MAKALAH HUKUM DAGANG Kel 3
MAKALAH HUKUM DAGANG Kel 3
Fakultas : Hukum
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul Hukum Kepailitan dan
PKPU. Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh bu
Nizia Kusuma Wardani SH., MH selain itu juga sebagai penambah wawasan bagi kami dan para
pembaca.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bu Nizia Kusuma Wardani selaku dosen
pengampu mata kuliah hukum dagang yang telah memberikan kami tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan & wawasan kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalaha ini.
Makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, bila ada kesalahan maupun kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, kami para penulis memohon maaf.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................................4
Rumusan Masalah...................................................................................................................................5
Tujuan Masalah.......................................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Istilah Kepailitan..............................................................................................................................7
B Sejarah...............................................................................................................................................7
C. DASAR-DASAR HUKUM KEPALITAN......................................................................................8
A.Kepalitan..........................................................................................................................................8
B. Pihak yang dapat mengajukan pailit............................................................................................8
C. Syarat Untuk Dapat Mengajukan Pailit.......................................................................................9
D. Asas Asas Hukum Kepailitan..........................................................................................................9
Asas Keseimbangan.....................................................................................................................9
Asas Keberlangsungan usaha.....................................................................................................10
Asas Keadilan............................................................................................................................10
Asas Integrasi............................................................................................................................10
E. Tujuan Hukum Kepailitan..............................................................................................................10
F. Fungsi Kepailitan...........................................................................................................................11
G. Pengertian PKPU...........................................................................................................................12
H. Maksud Dan Tujuan PKPU...........................................................................................................13
I. Jenis Jenis PKPU...........................................................................................................................14
BAB III......................................................................................................................................................16
PENUTUP.................................................................................................................................................16
Kesimpulan............................................................................................................................................16
Saran......................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kepailitan adalah dimana debitur memiliki kesulitan keuangan untuk membayar utang
utangnya kepada kreditur. Dalam hokum kepailitan atau (bankruptcy law), debitur dapat
dinyatakan pailit apabila debitur berada dalam keadaan insolven atau tidak mampu membayar
karena alasan tertentu baik disebabkan karena adanya kerisis ekonomi maupun krisis keuangan
yang dialami debitor untuk membayar seluruh utang-utangnya.
Insolvensi secara umum merupakan keadaan suatu perusahaan yang lebih besar daripada
harta perusahaan. untuk menentukan apakah keadaan keuangan debitor sudah dalam keadaan
tidak mampu membayar utang-utangnya atau dengan kata lain debitor telah dalam keadaan
insolven harus di tentukan secara objektif dan independen. Sedangkan peraturan perundang-
undangan pengertian insolvency dapat ditemukan dalam penjelasan pasal 57 ayat 1 UU nomor
37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU menyatakan, yang dimaksud dengan insolvensi
adalah keadaan tidak mampu membayar. Namun demikian syarat kepailitan yang diatur dalam
pasal 2 ayat 1 UU nomor 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan PKPU cukuplah apabila debitor
tersebut tidak membayar utang kepada satu kreditor saja asalkan debitor yang bersangkutan
memiliki dua atau lebih kreditor. Tidak disyaratkan bahwa keuangan debitor haruslah dalam
keadaan berhenti membayar utang-utangnya atau dengan kata lain keadaan keuangan debitor
telah insolven.
Syarat kepailitan yang diatur dalam pasal 2 ayat 1 UU nomor 37 tahun 2004 tadi
cukuplah apabila debitor tersebut tidak membayar utang kepada satu kreditor saja asalkan debitor
yang bersangkutan memiliki dua atau lebih kreditor. Tidak disyaratkan bahwa keungan debitor
haruslah dalam keadaan berhenti membayar untang utangnya, atau dengan kata lain keadaan
keuangan debitor telah insolven,
Oleh karena itu akibat tidak dimasukkannya syarat insolvency dalam undang undang
kepailitan berakibat banyaknya perusahaan di Indonesia yang dapat dikategprikan masih dalam
keadaan solven atau mampu membayar utangnya, dan harus diputus pailit oleh pengadilan niaga.
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
A. Istilah Kepailitan
1
Pailit atau Kepailitan berasal dari bahasa Prancis yang berarti kemacetan pembayaran.
Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan dengan (pailit). Kepailitan
adalah suatu sitaan dan eksekusi atau seluruh kekayaan si debitor (orang-orang yang berhutang)
untuk kepentingan semua kreditor-kreditornya (orang-orang berpiutang).
1. Debitor yang mempunyai 2 atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan, baik atas permohonan nya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
kreditornya.
2. Permohonan dapat juga diajukan oleh kejaksaan untuk kepentingan umum.
B Sejarah
Hukum kepailitan sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu, yang pada jaman itu seorang
debitur apabila tidak dapat melunasi utangnya, maka debitur pribadi secara fisik harus
bertanggung jawab atas utang utang terhadap kreditor.
1
https://kamus.tokopedia.com/p/pailit/
Perkembangan selanjutnya eksekusi sehubungan dengan cidera janji debitur terhadap
pembayaran utangnya bukan lagi dilakukan terhadap jasmani, melainkan terhadap harta
kekayaannya. Penjualan debetur di pakai sebagai sumber penulassan bagi utangnya kepada
prediturnya ketika itu di kenal sebagai “mission in bona” yang berarti harta kekayan debitur
dapat di jual untuk menulasi hutang kreditur
Pada masa romawi,di kota-kota dagang di italia seperti genoa, florenc, venesia, eksekusi
terhadap harta kekayaan debitur untuk melunasi utangnya telah di praktikkan secara umum.
Pengawasan atas pelunasan tagihan para kreditur dari hasil penjualan harta kekayaan debitur di
lakukan oleh hakim yang memastikan bahwa pelunasan tagihan masing-masing kreditur di
lakukan secara proposional sesuai dengan besarnya tagihan.
A. Kepalitan
2
Hukum kepalitan adalah suatu bidang ilmu hokum yang khusus diadakan sebagai salah
satu saran hukuum untuk penyelesaian pihutang – pihutang.Menurut passal 1 angka (1) undang-
undang no 37 tahun 2004 tentang kepailitan dan penundan kewajiban pembayarana utang (biasa
disebut undang-undang kepailitan ).Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitu
pailid yang pengurusaan dan pemberesannya di lakukan oleh kurator di bawah pengawasan
hakim pengawas.
Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undnag-undang
yang dapat di tagaih di muka pengadilan (pasaal 1 ayat 2)
Debitur adalah orang yang berhuutang karena perjanjian atau undang-undang yang
penulasannya dpat di tagih di muka pengadilan (pasal 1ayat 3)
Debitor adalah orang yang berutang karena perjanjian atau undang-undang yang
pelusannya dapat di tagih di muka pengadilan ( pasal 1ayat 3)
Debitor pailit adalah debitor yang udah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan
2
https://lawofficeindonesia.com/2019/12/28/dasar-dasar-hukum-kepailitan-2/
Kurator adalah balai harta peninggalan atau orang perorangan yang diangkat oleh
pengadilan untuk mengurus dan harta debitur pailit dibawah pengawasan hakim
pengawas (pasal 1 ayat(5).
Di dalam pasal 2 undnag-undang kepailitan ,di tentukan pihak-pihak yang dapat mengajukan
pernyataan pailit yaitu :
Syarat utama sebagai dasar hokum yang kuat dalam mengajuka permohonan pernyataan
pailit ,sebagai mana di sebutkan dalam pasal 2 ayat 1 UU kepailitan adalah :
Asas Keseimbangan
3
Yaitu di satu pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan
pranata dan lembaga kepailitan oleh debitor yang tidak jujur. Dan di lain pihak juga
dapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga
kepailitan oleh kreditor yang tidak beritikad baik.
Disini terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitor yang prospektif tetap
dilangsungkan.
Asas Keadilan
Asas Integrasi
Udang –undang yang mengatur tentang pengrtian bahwa system hokum formal dan
hokum materilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari system hokum perdata dan
hokum secara nasional.
3
https://suduthukum.com/2017/08/asas-asas-kepailitan.html
proporsional. Dengan demikian Kepailitan dengan tegas memberikan perlindungan
kepada kreditur konkuren.
Mencegah agar debitur tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan debitur.Dengan dinyatakan pailit, debitur tidak memiliki kewenangan untuk
mengurus, memindah tangankan harta kekayaannya yang berubah status hukumnya
menjadi harta pailit.
Selain dari apa yang diuarikan diatas bahwa Hakikat tujuan adanya Kepailitan adalah
proses yang berhubungan dengan pembagian harta kekayaan dari debitur terhadap para
kreditur lainnya. Kepailitan merupakan jalan keluar untuk proses pendistribusian harta
kekayaan debitur yang nantinya metrupakan boedel pailit secara pasti dan adil. Kepailitan
merupakan exit from finansial distress yaitu suatu jalan keluar dari persoalan yang
membelit secara finansial sudah tidak bisa diselasaikan.
F. Fungsi Kepailitan
4
Mengatur tingkat prioritas dan urutan masing-masing piutang kreditor;
Mengatur tatacara agar seorang debitor dapat dinyatakan pailit
Mengatur bagaimana tatacara menentukan kebenaran adanya piutang kreditor
Mengatur syahnya piutang atau tagihan kreditor
Mengatur tatacara pencocokan atau verifikasi dari tagihan kreditor
Mengatur bagaimana tatacara membagi hasil penjualan harta kekayaan debitor
sesuai prioritas dan urutan masing-masing kreditor
Mengatur tata cara pendamaian yang ditempuh oleh debitor dengan para kreditor
dan sesudah pernyataan pailit.
4
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma |
Volume 7 No. 1, September 2016
G. Pengertian PKPU
5
Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU pada Pasal 222
ayat (2) disebutkan bahwa,“Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan dapat melanjutkan membayar
utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban
pembayaran utang dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.”
Meski tak dijabarkan secara jelas dalam Undang-Undang, namun PKPU dapat dipahami sebagai
suatu upaya untuk mencapai kata mufakat antara debitur dengan kreditor berkenaan dengan penyelesaian
utang-piutang. PKPU dapat pula dipahami sebagai suatu periode waktu tertentu yang diberikan kepada
debitur dan kreditor yang ditetapkan melalui putusan pengadilan niaga guna membuat kesepakatan
bersama terkait dengan cara pembayaran atau penyelesaian permasalahan utang-piutang diantara para
pihak, baik seluruh atau sebagian utang juga kemungkinan dilakukannya restrukturisasi utang tersebut.
Yang dimaksud dengan PKPU adalah singkatan dari penundaan kewajiban pembayaran utang.
Persamaannya dengan pailit, keduanya adalah solusi saat bisnis atau perusaan tengah dalam masalah
financial, terutama terkait pembayaran utang piutang. Sedangkan kita ketahui Tujuan dari PKPU tersebut
yaitu pengaturan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) adalah untuk menghindari kepailitan
yang berujung kepada likuidasi harta kekayaan, debitor untuk membuat laba, sehingga melalui
rerorganisasi utang utangnnya tetap dapat melanjutkan usahanya
1) PKPU sementara
Merupakan PKPU yang penetapannya dilakukan sebelum sidang dimulai, dan harus
dikabulkan oleh pengadilan setelah pendaftaran dilakukan
2) PKPU tetap
Merupakan PKPU yang ditetapkan setelah siding berdasarkan persetujuan dari para kreditor.
5
"Pengertian PKPU – Marten Lucky Zebua" https://martenluckyzebua.co.id/2021/03/03/pengertian-pkpu
J. Berahirnya PKPU
6
Menurut ketentuan dalam Pasal 255 UU KPKPU, PKPU dapat diakhiri atas permintaan
Hakim Pengawas, satu atau lebih Kreditor, atau atas prakarsa Pengadilan dalam hal:
Debitor, selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang, bertindak dengan itikad buruk dalam
melakukan pengurusan terhadap hartanya
Debitor melakukan melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian
hartanya tanpa persetujuan pengurus
Debitor lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan kepadanya oleh Pengadilan pada
saat atau setelah penundaan kewajiban pembayaran utang diberikan, atau lalai melaksanakan
tindakan-tindakan yang disyaratkan oleh pengurus demi kepentingan harta Debitor
Selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang, keadaan harta Debitor ternyata tidak lagi
memungkinkan dilanjutkannya penundaan kewajiban pembayaran utang; atau
Keadaan Debitor tidak dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap Kreditor pada
waktunya
Apabila alasan pengakhiran PKPU disebabkan oleh poin a dan poin e, maka pengurus wajib
mengajukan permohonan pengakhiran PKPU. Permohonan PKPU tersebut harus selesai diperiksa
dalam jangka waktu 10 hari sejak pengajuan permohonan dan putusan harus diucapkan dalam jangka
waktu 10 hari sejak permohonan selesai diperiksa. Jika PKPU diakhiri, maka Debitor harus
dinyatakan pailit dalam putusan yang sama. Selain alasan tersebut di atas, PKPU juga bisa berakhir
ketika putusan pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap. Pengakhiran PKPU
karena alasan ini tidak mengakibatkan debitor dinyatakan pailit
6
https://bplawyers.co.id/2020/01/16/debitor-yang-tidak-hadir-pada-hari-sidang-setelah-pkpu-sementara-
ditetapkan-langsung-dinyatakan-pailit-pada-dalam-sidang-yang-sama/amp/
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dinilai masih
“berat sebelah”. Artinya belum tercapainya asas keseimbangan antara kedua pihak yakni debitor dengan
kreditor. Khususnya pada proses perdamaian dalam kerangka PKPU, kedudukan kreditor lebih superior
jika dibandingkan dengan kedudukan debitor. Hal ini terbukti dari penentuan layak diterima atau tidaknya
proposal rencana perdamaian (PKPU) yang diajukan oleh debitor. Kreditor memiliki hak penuh atas
penentuan tersebut dalam rapat rencana perdamaian (PKPU). Ditambah, seringkali dalam praktiknya,
keberadaan Pengadilan Niaga hanya mengesahkan atau melakukan konfirmasi atas hasil kesepakatan,
atau menolak atas dasar yang telah ditentukan oleh undang-undang.
Saran
Pembuatan Makalah Hukum Kepailitan dan PKPU ini jauh dari kata sempurna, Kami sebagai
penyusun berharap ada kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://kamus.tokopedia.com/p/pailit/
https://lawofficeindonesia.com/2019/12/28/dasar-dasar-hukum-kepailitan-2/
https://suduthukum.com/2017/08/asas-asas-kepailitan.html
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume
7 No. 1, September 2016
https://bplawyers.co.id/2020/01/16/debitor-yang-tidak-hadir-pada-hari-sidang-setelah-pkpu-sementara-
ditetapkan-langsung-dinyatakan-pailit-pada-dalam-sidang-yang-sama/amp/