Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KOLELITHIASIS
Oleh:
Pembimbing
UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2021
1
PENDAHULUAN
3
1. Anatomi
Kandung empedu (vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear
yang terletak pada permukaan visceral hepar. Vesica fellea dibagi menjadi
fundus, corpus, dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol
di bawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan
dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus
merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Corpus bersentuhan
dengan permukaan visceral hati dan arahnya ke atas, belakang, dan kiri.
Collum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu. Collum
dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus
untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk
duktus koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan
sempurna menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral
hati.
2. Fisiologi
4
Vesica fellea berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas
sekitar 50 ml. Vesica fellea mempunyai kemampuan memekatkan empedu.
Dan untuk membantu proses ini, mukosanya mempunyai lipatan – lipatan
permanen yang satu sama lain saling berhubungan. Sehingga permukaanya
tampak seperti sarang tawon. Sel - sel thorak yang membatasinya juga
mempunyai banyak mikrovilli.
Menurut Guyton & Hall, 1997 empedu melakukan dua fungsi penting yaitu:
5
3. Pengosongan kandung empedu
Empedu dialirkan sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial
kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan
berlemak ke dalam duodenum. Lemak menyebabkan pengeluaran hormon
kolesistokinin dari mukosa duodenum, hormon kemudian masuk ke dalam
darah, menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat yang sama,
otot polos yang terletak pada ujung distal duktus coledokus dan ampula
relaksasi, sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental ke dalam
duodenum. Garam – garam empedu dalam cairan empedu penting untuk
emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu pencernaan dan
absorbsi lemak.
Proses koordinasi kedua aktifitas ini disebabkan oleh dua hal yaitu :
- Neurogen :
Stimulasi vagal yang berhubungan dengan fase Cephalik dari sekresi
cairan lambung atau dengan refleks intestino-intestinal akan
menyebabkan kontraksi dari kandung empedu.
6
4. Komposisi Cairan Empedu
Dari Kandung
Komponen Dari Hati
Empedu
Air 97,5 gm % 95 gm %
Elektrolit - -
Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada
dua macam yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-
kuman usus diubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar
(90 %) garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh
mukosa usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam
bentuk lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi di segmen distal
7
dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut misalnya oleh
karena radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu akan tergangg
KOLESISTITIS
1. Kolesistitis Akut
A. Pengertian
Radang kandung empedu (Kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi
akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas,
nyeri tekan, dan demam.
C. Gejala Klinis
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik
perut di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan
suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula
kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya
keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi ringan
sampai dengan gangren atau perforasi kandung empedu. Penderita kadang
8
mengalami demam, mual, dan muntah, Pada orang lanjut usia, demam
sering kali tidak begitu nyata dan nyeri lebih terlokalisasi hanya pada perut
kanan atas.
D. Pemeriksaan Fisik
Teraba masa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda
peritonitis lokal (tanda Murphy).
E. Laboratorium
Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin
<4,0 mg/dl). Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan
adanya batu di saluran empedu ekstrahepatik.
Leukositosis
Peningkatan enzim-enzim hati (SGOT, SGPT, alkali fosfatase, dan
bilirubin)
Peninggian transaminase dan fosfatase alkali
F. Radiologi
Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran
kolesistitis akut. Hanya pada 15% pasien kemungkinan dapat terlihat
batu tidak tembus pandang (radioopak) oleh karena mengandung
kalsium cukup banyak.
Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung
empedu bila ada obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak
bermanfaat untuk kolesistitis akut.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin
dan sangat bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk,
penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu
ekstrahepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90-95%.
Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HIDA atau
99nTc6 Iminodiacetic acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari
USG tapi teknik ini tidak mudah. Terlihatnya gambaran duktus
koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu pada
pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat menyokong
kolesistitis akut.
9
CT Scan abdomen kurang sensitif dan mahal tapi mampu
memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang
mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.
Kolangiografi transhepatik perkutaneous: Pembedahan gambaran
dengan fluoroskopi antara penyakit kandung empedu dan kanker
pankreas (bila ikterik ada).
MRI
G. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari
pemeriksaan tertentu.
Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu
dalam kandung empedu dan bisa menunjukkan penebalan pada dinding
kandung empedu, dan cairan peradangan disekitar empedu. ERCP
(endoscopic retrograd cholangiopancreatography) juga dapat dilakukan
untuk melihat anatomi saluran empedu, sekaligus untuk mengangkat batu
apabila memungkinkan.
Diagnosis yang paling akurat diperoleh dari pemeriksaan skintigrafi
hepatobilier, yang memberikan gambaran dari hati, saluran empedu,
kandung empedu dan bagian atas usus halus.
H. Penatalaksanaan
Penderita dengan kolesistitis akut pada umumnya dirawat di rumah
sakit, diberikan cairan dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan
makan maupun minum. Mungkin akan dipasang pipa nasogastrik untuk
menjaga agar lambung tetap kosong sehingga mengurangi rangsangan
terhadap kandung empedu. Antibiotik diberikan sesegera mungkin jika
dicurigai kolesistitis akut.
10
penyakitnya. Jika serangannya mereda, kandung empedu bisa diangkat 6
minggu kemudian atau lebih. Jika terdapat komplikasi (misalnya abses,
gangren atau perforasi kandung empedu), diperlukan pembedahan segera.
Sebagian kecil penderita akan merasakan episode nyeri yang baru
atau berulang, yang menyerupai serangan kandung empedu, meskipun
sudah tidak memiliki kandung empedu.
Penyebab terjadinya episode ini tidak diketahui, tetapi mungkin merupakan
akibat dari fungsi sfingter Oddi yang abnormal. Sfingter Oddi adalah lubang
yang mengatur pengaliran empedu ke dalam usus halus. Rasa nyeri ini
mungkin terjadi akibat peningkatan tekanan di dalam saluran yang
disebabkan oleh penahanan aliran empedu atau sekresi pankreas.
I. Prognosis
Penyembuhan spontan didapatkan 85% kasus, sekalipun kandung
empedu menjadi tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi.
Tidak jarang menjadi kolesistitis rekuren. Kadang-kadang kolesistitis akut
berkembang secara cepat menjadi gangren, empiema dan perforasi kandung
empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum. Hal ini dapat dicegah
dengan pemberian antibiotik yang adekuat pada awal serangan. Tindakan
bedah akut pada pasien tua (>75th) mempunyai prognosis jelek di samping
kemungkinan banyak timbul komplikasi pasca bedah.
2. Kolesistitis Kronik
11
A. Pengertian
Kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung
empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang
tajam dan hebat.
B. Etiologi
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis
akut, yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu
dan penciutan kandung empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak
mampu menampung empedu.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya
meningkat pada usia diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya kolesistitis
kronis adalah adanya riwayat kolesistitis akut sebelumnya.
C. Gejala Klinis
Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak.
Gejalanya sangat minimal dan tidak menonjol, seperti dispepsia, rasa penuh
di epigastrium, dan nausea khususnya setelah makan makanan berlemak
tinggi, yang kadang-kadang hilang setelah bersendawa.
D. Radiologi
12
CT Scan: Dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus
empedu, dan membedakan antara ikterik obstruksi /non obstruksi.
MRI
E. Diagnosis
Diagnosis kolesistitis kronik sering sulit ditegakkan. Riwayat
penyakit batu kandung empedu di keluarga, ikterus dan kolik berulang, nyeri
lokal di daerah kandung empedu disertai tanda Murphy positif dapat
menyokong menegakkan diagnosis.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan.
Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui
laparoskopi. Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena
keadaan medis lainnya, dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan
menurunkan berat badan. Bisa diberikan antasid dan obat-obat
antikolinergik.
G. Pencegahan
Seseorang yang pernah mengalami serangan kolesistitis akut dan
kandung empedunya belum diangkat, sebaiknya mengurangi asupan lemak
dan menurunkan berat badannya.
13
KOLELITHIASIS
Definisi Kolelithiasis
14
1. Batu kolesterol
15
Batu pigmen hitam biasanya ukuran kecil, rapuh, hitam, dan kadang-
kadang spiculated. Mereka dibentuk oleh jenuh kalsium bilirubinate, karbonat,
dan fosfat, paling sering sekunder untuk gangguan hemolitik seperti
sferositosis herediter dan penyakit anemia sel sabit, dan pada penyakit
sirosis. Seperti batu kolesterol, mereka hampir selalu terbentuk di kandung
empedu. Bilirubin tak terkonjugasi jauh lebih larut dari terkonjugasi bilirubin
dalam empedu. Deconjugation bilirubin terjadi biasanya dalam empedu pada
tingkat yang lambat. Tingkat berlebihan bilirubin terkonjugasi, seperti di
negara-negara hemolitik, menyebabkan peningkatan laju produksi bilirubin
tak terkonjugasi. Sirosis dapat menyebabkan peningkatan sekresi bilirubin tak
terkonjugasi. Ketika kondisi berubah menyebabkan peningkatan kadar
bilirubin dalam empedu deconjugated, curah hujan dengan kalsium terjadi. Di
negara-negara Asia seperti Jepang, akun batu hitam untuk persentase yang
jauh lebih tinggi dari batu empedu dibandingkan di belahan bumi Barat.
Batu coklat biasanya dengan ukuran < 1 cm, berwarna kuning
kecoklatan, lunak, dan sering lunak. Dapat membentuk di dalam kantong
empedu atau di saluran empedu, biasanya sekunder terhadap infeksi yang
disebabkan oleh stasis empedu. Endapan kalsium bilirubinate dan badan sel
bakteri membentuk bagian utama dari batu.
Bakteri seperti Escherichia coli mensekresikan β-glucuronidase yang
enzimatik membelah bilirubin glukuronida untuk menghasilkan larut bilirubin
tak terkonjugasi. Hal endapan dengan kalsium, dan bersama dengan badan
sel bakteri mati, membentuk coklat yang lembut batu di saluran empedu.
Batu coklat biasanya ditemukan di saluran empedu dari populasi
Asia dan berhubungan dengan stasis sekunder untuk parasit infeksi. Dalam
populasi Barat, batu coklat terjadi sebagai empedu utama batu saluran pada
pasien dengan penyempitan empedu atau batu empedu saluran lain yang
menyebabkan stasis dan kontaminasi bakteri. 3
3. Batu campuran
16
Gambar 5. Klasifikasi batu dalam kandung empedu
Epidemiologi
17
Risiko penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi
relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu menimbulkan masalah
serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan
penyulit akan terus meningkat.6
Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan
asam chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein
dan 0,3% bilirubin.2 Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan
sempurna namun yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi
kandung empedu.3 Sementara itu, komponen utama dari batu empedu
adalah kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan
empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi
tidak larut dan membentuk endapan di luar empedu.
Manifestasi Klinis
19
Kolelitiasis asimptomatik biasanya diketahui secara kebetulan,
sewaktu pemeriksaan ultrasonografi, pembuatan foto polos abdomen, atau
perabaan sewaktu operasi. Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak
ditemukan kelainan.
Faktor Resiko
Faktor resiko untuk kolelitiasis, yaitu :
a. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung
untuk terkena kolelitiasis di bandingkan dengan usia yang lebih muda.
Di Amerika serikat 20 % wanita lebih dari 40 tahun mengidap batu
empedu. Semakin meningkat usia, prevalensi batu empedu semakin
tinggi. Hal ini disebabkan oleh:
1. Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan.
2. Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai
dengan bertambahnya usia.
3. Empedu semakin itogenik bila usia semakin bertambah.
b. Jenis Kelamin
Wanita memiliki resiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria, hal ini disebabkan karena pada wanita
dipengaruhi oleh hormon estrogen, yang berpengaruh terhadap
peningkatan eksresi kolesterol oleh kandung empedu. Hingga decade
ke-6, 20 % pada wanita dan 10 % pada pria menderita batu empedu dan
prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun
umumnya selalu pada wanita.
c. Berat Badan (BMI)
Pada orang yang memiliki Body Mass Indeks (BMI) tinggi, mempunyai
resiko lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis, hal ini dikarenakan dengan
tingginya BMI maka kadar kolesterol di dalam kandung empedu tinggi
dan mengurangi garam empedu serta mengurangi kontraksi /
pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
20
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani
beresiko untuk menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen
dari lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan empedu
melebihi batas normal, maka cairan empedu dapat mengendap dan
lama kelamaan menjadi batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat
badan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari
empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung
empedu.
e. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.
Diagnosis
21
kelenjar mukosa ke dalam lapisan otot (pembentukan sinus epitel). Polip
granulomatosa berkembang di lumen di fundus, dan dinding kandung empedu
menebal dan septae atau striktur dapat dilihat di kantong empedu. Pada
pasien simptomatik, kolesistektomi adalah pengobatan pilihan untuk pasien
dengan kondisi ini.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan akut,
dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan ditemukan
kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus koledukus oleh
batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di
dalam duktus koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga
kadar amilase serum biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi
serangan akut.1
2. Pemeriksaan Radiologis
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas
karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak.
Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium
tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung
empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat
sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran
udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.1
22
Gambar 6. Foto rongent pada kolelitiasis
23
Gambar 7. USG Kandung Empedu Normal
Terlihat kontur, besar dan batas yang normal, dinding tidak menebal. Terletak
diantara parenkim hati lobus kanan pada fossa vesika felea. Ekocairan
homogen
bawahnya
4. Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik
karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu
radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. Kolesistografi
oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah, kadar bilirubun serum
diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan
tersebut kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral
lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.1
24
Komplikasi
yang dikenal sebagai Morgan sign positif atau positive transducer sign. 9
25
Gambar 9. Kolesistitis akut, ditandai dengan penebalan dinding
Dan adanya ekocairan disekelilingnya (cirri khas) sebagai reaksi
perikolesistisis
2. Kolesititis Kronik
tebal dan eko cairan lebih terlihat hiperekoik. Sering terdapat pada
26
Gambar 10. USG Kolesistitis kronik, terlihat dinding yang menebal,
kandung empedu mengkisut dan batu yang disertai bayangan akuistik.
3. Keganasan
berbeda. Umur kejadian rata-rata pada 60 tahun, jarang pada usia muda.
porta hati.
27
Gambaran klinis, keluhan biasanya ditentukan oleh kolesistolitiasis.
Sering ditemukan nyeri menetap di perut uadran kanan atas, mirip kolik
bilier. Apabila tejadi obstruksi duktus sstikus, akan timbul kolesistitis akut.
kandung empedu. Massa ini tidak akan disangka tumor apabila disertai
28
Gambar 11. Keganasan : Terlihat massa padat di dalam kandung
empedu dengan batas ireguler,tidak menimbulkan bayangan akustik,
kandung empedu membesar,sehingga batasnya dengan parenkim
hepar tidak tegas.
Terlihat area anekoik sekeliling kandung empedu (perikolesistitis)
4. Kolangitis
Penatalaksanaan
29
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan.
Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari
atau mengurangi makanan berlemak. 1
Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang
meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk
menjalani pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi). Pengangkatan
kandung empedu tidak menyebabkan kekurangan zat gizi dan setelah
pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan makanan. 1
30
cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama
kolesistektomi laparaskopi.
31
Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis
biaya-manfaat pad saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya
terbatas pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan untuk
menjalani terapi ini.
6. Kolesistotomi
Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal
bahkan di samping tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur
yang bermanfaat, terutama untuk pasien yang sakitnya kritis.
32
Gambar 14. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography
(ERCP)
Prognosis
33
DAFTAR PUSTAKA
34