Disusun oleh :
Suyud
Wicaksono
202104207
1. Definisi
2. Etiologi
3. Faktor risiko
a. Faktor presipitasi kardiovaskular
1. Dekompensasi pada gagal jantung kronik yang sudah ada (kardiomiopati)
2. Sindroma koroner akut
1) Infark miokardial/unstable angina pektoris dengan iskemia yang bertambah
luas dan disfungsi sistemik
2) Komplikasi kronik IMA
3) Infark ventrikel kanan
3. Krisis Hipertensi
4. Aritmia akut (takikardia ventrikuler, fibrilasi ventrikular, fibrilasi atrial, takikardia
supraventrikuler, dll).
5. Regurgitasi valvular/endokarditis/ruptur korda tendinae, perburukan regurgitasi
katup yang sudah ada
6. Stenosis katup aorta berat
7. amponade jantung
8. Diseksi aorta
9. Kardiomiopati pasca melahirkan
4. Klasifikasi
5. Patofisiologi
Adhf dapat muncul pada organ yang sebelumnya menderita gagal jantung atau
belum pernah mengalami gagal jantung, etiologi adhf dapat bersumber dari
presipitasi lainnya akan menimbulkan kelainan atau kerusakan pada jantung akibat
oleh proses iskemia miokad atau hipertropi remodeling otot jantung atau kerusakan
katup jantung yang dapat menyebabkan disfungsi ventrikel sehingga terjadi gangguan
preload maupun afterload sehingga menurunkan curah jantung. Bila curah jantung
menurun, maka tubuh akan mengeluarkan mekanisme ini melibatkan sistem adrenalin
renin angiotensin dan aldosteron sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat
Tetapi bila telah mencapai ambang batas kompensasi, maka mekanisme ini akan
terdekompensasi sehingga muncul gejala klinis yang terganggu dari ventrikel yang
kontraktilitas otot jantung sehingga menurunkan isi sekuncup dan kekuatan kontraksi
otot jantung sehingga terjadi penurunan curah jantung. Demikian pula pada penyakit
Bila terjadi terus menerus, pada akhirnya jantung akan gagal berkompensasi sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung. Hal ini akan menimbukan penurunan volume
darah akibatnya terjadi penurunan curah jantung, penurunan kontraktivitas miokard pad
ventrikel kiri (apabila terjadi infark di ventrikel kiri) akan menyebabkan peningkatan
beban ventrikel kiri. Hal ini disebabkan karena penurunan kontraktivitas disertai dengan
peningkatan venous return ( aliran darah balik vena). Hal ini tentunya akan
jaringan dan alveolus paru terjadi edema pada paru. Edema ini tentunya akan
Tanda dominan ADHF yaitu tekanan arteri dan vena meningkat. Tekanan ini
kapiler ke alveoli dan terjadilah odema paru. Odema paru mengganggu pertukaran gas
di alveoli sehingga timbul dispnoe dan ortopnoe. Keadaan ini membuat tubuh
memerlukan energy yang tinggi untuk bernafas sehingga menyebabkan pasien mudah
lelah. Dengan keadaan yang mudah lelah ini penderita cenderung immobilisasi lama
dan dapat terbawa ke ginjal, otak, usus dan tersering adalah ke paru-paru menimbulkan
emboli paru. Emboli sistemik juga dapat menyebabkan stroke dan infark ginjal.
Odema paru dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek disertai sputum
berbusa dalam jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Pada pasien odema
paru sering terjadi Paroxysmal Nocturnal Dispnoe (PND) yaitu ortopnoe yang hanya
8. Komplikasi
1. Edema paru akut dapat terjadi pada gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik akibat penurunan curah jantung sehingga perfusi
jaringan ke organ vital tidak adekuat.
3. Episode trombolitik, trombus terbentuk akibat immobilitas pasien dan
gangguan sirkulasi, trombus dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung dimana masuknya cairan ke
jantung perikardium, cairan dapat meregangkan pericardium sampai
ukuran maksimal. Cardiac output menurun dan aliran balik vena ke
jantung akan mengakibatkan tamponade jantung.
5. Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan hasil dari peningkatan tekanan pada pembuluh
kapiler pleura. Peningkatan tekanan menyebabkan cairan transudate
pada pembuluh kapiler pleura berpindah ke dalam pleura. Efusi pleura
menyebabkan pengembangan paru-paru tidak optimal sehingga oksigen
yang diperoleh tidak optimal. (Wijaya & Putri, 2015 )
9. Pemeriksaan Diasnostik
1) Laboratorium :
Hematologi : Hb, Ht, Leukosit.
Elektrolit : K, Na, Cl, Mg.
Enzim Jantung (CK-MB , Troponin, LDH).
Gangguan fungsi ginjal dan hati : B UN, Creatinin, Urine
Lengkap, SGOT, SGPT.
Gula darah.
Kolesterol, trigliserida.
Analisa Gas Darah
2) Elektrokardiografi, untuk melihat adanya :
Penyakit jantung koroner : iskemik, infark.
Pembesaran jantung (LVH : Left Ventricular Hypertrophy).
Aritmia.
Perikarditis.
3) Foto Rontgen Thoraks, untuk melihat adanya :
Edema alveolar.
Edema interstitials.
Efusi pleura.
Pelebaran vena pulmonalis.
Pembesaran jantung.
Echocardiogram menggambarkan ruang –ruang dan katup jantung
Radionuklir.
Mengevaluasi fungsi ventrikel kiri.
Mengidentifikasi kelainan fungsi miokard
4) Pemantauan Hemodinamika (Kateterisasi Arteri Pulmonal
Multilumen) bertujuan untuk :
Mengetahui tekanan dalam sirkulasi jantung dan paru.
Mengetahui saturasi O2 di ruang-ruang jantung
Biopsi endomiokarditis pada kelainan otot jantung.
Meneliti elektrofisiologis pada aritmia ventrikel berat recurrent.
Mengetahui beratnya lesi katup jantung.
Mengidentifikasi penyempitan arteri koroner.
Angiografi ventrikel kiri (identifikasi hipokinetik, aneurisma
ventrikel, fungsi ventrikel kiri).
Arteriografi koroner (identifikasi lokasi stenosis arteri coroner)
5) Echocardiogram - Menggambarkan ruang –ruang dan katup jantung
(Putra, 2012 )
10. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
1) Tirah Baring
Dimana akan mengurangi kerja jantung yang meningkat
sehingga tenaga jantung menurunkan tekanan darah melalui
induksi diuresis berbaring.
2) Oksigen
Pemenuhan oksigen ini akan mengurangi pada demand
miokard yang membantu memenuhi kebutuhan oksigen pada
tubuh.
3) Diet
Pengaturan diet ini akan membuat ketegangan otot jantung
berkurang. Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk
mencegah, mengatur, atau mengurangi edema.
Terapi non farmakologi :
b. Diet rendah garam
c. Pembatasan cairan
d. Mengurangi BB
e. Menghindari alkohol
f. Mengurangi stress
g. Pengaturan aktivitas fisik
2. Medis
Terapi farmakologi :
1) Digitalis : untuk meningkatkan kekuatan kontraksi
jantung dan memperlambat frekuensi jantung misal:
Digoxin
2) Diuretik : untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal serta mengurangi edema paru misal :
Furosemide (lasix)
3) Vasodilator :untuk mengurani tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel misal : Natriumnitrofusida,
nitrogliserin
4) Angiotension Converting Enzyme Inhibitor (ACE INHIBITOR)
adalah agen yang menghambat pembentukan angiotensi II
sehingga menutunkan tekanan darah. Obat ini juga menurunkan
beban awal ( preload) dan beban akhir (afterload) misal:
catropil, ramipril, fosinopril
5) Inotropik (dopamin dan dobutamin).
Dopamin untuk meningkatkan tekanan darah, curah jantung
dan produksi urin pada syok kerdiogenik
6) Dobutamin untuk menstimulasi adrenoreseptor dijantung
sehingga menigkatkan penurunan tekanan darah. (Amin &
Hardi, 2015)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Perlu ditanyakan : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama,
nomor register, pendidikan, tanggal MRS, serta pekerjaan yang
berhubungan dengan stress atau sebab dari lingkungan yang tidak
menyenangkan. Identitas tersebut digunakan untuk membedakan
antara pasien yang satu dengan yang lain.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien ADHF
biasanya baik atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai
tingkatan gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat
2) Tanda-tanda vital
Didapatkan tanda-tanda vital, suhu tubuh meningkat dan
menurun, nadi meningkat lebih dari 20 x/menit.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keluhan utama klien dengan ADHF adalah sesak napas.
b) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.
Apabila klien mengatakan sesak, maka perawat harus
menanyakan sudah berapa lama dan lama keluhan sesak
muncul. Keluhan sesak biasanya timbul saat beraktifitas
ataupun dalam keadaan istirahat.
c) Riwayat penyakit dahulu
Adakah penyakit dahulu yang diderita pasien.
d) Observasi
1) B1 (Breathing)
Inspeksi: Bentuk dada (Normochest, Barellchest,
Pigeonchest atau Punelchest). Pola nafas: Normalnya =
12-24 x/ menit, Bradipnea/ nafas lambat (Abnormal),
frekuensinya = < 12 x/menit, Takipnea/ nafas cepat dan
dangkal (Abnormal) frekuensinya = > 24 x/ menit. Cek
penggunaan otot bantu nafas (otot
sternokleidomastoideus) → Normalnya tidak terlihat. Cek
Pernafasan cuping hidung → Normalnya tidak ada. Cek
penggunaan alat bantu nafas (Nasal kanul, masker,
ventilator).
Palpasi: Vocal premitus (pasien mengatakan 77) Normal
(Teraba getaran di seluruh lapang paru)
Perkusi dada: sonor (normal), hipersonor (abnormal,
biasanya pada pasien PPOK/ Pneumothoraks
Auskultasi: Suara nafas (Normal: Vesikuler,
Bronchovesikuler, Bronchial dan Trakeal). Suara nafas
tambahan (abnormal): wheezing → suara pernafasan
frekuensi tinggi yang terdengar diakhir ekspirasi,
disebabkan penyempitan pada saluran pernafasan distal).
Stridor → suara pernafasan frekuensi tinggi yang
terdengar diawal inspirasi. Gargling → suara nafas seperti
berkumur, disebabkan karena adanya muntahan isi
lambung.
2) B2 (Blood)
Inspeksi: CRT (Capillary Refill Time) tekniknya dengan
cara menekan salah satu jari kuku klien → Normal < 2
detik, Abnormal → > 2 detik. Adakah sianosis (warna
kebiruan) di sekitar bibir klien, cek konjungtiva klien,
apakah konjungtiva klien anemis (pucat) atau tidak →
normalnya konjungtiva berwarna merah muda.
Palpasi: Akral klien → Normalnya Hangat, kering,
merah, frekuensi nadi → Normalnya 60 - 100x/ menit,
tekanan darah → Normalnya 100/ 80 mmHg – 130/90
mmHg.
3) B3 (Brain)
Cek tingkat kesadaran klien, untuk menilai tingkat
kesadaran dapat digunakan suatu skala (secara kuantitatif)
pengukuran yang disebut dengan Glasgow Coma Scale
(GCS). GCS memungkinkan untuk menilai secara
obyektif respon pasien terhadap lingkungan. Komponen
yang dinilai adalah : Respon terbaik buka mata, respon
verbal, dan respon motorik (E-V-M). Nilai kesadaran
pasien adalah jumlah nilai-nilai dari ketiga komponen
tersebut. Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran
dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan, tingkat kesadaran (secara kualitatif)
dibedakan menjadi:
a) Compos Mentis (Conscious), yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh
c) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,
kadang berhayal.
d) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat
e) pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
f) Stupor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri
g) Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak
ada respon pupil terhadap cahaya).
Pemeriksaan Reflek:
a) Reflek bisep: ketukan jari pemeriksa pada tendon
muskulus biceps brachii, posisi lengan setengah
ditekuk pada sendi siku.
Respon: fleksi lengan pada sendi siku
b) Reflek patella: ketukan pada tendon patella.
Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi
muskulus quadriceps femoris.
Nervus 1(Olfaktorius): Tes fungsi penciuman (pasien
mampu mencium bebauan di kedua lubang hidung)
Nervus 2 (Optikus): Tes fungsi penglihatan (pasien
mampu membaca dengan jarak 30 cm (normal)
Nervus 3, Nervus 4, Nervus 6 (Okulomotorius,
Trokhlearis, Abdusen): Pasien mampu melihat ke segala
arah (Normal)
Nervus 5 (Trigeminus):
a) Sensorik: pasien mampu merasakan rangsangan di dahi,
pipi dan dagu (normal)
b) Motorik: pasien mampu mengunyah (menggeretakan
gigi) dan otot masseter (normal)
Nervus 7 (Facialis):
a) Sensorik: pasien mampu merasakan rasa makanan
(normal)
b) Motorik: pasien mampu tersenyum simetris dan
mengerutkan dahi (normal)
Nervus 8 (Akustikus): Tes fungsi pendengaran (rine dan
weber).
Nervus 9 (Glososfaringeus) dan N10 (Vagus): pasien
mampu menelan dan ada refleks muntah (Normal).
Nervus 11 (Aksesorius): pasien mampu mengangkat bahu
(normal).
Nervus 12 (Hipoglosus): pasien mampu menggerakan
lidah ke segala arah (normal).
4) B4 (Bladder)
Inspeksi: integritas kulit alat kelamin (penis/ vagina)
Normalnya warna merah muda, tidak ada Fluor Albus/
Leukorea (keputihan patologis pada perempuan), tidak ada
Hidrokel (kantung yang berisi cairan yang mengelilingi
testis yang menyebabkan pembengkakan skrotum.
Palpasi: Tidak ada distensi kandung kemih. Tidak ada
distensi kandung kemih.
5) B5 (Bowel)
Inspeksi: bentuk abdomen simetris, tidak ada distensi
abdomen, tidak accites, tidak ada muntah,
Auskultasi: peristaltik usus Normal 10-30x/menit
6) B6 (Bone)
Inspeksi: warna kulit sawo matang, pergerakan sendi
bebas dan kekuatan otot penuh, tidak ada fraktur, tidak ada
lesi
Palpasi: turgor kulit elastis.
2. Diagnosa keperawatan
a. Penurunan curah jantung
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
d. Pola napas tidak efektif
e. Kelebihan volume cairan
f. Intoleransi aktivitas
g. Resiko gangguan integritas kulit
a. Penurunan curah jantung ( D.0008 )
1) Definisi: Ketidakmampuan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
2) Penyebab
a) Perubahan irama jantung
b) Perubahan frekuensi jantung
c) Perubahan kontaktilitas
d) Perubahan preload
e) Perubahan afterload
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
1) Perubahan irama jantung
- Palpitasi
2) Perubahan preload
- Lelah
3) Perubahan afterload
- Dyspnea
4) Perubahan kontraktilitas
- Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
- Ortopnea
- Batuk
b) Objektif
1) Perubahan iram jantung
1. Bradikardia/takikardia
2. Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
2) Perubahan preload
1. Edema
2. Distesnsi vena jugularis
3. Central venous pressure (CVP ) meningkat /
menurun
4. Hepatomegaly
3) Perubahan afterload
1. Tekanan darah meningkat/ menurun
2. Nadi perifer teraba lemah
3. Capillary refill time > 3 detik
4. Oliguria
5. Warna kulit pucat dan/atau sianosis
4) Perubahan kontaktilitas
1. Terdengar suara jantung S3 dan atau S4
2. Ejection fraction (EF) menurun
4) Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
a) Perubahan preload
Tidak tersedia
b) Perubahan afterload
Tidak tersedia
c) Perubahan kontraktilitas
Tidak tersedia
d) Perilaku/ emosional
1. Cemas
2. Gelisah
2) Objektif
a) Perubahan preload
1. Murmur jantung
2. Berat badan bertambah
3. Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun
b) Perubahan afterload
1. Pulmonary vascular resistence (PVR) meningkat /
menurun
2. Systemic vascular resistence (SVR ) meningkat /
menurun
c) Perubahan kontraktilitas
1. Cardiac indeks (CI) menurun
2. Left ventricular stroke work index (LVSWI)
menurun
3. Stoke volume index (SVI) menurun
d) Perilaku/emosional
Tidak tersedia
5) Kondisi klinis terkait
1. Gagal jantung kongestif
2. Syndrome coroner akut
3. Stenosis mitral
4. Regurgitasi mitral
5. Stenosis aorta
6. Regurgitasi aorta
7. Stenosis tikuspidal
8. Regurgitasi trikuspidal
9. Stenosis pulmonal
10. Regurgitasi pulmonal
11. Aritmia
12. Penyakit jantung bawaan (SDKI, 2017).
3. Intervensi keperawatan
a. Penurunan curah jantung ( D.0008)
Luaran : curah jantung meningkat (L.02008)
Kekuatan nadi perifer meningkat
Bradikardi menurun
Takikardia menurun
Gambaran EKG aritmia menurun
Edema menurun
Dyspnea menurun
Intervensi
1. perawatan jantung ( I.02075)
Observasi
Identifikasi adanya atau gejala primer penurunan curah jantung
( meliputi dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxymal
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
Identifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah
jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegaly ,
distensi vena jugularis, palpitasi, ronchi basah, oliguria, batuk,
kulit pucat)
Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu)
Monitor intake dan output cairan
Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Monitor saturasi oksigen
Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
Monitor EKG 12 sadapan
Monitor aritmia ( kelainan irama dan frekuensi)
Monitor nilai laboratorium jantung (mis. Elektrolit,enzim
jantung,BNP,TNpro-BNP)
Monitor fungsi alat pacu jantung
Periksa tekanan darah dan fungsi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian
obat ( mis. Beta bloker, AC inhibitor, calcium channel blocker,
digoxin)
Terapeurik
Posisikan semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
Berikan diet jantung yang sesuai ( mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol, dan makanan yang tinggi lemak )
Gunakan stocking elastis atau pneumatic intermiten, sesuai
indikasi
Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
sehat
Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
Berikan dukungan emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >
94%
Edukasi
Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
Anjurkan beraktifiktas fisik secara bertahap
Anjurkan berhenti merokok
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi jantung ( SIKI, 2018)
Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
Posisikan semi-fowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan proses McGill
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hr,jika tidak kontaindikasi
Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian broncodilator, ekspektoran,mukolitik,
jika perlu.(SIKI,2018)
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan dapat disesuaikan dengan intervensi
keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi keperawat
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA