aset tak berwujud dalam perusahaan

- Pengukuran
a. Aset Tak Berwujud

Aset tak berwujud pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Dalam
mengakui suatu item sebagai aset tak berwujud, entitas perlu menunjukkan bahwa
item tersebut: (1) Memenuhi definisi aset tak berwujud dan (2) Memenuhi kriteria
pengakuan. Suatu entitas harus memilih model biaya perolehan atau model
revaluasi untuk setiap kelompok aset tak berwujud.
Gambar 3. Pengukuran aset tak berwujud dan amortisasi dalam perusahaan

Aset tak berwujud yang diperoleh secara terpisah diukur sebesar nilai
perolehan pada pengakuan awal. Setelah pengakuan awal sebesar Rp
894.741.000.000, aset tak berwujud dicatat pada biaya perolehan dikurangi
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Dalam CALK
perusahaan pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2019, aset tak berwujud timbul
dari perolehan atas merek yang berhubungan dengan produk Hazeline, Bango,
Buavita, Hijab Fresh dan Seru yang diperoleh berturut-turut pada tahun 1996,
2001, 2008, 2017, dan 2018 serta perangkat lunak dan lisensi perangkat lunak
yang diperoleh dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2018.

b. Amortisasi

Amortisasi diukur menggunakan harga perolehan dibagi dengan umur


manfaat aset tak berwujud. Aset tak berwujud dengan umur manfaat terbatas
diamortisasi selama umur manfaat ekonomi dan revaluasi apabila terdapat
indikator adanya penurunan nilai aset tak berwujud. Periode dan metode
amortisasi untuk aset tak berwujud dengan umur ekonomis ditelaah setidaknya
setiap akhir periode tutup buku.

- Penyajian
a. Aset Tak Berwujud

Aset tak berwujud disajikan dalam laporan Posisi Keuangan sebagai aset
tak lancar. Pelaporan aset tak berwujud dalam laporan keuangan disajikan dalam
akun aset tak berwujud-bersih, dimana dalam aset tak berwujud bersih terdapat
akun aset tak berwujud dalam bentuk lisensi atas peranti lunak. Dalam laporan
posisi keuangan dilaporkan nilai buku pada tahun 2019 sebesar Rp
402.718.000.000 dan tahun 2020 sebesar Rp 408.242.000.000

Berdasarkan acuan PSAK 19 aset tak berwujud menyajikan dalam laporan


posisi keuangan sudah tepat diimplementasikan oleh perusahaan dalam
melaporkan aset tak berwujud yang dimilikinya. Informasi pelaporan aset tak
berwujud dalam laporan posisi keuangan dilengkapi dengan adanya CALK yang
telah disajikan oleh perusahaan.
Gambar 4. Penyajian Aset tak berwujud dalam perusahaan

b. Amortisasi

Dalam PSAK 19 amortisasi aset tak berwujud dilaporkan dalam laporan


laba rugi komprehensif. Laporan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi
komprehensif adalah beban amortisasi aset tak berwujud.

Beban amortisasi disajikan dalam Laporan Laba Rugi dan Penghasilan


Komprehensif, penyajian beban amortisasi dan kerugian dari penurunan nilai
tersebut berhubungan dengan beban operasi sebagai bagian dari beban
administrasi dan umum.

Setelah menelaah hasil dari implementasi penyajian beban amortisasi aset


tak berwujud yang disajikan oleh perusahaan, sudah sesuai dengan PSAK 19.
Adapun beban amortisasi dari implementasi perusahaan diklasifikasikan ke dalam
EBITDA.
Gambar 5. Penyajian Aset tak berwujud dalam perusahaan

- Pengungkapan

PT. Unilever Tbk mengungkapkan informasi aset tak berwujud pada catatan atas
laporan keuangan. Informasi yang diungkapkan oleh perusahaan antara lain:

a. Jenis Aset tak berwujud

Aset tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan adalah lisensi perangkat lunak
dan software.

b. Jumlah tercatat

Saldo awal 1 januari 2020 aset tak berwujud adalah Rp 894.741.000.000 dan
saldo akhir periode yaitu Rp 936.948.000.000. Hal ini disebabkan karena terdapat
penambahan aset tak berwujud.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

UNVR telah menerapkan PSAK 13 dalam menyajikan properti investasi pada


laporan keuangan perusahaan di tahun 2021. Berikut merupakan Laporan Posisi
Keuangan PT. Unilever Tbk

Aset tak berwujud diakui sebagai ketika suatu entitas memperoleh manfaat
ekonomi di masa depan dari aset tersebut, dan biaya perolehan aset tersebut dapat
diakui secara andal. Pengeluaran atas aset tak berwujud diakui sebagai beban pada
saat terjadinya. Salah satu aset yang dimiliki perusahaan diakui sebagai aset tak
berwujud, dan pengakuannya terjadi pada saat tanggal perolehan. Berdasarkan uraian
aset tak berwujud yang dilaporkan dalam laporan keuangan dan CALK perusahaan
sudah sesuai dengan pelaporan menurut PSAK.

Aset tak berwujud yang disajikan dalam laporan keuangan diakui pada saat
perolehan aset tak berwujud. Dalam pelaporan keuangan dan CALK yang telah
disajikan oleh perusahaan sesuai dengan PSAK amortisasi aset tak berwujud. Dengan
demikian amortisasi yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan metode garis lurus
selama umur manfaat ekonominya dan dievaluasi apabila terdapat indikator adanya
penurunan nilai aset tak berwujud
Daftar Pustaka

Bursa Efek Indonesia (2022). Laporan Keuangan dan Tahunan. Retrieved from Idx.co.id:
https://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (2022). Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia
PT Unilever Indonesia Tbk. (2022). Profil Perusahaan. Retrieved from PT Unilever Indonesia
Tbk : https://www.unilever.co.id/hubungan-investor/publikasi-perusahaan/laporan-tahunan/

Anda mungkin juga menyukai