Anda di halaman 1dari 24

LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

Pertemuan ke-9

PROF. DR. M. ZAIM, M.HUM


Logika
Penalaran
Materi Bahasan
A. Logika sebagai esensi dari filsafat
B. Manfaat logika dalam pengembangan ilmu
C. Macam-macam logika
D. Proposisi, Logika, dan Objektivitas
A. Logika sebagai esensi dari filsafat
• Logika berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti ucapan, kata, akal
budi, dan ilmu.
• Biologi – (bios) (logos) : ilmu tentang makhluk hidup.
• Sociologi – (socius) (logos): ilmu tentang masyarakat
• Zoologi: (zoo( (logis): Ilmu tentang binatang
• Psikologi : - (psikhe) (logos): ilmu tentang jiwa manusia
• Dalam pengertian ilmu, “logos” memiliki hubungan erat dengan salah satu kajian
yang menjadi objek formal dari ilmu yang bersangkutan sekaligus membedakan
ilmu tersebut dari ilmu-ilmu lainnya.
• Untuk menjelaskan dan memahami sebuah gejala keilmua, logika selalu hadir.
• Logika adalah “science of reasoning, proof, thinking, or inference; chain of
reasoning; correct or incorrect use of argument, ability in argument,
arguments.” (Oxford Dictionary).
• Logika adalah “a science that deals with the rules and tests of sound
thinking and proof by reasoning”.
• Logika adalah “logike tekhne”, yaitu seni atau keterampilan berfikir.

Simpulan:
1. Logika sebagai ilmu adalah elemen dasar setiap ilmu pengetahuan.
2. Logika sebagai seni adalah azas-azas pemikiran yang tepat, lurus, dan
semestinya.
3. Logika sebagai keterampilan adalah kecakapan menerapkan hukum-
hukum atau azas-azas pemikiran agar bernalar dengan tepat, teliti, dan
teratur.
Logika dipandang dari aspek waktu
1. Logika Tradisional (Logika Naturalis), yaitu cara berfikir yang sederhana
yang berdasarkan kodrat atau naluri fitrah manusia yang sejahlahir sudah
dilengkapi alat berfikir.
2. Logika Moderen (Logika Artifisial), dipelopori oleh Aristiteles dalam
bukunya “Organeri” yang berarti instrument atau alat untuk berfikir.
Logika artifisial dibedakan menjadi dua macam:
a. Logika Formal: mempelajari cara-cara atau pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil
dari logika formal yang diuji dengan kenyataan-kenyataan dalam praktek
dilapangan.
b. Logika Material: mempelajari sumber-sumber pengetahuan, alat-alat
pengetahuan, proses terjadinya ilmu pengetahuan, dan merumuskan metode ilmu
pengetahuan. Logika pengetahuan disebut juga logika mayor, yang kemudian
menjadi sumber ilmu pengetahuan atau epistemologi
• Orang pertama yang melakukan pemikiran sistematis tentang logika
adalah filusuf besar Yunani Aristoteles (384-322 M).
• Aristoteles menggunakan istilah “Analitika” – penyelidikan terhadap
argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar,dan
“Dialektika” – penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang
bertitik tolak dari putusan-putusan yang masih diragukan.
• Logika adalah esensi berfikir filsafat.
• Logika akan membangun sebuah ilmu semakin handal.
• Filsafat tanpa logika akan gagal menelaah fenomena.
• Logika akan membangun kepercayaan seseorang
• Orang yang berlogika, semakin mengangkat harga dirinya.
B. Manfaat logika dalam pengembangan ilmu
1. Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip
abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahauan.
2. Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih
dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin
intelektua.
3. Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh
berdasarkan autoritas, emosi, dan prasangka.
4. Logika – di masa sekarang dikenal sebagai “era of reason” – membantu
kita untuk berfikir sendiri dan tahu membedakan yang benar dari yang
palsu.
5. Logika membantu orang untuk lurus, tepat dan teratur karena dengan
berfikir demikian dia dapat memperoleh kebanaran dan menghindari
kesesatan.
C. Macam-macam logika
1. Logika Alamiah: kinerja akal budi manusia yang berfikir secara tepat
dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecendrungan-kecendrungan yang subjektif.
2. Logika Kodratiah: ada pada setiap manusia karena kodratnya
sebagai makhluk rasional. Misalnya, “makan” tidak sama dengan
“tidur”.
3. Logika Ilmiah: adalah ilmu praktis normative yang mempelajari
hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran manusia
yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai kesimpulan-
kesimpulan yang lurus/sah.
• Logika menawarkan pemikiran analitik dan sintetik untuk menyusun
suatu kebenaran.
• Ada perbedaan antara kebenaran bentuk dengan kebenaran isi:
• Logika yang berbicara tentang logika bentuk disebut logika formal (formal
logic), dan disebut juga sebagai logika minor.
• Logika yang yang membahas tentang kebenaran isi disebut logika material
(material logic), dan disebut juga sebagai logika mayor.
• Kedua logika berfikir ini saling melengkapi.
• Sebuah argumen dikatakan mempunyai kebenaran bentuk, bila konklusinya
kita tarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya, dengan mengabaikan
isi yang terkandung dalam argument tersebut.
• Sebuah argument dikatakan mempunyai kebenaran isi, bila konklusinya sesuai
dengan kenyataan.
• Penalaran yang tidak tepat, dan tidak memiliki kebenaran bentuk:
Semua pegawai negeri adalah penerima gaji.
Semua pegawai swasta adalah penerima gaji.
Jadi pegawai negeri adalah pegawai swasta.

• Penalaran yang tepat diketahui berdasarkan konklusinya yang ditarik


secara logis dari premis atau titik pangkalnya.
Semua manusia adalah mati
Semua raja adalah manusia
Jadi, semua raja adalah mati

• Pola penyusunan bentuk penalaran:


Semua M adalah P
Semua S adalah M
Semua S adalah P
• Argumen yang shahih dari segi bentuk, tetapi isinya salah.
Malaikat itu benda fisik.
Batu adalah malaikat.
Maka, batu itu benda fisik.

• Argumen yang benar dari segi isi, tetapi menurut bentuknya tidak
valid.
Semua binatang adalah makhluk hidup.
Kucing adalah makhluk hidup.
Jadi, kucing adalah binatang.

• Kenapa tidak valid? Karena konklusi yang ditarik tidak diturunkan dari
pernyataan-pernyataan yang menjadi titik pangkal pemikiran.
Sebuah argumen memiliki empat kemungkinan
1. Sahih dari segi bentuk, tetapi tidak benar dari segi isi.
Manusia adalah binatang berkaki empat.
Alibaba adalah manusia.
Jadi, Alibaba adalah binatang berkaki empat

2. Tidak sahih dari segi bentuk, tetapi benar dari segi isi.
Semua ayam mempunyai kaki
Dadang bukanlah ayam.
Jadi, dadang mempunyai kaki.
3. Sahih dari segi bentuk, dan benar dari segi isi.
Kota yang terletak di sebelah utara Roma lebih sejuk dari pada Roma.
London adalah kota yang terletak di sebelah utara Roma.
Jadi, London lebih sejuk dari pada Roma.

4. Tidak sahih dari segi bentuk, dan tidak benar dari segi isi.
Semua yang lebih ringan daripada batu mengambang dalam air.
Air lebih ringan daripada batu.
Jadi, batu mengambang dalam air.
Penalaran
• Bernalar adalah suatu proses berfikir yang menyangkut dengan cara
mengambil/menarik suatu kesimpulan sebagai suatu alur atau
kerangka berfikir berfikir tertentu.
• Ada dua macam penalaran ilmiah: penalaran induktif dan penalaran
deduktif.
• Penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan yang umum atas
dasar pengetahuan tetang kasus-kasus individual (khusus).
• Penalaran deduktif adalah proses penarikan kesimpulan bertitik tolak dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, kita menarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif memakai pola berfikir
yang disebut dengan silogisme.
Silogisme
• Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga pernyataan: Dua pernyataan yang
sudah diketahui (premis), diturunkan pernyataan yang ketiga (kesimpulan).
Semua manusia akan mati.
Socrates adalah manusia.
Jadi, Socrates akan mati.

Pengetahuan yang telah umum


Deduksi
Kenyataan
Pengetahuan yang konkret/khusus

• Kesimpulan dalam penalaran deduktif itu bersifat analitis-tautologis, sebab kesimpulan


sudah termuat dalam titik pangkal pemikiran.
• Penalaran deduktif bersifat sahih kalau kesimpulannya diturunkan secara logis dari
premis, tidak sahih kalau kesimpulannya tidak diturunkan secara logis dari premis.
• Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
• Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan).
• Silogisme terdiri dari: Silogisme kategorik, Silogisme Hipotetik, dan
Silogisme Disyungtif.
1. Silogismen kategorik adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan
kategorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut premis. Ada dua
jenis premis: mayor dan minor. Premis mayor yang termnya menjadi
predikat, premis minor yang termnya menjadi subjek. Yang menghubungkan
kedua premis tersebut adalah tern penengah (middle terms). Misalnya

Semua tumbuhan membutuhkan air (premis mayor)


Akasia adalah tumbuhan (premis minor)
Akasia membutuhkan air (konklusi)
2. Silogisme Hipotetik argumen yang premis mayornya berupa proposisi
hipotetik, sedangkan proposisi minornya adalah proposisi kategorik. Ada
empat macam tipe silogismen hipotetik.
1) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian anteseden. Contoh:
Jika hujan saya naik becak (mayor). Sekarang hujan (minor). Maka saya naik becak
(konklusi).
2) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakuia bagian konsekuennya.
Contoh: Jika hujan, bumi akan basah (mayor). Sekarang bumi basah (minor). Maka
hujan telah turun (konklusi).
3) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent. Contoh: Jika
politik pemerintah dilaksanakan secara paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan secarapaksa. Maka kegelisahan tidak akan
timbul.
4) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah. Pihak
penguasa tidak gelisah. Jadi, mahasiswa tidak turun ke jalan.
3. Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan
keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang
mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis
mayor.
1) Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif. Contoh: Heri jujur atau berbohong (premis 1). Ternyata Heri
berbohong (premis 2). Maka dia tidak jujur (konklusi).
2) Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif, bukan
kontradiktif. Contoh: Hasan di rumah atau di pasar (premis 1). Ternyata tidak di
rumah (premis 2). Jadi, Hasan di pasar (konklusi).
Silogisme dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid.
Silogisme dalam arti luas, penyimpulannya adalah sebagai berikut:
- Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah
(benar).
- Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak
sah (salah)
D. Proposisi, Logika, dan Objektivitas
• Proposisi adalah pernyataan yang terstruktur untuk mencapai sebuah
kesimpulan.
• Proposisi atomis adalah proposisi yang samasekali tidak mengandung
unsur majemuk. Proposisi atomis mengungkapkan fakta atomis.
• Proposisi-proposisi atomis dapat membentuk proposisi majemuk dengan
menggunakan kata “dan”, “atau”, yang menghasilkan suatu proposisi
molekuler (molecular proposition).
• Kebenaran atau ketidakbenaran proposisi molekuler tergantung pada
kebenaran atau ketidakbenaran proposisi-proposi atomis yang ada di
dalamnya.
• Jadi, fakta-fakta atomis menentukan benar tidaknya proposisi apapun juga
(Molecular propositions are truth functions of propositions (Russel))
• Atomisme logis menggunakan suatu kriterium untuk menentukan makna.
• Suatu proposisi mengandung makna kalau dapat ditunjukkan suatu fakta
atomis yang sepadan dengannya atau kalau suatu proposisi majemuk
terdiri dari proposisi-proposisi atomis yang masing-masing sepadan dengan
suatu fakta atomis.
• Akan tetapi proposisi yang dinyatakan oleh atomis logis tidak dapat
disamakan dengan kedua jenis proposisi.
• Pendekatan logika yang atomis lebih mengandalkan pendekatan yang
sangat matematis, karena lebih sistematis.
• Kehadiran proposisi dan logika akan membangun sebuah kebenaran ilmiah.
• Kebenaran ilmiah yang logis ditandai dengan hadirnya objectivitas.
• Pengetahuan ilmiah merupakan representasi akurat tentang realitas
atau kenyataan objektif sebagaimana adanya di dunia.
• Pengetahun ilmiah juga diyakini sebagai suatu diskripsi faktual
tentang objek-objek di dunia dan hubungannya satu sama lain.
• Teori ilmiah yang benar diyakini mempunyai rujukan objektif pada
dunia nyata di luar manusia.
• Ada korespondensi atau kesesuaian antara pernyataan dalam teori
tersebut dan kenyataan objektif di dunia.
• Kegiatan ilmiah dianggap sebagai suatu upaya untuk menemukan
kebenaran tentang dunia.
• Metode ilmiah diyakini menjamin objektivitas kebenaran
pengetahuan yang dihasilkannya.
Kesimpulan
• Logika merupakan suatu studi tentang manusia, karena yang berfikir itu adalah manusia
dan berfikir merupakan tindakan manusia.
• Tindakan ini mempunyai tujuan yaitu untuk tahu.
• Tahu bukanlah suatu alat atau daya pada manusia yang dipunyai sejak lahir, seperti mata,
telinga, dan alat inderalainnya, melainkan suatu tindakan yang mempunyai hasil sebagai
pengetahuan.
• Adapun alat atau dayanya disebut pikir, budi, atau akal.
• Berpikir tidak dilakukan manusia sejak lahirnya, walaupun kemampuan itu ada, tetapi
pada umumnya mengikuti perkembangan fisik manusia secara biologis.
• Jadi kemampuan berfikir pada manusia merupakan kemampuan potensial.
• Befikir pada hakekatnya tidak terlalu mudah, dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa
mungkin orang salah dalam berpikir, bukan karena pengetahuannya yang salah,
melainkan karena jalan pikirannya yang tidak lurus atau tidak menurut aturan.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai