Anda di halaman 1dari 6

PAPER

Metode MAdMB Terhadap Teks Efesus

Diajukan untuk memenuhi tugas Presentasi Kelompok Mata Kuliah Homeletika 2 yang di ampuh
oleh:

Pdt. Irene Umbu Lolo, D.Th

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. BERNADETE LENDE

2. AGUSTINA T.A. BENYAMIN

3. JUWITA KARIRI AJI

4.

SEMESTER/PRODI: VI A / S1 TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA KRISTEN SUMBA (STT GKS)

LEWA, MARET 2022


PENGANTAR

Akhir-akhir ini begitu banyak kasus perceraian terjadi. Lebih parahnya, perceraian tersebut
dilatarbelakangi karena kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan oleh
suami kepada istrinya. Sang suami memukuli istrinya. Sang istri sakit hati dan menggugat cerai
suaminya. Sepertinya mereka sudah lupa janji suci yang pernah mereka ikrarkan saat mereka
menikah. Dan banyak juga suami yang berdiam diri dirumah dan membiarkan isterinya mencari
nafkah.

Dalam situasi masa kini khususnya di Sumba, kekerasan masih sering terjadi dan yang
menjadi korban adalah perempuan. Ada juga laki-laki yang mengalami penindasan tapi tidak
sebanyak perempuan. Dan banyak kasus yang terungkap di masyarakat, sehingga perlu
disuarakan. Kasus kekerasan ini bersifat tertutup, karena banyak perempuan yang takut
membuka aib keluarga Mereka, sehingga perempuan memilih bungkam ketika ia mengalami
kekerasan.
A. PENJELASAN TEKS

 Perempuan sering direndahkan dan dilecehkan oleh laki-laki. Relasi perempuan dan laki-
laki yang demikian tidak benar. Paulus tidak berkata bahwa istri harus tunduk kepada
suami laki-laki. “Ungkapan seperti kepada Tuhan” menunjukan bahwa istri tunduk
kepada Tuhan ketika ia tunduk kepada suaminya-artinya ia menerima tatanan yang di
terapkan Allah dalam pernikahan. Di hadapan Allah, laki-laki dan perempuan sama
kedudukan dan haknya. Perempuan dan laki-laki memiliki relasi yang setara dan
sederajat. Namun, relasi istri dan suami bukan relasi gender melainkan relasi fungsi. Di
dalam keluarga, perempuan berfungsi sebagai istri, sementara laki-laki berfungsi sebagai
suami. Kata kunci yang mengatur relasi fungsi suami-istri adalah kata ‘tunduk’. Istri
tunduk kepada suami, sementara suami tunduk pada istri (ayat 21). Istri tunduk dengan
menerima prinsip penciptaan bahwa suami adalah kepala istri. Juga seperti Kristus adalah
kepala jemaat, demikian juga suami adalah kepala istri (ayat 23). Istilah ‘sama seperti’
penting artinya (ayat 22-25; 28,29,33). Sebagian orang mungkin bereaksi negetif
terhadap hal itu dan menganggapnya sama dengan budaya yang mengutamakan laki-laki
merendahkan perempuan. Namun, sebenarnya ada suatu yang baik yang di tunjukan oleh
Paulus agar rumah tangga yang di bangun atas dasar Kristus tidak boleh di pisahkkan
oleh manusia. Istri tunduk pada suami bukan karena adat-istiadat, melainkan karena relasi
Kristus-jemaat. Bentuk tunduk suami kepada istri diwujudkan dengan kasih. Sama seperti
Kristus mengasihi jemaat demikian juga suami mengasihi istri (ayat 25). Namun suami
wajib menunjukan kasih Kristus yang tidak mementingkan diri sendiri, bahkan rela
memberikan hidupnya bagi sang istri. Dari teks ini saya mmelihat tidak ada tempat bagi
suami untuk menyalahgunakan kekuasaan dan otoritasnya dalam pernikahan. Tiga kali
Paulus menekankan kasih suami kepada istri (ayat 25,28,33). Paulus harus
mengulanginya berkali-kali karena mudah sekali suami menyalahgunakan fungsinya
sebagai kepala istri. Model kasih suami tidak bersumber dari kasih yang berlaku dalam
suatu budaya masyarakat. Kasih suami kepada istri sama seperti kasih Kristus kepada
jemaat. Kristus mengasihi jemaat, menyerahkan diri untuk jemaat (ayat 25). Kristus
berkorban untuk jemaat karena jemaat begitu berharga di mata Kristus. Dalam kehidupan
praktis, bagaimana kasih suami kepada istri terungkap? Suami memelihara dan merawat
istri seperti ia mengasihinya. Artinya, jika suami tidak mengasihi, maka istri tidak perlu
tundik kepada suami.
 Paulus kemudian mengambil konteks pernikahan untuk memberikan contoh situasi
bagaimana orang percaya harus merendahkan diri satu sama lain. Pernikahan Kristen
memiliki komitmen, kewajiban, dan tugas bagi dua pihak yang terikat dalam lembaga itu.
Lembaga pernikahan sebenarnya merupakan perlambang dari hubungan antara Kristus
dan gereja-Nya. Seorang istri harus tunduk kepada suaminya sebagai kepala dalam
pernikahan mereka. Artinya, ia harus menempatkan diri di bawah kepemimpinan
suaminya. Gambaran tentang tunduknya istri kepada suami adalah tunduknya gereja
kepada Yesus, yang adalah Kepala gereja. Maka sang suami harus menggambarkan
kepemimpinan Kristus atas gereja dengan menunjukkan kasih dan pengurbanan diri (25).
Kita tahu bahwa Kristus mengurbankan diri-Nya di salib bagi keselamatan dan
pengudusan umat, yaitu gereja (26-27). Maka Paulus menyebutkan bahwa kasih suami
kepada istri harus sama seperti kasihnya kepada tubuhnya sendiri (28). Paulus
menegaskan bahwa kasih suami terhadap istri seharusnya merefleksikan kesatuan Kristus
dan gereja-Nya. Karena itu kepemimpinan suami harus bersifat melayani, bukan otoriter
atas nama statusnya sebagai pemimpin.Maka suami dan istri harus merendahkan diri satu
sama lain dalam takut akan Tuhan. Suami dan istri harus melihat keberadaan mereka
bukan dari sudut pandang yang individualistis, tetapi sebagai satu kesatuan. Kiranya
Tuhan menolong setiap suami dan istri dalam rumah tangga Kristen untuk berperan
dengan penuh kasih dan tanggung jawab. Maka sesungguhnya rasul Paulus sedang
menunjukkan kepada jemaat bahwa karena Kristus telah:
a. Menyelamatkan kita,

b. Mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya bagi kita,

c. Menguduskan kita menjadi tanpa cacat, tanpa kerut, dan tiada bercela,

d. Mengasuh dan merawat kita.

Maka selayaknya kita sebagai ‘mempelai-Nya’ harus: Tunduk kepada Kristus


dalam segala hal, dan Hidup dalam kekudusan-Nya.
B. ALLAH SEPERTI APA YANG ADA DALAM TEKS EFESUS 5:22-33

1. Allah sebagai pembebas

Dalam teks ini, jelas sekali bahwa Tuhan memberikan berita pembebasan bagi
kaum yang tertindas, makanya Tuhan bmengatakan laki-laki dan perempuan itu
setara, Tuhan menegaskan kepada para Suami maupun isteri untuk saling
mendengarkan dan saling menopang.

2. Allah yang penuh kasih

Dalam teks ini jelas sekali bahwa Allah sangat mengasihi umatnya, kita dapat
melihat betapa besar kasih Allah kepada umat Manusia, Allah tidak pernah
meninggalkan orang-orang yang mengalami kekerasan, tetapi Tuhan selalu
nyatakan kasih-Nya untuk menghibur dan menolong umat-Nya. Dalam teks ini
jelas bahwa Yesus Kristus memberitahukan kepada Paulus agar jemaat di
Efesus khususnya suami isteri agar hidup rukun, dan saling mengasihi. Dan
Yesus Kristus juga memelihara jemaat-Nya agar tetap berpegangan teguh pada
ajaran-Nya.

3. Allah yang adil

Dalam ayat teks Efesus ini, Paulus memberitahukan kepada Jemaat agar
bersikap adil jangan membeda-bedakan. Disini jelas sekali Yesus mengatakan
bahwa Laki-laki dan perempuan itu setara, tidak ada yang jabatannya tinggi
ataupun Rendah, semuanya sama. Tuhan Yesus menekan dalam teks ini, agar
isteri tunduk kepada Suami, bukan berarti isteri harus mengalah dan
membiarkan dirinya ditindas dan direndahkan, namun Tuhan mau perempuan
mengutarakan perasaan mereka ketika mereka tidak mendapatkan keadilan.
C. HUBUNGAN TEKS DENGAN KEHIDUPAN SAAT INI

Dari Teks di atas memperlihatkan suatu hal yang paling baik dan benar dalam suatu
hubungan yang mendasar ketika membangun suatu hubungan pernikahan di dalam
Kristus. Tapi terkadang realita yang terjadi tidak sesuai apa yang menjadi otoritas Allah
dalam kehidupan Manusia. Mungkin saja nanti ada pertanyaan yang akan muncul
seperti ini:

1. Jika Tuhan menghendaki bahwa pernikahan adalah suatu yang tidak boleh di
ganggu gugat oleh manusiia, kenapa manusia menganggap enteng suatu
pernikahan dalam artian bertindak semau mereka untuk melakukan perceraian?

2. Yang paling terjadi saat ini ialah kekerasan dalam rumah tangga, padalah di
dalam teks di sini sudah memperlihatkan secara jelas peran suami terhadap istri.
Lalu kenapa ada kekerasan dalam rumah tangga?

Jawaban dari kedua pertanyaan ini adalah yah, memang Allah tidak menghendaki
adanya suatu perceraian. Allah mau manusia tetap satu tubuh dan saling mengasihi satu
sama lain. Tetapi terkadang manusia memiliki ego yang tinggi, tidak adanya saling men-
galah ketika terjadinya suatu pertengkaran. Maka dari situlah terjadinya perceraian di an-
tara.
Demikian juga ketika daalam rumah tangga jika ada kekerasan karena satu pihak
tidak adanya Kasih yang berasal dari Kristus. Jika hanya satu orang yang hanya memi-
likinya, makanya otomatis kekerasan atau keharmonisa itu tidak akan ada. Kekerasan itu
ada jika kita masih menyimpan ego dan tidak saling menghargai satu sama lain. Untuk it-
ulah kasih yang di tunjukan oleh rasul Paulus perlu sekali di terapkan. Hanya karena
Kristuslah yang bisa mempersatukan dan yang memberi kemampuan. Kita sabagai manu-
sia memang tidak bisa melakukan itu namun dengan ketaatan maka semuanya berjaalan
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai