Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Manajmen Dakwah Dalam Kehidupan Sosial


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi
Dosen Pengampu: Saipullah Hasan M.A

Disusun oleh :
Pirdaus 43020200052
Aulia Nur Aini 43020200053

PROGRAM STUDI MANAJMEN DAWAH


FAKULTAS DAKWAH
IAIN SALATIGA
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah membrikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan walaupun masih banyak
kesalahan dan kekuranggannya. Sholawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
Muhammad SAW beserta keluarganya,sahabatnya dan para pengikutnya.
Makalah yang berjudul “Manajmen Dakwah dalam Kehidupan Sosial” adalah tugas
perkuliahan kami yang mana akan kami diskusikan dan presentasikan bersama teman
mahasiswa lainnya. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Saipullah
Hasan M.A selaku dosen pengampu matakuliah Sosiologi dan Antropologi yang telah
memberikan kami materi dan pemahaman sehingga terbantu untuk menyusun sekaligus
menyelesaikan makalah ini.

Dengan selesainya makalah ini, kami mengharapkan dorongan dan motivasi dari
pembaca khususnya teman-teman sekalian dengan memberikan kritik dan saran yang dapat
membangun perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Salatiga, 08 November 2021

2
DAFTAR ISI

Contents
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
A. Pengertian Manajmen Dakwah ................................................................................................... 4
B. Manajmen Dakwah Dalam Perubahan Sosial ............................................................................. 6
C. Manajmen Dakwah Dalam Pengembangan Masyarakat Islam ................................................... 9
BAB III................................................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ................................................................................................................................ 12

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang wajib dilaksanakan oleh
setiap muslim. Kewajiban ini tercermin dari konsep amar ma’ruf dan nahi munkar; yakni
perintah untuk mengajak masyarakat melakukan perilaku positif. Konsep ini mengandung
dua implikasi makna sekaligus; yakni prinsip perjuangan menegakkan kebenaran dalam Islam
serta upaya mengaktualisasikan kebenaran Islam tersebut dalam kehidupan sosial guna
menyelamatkan mereka dan lingkungannya dari kerusakan.
Dakwah adalah menyeru kepada umat manusia untuk menuju kebaikan, memerintahkan
yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar dalam rangka memperoleh kebahagiaan di

3
dunia dan kesejahteraan di akhirat.Karena itu, dakwah memiliki pengertian yang luas. Ia
tidak hanya berarti mengajak dan menyeru umat manusia agar memeluk Islam, lebih dari itu
dakwah juga berarti upaya membina masyarakat Islam agar menjadi masyarakat yang lebih
berkualitas (khairu ummah) yang dibina dengan ruh tauhid dan ketinggian nilai-nilai Islam.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian manajmen dakwah ?


2. Bagaimana manajmen dakwah dalam perubahan sosial ?
3. Bagaimana manajmen dakwah dalam pengembangan masyarakat islam ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu pengertian manajmen dakwah.


2. Untuk mengetahui manajmen dakwah dalam perubahan sosial.
3. Untuk mengetahui manajmen dakwah dalam pengembangan masyarakat islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajmen Dakwah

Maluyu S.P. Hasibuan menjelaskan bahwa manajemen berasal dari kata to manage
yang artinya mengatur, jadi, Manajemen itu adalah suatu proses untuk mewujudkan tujuan
yang diinginkan.1 Sedangkan menurut Brantas, manajmen suatu proses atau kerangka kerja
yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan-tujuan
organisasi atau maksud-maksud nyata.2 Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur
proses pemamfaatan sumber daya manusia secara efektif, dengan didukung oleh sumber-
sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan.3

1
Malayu Hasibuan, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 1.
2
Brantas, Dasar-dasar Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2014), 4
3
Anton Athoillah, Dasar-dasar Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 14.

4
Definisi diatas memberikan gambaran bahwa manajemen itu mengandung arti proses
kegiatan. Proses tersebut dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Seluruh
proses tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4
Manajemen dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni manajemen
dan dakwah. Kedua kata ini berangkat dari dua disiplin ilmu yang sangat berbeda sama
sekali. Istilah yang pertama, berangkat dari disiplin ilmu yang sekuler, yakni Ilmu Ekonomi.
Ilmu ini diletakan di atas paradigma materialistis. Prinsipnya adalah dengan modal yang
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Sementara itu istilah
yang kedua berasal dari lingkungan agama, yakni Ilmu Dakwah. Ilmu ini diletakan di atas
prinsip, ajakan menuju keselamatan dunia dan akhirat, tanpa paksaan dan intimidasi serta
tanpa bujukan dan iming-iming material. Ia datang dengan tema menjadi rahmat semesta
alam.5

Manajemen dakwah secara harfiah terdiri dari dua kata yakni “manajemen” dan
“dakwah”. Manajemen yang memiliki akar kata management (bahasa Inggris) memiliki
pengertian ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Sedangkan secara istilah dapat
diartikan sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-
upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.

Jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka


“citra profesional” dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat. Dengan
demikian, dakwah tidak dipandang dalam obyek ubudiyah saja, akan tetapi di intepretasikan
dalam berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari pengaturan secara manajerial
organisasi dakwah. Sedangkan efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggarakan dakwah
adalah merupakan suatu hal yang harus mendapatkan prioritas. Aktivitas dakwah dikatakan
berjalan secara efektif jika apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai dan dalam
pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya, jika
kegiatan lembaga dakwah yang dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen akan
menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan

4
Eni Nur Rita, “Manajemen Panti Sosial sebagai Sarana Dakwah dalam Membina Remaja Putus Sekolah (pada
UPTD Rumoh Sejahtera Jroh Naguna Banda Aceh)”, Skripsi yang dipublikasikan, Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry Darussalam, Banda Aceh (2016): 6
5
Masdar Helmi, Manajemen Dakwah: Arti, Sejarah, Peranan dan Sarana Manajemen Dakwah, (Semarang: Toha
Putra, 2016), 36

5
akan menumbuhkan sebuah citra (image profesionalisme) kalangan masyarakat, khususnya
dari pengguna jasa profesi da’i.6

Sedangkan dakwah yang berasal dari akar kata bahasa Arab da’a memiliki arti
mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan. Secara istilah dakwah
dapat didefinisikan sebagai aktifitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan
mencegah perbuatan munkar serta memberi kabar gembira dan peringatan bagi manusia
untuk menuju kehidupan yang baik dan sesuai dengan nilai ajaran Islam demi tercapainya
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.7

Pengertian dari manajemen dakwah dapat diketahui dari penjelasan mengenai dua kata
yang membentuknya. Manajemen dakwah diartikan sebagai prinsip-prinsip manajemen yang
dilaksanakan dalam kegiatan dakwah untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah
menumbuhkan sebuah citra (image profesionalisme) di kalangan masyarakat, khususnya dari
pengguna jasa dari profesi da’i. Manajemen dakwah sebagai proses perencanaan tugas,
menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas
dan kemudian menggerakkan pencapaian tujuan dakwah. Dengan demikian, berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah adalah upaya yang
berkaitan dengan ketatalaksanaan maupun pengelolaan yang berhubungan dengan proses
penyampaian ajaran Islam demi tercapainya tujuan dakwah.8

B. Manajmen Dakwah Dalam Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat, serta
semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, di mana semua tingkat kehidupan
masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-
pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau

6
Ibdi, hal, 36
7
Ali Ichwan, “Analisis Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Dakwah Biro Pengembangan Pesantren dan
Masyarakat (BPPM) Pondok Maslakul Huda (PMH) Pati dalam Pengembangan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM)”, Skripsi yang dipublikasikan, Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang (2009):
12-13.
8
Ibdi, hal, 13

6
menggunakan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial baru.9 Perubahan sosial juga,
dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial.10

Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang
ada di masyarakat; dimulai dari yang bersifat individual hingga yang lebih kompleks. Juga
perubahan sosial dapat dilihat dari segi gejala-gejala terganggungnya kesinambungan di
antara kesatuan sosial, walaupun keadaannya relatif kecil. Perubahan ini, meliputi: struktur,
fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia,
organisasi atau komunitas, termasuk perubahan dalam hal budaya.11 Dengan demikian,
perubahan sosial merupakan suatu perubahan menuju keadaan baru yang berbeda dari
keadaan sebelumnya.

Manusia sebagai aktor adalah pelaku yang menciptakan sejarah dan penentu dari
terjadinya perubahan. Dalam surat Ar-Ra’d ayat 11 Allah berfirman ”...Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri...” yang berbicara perihal sunnatullah atas perubahan, menekankan aspek terpenting
dalam perubahan adalah manusia yang berkapasitas bukan individu, melainkan dalam
kedudukannya sebagai salah satu anggota masyarakat. Oleh karena itu, pengganti nama pada
kata “anfusihim” (diri-diri mereka) tertuju kepada qaum (masyarakat). Ini berarti bahwa
perubahan yang hanya terjadi pada satu atau dua orang saja yang tidak mampu mengalirkan
arus perubahan kepada masyarakat, tidak mungkin dapat menghasilkan perubahan terhadap
masyarakat secara total. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada diri seseorang harus
diwujudkan dalam suatu landasan yang kukuh serta berkaitan erat dengannya, sehingga
perubahan yang terjadi pada dirinya itu menciptakan arus, gelombang atau paling tidak riak
yang menyentuh orang lain.12

Menurut Karl Marx perubahan sosial atau mekanisme sistem sosial sangat bergantung
pada proses produksi interelasi antara pelaku-pelaku dan penguasa. Sementara, Berger
menyatakan, masyarakat adalah suatu fenomena dialektik dalam pengertian bahwa
masyarakat merupakan suatu produk manusia, lain tidak, yang akan selalu memberi tindak
9
H. M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, Dan Diskursus Teknologi Komunikasi Di
Masyarakat (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2007), 91.
10
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, Dan Psikolonial
(Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), 2.
11
AB Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, 181
12
Ibid, hal, 212

7
balik kepada produsennya. Masyarakat adalah suatu produk dari manusia. Masyarakat tidak
mempunyai bentuk lain kecuali bentuk yang telah diberikan kepadanya oleh aktifitas dan
kesadaran manusia. Oleh karena itu, realitas sosial tak terpisah dari manusia, sehingga dapat
dipastikan bahwa manusia adalah suatu produk masyarakat.13

Dengan demikian, sebuah kewajiban umat Islam untuk mengawal perubahan sosial
yang berjalan ke arah yang positif melalui pengenalan, pengajaran, pengamalan dan
pembinaan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan tanpa terkecuali, mulai dalam
kehidupan pribadi, keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu,
hanya dengan aktivitas dakwahlah cita-cita menuju perubahan sosial yang diridhai oleh Allah
SWT dapat terwujud.
Di dalam Al-Qur’an sendiri tersirat bahwasanya umat Islam dicitrakan sebagai umat
yang terbaik (khairu ummah) yang hadir di tengah-tengah pentas kehidupan manusia. Citra
sebagai khairu ummah tentunya tidak datang begitu saja, melainkan harus diraih dengan
perjuangan dakwah dan optimalisasi seluruh potensi kemanusiaan dan kemampuannya yang
dianugerahkan oleh Allah SWT untuk kemaslahatan hidupnya di dunia dan kelak di akhirat.14
Oleh karena itu, melalui dakwah umat harus didorong untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan demi meningkatkan kualitas dan martabat hidupnya.
Dakwah juga memotivasi umat untuk bekerja, memiliki semangat juang yang tinggi,
sehingga potensi perekonomian dapat diarahkan menuju jalan yang benar, yang pada
akhirnya umat dapat meraih kemuliaan.

Melalui dakwah pada akhirnya masyarakat luas disadarkan, bahwasanya kebahagiaan,


kesejahteraan dan kemuliaan hidup, hanya dapat diraih manakala manusia mau menjalankan
ajaran Allah SWT, berhukum dengan hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT serta
mengamalkan secara utuh dan konsisten apa yang terkandung dalam Al-Qur’an. Juga, yang
akhirnya hanya perubahan sosial yang baik dan diridhai oleh Allah SWT itulah yang
kemudian menjadi tugas dan tanggung jawab manusia.

Dakwah sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, di mana pembangunan dilakukan saling melengkapi

13
Nina Winangsih Syam, Komunikasi Transendental Perspektif Sains Terpadu (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2015), 123.
14
Ibid, hal, 213

8
proses pembangunan ekonomi. Pembangunan sosial sebagai pendekatan pembangunan yang
bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi
kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial, namun hal yang
paling terpenting adalah bagaimana menjaga tingkat kereligiusan sebagai modal utama dalam
setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, perubahan sosial menuju ke arah tertentu, maka
dakwah Islam berfungsi memberikan arah dan corak ideal tatanan masyarakat baru yang akan
mendatang. Dengan demikian, aktualisasi dakwah berarti upaya penataan masyarakat
terusmenerus di tengah-tengah dinamika perubahan sosial sehingga tidak ada satu sudut
kehidupan pun lepas dari perhatian dan pengharapannya.15

Dakwah sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang kemudian dirancang
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, di mana pembangunan dilakukan saling
melengkapi dalam proses pembangunan ekonomi. Pembangunan sosial sebagai pendekatan,
pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia khususnya umat
Islam secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari
kebutuhan fisik sampai kebutuhan sosial. Namun yang lebih penting adalah bagaimana
menjaga tingkat kereliguisan sebagai modal utama dalam setiap aspek kehidupan.16 Dengan
kata lain, dakwah harus mampu memberikan sumbangan yang berarti dalam kehidupan
masyarakat (khususnya umat Islam), jika materi dakwah dikemas tidak semata-mata bercorak
normatif-teologis, tetapi lebih dari itu, bagaimana materi dakwah dibingkai dengan
pendekatan-pendekatan yang bercorak multidisipliner. Oleh karena itu, dengan cara seperti
ini, pesan-pesan dakwah dapat menyentuh dan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
zaman.17

C. Manajmen Dakwah Dalam Pengembangan Masyarakat Islam

Islam dihadirkan melalui Nabi Muhammad saw. untuk menjadi petunjuk bagi semua
manusia. Petunjuk Islam diibaratkan buku petunjuk bagi benda elektronik yang dibuat
manusia. Pemakai benda elektronik yang tidak menaati petunjuknya dapat dipastikan benda
elektronik tersebut akan rusak. Begitu juga manusia telah diberi pedoman hidup oleh
penciptanya, Allah swt.. Manusia harus mengikuti pedoman tersebut jika ingin selamat dalam

15
Ibid, hal, 197
16
AB Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah
17
Lukman S. Tahir, Studi Islam Interdisipliner: Aplikasi Pendekatan Filsafat, Sosiologi, Dan Sejarah.

9
perjalanan hidupnya. Karena itu, Agama Islam yang dibawa Nabi saw. memberikan ajaran
yang sesuai dengan fitrah manusia. Apa yang menjadi perintah atau anjuran dalam Islam pasti
memberikan manfaat yang besar bagi manusia dan kehidupannya. Demikian pula, larangan
dalam Islam akan berdampak buruk bagi perkembangan manusia dan kehidupannya.

Menurut Muhyiddin dan Safei (2002: 139-140) diperlukan metode dan strategi
pengembangan dakwah agar dapat membentuk masyarakat yang harmonis dan damai.
Beberapa metode dan cara yang dapat dikembangkan adalah prinsip-prinsip berikut ini:

1. Pengembangan metode bil lisan dan bil ’amal sesuai dengan tantangan dan
kebutuhan
2. Mempertimbangkan metode dan media sesuai dengan tantangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Memilih metode dan media yang relevan, baik mimbar, panggung, media cetak,
atau elektronik (radio, televisi, komputer, dan internet).
4. Mengembangkan media atau metode kultural dan struktural, yakni pranata sosial,
seni, karya budaya, dan wisata alam.
5. Mempertimbangkan struktur sosial dalam tingkatan kadar intelektual, yakni
khawas, awam, dan yang menentang.
6. Mempertimbangkan struktur dan tingkatan masyarakat dari segi kawasan,
geografis, demografis, sosiologis, antropologis, politis, dan ekonomis.
7. Mengembangkan dan mengakomodasikan metode dan media seni budaya
masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang, drama, musik, lukisan, dan
sebagainya.
8. Mempertimbangkan dan mengkaji metode pendekatan spiritual, antara lain melalui
doa dan salat, silaturrahim, dan sebagainya.
9. Prinsip-prinsip pengembangan dakwah yang dipaparkan tersebut dapat digunakan
sebagai pijakan untuk mengembangkan masyarakat Islam di suatu daerah dan tentu
harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing dari lokasi.

Pengembangan masyarakat bila dikaitkan dengan kegiatan dakwah maka harus dapat
mengubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik dibandingkan dengan keadaan
sebelumnya, sehingga tujuan dakwah benar-benar dapat terwujud. Masyarakat yang sering
konflik diajak dialog agar menjadi harmonis dan rukun, individu yang tidak pernah
10
silaturahmi diajak pertemuan antar warga sehingga dapat mencairkan suasana yang kaku, dan
sebagainya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dakwah sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang kemudian dirancang
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, di mana pembangunan dilakukan saling
melengkapi dalam proses pembangunan ekonomi. Pembangunan sosial sebagai pendekatan
pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia khususnya umat
Islam secara paripurna. Dengan kata lain, dakwah harus mampu memberikan sumbangan
yang berarti dalam kehidupan masyarakat (khususnya umat Islam), jika materi dakwah
dikemas tidak semata-mata bercorak normatif-teologis, tetapi lebih dari itu, bagaimana materi
dakwah dibingkai dengan pendekatan-pendekatan yang bercorak multidisipliner. Oleh karena
itu, lembaga dakwah secara kelembagaan harus dilakukan penataan kembali, perumusan
pesan harus ditinjau kembali, penanganan masalah secara keseluruhan sistem dakwah harus
ditinjau kembali baik efektifitas, efisiensi, maupun jangkauan penanganan masalah yang
dihadapi. Dengan itu, pesan-pesan dakwah dapat menyentuh dan sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan zaman.

Dakwah untuk mengembangkan masyarakat Islam menjadi penting dilakukan agar


umat dapat terbantukan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh mereka.
Islam yang disampaikan melalui Nabi Muhammad saw. menjadi petunjuk yang penting bagi
semua manusia. Petunjuk Islam diibaratkan buku petunjuk bagi benda elektronik yang dibuat
manusia. Pemakai benda elektronik yang tidak menaati petunjuknya dapat dipastikan benda
elektronik tersebut akan rusak. Begitu juga manusia telah diberi pedoman hidup oleh
penciptanya, Allah swt.. Adapun, untuk mengembangkan masyarakat Islam perlu
memerhatikan prinsip-prinsip pengembangan dakwah, semisal mempertimbangkan struktur

11
dan tingkatan masyarakat dari segi kawasan, geografis, demografis, sosiologis, antropologis,
politis, dan ekonomis dan sebagainya.

Daftar Pustaka

AB Syamsuddin, 2016,Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Kencana Prenadamedia


Group.
Ali Ichwan, 2019, Analisis Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Dakwah Biro
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) Pondok Maslakul Huda (PMH) Pati
dalam Pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), Skripsi yang dipublikasikan,
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang
Amrullah Achmad, 1985, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial: Suatu Kerangka
Pemikiran dan Agenda Penelitian, dalam Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Amrullah
Achmad, ed., Yogyakarta: Pusat Latihan, Penelitian dan Pengembangan Masyarakat
(PLP2M).
Anton Athoillah,2014, Dasar-dasar Manajemen, Bandung: Pustaka Setia
Brantas, 2014, Dasar-dasar Manajemen, Bandung: Alfabeta
Dumasari, 2014, Dinamika Pengembangan Masyarakat Partisipatif, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar dan UMP Press.
Eni Nur Rita,2016, “Manajemen Panti Sosial sebagai Sarana Dakwah dalam Membina
Remaja Putus Sekolah (pada UPTD Rumoh Sejahtera Jroh Naguna Banda Aceh)”, Skripsi
yang dipublikasikan, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh.
Malayu Hasibuan,2016, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi
Aksara.
Masdar Helmi, 2016, Manajemen Dakwah: Arti, Sejarah, Peranan dan Sarana
Manajemen Dakwah, Semarang: Toha Putra.
Muhyiddin Asep, dan Agus Ahmad Safei, 2002, Metode Pengembangan Dakwah,
Bandung: Pustaka Setia.
Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern,
Dan Psikolonial. Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
Nina Winangsih Syam. Komunikasi Transendental Perspektif Sains Terpadu. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2015.

12

Anda mungkin juga menyukai