Anda di halaman 1dari 16

Nama : likuma huwa

Nim : 1804016063

Tugas makalah filsafat ilmu

PENDAHULUAN

Begitu pentingnya sebuah ilmu pengetahuan menjadikannya sebuah central dari


kehidupan. Jika kita menilik sejarah sebuah ilmu tentu kita tidak lepas dari filsafat yang
berkembang di yunani dari yang semula pola pikir yang mengandalkan mitosentris yang
sangat mengandalkan mitos dalam menjelaskan fenomena alam berubah menjadi kritis
sehingga alam di jadikan obyek penelitian1 kemudian di teruskan obor semangat keilmuan
tersebut oleh islam lalu di teruskan barat, hingga keilmuan berkembang pesat seperti
sekarang. Dari filsafat tersebut kemudian kita mengenal metode penelitian: logika, deduksi,
induksi, dan komparatif. Dengan melalui pengumpulan pengetahuan, kritik dan menilai,
menemukan hakekat2.

Ilmu pengetahuan merupakan buah dari proses pemikiran. Upaya manusia dalam
memperoleh pengetahuan di dasarkan pada tiga masalah pokok yakni apakah yang ingin kita
ketahui? Bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan dan apakah nilai guna pengetahuan
tersebut bagi kita?.3 Sebuah pengetahuan di dasari dari rasa penasaran,rasa keingin tahuan
terhadap realitas sesuatu, darimana rasa ingin tahu itu muncul?. Prof. Dr. Ahmad tafsir dalam
bukunya yang berjudul filsafat ilmu mengemukakan barangkali rasa ingin tahu yang ada pada
manusia itu sudah built-in dalam penciptaan manusia. Jadi rasa ingin tahu itu adalah takdir.
Manusia ingin tahu lantas ia mencari. Hasilnya ia tahu sesuatu. Nah sesuatu itulah
pengetahuan.4 Dalam bentuknya yang sudah baku pengetahuan itu mempunyai paradigma
dan metode tertentu paradigmanya di sebut paradigma sain dan metodenya di sebut metode
ilmiah formula utama dalam pengetahuan sain ialah buktikan bahwa itu rasional dan
tunjukkan bukti empirisnya. Formula itu perlu sekali di perhatikan karena adakalanya kita
menyaksikan bukti empirisnya ada tetapi tidak rasional. Yang seperti ini bukanlah
pengetahuan sain atau ilmu. Misalnya begini , bila ada gerhana pukullah kentongan, gerhana
itu akan hilang. Pernyataan itu memang dapat di buktikan secara empiris. Coba saja bila ada

1
Prof. Dr. Sabarti ahadiah. M.K, winda dewi listyasari, Mpd. Filsafat ilmu lanjutan 2011.hlm 114
2
Prof. Suparman syukur.Agama dan filsafat. Hlm 9
3
Jujun s. Suryasumantri. Ilmu dalam perspektif hlm 3
4
Prof.dr ahmad tafsir filsaft ilmu hlm 5
gerhana, pukul saja kentongan, toh lama kelamaan gerhana akan hilang, terbukti kan? Bukti
empirisnya ada akan tetapi itu bukan ilmu pengetahuan ilmiah sebab tidak ada bukti rasional
yang dapat menghubungkan berhenti atau hilangnya gerhana dengan kentongan yang di
pukul. Pengetahuan seperti itu bukan pengetahuan sain mungkin dapat kita sebut pengetahuan
khayal. Toh jika kentongan tidak di pukul gerhana itu akan menghilang juga.5

Manusia bisa saja menciptakan sebuah cerita tentang ketakutan-ketakutan yang di


sertai dengan pembuktian tapi juga harus di imbangi dengan kesadaran agar informasi
pengetahuan yang sampai kepadanya di cerna ulang apakah itu sesuai dengan yang ada atau
memang benar-benar bisa di cerna semua orang atau memang hanya bisa di cerna oleh satu
orang saja terkadang pengetahuan yang bersifat subyektif ini tidak bisa di sebarkan untuk
khalayak umum seperti kisah nabi ibrahim yang di bakar dan kisah-kisah tentang nabi khidir
misalkan itu bisa di anggap pengetahuan akan tetapi itu bukan pengetahuan yang dapat di
sebarkan ke khalayak umum itu hanya pengetahuan yang hanya untuk nabi khidir seorang
bukan pengetahuan yang perlu di konsumsi secara umum.

Signifikansi ilmu di tengah-tengah masyarakat sangat penting sekali karena dari


ketidak tahuan dan pengetahuan yang kita miliki menyebabkan pilihan tindakan yang
berdampak pada masa yang akan datang. Dengan mengetahui segala sesuatu termasuk di
antaranya cara hidup yang benar, cara kerja alam, dan seterusnya, kehidupan akan jadi
mudah, tidak salah langkah dan menjalani hidup dengan lebih bahagia, karena tujuan ilmu
sendiri untuk memudahkan hidup manusia.

Manusia dengan rasa keingintahuannya yang sangat besar membuat mereka


menyelidiki tentang bagaimana semua bisa terjadi termasuk alam raya ini, jagad raya ini
adalah lautan ilmu yang tak terbatas yang ingin di gali oleh manusia. Karena jagad raya kita
ini menyimpan begitu banyak rahasia. Dari rasa ingin tahunya inilah manusia mencoba
berbagai hal dari yang sederhana seperti ketika manusia menanam semangka maka akan
berbuah semangka dan itu sudah pasti dalam mekanisme alam, dan tidak mungkin ketika
menanam semangka berbuah jagung. Nah mekanisme-mekanisme alam ini di kumpulkan dan
di amati jadilah ilmu pengetahuan manusia.

Ilmu tidak dapat tersusun kecuali atas dasar hukum alam yang tetap. Dasar intelektual
ilmu sudah dirintis sejak zaman filsafat yunani mengatakan bahwa alam berjalan menurut

5
Ibid hlm 6
hukum-hukum yang tetap dan sistem yang sama(uniformity nature). Ilmu di susun atas
prinsip tersebut, baik di masa yang lalu maupun di masa sekarang dan akan datang. Suatu
teori ilmiah tidak akan dapat di capai kalau keberagaman dan fakta-fakta yang ada dalam
alam tidak mempunyai hukum atau aturan yang jelas dan tetap.6 Tapi adakalanya ilmu tidak
sesuai dengan hukum alam semisal seperti contoh ketika nabi ibrahim di bakar tidak hangus
padahal hukum alam menyatakan bahwa sifat api adalah membakar dan menghanguskan
sesuatu.

Banyak sekali ilmu yang tersebar di bumi dan di langit sehingga mustahil kita bisa
menguasainya seluruhnya. Tentu dalam upaya kita untuk mencari segala pengetahuan yang
terbentang di langit dan di bumi, kita tidak akan bisa megetahui semua pengetahuan yang
ada karena saking luas dan tidak terbatasnya jagad raya ini, maka dari itu mari kita awali
tulisan ini dengan kutipan kata-kata milik socrates “yang saya tahu bahwa saya tak tahu apa-
apa”.

KE ARAH ILMU PENGETAHUAN

sejatinya ilmu pengetahuan ingin mencapai kebenaran yang haqiqi, kebenaran seolah
bermakna berbeda-beda, seringkali manusia mengeluhkan kebenaran di sini belum tentu
benar di tempat lain, kebenaran juga bersifat sementara, kebenaran yang seperti apa yang
ingin di capai, sedang kebenaran sendiri itu apa?. Ada empat pemuda yang sedang berjalan
menuju suatu tempat, di pertengahan jalan mereka menemukan sebuah labirin yang sangat
besar yang terbuat dari kaca transparan pemuda pertama memasuki labirin tersebut lalu ia
tersesat dan terjebak di dalamnya dan tidak bisa keluar, pemuda kedua mencoba
menolongnya akan tetapi ia malah ikut terjebak bersamanya karena tidak meneliti dan
mengamati bagaimana si pemuda pertama bisa terjebak. Pemuda ketiga di himbau oleh
teman-temannya, mereka (yang terjebak)berteriak jangan masuk, jangan masuk nanti kamu
terjebak juga, si pemuda ketiga tidak percaya dengan peringatan kebenaran yang di teriakkan
oleh teman-temannya tersebut dia malah bilang “dasar kalian saja yang berbohong aku tidak
percaya kebenaran yang kalian teriakkan, ini kan gampang tinggal dari pintu masuk lurus
belok kanan muter lurus lagi belok kanan, lhoh tolong-tolong teriak sang pemuda ketiga
tersebut, sang pemuda ke tigapun ikut terjebak pula di dalamnya, kemudian pemuda keempat

6
Prof.Dr. amsal bachtiar,MA. Filsafat agama wisata pemikiran dan kepercayaan manusia. 2007.hlm 137
tidak mau gegabah dia mencoba mempelajari bagaimana rute yang ada di labirin tersebut,
cara kerja labirinnya unsur apa saja yang ada di labirin tersebut dan lain sebagainya agar ia
tidak tersesat/terjebak seperti yang di alami teman-temannya dalam melewati labirin tersebut,
kemudian dia mencari tau dengan penuh pertimbangan dia menghitung dang mengobservasi,
meneliti selama berhari- hari ahirnya ia bisa menyelamatkan teman-temannya dan melewati
labirin tersebut, ilustrasi sebuah ilmu seperti mengeluarkan orang-orang dari kesesatan
menuju pencerahan, begitu juga agama sendiri juga bertujuan untuk mengeluarkan manusia
dari kesesatan agar kehidupan manusia menjadi lebih baik dari masa ke masa.

Sama halnya ketika kita mengelola alam semesta ini jika kita bisa menggali tentang
semua hukum ilmu di dalamnya maka kita bisa mengendalikan alam untuk kebutuhan hidup
kita. Karena menurut agama sendiri kita bukan penduduk bumi maka kita harus tahu
bagaimana bumi itu, dan material-materialnya mempunyai cara kerja yang semacam apa,
karena kita di turunkan di bumi sebagai khalifah fil ard.

Sudah sejak lama kiranya manusia ingin merumuskan bagaimana cara mendapatkan
ilmu pengetahuan. Dialektika ilmu pengetahuan sudah ada sejak heraklitus dengan
parmenides, bagi heraklitus yang ada hanya gerak tak ada sesuatu pun yang dapat di sebut
“ada” melainkan semuanya menjadi. Segala-galanya dalam keadaan menjadi, segala
permulaan adalah mula dari akhir,segala hidup adalah mula dari mati, dalam dunia tidak ada
yang tetap semuanya mengalir7 bahkan gadget kita yang kita anggap sama adalah berbeda,
gadget yang kita genggam seolah sama seperti sedia kala padahal gadget kita telah
mengalami perubahan baik dari segi isi maupun kualitasnya walaupun tampak sama,
begitupun air sungai, air mengalir yang tampak terlihat sama, ketika kita ciduk kemudian kita
tuang dan kembalikan lagi ke tempat yang semula air tersebut sudah bersama dengan air
yang berbeda alias berkumpul dengan partikel-partikel air yang baru yang mengalir dari hulu,
air sungai tersebut akan berbeda tiap detik tidak ada yang sama di dalam air tersebut, semua
berubah, bergerak dan melakukan perubahan, bahkan air sungai yang kamu anggap sama
adalah berbeda. Perubahan ini akan ketara di alami oleh patok kayu yang ada atau di taruh di
tengah-tengah aliran sungai tersebut kita akan melihat beberapa perubahan pada patok kayu
tersebut entah itu berlumut karena di lalui air terus menerus atau sebagainya begitu juga
dengan obyek material lainnya semisal matahari bagaiamana kita yakin bahwa matahari yang

7
Prof. Suparman syukur. 2007. Epistemologi islam skolastik pengaruhnya pada pemikiran islam modern hlm
43-45
kita lihat saat ini adalah sama dengan matahari yang kita lihat kemaren dan seterusnya.
sedangkan permenides berbeda dengan heraklitus dan bahkan sebaliknya.

Dalam sejarah filsafat plato dan aristoteles merupakan cikal bakal pergumulan antara
kedua aliran tersebut. Plato berpendapat bahwa hasil pengamatan indrawi tidak memberikan
pengetahuan yang kokoh karena sifatnya yang selalu berubah-ubah, karena sifatnya yang
selalu berubah-ubah itu plato tidak dapat mempercayai kebenarannya. Ilmu pengetahuan
yang bersumber dari panca indra di ragukan kebenarannya. Sesuatu yang tidak mengalami
perubahanlah yang dapat di jadikan pedoman sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dalam
pencariannya plato menemukan bahwa di seberang sana(di luar wilayah pengamatan indrawi)
ada apa yang di sebut dengan “idea”. Dunia ide ini bersifat tetap,berubah-ubah,kekal. Plato
memang banyak terpengaruh oleh phytagoras dan menaruh perhatian begitu besar pada
matematika untuk mempelajari duniaalam idea yang tidak berubah itu di analogkam dengan
rumus matematika yang tidak berubah-ubah. Dia menambahkan bahwa alam idea inilah alam
yang sesungguhnya. Alam indrawi bukanlah alam yang sesungguhnya. Menurut plato
manusia sejak lahir sudah membawa ide bawaan. Aristoteles menyanggah teori ini dengan
mengatakan bahwa ide-ide bawaan itu tidak ada. Kalau plato menekankan adanya dunia
“idea”yang berada di luar benda-benda yang kongkrit maka aristoteles tidak mengakui
adanya dunia seperti itu. Hukum-hukum yang bersifat universal bukan hasil dari bawaan
sejak lahir tapi hukum-hukum dan pemahaman itu di capai lewat panjang pengamatan
empirik manusia. Aristoteles menyebut proses ini sebagai proses “abstraksi”.8 Aristoteles
mengakui bahwa pengamatan indrawi itu berubah-ubah,tidak tetap, tidak kekal tetapi dengan
pengamatan dan penyelidikan yang terus menerus terhadap hal-hal dan benda-benda konkret
maka akal akan dapat melepaskan atau mengabstraksikan ideanya dari benda-benda yang
konkret tersebut9.

LOGIKA

Ada banyak cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, akan tetapi bisa saja ilmu
pengetahuan yang di dapat itu berupa kesimpulan yang salah atau kesimpulan yang benar,
tergantung dari penarikan kesimpulan atau kematangan dari si pencari ilmu pengetahuan
tersebut karena untuk mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan juga perlu di bekali dengan
ilmu-ilmu yang bisa menghasilkan pengetahuan yang sahih. Seorang anak kecil penasaran

8
Ibid.,hal 46
9
Ibid.,hal 47
apa yang menyebabkan perutnya sakit kemudian keesokan harinya dia mencoba
mengamati,melihat orang-orang di sekitarnya sedang memakan nasi dengan sambel
kemudian perut orang tersebut sakit kemudian lusa dia mengamati orang yang makan tahu
gejrot dengan level kepedasan 50 kemudian orang tersebut merasa kesakitan di bagian
perutnya lantas si anak kecil tersebut memutuskan bahwa makan nasi dan tahu membuat
perut sakit lalu keesokan harinya dia tidak mau makan nasi dan tahu dia hanya minum saja
seharian, kemudian sang ibu bertanya kepadanya “wahai nak kenapa kamu tidak mau makan
nasi dan tahu, inikan makanan faforitmu, coba cerita kepada ibu sikapmu aneh akhir-akhir
ini” kemudian si anak kecil tersebut menjawab “kemaren aku melihat orang makan nasi
dengan penuh sambal setelah itu perutnya sakit kemudian aku mengamati lagi ada orang yang
makan tahu gejrot level 50 orang itu perutnya juga sakit sejak saat itulah aku tidak mau
makan yang berbau nasi dan tahu aku hanya mau minum air putih saja”. Sang ibupun tertawa
terbahak-bahak. Penarikan kesimpulan yang salah akan menyebabkan sesuatu yang salah
pula sang ibu tersebut memaklumi karena pengetahuan yang di capai si anaknya tersebut
belum sampai pada pemahaman yang sempurna karena akalnyapun belum sebegitunya
sempurna hal ini tentu akan di tertawakan oleh orang-orang dewasa. Karena orang-orang
tersebut sakit di karenakan makan pedas yang sangat tinggi bukan karena makan nasi atau
makan tahu Penarikan kesimpulan yang di lakukan oleh sang anak tersebut tidaklah tepat,
perumpamaan yang terilustrasikan dari kisah di atas adalah ketika sebuah pengetahuan di
hasilkan tanpa menggunakan logika seperti anak kecil tersebut maka akan di hasilkan sebuah
kesimpulan yang asal. Keberadaan logika sebagai alat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
yang benar menghindari dari kesesatan berfikir, si anak kecil tersebut tidak menggunakan
ilmu logika dan asal saja dalam memperoleh pengetahuan sehingga hasilnya pun menjadikan
sebuah atau sesuatu yang lucu, premis-premis yang di susun dan penarikan kesimpulannya
yang berantakan mengakibatkan dia mendapatkan pengetahuan yang tidak absah. Logika
menjadi cikal bakal munculnya sebuah cabang keilmuan yang bernama matematika sebuah
logika bertransformasi, yang semula bentuk komunikasi yang tersusun secara terstruktur
berupa huruf-huruf mengalami perubahan wajah menjadi komunikasi berupa angka-angka
yang lebih sistematis dalam bentuk matematika.

Logika berasal dari logos, artinya pikiran atau dengan kata lain yang mempelajari
pikiran dalam bentuk bahasa. Berpikir adalah proses atau kegiatan jiwa untuk mencapai
pengetahuan. Berfikir merupakan serangkaian kegiatan dari budi rohani seseorang yang
menciptakan pengertian, melakukan penalaran, dan mengolah ingatan berdasarkan
pengalaman terdahulu sebagai tanggapan terhadap keadaan sekeliling. Berpikir dapat
membuahkan beberapa hasil-hasil pemikiran baik atau rumusan solusi dari suatu
permasalahan.10

Berpikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun


secara sistematis berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada(eman
sulaeman). Berpikr ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan
induktif (mumuh mulyana mubarak SE). Metode berfikir ilmiah tidak lepas dari fakta
kejadian alam yang kebenarannya selalu ada hubungannya dengan hasil uji eksperimental, di
katakan bahwa teori itu tidak bisa di yakini kebenarannya karena tidak memenuhi kriteria
sebagai sains(goldstein 1980). Suatu pengetahuan ilmiah di sebut sahih ketika kita melakukan
penyimpulan dengan benar pula. Kegiatan penyimpulan inilah yang di sebut logika. Logika di
peroleh dengan metode induksi dan deduksi.11

Metode induksi adalah suatu cara penganalisis ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang
bersifat husus menuju pada hal yang bersifat umum, jadi cara induksi di mulai penelitian
terhadap kenyataan khusus satu demi satu, kemudian di adakan generalisasi dan abstraksi lalu
di akhiri dengan kesimpulan umum. Metode iduksi ini memang paling banyak di gunakan
oleh ilmu pengetahuan, utamana ilmu pengetahuan alam yang di jalankan denan cara
observasi dan eksperimentasi, jadi metode ini berdasarkan pada fakta-fakta yang dapat di uji
kebenarannya. Dengan metode ini maka kita dapat menarik kesimpulan yang di mulai dari
kasus khusus/khas/individual untuk mendapatkan kesimpulan lebih
umum/general/fundamental. Contoh: kita tahu bahwa gajah memiliki mata, kambing
memiliki mata dan demikian pula lalat memiliki mata. Dengan demikian kita dapat
menyimpulkan secara induktif bahwa semua hewan memiliki mata. Logika induktif memiliki
kegunaan bagi kegiatan berfikir ilmiah kita antara lain: 1.bersifat ekonomisbagi kehidupan
manusia. dengan logika induktif kita dapat melakukan generalisasi ketika kita
mengetahui/menemui peristiwayang sifatnya khas/ khusus, 2.logika induktif menjadi
perantara bagi proses berpikir ilmiah selanjutnya, ia merupakan fase pertama dari sebuah
pengetahuan yang selanjudnya dapat di teruskan untuk mengetahui generalisasi lebih
fundamental lagi. Misalnya ketika kita mendapatkan kesimpulan “semua hewan memiliki

10
Suaedi. Pengantar filsafat ilmu hlm 48
11
Ibid hlm 61
mata” lalu kita masukkan manusia kedalam kelompok ini, bisa saja kita menyimpulkan
“makhluk hidup memiliki mata”12

Sedang metode deduksi adalah kebalikan dari induksi. Kalau induksi bergerak dari
hal-hal yang bersifat khusus ke umum, metode deduksi sebaliknya yaitu bergerak dari hal-hal
yang bersifat umm kemudian di terapkan hal-hal yang bersifat khusus. Pada umumnya logika
deduktif di dapatkan melalui metode silogisme yang di cetuskan oleh filsuf klasik, aristoteles.
Silogisme terdiri atas prems mayor yang mencakup pernyataan umum, premis minor yang
merupakan pernyataan tentang hal yang lebih husus, dan kesimpulan yang menjadi
penyimpul dari kedua pernyataan sebelumnya. Dengan demikian kebenaran dalam silogisme
atau logika deduktif ini di dapatkan dari kesesuaian antara kedua pernyataan(premis mayor,
premis minor dan kesimpulan). Contoh: semua manusia bisa mati, socrates adalah manusia,
jadi socrates bisa mati. Kebenaran dari dua contoh penarikan kesimpulan tersebut terdapat
pada kesesuaian antara kedua premis dan kesimpulannya pada contoh

MATEMATIKA

Matematika adalah bahasa komunikasi yang berupa angka-angka, orang boleh saja
berpandangan subyektif atau relatif tapi jika di komunikasikan menggunakan bahasa
matematika maka akan di temukan titik kebenaran yang sifatnya obyektif dan bersifat
universal, jika 2 tambah 2 adalah empat maka di seluruh dunia akan sepakat bahwa dua
tambah dua itu empat keberadaan matematika berbeda dengan seni atau rasa, ketika orang
mendengarkan musik atau melihat lukisan orang satu dengan orang lain akan memiliki
pendapat masing masing baik itu bisa berpendapat indah atau jelek akan tetapi ketika kita
berbicara matematika kita akan sepakat bahwa hitungan 2 di tambah 2 adalah empat,tidak
mungkin orang akan bilang empat seperempat atau tiga setengah, seluruh dunia akan sepakat
bilang empat, matematika menyatukan jalan pikiran manusia. Jika kita susah membuat
peraturan untuk menertipkan suatu masyarakat apakah harus menggunakan hukum adat atau
harus menggunakan hukum agama atau menggunakan perundang-undangan yang berlaku
maka pakailah undang-undang yang bersifat matematika yaitu pasti, jika sebuah peraturan di
tetapkan menggunakan hukum-hukum matematika semua akan sepakat dalam satu
pandangan. Dua anak kecil yang bercekcok mempermasalahkan tentang yang satu bilang

12
Ibid hlm 62
untuk mencapa 10 kamu harus menambahkan 5 di tambah 5, yang satu lagi mengatakan tidak
untuk mencapai sepulu haruslah menggunakan 6 tambah empat, walaupun berbeda
pandangan akan tetapi mereka tetap satu tujuan yaitu 10 hanya metode yang di pakai saja
yang membuat mereka berselisih akan tetapimasalah pandangan tetaplah sama yaitu 10.

Selain untuk menyamakan pandangan, matematika juga bisa di gunakan untuk


menyelesaikan masalah-masalah lingkungan misalkan permasalahan banjir, dari banjir kita
bisa menggunakan matematika agar sebuah bencana bisa di kendalikan atau yang kita sebut
“banjir” bisa terselesaikan, misal saja di sebuah desa yang luasnya 1000000 meter persegi
terdiri dari 100 kepala keluarga, di guyur hujan dengan intensitas air 10.000.000 liter air
maka kita perlu mengalirkan atau menyalurkan air itu agar tidak menggenang di satu desa
tersebut dengan cara apa, kita bisa menciptakan sumur-sumur kecil sebagai resapan air atau
mengalirkannya melalui gorong-gorong atau membuat sebuah waduk yang menampung
jumalah air tersebut dengan perhitungan yang matang, misal saja contoh kecilnya kita
menggunakan solusi yang pertama yaitu membuat sumur resapan tujuan dari sumur-sumur
tersebut adalah di gunakan untuk layaknya pori-pori dalam kulit manusia sehingga di
harapkan ketika intensitas air dalam jumlah banyak sekalipun akan langsung terserap
merembes kedalam sumur tersebut.

Misal saja 100 kk tersebut, setiap kk di suruh membuat sumur di dekat rumahnya
sehingga dalam satu desa tersebut terdapat 100 sumur apabila sumur-sumur tersebut memiliki
kapasitas menyimpan air dalam jumlah 100 000 liter maka masalah banjir tersebut setidaknya
bisa di minimalisir sumur-sumur tersebut juga berfungsi di musim kemarau tetap mengairi
setiap kk. Dengan menggunakan bahasa matematika, masalah-masalah lainpu seperti
pembagian harta waris, pembagian sistem bagi hasil bisa di hitung dengan matematika
sehingga di harapkan masalah-masalah sosial lainnya bisa di selesaikan dengan menggunakan
matematika.

ETIKA

Etika dalah sebuah cabang ilmu dalam filsafat yang membahas tentang nilai baik dan
nilai buruk, lalu nilai baik itu yang seperti apa karena sesuatu di nilai baik oleh diri kita
belum tentu di nilai baik oleh orang lain dan sebaliknya sesuatu di nilai buruk oleh kita belum
tentu buruk realitanya,lalu pertanyaannya nilai sendiri itu apa?
Tujuan dari etika adalah memperoleh kebahagiaan. Tapi makna etika sebetulnya tidak
sesempit itu pada masa yunani klasik masyarakat yunani menggunakan etika sebagai cara
pandang hidup masyarakat. Dan pada perkembangannya etika di gunakan sebagai pengatur
lingkungan alam, manusia, dan seterusnya. Di dalam buku yang berjudul nalar religis karya
Mulyadhi Kartanegara di era filosof muslim, etika di jadikan sebagai obat rohani. Seperti
yang ada pada kitab al-Thib al-Ruhani (spiritual medicine) karya Abu Bakr Zakariya Al-
Razi.13

Lebih lanjud mulyadhi menuliskan bahwa banyak terjadi tindakan kriminal seperti
pembunuhan, tawuran antar pelajar yang ada di masyarakat sekarang adalah penyakit jiwa
sehingga mereka sangat membutuhkan seni pengoatan rohani yang kita sebut etika. Kalau
sekarang masyarakat kita sekarang ini belum lagi memerhatikan etika, itu tidak berarti
mereka tidak butuh, mungkin saja mereka begitu karena belum tahu apa guna dan manfaat
ilmu etika bagi dirinya 14

Banyak filsuf yang menulis tentang etika seperti misalnya Al-Kindi dengan kitabnya
yang berjudul al-Hilah li Daf’ al-Azan (seni menepis kesedihan) karena menurut Al-kindi
kesdihan,kesusahan, dan kepayahan merupakan penyakit jiwa maka harus di sembuhkan
dengan therapy etika, karena setiap makhluk berhak untuk bahagia. Sedangkan Ibnu Hazm di
dalam kitabnya yang berjudul al-Akhlak wa al-Siya punya pandangan yang menarik tentang
apa yang di sebut dengan kecemasan.15

Ibnu Hazm menyatakan bahwa dirinya telah berusaha dengan tekun untuk mencari
tujuan yang di kejar oleh semua manusia. Tujuan yang di cari oleh semua manusia adalah
menghilangkan perasaan khawatir (thard al-hamm).usaha menghilangkan perasaan khawatir
ini bukan hanya tujuan inti bagi manusia bahkan merupakan motif inti yang mendasari dari
seluruh usaha manusia mereka akan melakukan berbagai aktifitas untuk menghilangkan
perasaan khawatir tersebut dan tidak akan mengucapkan seuntai kata apapun kecuali
berusaha menolak perasaan tersebut dari diri mereka. mengenai hal ini Ibnu Hazm berkata:

13
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan Manusia, Jakarta: penerbit
erlangga, 2007, h.49
14
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan Manusia, Jakarta: penerbit
erlangga, 2007, h.50
15
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan Manusia, Jakarta: penerbit
erlangga, 2007, h.52
“saya telah berusaha dengan tekun mencari tujuan yang di kejar oleh semua manusia
dan saya tidak menemukannya kecuali hanya satu yaitu membuang kecemasan,
namun ketika saya berfikir lebih jauh lagi ternyata mereka berbeda dalam mencari
tujuan itu,bahkan mereka berbeda pula dalam motif utama dalam usaha
menghilangkan kecemasan itu, mereka akan melakukan gerakan apapun jika
dengannnya mereka berharap dapat menolak perasaan cemas dan tidak akan
mengucapkan sepatah kata apapun melainkan sejauh mereka berusaha menolak
perasaan tersebut dari diri mereka sendiri.”

Ibnu Hazm telah berusaha menentukan cara yang terbaik untuk menolak perasaan
khawatir dengan cara “kembali” menghadap tuhan dengan berbuat kebajikan demi hari
akhirat (al tawajjuh ila allah bi Al-amali lilakhirat). Semua usaha yang di lakukan manusia
pada hakikatnya adalah untuk menghilangkan rasa khawatir, sehingga orang yang mencari
kekayaan pada dasarnya berusaha untuk menolak perasaan khawatir akan kemiskinan, orang
yang mencari kemasyhuran sebenarnya berusaha untuk menolak perasaan rasa khawatir yang
berkaitan dengan ketertindasan, orang yang mencari kesenangan sebenarnya ingin menolak
rasa khawatir dari hilangnya rasa kesenangan itu sendiri, orang yang ining mencari ilmu
pengetahuan sebenarnya hawatir akan kebodohan.16

Seseorang yang memiliki akhlak yang buruk di dalam hatinya bisa di therapi dengan
beberapa cara seperti dia di tempatkan di lingkungan yang etikanya bagus, jika selama ini
orang tersebut berada di lingkungan yang kelam misalnya maka dia akan merasa suasana
beda yang baru yang belum pernah ia dapati maka lama kelamaan dia akan tertular sifat baik
tersebut, karena sejatinya sifat manusia dapat merambah ke manusia lain, karena layaknya
penyakit fisik seperti lumpuh yang memerlukan therapi jalan, amnesia memerlukan theraphy
mengingat perlahan. Begitu juga penyakit hati seperti sifat atau karakter yang buruk
memerlukan therapi untuk penyembuhannya supaya kembali kepada sifat yang baik tentu
dengan cara latihan-latihan, seperti pembersihan hati, menghadap kepada allah swt, dan
masih banyak lagi.

16
Abdul Khobir, “pandangan Ibnu Hazm Al-Andalusi tentang etika religius dan aktualisasinya dalam
pendidikan”,edukasi islamika: jurnal pendidikan islam,vol2 no.2 desember 2017, h.261
KEARAH SAINS

Yang semula manusia menemukan ilmu pengetahuan bersumber dari rasionalime.


Rasionalisme adalah suatu paham yang mengatakan bahwa sesuatu diukur dan di uji melalui
akal degan patokan logis apabila logis maka pengetahuan tersebut dikatakan benar apabila
tidak logis maka pengetahuan tersebut di katakan salah.

Akan tetapi seiring perkembangan zaman logis ini bisa menimbulkan perspektif
masing-masing dari setiap personal. Kata seorang ini logis,tetapi kata orang lain logis juga,
padahal ini dan itu tidak sama bahkan kadang-kadang bertentangan. Orang-orang sophis pada
zaman yunani kuno dapat membuktikan bahwa bergerak sama dengan diam,kedua-duanya
sama logisnya17. Misalkan saja sebuah video animasi bergambar yang seolah bergerak
padahal itu adalah gambar-gambar yang diam yang di tumpuk hingga ribuan lembar dan di
buka dalam waktu yang berbeda, atau untuk lebih mudah memahaminya misalkan sebuah
foto kita setiap detik dari kecil hingga dewasa yang di buka dalam hitungan detik (semacam
flipbook begitu)akan menghasilkan semacam gerakan, secara tidak langsung kita bisa
mengatakan gerakan kita adalah rangkaian diam kita dari detik ke detik yang sangat cepat
sehingga kita seolah-olah melakukan gerakan, foto bisa dikatakan diam ketika tidak di buka
akan tetapi jika ada seribu foto dengan pose yang berurutan yang di tumpuk dan di buka
satupersatu dalam waktu yang sangat cepat foto tersebut seolah hidup dan bergerak layaknya
manusia sungguhan, lantas apakah foto itu bergerak atau diam.

Sumber: www.pinterest.com
17
Ibid hlm 31
Ketika sampai sini kemudian manusia bertanya apakah kita(manusia) benar-benar
bergerak, ataukah jangan-jangan gerakan manusia kekiri kekanan dan kedepan kebelang itu
semuanya gambar-gambar diam yang gambarnya tersusun dalam bentuk berurutan dari lahir
sampai mati, apakah manusia itu bebas atau terikat, apakah alam semesta ini diam atau
bergerak?, apakah kita semua dan termasuk alam semesta juga seperti peluru yang di lesatkan
yakni sesuatu yang sebetulnya diam hanya karena ada yang melesatkan peluru itu sehingga
peluru itu terlihat seperti bergerak melewati sesuatu dari ruang satu ke ruang lainnya, dari
paham rasionalisme ini muncul berbagai pandangan sampai masalah-masalah argumen
penciptaan pun coba di pecahkan atau di selesaikan dan bahkan di analogikan menggunakan
rasionalisme ini, yang pertama tentang argumen peluru tadi manusia berpandangan bahwa
alam semesta bergerak layaknya sebuah peluru yang keluar dari pelatuk yaitu bergerak
menuju sebuah tujuan akan tetapi manusia tidak tau tujuannya kearah mana (walaupun agama
sudah lebih dulu menyebutkan tujuan manusia adalah surga atau berjumpa dengan tuhannya
di hari ahir) dengan di buktikannya planet-planet yang bergerak atau alam semesta yang
mengembang sehingga seolah planet-planet bergerak menjauh dari koordinat asalnya menuju
kearah sesuatu walaupun perbedaanya sedikit, kemudian ada juga yang merumuskan tentang
adanya tuhan menggunakan sesuatu yang logis di akal ini bahwa eksistensi tuhan bisa di
temukan di dalam akal bahwa tuhan adalah sesuatu yang sudah ada di memori manusia setiap
manusia membicarakan tuhan, pastilah tuhan itu tentu nyata adanya. Sama halnya ketika
misal saja ketika akal manusia mendeskripsikan obyek yang berbentuk kucing pastilah
kenyataannya kucing itu ada, akan tetapi argumen ini mengalami kekurangan dan dapat di
kritik dengan sangat mudah bagaimana jika tentang obyek kucing bertanduk 5, di fikiran kan
bisa saja mendeskripsikan gambaran tentang kucing yang memiliki tanduk 5 tapi obyek itu
tidak ada alias hanya hayalan belaka.

Hal ini menunjukkan bahwa berfikir logis tidak menjamin seratus persen tercapainya
kebenaran kemudian orang mencoba cara yang lain yang lebih efektif dalam mencapai
kebenaran maka muncullah empirisme bahwa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu tidak
hanya berdasarkan akal saja akan tetapi melalui pengalaman indera yang mana sumber ilmu
pengetahuan berasal atau bisa di dapatkan melalui pengalaman-pengalaman seperti contoh
kasus peluru di atas tadi menurut empirisme, yang benar peluru itu adalah bergerak, sebab
secara empiris dapat di buktikan bahwa peluru itu bergerak, kalau tidak percaya ambil saja
pistol kemudian tembakkan ke tubuh rusa maka tubuh rusa akan robek atau paling tidak si
rusa akan lumpuh, benda yang bisa merobekkan sesuatu pastinya benda yang bergerak tidak
mungkin benda diam dapat melumpuhkan sesuatu. Secara epistemologi istilah empirisme
berasal dari kata yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu
thomas hobes, john lock,berkeley, dan yang terpenting adalah david hume. Berbeda dengan
rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan,
empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan, baik pengalaman
lahiriah maupun pengalaman batiniah, thomas hobbes menganggap bahwa pengalaman
indrawi sebagai permulaan segala pengenalan, pengenalan intelektual tidak lain dari
semacam perhitungan(kalkulus), yaitu penggabungan data-data indrawi yang sama dengan
cara yang berlainan. Dunia dan materi adalah obyek pengenalan yang merupakan sistem
materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum
mekanisme. Atas pandangan ini, ajaran hobbes merupakan sistem materialistis pertama dalam
sejarah filsafat modern. Prinsip-prinsip dan metode empirisme pertama kali di terapkan oleh
john locke. Penerapan tersebut terhadap masalah-masalah pengetahuan dan pengenalan,
menurutnya segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu dan akal
manusia adalah pasif pada saat pengetahuan itu di dapat. Akal tidak bisa memperoleh
pengetahuan dari dirinya sendiri. Akal tidak lain hanyalah seperti kertas putih yang kosong.
Ia hanyalah menerima sesuatu yang datang dari pengalaman. Locke tidak membedakan antara
pengetahuan indrawi dan pengetahuan akali, satu-satunya objek pengetahuan adalah ide-ide
yang timbul karena adanya pengalaman lahiriah dan karena pengalaman batiniah.
Pengalaman lahiriah berkaitan dengan hal-hal yang berada di luar kita sementara pengalaman
batiniah berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam diri/psikis manusia itu sendiri.18 John
locke(1632-1704)mengemukakan teori tabula rasa yang mengatakan bahwa pada awalnya
manusia tidak tahu apa-apa seperti kertas putih yang belum ternoda. Pengalaman indrawinya
mengisi catatan harian jiwa sehingga menjadi pengetahuan yang sederhana sampai begitu
kompleks dan menjadi pengetahuan yang cukup berarti. Selain john locke ada juga david
hume(1711-1776) yang menyatakan bahwa manusia sejak lahirnya belum membawa
pengetahuan apa-apa, manusia mendapatkan pengetahuan melalui pengamatannya yang
memberikan dua hal, kesan(impression) dan pengertian atau ide(idea), kesan adalah
pengamatan langsung yang di terima dari pengalaman, seperti merasakansakitnya tangan
yang terbakar, sementara ide adalah gambaran tentang pengamatan yang di hasilkan dengan
merenungkan kembali atau merefleksikan dalam kesan-kesan yang di terima dari
pengalaman. Gejala alam menurut aliran ini bersifat konkret dapat di nyatakan dengan panca

18
Suaedi, 2016, pengantar filsafat ilmu, Hlm8-9
indra dan mempunyai karakteristik dengan pola keteraturan mengenai suatu kejadian, seperti
langit yang mendung dan biasanya di ikuti oleh hujan,logam yang di panaskan akan
memanjang, berdasarkan teori ini akal hanya berfungsi sebagai pengelola konsep gagasan
indrawi dengan menyusun konsep tersebut atau membagi-baginya. Akal juga sebagai tempat
penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil pengindraan tersebut, akal berfungsi
untuk memastikan hubungan urutan –urutan peristiwa terebut. Dengan kata lain empirisme
menjadikan pengalaman indrawi sebagai sumber pengetahuan. Walaupun demikian ternyata
indra memiliki beberapa kelemahan seperti kass semakin jauh objek semakin kecil ia
penampakannya. Kasus tersebut tidak menunjukkan bahwa obyek tersebut mengecil atau
kecil, kedua, penderita malaria merasakan gula yang manis terasa pahit. Dan udara yang
panas di rasakan dingin, ketiga objek yang menipu, seperti seperti pada ilusi dan
fatamorgana, keempat, objek dan indra yang menipu, penglihatan kita kepada kerbau atau
gajah jika kita memandang keduanya dari depan, yang kita lihat adalah kepalanyasedangkan
ekornya tidak kelihatan dan kedua binatang itu tidak bisa menunjukkan seluruh tubuhnya.19
Hal ini juga masih memunculkan keraguan karena empirisme belum terukur atau kurang
detail dalam menilai sesuatu misal saja batu di bilang berat, gajah juga di bilang berat masih
belum pasti berapa beratnya, matahari panas, apipun juga panas, air mendidih pun juga panas
tidak di sebutkan berapa panasnya maka disempurnakanlah dengan positivisme bahwa berat
benda-benda tersebut dapat di ukur dengan satuan entah itu kilogram atau yang semacamnya
dan panaspun sudah pasti dengan ukuran apakah itu berapa celcius atau fahtenhait dan
semacamnya, dengan positivisme ini ilmu pengetahuan lebih pasti sampai dengan
pengukuran sampai sedetail mungkin, hingga muncul metode ilmiah, dan seterusnya

KESIMPULAN

Signifikansi ilmu di tengah-tengah masyarakat sangat penting sekali karena dari


ketidak tahuan dan pengetahuan yang kita miliki menyebabkan pilihan tindakan yang
berdampak pada masa yang akan datang. Dengan mengetahui segala sesuatu termasuk di
antaranya cara hidup yang benar, cara kerja alam, dan seterusnya, kehidupan akan jadi
mudah, tidak salah langkah dan menjalani hidup dengan lebih bahagia, karena tujuan ilmu
sendiri untuk memudahkan hidup manusia.

19
Ibid hlm19
DAFTAR PUSTAKA

1. Syukur, suparman. Epistemologi islam skolastik pengaruhnya pada pemikiran


islam modern. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 2007
2. Tafsir, ahmad. Filsafat ilmu mengurai ontologi, epistemologi, dan aksiologi
pengetahuan. Bandung: remaja rosdakarya. 2004
3. Suriasumantri, Jujun S. Ilmu dalam perspektif sebuah kumpulan karangan tentang
hakekat ilmu. Jakarta. Yayasan obor indonesia.1999
4. Rahmat, aceng. Filsafat ilmu lanjutan. Jakarta: prenatamedia. 2011
5. Suaedi.pengantar filsafat ilmu. Bogor: IPB press.2016

6. Kartanegara, Mulyadhi. Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan, Alam, dan


Manusia. Jakarta: penerbit erlangga, 2007
7. Khobir, Abdul. 2017. Pandangan Ibn Hazm Tentang Etika Religius dan
Aktualisasinya dalam Pendidikan. Vol.2, No.2

Anda mungkin juga menyukai