KP A
KELOMPOK 1
Model Biaya
Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih model biaya mengukur seluruh properti
investasinya sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 16, kecuali jika 58properti investasi tersebut
memenuhi kriteria sebagai dikuasai untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan
yang dikelompokan sebagai dikuasai untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58.
Pengalihan
Entitas dapat mengalihkan properti investasi (ke atau dari), jika terdapat perubahan penggunaan
(ketika properti memenuhi atau berhenti memenuhi definisi dan ada bukti). Namun secara
terpisah, perubahan properti tidak menunjukkan bukti perubahan penggunaan. Contoh bukti
perubahan penggunaan mencakup :
a. Dimulainya penggunaan oleh pemilik untuk pengalihan dari properti investasi menjadi
properti sendiri
b. Dimulainya pengembangan untuk dijual, untuk pengalihan dari properti investasi menjadi
persediaan
c. Berakhirnya pemakaian oleh pemilik, untuk pengalihan dari properti sendiri menjadi
properti investasi
d. Insepsi sewa operasi kepada pihak lain, untuk pengalihan dari persediaan menjadi
properti investasi
Jika entitas memilih untuk melepas properti investasi tanpa dikembangkan, maka entitas harus
menganggap sebagai properti investasi, bukan persediaan sampai pada waktu dihentikan
pengakuannya. Sebaliknya, jika entitas mengembangkan properti investasi dan menggunakan di
masa depan, maka akan tetap sebagai properti investasi, bukan properti sendiri. Entitas yang
memakai model biaya, pengalihan antara properti investasi, properti sendiri dan persediaan tidak
mengubah jumlah tercatat dan biaya perolehan untuk tujuan pengukuran serta pengungkapan.
Pada entitas yang menggunakan model nilai wajar untuk properti investasi akan dialihkan
menjadi properti sendiri atau persediaan (PSAK 16: Aset Tetap, PSAK 14: Persediaan), dimana
biaya perolehan bawaan (deemed cost) adalah nilai wajar tanggal perubahan penggunaan. Jika
properti sendiri digunakan oleh pemilih, maka akan jadi properti investasi dan dicatat dengan
nilai wajar (PSAK 16: Aset Tetap) sampai tanggal terakhir perubahan penggunaannya. Entitas
harus menerapkan perbedaan jumlah tercatat dan nilai wajar (PSAK 16) sampai pada tanggal
properti sendiri menjadi properti investasi dengan nilai wajar, maka entitas harus menyusutkan
properti dan mengakui rugi penurunan nilai yang terjadi, yaitu :
a. Setiap penurunan jumlah tercatat properti diakui di laba rugi, tetapi jika terdapat surplus
revaluasi, maka akan diakui di penghasilan komprehensif lain dan mengurangi surplus
revaluasi di ekuitas.
b. Setiap kenaikan jumlah tercatat diakui :
i. Dalam laba rugi, jika kenaikan membalik rugi penurunan nilai yang diakui
sebelumnya dan jumlah yang diakui tidak melebihi yang diperlukan untuk
mengembalikan nilai ke jumlah tercatat (setelah penyusutan, jika ada)
ii. Setiap sisa bagian diakui di penghasilan komprehensif lain dan menaikkan surplus
revaluasi ekuitas, tetapi ketika properti investasi dilepas, maka akan dialihkan ke
saldo laba. Pengalihan surplus revaluasi ke saldo laba tidak melalui laba rugi.
Untuk pengalihan persediaan ke properti investasi yang dicatat dengan nilai wajar, perbedaannya
antara nilai wajar dengan jumlah tercatat diakui dalam laba rugi. Perlakuan tersebut adalah
konsisten dengan perlakuan penjualan persediaan. Ketika entitas telah selesaikan pengembangan
properti investasi sendiri dan dicatat dengan nilai wajar, maka setiap perbedaan nilai wajar dan
jumlah tercatatnya diakui dalam laba rugi juga.
Pelepasan
Properti investasi akan dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan / tidak dipakai lagi secara
permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomik masa depan dari pelepasannya. Pelepasan
tersebut dapat dilakukan dengan cara dijual / disewakan (sewa pembiayaan). Untuk menentukan
tanggal pelepasan, entitas bisa memakai kriteria dalam PSAK 23: Pendapatan jika dijual dan
PSAK 30: Sewa jika disewakan. Jika sesuai dengan paragraf 16, entitas mengakui biaya
penggantian dari properti investasi dalam jumlah tercatatnya, maka akan dihentikan pula
pengakuannya. Untuk properti investasi dengan model biaya, bagian yang diganti bukan bagian
yang disusutkan terpisah. Jika susah untuk menentukan jumlah tercatat dari bagian yang diganti,
maka entitas bisa gunakan biaya penggantian untuk menentukan jumlah biaya perolehan saat
diperoleh.
Pada model nilai wajar, nilai wajar properti investasi yang telah diganti sudah tidak
memiliki nilai lagi, sehingga untuk menentukan nilai wajar setelah dikurangi bagian yang diganti
adalah dengan memasukkan biaya pengganti ke jumlah tercatat aset dan kemudian menentukan
kembali nilai wajarnya seperti yang disyaratkan (penambahan tidak melibatkan penggantian)
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi
ditentukan dari selisih antara hasil neto pelepasan dan jumlah aset tercatat. Imbalan yang dapat
diterima atas pelepasan properti investasi diakui awalnya pada nilai wajar. Jika pembayaran atas
properti investasi ditangguhkan, imbalan yang dapat diterima diakui awalnya pada setara harga
tunai .Kompensasi dari pihak ketiga yang diberikan sehubungan dengan penurunan nilai,
kehilangan, atau penyerahan properti investasi diakui dalam laba rugi ketika kompensasi tersebut
menjadi piutang. Penurunan nilai atau kerugian atas properti investasi, klaim, atau pembayaran
kompensasi dari pihak ketiga serta setiap pembelian atau pembangunan selanjutnya atas aset
merupakan peristiwa ekonomik terpisah dan dicatat secara terpisah dengan cara sebagai berikut:
a. penurunan nilai properti investasi diakui sesuai PSAK 48
b. penghentian atau pelepasan properti investasi diakui sesuai dengan paragraf 66–71
c. kompensasi atas penurunan nilai, hilang atau penyerahan diakui dalam laba rugi ketika
kompensasi tersebut telah menjadi piutang
d. biaya dari aset yang direstorasi, dibeli atau dibangun sebagai penggantian ditentukan
berdasarkan paragraf 20–29.
PENGUNGKAPAN
Model Nilai Wajar dan Model Biaya
Sesuai dengan PSAK 30, pemilik properti investasi membuat pengungkapan yang dilakukan
lessor atas sewa yang telah disepakati. Entitas yang memiliki hak atas properti investasi dalam
sewa pembiayaan atau sewa operasi membuat pengungkapan yang dilakukan lessee atas sewa
pembiayaan dan pengungkapan yang dilakukan lessor atas sewa operasi yang telah disepakati.
Entitas mengungkapkan:
a. apakah entitas menerapkan model nilai wajar atau model biaya
b. jika menerapkan model nilai wajar, dalam keadaan bagaimana hak atas properti yang
dikuasai dalam sewa operasi diklasifikasikan dan dicatat sebagai properti investasi
c. jika pengklasifikasian sulit dilakukan (paragraf 14), kriteria yang digunakan untuk
membedakan dengan properti yang dikuasai untuk dijual dalam kegiatan usaha
sehari-hari
d. sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi didasarkan pada penilaian oleh
penilai independen yang memiliki kualifikasi profesional serta memiliki pengalaman
terkini di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai
e. jumlah yang diakui dalam laba rugi:
i. penghasilan rental dari properti investasi
ii. beban operasi langsung yang timbul dari properti investasi yang menghasilkan
penghasilan rental
iii. beban operasi langsung yang timbul dari properti investasi yang tidak menghasilkan
pendapatan rental
iv. perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laba rugi atas penjualan
properti investasi
f. keberadaan dan jumlah pembatasan atas kemampuan realisasi dari properti investasi atau
atas pengiriman penghasilan dan hasil pelepasan
g. kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun, mengembangkan atau meningkatkan
properti investasi
Dalam kasus yang dikecualikan di paragraf 53, jika entitas mengukur properti investasi dengan
menggunakan model biaya sesuai dengan PSAK 16 yang disyaratkan di paragraf 76
mengungkapkan jumlah yang terkait dengan properti investasi tersebut secara terpisah dari
jumlah yang terkait dengan properti investasi lain. Sebagai tambahan, entitas mengungkapkan:
a. deskripsi properti investasi
b. penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat diukur secara andal
c. jika memungkinkan, rentang estimasi nilai wajar kemungkinan besar berada
d. untuk pelepasan properti investasi yang tidak dicatat dengan nilai wajar:
i. entitas telah melepaskan properti investasi yang tidak dicatat dengan nilai wajar
ii. jumlah tercatat properti investasi pada saat dijual
iii. jumlah keuntungan atau kerugian yang diakui
Model Biaya
Sebagai tambahan dari pengungkapan yang disyaratkan di paragraf 75, entitas yang menerapkan
model biaya di paragraf 56 mengungkapkan:
a. metode penyusutan yang digunakan
b. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
c. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode
d. rekonsiliasi jumlah tercatat properti investasi pada awal dan akhir periode, yang
menunjukkan:
i. penambahan, dengan pengungkapan terpisah untuk penambahan yang dihasilkan dari
akuisisi dan dari pengeluaran selanjutnya yang diakui sebagai aset
ii. penambahan yang dihasilkan dari akuisisi melalui kombinasi bisnis
iii. aset yang diklasifikasikan sebagai dikuasai untuk dijual atau kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dikuasai untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
iv. penyusutan
v. jumlah rugi penurunan nilai yang diakui, dan jumlah pembalikan rugi penurunan nilai,
selama periode sesuai dengan PSAK 48
vi. selisih kurs neto pada penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi
mata uang penyajian yang berbeda
vii. pengalihan ke dan dari persediaan dan properti yang digunakan sendiri
e. nilai wajar properti investasi. Dalam kasus yang dikecualikan sebagaimana
dideskripsikan di paragraf 53, jika entitas tidak dapat mengukur nilai wajar properti
investasi secara andal, entitas mengungkapkan:
i. deskripsi properti investasi
ii. penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat diukur secara andal
iii. jika memungkinkan, rentang estimasi nilai wajar kemungkinan besar berada
KETENTUAN TRANSISI
Model nilai Wajar
Entitas menerapkan Pernyataan ini secara prospektif dengan ketentuan bahwa properti dalam
proses pembangunan dikaji apakah memenuhi definisi sebagai properti investasi.
Kombinasi Bisnis
Entitas menerapkan paragraph 14A secara prospektif untuk akuisisi properti investasi yang
dimulai dari periode awal diadopsinya paragraf tersebut. Sebagai akibatnya, akuntansi untuk
akuisisi properti investasi pada periode sebelumnya tidak disesuaikan. Namun, entitas dapat
memilih untuk menerapkan paragraf tersebut pada setiap akuisisi properti investasi yang terjadi
sebelum dimulainya periode tahun buku pertama atau setelah tanggal efektif
Tanggal Efektif
PSAK 13 menambahkan paragraf 14A dan 84A. Entitas menerapkan paragraf tersebut untuk
periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2016. Penerapan dini
diperkenankan. Amendemen PSAK 13 paragraf 57-58 dan menambahkan paragraf 84C-84E.
Entitas menerapkan amandemen tersebut untuk periode tahunan yang dimulai pada atau setelah 1
Januari 2018. Penerapan dini diperkenankan.
Penarikan
Pernyataan ini menggantikan PSAK 13 (2007): Properti Investasi.
Tujuan
Untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tak berwujud yang tidak diatur dalam PSAK lain,
pernyataan ini mengatur
- Entitas untuk mengakui aset jika entitas memenuhi kriteria tertentu
Ruang lingkup
Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi untuk aset tak berwujud, kecuali:
- Aset keuangan sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 50: Instrumen keuangan: Penyajian
- Pengeluaran atas pengembangan dan ekstraksi mineral, minyak, gas alam, dan sumber daya
tidak dapat diperbarui lain.
Definisi
- Amortisasi
Alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset tak berwujud selama umur manfaatnya:
1. Aset
2. Sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu
3. Sumber daya yang manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut diperkirakan
mengalir ke entitas
4. Aset moneter
Kas yang dimiliki dan aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya pasti
atau dapat ditentukan
- Biaya Perolehan
Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk
memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan, jumlah yang
diatribusikan ke aset saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK
lain.
- Jumlah Tersusutkan
Biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan, dikurangi
nilai residunya
Jumlah asset yang diakui dalam laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan akumulasi
amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Jumlah estimasi yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan asset, setelah dikurangi biaya
estimasi pelepasan aset, jika aset telah mencapai umur dan kondisi yang diperkirakan pada akhir
umur manfaatnya
Nilai kini dari arus kas yang diharapkan entitas akan timbul dari pengguna aset secara
berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir umur manfaatnya atau yang diharapkan
terjadi saat penyelesaian labilitas.
- Nilai Wajar
Harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar untuk
mengalihkan suatu liabilities dalam transaksi teratur antara pasar pada tanggal pengukuran
- Pengembangan
Penerapan temuan penelitian atau pengetahuan lain pada suatu rencana atau rancangan produksi
bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang baru atau yang mengalami perbaikan
substansial, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian.
- Penelitian
Penyelidikan asli dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pembaruan
pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru.
Suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atas jumlah terpulihkannya
1. Umur manfaat
3. Jumlah produksi / unit serupa yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu aset
oleh entitas.
Keteridentifikasian
- Dapat dipisahkan, yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan dari entitas dan dijual, dialihkan,
dilisensikan, disewakan, atau ditukarkan, baik secara individual atau bersama dengan kontrak
terkait, asset teridentifikasi, atau liabilities teridentifikasi, terlepas apakah entitas memiliki
intensi untuk melakukan hal tersebut
- Timbul dari pihak kontraktual atau hukum lain, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan
atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lain.
Pengendalian
Entitas mengendalikan aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat
ekonomik masa depan yang timbul dari asset dan dapat membatasi akses pihak lain dalam
memperoleh manfaat ekonomi tersebut. Kemampuan entitas untuk mengendalikan manfaat
ekonomik masa depan dari suatu aset tak berwujud biasanya timbul dari hak hukum yang dapat
dipisahkan dalam pengendalian. Jika tidak ada hukum, maka entitas akan lebih sulit
menunjukkan adanya pengendalian. Akan tetapi, pemaksaan hukum dari hak bukan merupakan
syarat yang perlu bagi pengendalian karena entitas dapat saja mengendalikan manfaat ekonomik
masa depan dengan cara lain.
Manfaat ekonomik masa depan yang timbul dari aset tak berwujud dapat mencakup pendapatan
dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain yang berasal dari
penggunaan aset oleh entitas.
- Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari asset
tersebut
PEMBAHASAN
PT Unilever Indonesia Tbk telah beroperasi sejak tahun 1933 dan telah menjadi perusahaan
Fast Moving Consumer Goods terdepan di pasar Indonesia. Unilever Indonesia memiliki
lebih dari 40 brand yang terbagi dalam 2 segmen usaha: Home & Personal Care dan Foods &
Refreshment. Unilever Indonesia telah “go public” pada tahun 1982 dan saham-sahamnya
tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Unilever Indonesia memiliki sembilan
pabrik yang berada di Cikarang dan Rungkut. Kesembilan pabrik tersebut telah mendapatkan
sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Visi : Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari masyarakat Indonesia dengan
menyentuh kehidupan dari setiap orang Indonesia setiap harinya
Misi :
❖ Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari
❖ Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati
hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang lain.
❖ Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya yang bila
digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia
❖ Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan kami
untuk terus bertumbuh seraya mengurangi dampak terhadap lingkungan
UNVR telah menerapkan PSAK 13 dalam menyajikan properti investasi pada laporan keuangan
perusahaan di tahun 2021. Akun-akun terkait yang termasuk dalam properti investasi, yaitu:
a. Tanah
b. Bangunan
c. Kendaraan bermotor
d. Mesin dan peralatan
Keempat kelompok dari properti investasi tersebut dicatat pada berbagai laporan keuangan,
yaitu:
Berikut merupakan Laporan Posisi Keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk yang terdapat properti
investasi (aset hak guna) pada komponen aset tidak lancar:
Berikut adalah laporan arus kas dari aktivitas investasi yang tercatat pada Laporan Arus Kas
(disajikan dalam jutaan rupiah):
Berikut adalah rincian dari aktivitas aset hak-guna yang disajikan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan (disajikan dalam jutaan rupiah):
Beberapa transaksi sewa gudang, kantor, dan kendaraan mengandung opsi perpanjangan yang
dapat diambil oleh Perseroan sebelum masa berakhirnya kontrak yang tidak dapat dibatalkan.
- Identifikasi Akun
a. Aset Tak Berwujud
Akun yang muncul pada laporan keuangan pada PT Unilever Tbk, adalah Aset
Tak Berwujud yang termasuk didalamnya adalah merek dagang, perangkat lunak
dan lisensi perangkat lunak. Di tahun 2020, peningkatan nilai tercatat aset tak
berwujud disebabkan oleh penambahan nilai tercatat neto perangkat lunak &
lisensi perangkat lunak.
Aset tak berwujud timbul dari perolehan atas merek yang berhubungan
dengan produk Hazeline, Bango, Buavita, Hijab Fresh dan Seru yang diperoleh
masing-masing pada tahun 1996, 2001, 2008, 2017, dan 2018 serta perangkat
lunak dan lisensi perangkat yang diperoleh dari tahun 2004 sampai dengan tahun
2018
b. Amortisasi
- Pengakuan
a. Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud diakui sebagai ketika suatu entitas memperoleh manfaat
ekonomi di masa depan dari aset tersebut, dan biaya perolehan aset tersebut dapat
diakui secara andal. Aset tak berwujud diberhentikan pengakuannya jika : (a)
dilepas, atau (b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang
diperkirakan dari penggunaan atau pelepasannya. Pengeluaran atas aset tak
berwujud diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Salah satu aset yang dimiliki perusahaan diakui sebagai aset tak berwujud,
dan pengakuannya terjadi pada saat tanggal perolehan. Merek dagang yang
diperoleh sebagai bagian dari kombinasi bisnis diakui sebesar nilai wajar pada
tanggal perolehannya. Perseroan menentukan apakah masa manfaat merek dagang
terbatas atau tidak terbatas dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan.
Masa manfaat merek dagang ditelaah setiap periode pelaporan untuk menentukan
apakah peristiwa dan kondisi terkini dapat terus mendukung penilaian bahwa
masa manfaat tetap tidak terbatas
b. Amortisasi
Perangkat lunak dan lisensi perangkat lunak memiliki masa manfaat yang
terbatas dan diukur sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi.
Amortisasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus untuk mengalokasi
biaya perolehan sepanjang estimasi masa manfaatnya.
- Pengukuran
a. Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Dalam
mengakui suatu item sebagai aset tak berwujud, entitas perlu menunjukkan bahwa
item tersebut: (1) Memenuhi definisi aset tak berwujud dan (2) Memenuhi kriteria
pengakuan. Suatu entitas harus memilih model biaya perolehan atau model
revaluasi untuk setiap kelompok aset tak berwujud.
Gambar 3. Pengukuran aset tak berwujud dan amortisasi dalam perusahaan
Aset tak berwujud yang diperoleh secara terpisah diukur sebesar nilai
perolehan pada pengakuan awal. Setelah pengakuan awal sebesar Rp
894.741.000.000, aset tak berwujud dicatat pada biaya perolehan dikurangi
akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Dalam CALK
perusahaan pada tanggal 31 Desember 2020 dan 2019, aset tak berwujud timbul
dari perolehan atas merek yang berhubungan dengan produk Hazeline, Bango,
Buavita, Hijab Fresh dan Seru yang diperoleh berturut-turut pada tahun 1996,
2001, 2008, 2017, dan 2018 serta perangkat lunak dan lisensi perangkat lunak
yang diperoleh dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2018.
b. Amortisasi
- Penyajian
a. Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud disajikan dalam laporan Posisi Keuangan sebagai aset
tak lancar. Pelaporan aset tak berwujud dalam laporan keuangan disajikan dalam
akun aset tak berwujud-bersih, dimana dalam aset tak berwujud bersih terdapat
akun aset tak berwujud dalam bentuk lisensi atas peranti lunak. Dalam laporan
posisi keuangan dilaporkan nilai buku pada tahun 2019 sebesar Rp
402.718.000.000 dan tahun 2020 sebesar Rp 408.242.000.000
b. Amortisasi
- Pengungkapan
PT. Unilever Tbk mengungkapkan informasi aset tak berwujud pada catatan atas
laporan keuangan. Informasi yang diungkapkan oleh perusahaan antara lain:
Aset tak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan adalah lisensi perangkat lunak
dan software.
b. Jumlah tercatat
Saldo awal 1 januari 2020 aset tak berwujud adalah Rp 894.741.000.000 dan
saldo akhir periode yaitu Rp 936.948.000.000. Hal ini disebabkan karena terdapat
penambahan aset tak berwujud.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aset tak berwujud diakui sebagai ketika suatu entitas memperoleh manfaat
ekonomi di masa depan dari aset tersebut, dan biaya perolehan aset tersebut dapat
diakui secara andal. Pengeluaran atas aset tak berwujud diakui sebagai beban pada
saat terjadinya. Salah satu aset yang dimiliki perusahaan diakui sebagai aset tak
berwujud, dan pengakuannya terjadi pada saat tanggal perolehan. Berdasarkan uraian
aset tak berwujud yang dilaporkan dalam laporan keuangan dan CALK perusahaan
sudah sesuai dengan pelaporan menurut PSAK.
Aset tak berwujud yang disajikan dalam laporan keuangan diakui pada saat
perolehan aset tak berwujud. Dalam pelaporan keuangan dan CALK yang telah
disajikan oleh perusahaan sesuai dengan PSAK amortisasi aset tak berwujud. Dengan
demikian amortisasi yang dilakukan oleh perusahaan menggunakan metode garis lurus
selama umur manfaat ekonominya dan dievaluasi apabila terdapat indikator adanya
penurunan nilai aset tak berwujud
Daftar Pustaka
Bursa Efek Indonesia (2022). Laporan Keuangan dan Tahunan. Retrieved from Idx.co.id:
https://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (2022). Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia
PT Unilever Indonesia Tbk. (2022). Profil Perusahaan. Retrieved from PT Unilever Indonesia
Tbk : https://www.unilever.co.id/hubungan-investor/publikasi-perusahaan/laporan-tahunan/