Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER PADA PASIEN TN. Y DENGAN

KASUS HIPERLIPIDEMA DI KLINIK HOLISTIC

NURSING THERAPY DRINGU

Disusun Oleh:

Ummy Khoirun Nisak

14901.06.19046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN – PROBOLINGGO

2019 – 2020

1
BAB I
KONSEP AKUPUNTUR

Definisi

Kata akupunktur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan
punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan
kata asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi akupunktur atau tusuk jarum. Sebagai suatu sistem pengobatan,
akupunktur dapat didefenisikan sebagai suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara
menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah agar pasien
sehat kembali.

Saputra (2015) mendefinisikan akupunktur sebagai suatu cara pengobatan yang


memanfaatkan rangsangan pada titik akupunktur untuk memengaruhi aliran bio energi tubuh
berdasar pada filosofi keseimbangan hubungan antara permukaan tubuh dan organ melalui
sistem meridian yang spesifik. Dalam satu meridian terdapat beberapa titik akupunktur yang
dimanfaatkan sebagai pintu masuk rangsangan ke dalam meridian.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akupunktur


merupakan suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik
tertentu pada tubuh melalui sistem meridian yang spesifik yang bertujuan untuk
mengembalikan sistem keseimbangan tubuh sehingga tubuh sehat kembali.

Sejarah Akupunktur

Perkembangan Akupunktur di Luar Negeri

Ilmu akupunktur merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari negara Cina dan telah
dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu. Menurut buku Huang Ti Nei Ching (The Yellow
Emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu akupunktur sudah mulai dikenal sejak zaman
batu, di mana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit.

Perkembangan ilmu akupunktur di Cina dimulai pada zaman Cun Ciu Can Kuo (770-
221 SM). Pada zaman ini ilmu akupunktur berkembang dengan menggunakan bahan dari
batu berubah ke bambu, dari bambu ke tulang, dan kemudian perunggu.

Baru pada masa pertengahan abad XX, ilmu akupunktur bangkit dengan mengadakan
penyesuain terhadap tuntutan zaman serta perkembangan ilmiah zaman modern. Di negara
Cina, praktik akupunktur tidak saja dilakukan oleh akupunkturis (pengobatan Cina) saja akan

2
tetapi dokter-dokter lulusan Fakultas Kedokteran Cina juga melakukan praktik serupa.
Bahkan, ilmu akupunktur merupakan sebuah mata pelajaran dalam perguruan tinggi
kedokteran di negara tersebut. Sejak tahun 1958 mulai diintensifkan riset dalam bidang ilmu
pengobatan akupunktur. Pada tahun 1968 mulai diadakan riset penggunaan ilmu akupunktur
dalam pembedahan sebagai anestesi.

Di negara Korea, ilmu akupunktur diperkirakan masuk sejak 2000 tahun yang lampau.
Dan pada tahun 1963, ilmuwan dari negeri tersebut yang bernama Prof. Kim Bong Han, ahli
Biologi dari Universitas Pyong Yang telah meneliti dan mendemonstrasikan secara
histologis dan elektrobiologis tentang meridian dan titik akupunktur dalam teori yang disebut
teori sistem Kyung Rak.

Di negara Belanda, akupunkturis Wilhelem ten Rhyne, seorang dokter VOC


mengungkapkan pengobatan rematik dengan akupunktur di dalam bukunya dan diterbitkan
pada tahun 1683 di London. Di negara Perancis, pada tahun 1863, Louise Berlioz
mengungkapkan secara jelas dalam bukunya tentang ilmu akupunktur. Bahkan sebelum itu
tahun 1816 Louise mempelajari penggunaan elektropuncture dan pada tahun 1825
electropuncture mulai digunakan untuk pengobatan gout, rematik, dan lain-lain.

Di Amerika Serikat, ilmu akupunktur telah berkembang lama dalam lingkungan Cina
Town di Kota San Francisco dan New York. Di Elstein Hospital dan Massachuset Hospital
telah dilakukan penyelidikan mengenai anestesi dengan akupunktur. Demikian pula para
dokter di Michigan’s State Hospital telah berhasil menggunakan akupunktur sebagai anestesi
pada beberapa pembedahan antara lain pencangkokan kulit, eksisi tumor, operasi hernia,
pencabutan gigi yang dilaporkan memuaskan

Perkembangan Akupunktur di Indonesia


Perkembangan akupunktur di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain
tidaklah tertinggal. Hidupnya cara pengobatan akupunktur di Indonesia seumur dengan
adanya perantau Cina yang masuk ke negara Indonesia. Mereka membawa kebudayannya
termasuk pengobatan akupunktur ke Indonesia. Hanya saja pada saat itu akupunktur masih
berkembang di lingkungan mereka dan sekitarnya. Selanjutnya sejak tahun 1963,
Departemen Kesehatan dalam rangka melakukan penelitian dan pengembangan cara
pengobatan timur termasuk akupunktur, atas instruksi Menteri Kesehatan waktu itu (Prof.
Dr. Satrio), telah membentuk tim riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka sejak saat
itu praktik akupunktur diadakan secara resmi di RS Cipto Mangunkusumo.

3
Dalam perkembangannya, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan akupunktur
semakin meningkat, sehingga saat ini telah terbentuk pendidikan akupunktur untuk jenjang
Diploma III (Ahli Madya Akupunktur) berdasar Kepmenkes RI No.
1277.Menkes/SK/VIII/2003

Konsep Dasar Akupunktur


Ribuan tahun yang lalu, manusia memilki rasa keakraban bahkan menyatu dengan
lingkungannya. Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, baik secara fisik, perilaku,
maupun pola pikirnya. Pemikiran para ahli pada saat itu tidak terlepas dari pola pikir
tertentu, yaitu proses melahirkan kreasi-kreasi yang dipengaruhi oleh keadaan dan kaidah-
kaidah alam sekitarnya, seperti matahari, bulan, bumi (tanah), pohon (kayu), api, air, angin,
panas, dan dingin. Sehingga dasar pemikiran ilmu akupunktur juga bersumber dari interrelasi
dari berbagai karakter benda alam.

Aspek yin-yang di dalam tubuh

Teori yin-yang mengemukakan bahwa segala sesuatu di bumi ini terdiri atas dua hal
yang berlawanan, yaitu yin dan yang. Yin-yang mempunyai pengertian alamiah bahwa
sesuatu di alam semesta berdasarkan dua sifat, yaitu saling berlawanan, saling seimbang,
saling menghidupkan dan tidak mutlak Dalam yin terdapat yang (gelap-terang). Dalam yang
terdapat yin (terang-gelap). Selama tercapai keseimbangan (homeostasis) antara yin dan
yang maka tubuh manusia dalam kondisi sehat.

Menurut Dharmojono (2010), dalam ilmu akupunktur dikenal 12 organ. Enam organ
berkarakter yin dan enam organ lainnya berkarakter yang. Organ berkarakter yin dikenal
sebagai organ chang, sedangkan organ berkarakter yang disebut fu. Kedua organ dalam
tersebut, dinamakan chang fu. Yang termasuk organ chang fu sebagai berikut: Organ chang :
Paru-paru (Lung= LU), Jantung (Hearth= HT), Hearth capsule (HC), Limpa (Spleen = SP),
Hati (Liver = LR), Ginjal (Kidney = KI), Perikardium (PC). Organ fu: Usus besar (large
intestine = LI), Usus kecil (small intestine = SI), Sanciao (three energizer = TE), Lambung
(stomach = ST), Kantung empedu (gall blader = GB), Kandung kemih (bladder = BL).

Hukum lima unsur dalam Akupunktur

Salah satu teori pengobatan dalam akupunktur adalah hukum lima unsur, karena
kondisi seimbang maupun sakit tidak bersifat linear, tetapi mempunyai kompleksitas secara
dinamis. Teori lima unsur dalam pengobatan tradisional dapat diartikan sebagai fenomena
fisiologis maupun patofisiologis dalam kedokteran modern. Energi dalam teori lima unsur,

4
yaitu: Kayu- Api- Tanah- Logam- Air yang bersirkulasi saling menghidupi, membatasi,
penindasan, dan penghinaan. Di mana semua unsur tersebut saling berinteraksi dan berusaha
menimbulkan suatu harmoni dalam tubuh untuk menjaga keseimbangan energi untuk
mencapai kondisi sehat.

Dharmojono (2010) mengungkapkan terdapat lima unsur pokok yang mutlak


dibutuhkan makhluk hidup yang terdiri dari: bahan makanan, energi, tempat dan lingkungan
hidup, atmosfer atau udara, dan air. Dengan pergerakan lima unsur merupakan salah satu
komponen dalam sistem homeostasis di dalam tubuh.

Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur


Pada awalnya, alat-alat yang digunakan untuk merangsang titik-titik akupunktur
secara tradisional adalah benda-benda tajam (jarum metal). Saat ini, alat-alat ynag digunakan
telah berkembang pesat sesuai dengan inovasi baru dari perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern, yaitu dengan penggunaan rangsangan panas (moksa, TDP, sinar
merah). Rangsangan yang menggunakan aliran gelombang listrik adalah elektro akupunktur
(electro acupuncture), elektro stimulator (electro stimulation), dan elektru punktur (electro
puncture). Rangsangan lain yang digunakan adalah rangsangan dengan sinar laser,
gelombang ultrasonik, dan magnet. Rangsangan dengan menggunakan cairan, larutan
kimiawi atau obat disebut juga akuapunktur (aquapuncture).

5
Meridian dan Titik−titik Akupuntur

Meridian adalah suatu sistem lintasan abstrak yang membentuk jala-jala tempat qi
mengalir secara teratur, berkala, berirama dan membentuk aliran siklus yang tertutup.
Diketahui bahwa qi adalah penggerak dan tanda kehidupan maka seseorang yang dikatakan
sehat apabila qi mengalir di dalam meridian secara teratur, berirama, dan membentuk siklus
tertutup (Dharmojono, 2010).

Dharmojono (2010) menyebutkan pembagian meridian dan titik-titik akupunktur.


Terdapat 12 meridian organ dan 2 meridian istimewa unilateral, sebagai berikut:

1. Meridian Paru-paru (Lung - LU). Meridian LU terdiri dari 11 meridian yang titik-
titiknya tersebar mulai dari dada, tulang rusuk, tulang selangka, otot-otot biseps pada sisi
radial, lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan, sampai ibu jari.
2. Meridian Usus Besar (Large Intestine - LI). Terdiri dari 20 titik tersebar mulai dari sisi
radial jari telunjuk, punggung tangan, sisi radial pergelangan tangan, lipatan siku, otot
humeri dan deltoideus, tulang bahu, tulang belikat, cuping hidung, sampai nasolabialis.
3. Meridian Lambung (Stomach - ST). Terbagi menjadi 45 titik yang mengalir dari tepi
bawah mata, sudut mulut, sudut rahang, dahi, tulang klavikula bagian dada, tulang rusuk,
sisi luar garis perut, lipatan paha, lutut, lipatan kaki, sampai jari kaki.

6
4. Meridian Limpa (Spleen - SP). Terdiri dari 21 titik yang mengalir mulai dari ibu jari
kaki, mata kaki, di bawah condylus tibiae, di atas patela, antara symfisis pubis dan
patela, sisi luar pembuluh darah paha, garis sisi luar perut III, garis sisi luar dada III, titik
tengah penghubung antara lekukan dalam ketiak dan ujung rusuk ke-12 serta antara
rusuk ke-.
5. Meridian Jantung (Heart - HT). Memiliki 9 titik meliputi tepi bawah otot pektoralis, atas
lipatan siku, atas lipatan pergelangan tangan, telapak tangan, dan sisi ulnar jari ke-5
6. Meridian Usus Kecil (Small Intestine – SI). Terdiri dari 19 titik akupunktur yang berada
pada alur meridian SI meliputi: sisi ulnar jari ke-5, metacarpal, lipatan pergelangan
tangan, lekukan ulnaris, belakang sendi bahu, otot-otot sekitar bahu, antara lain;
supraspinatus, sternocleidomastoideus, scapulae.
7. Meridian Kandung Kemih (Bladder - BL). Terdiri dari 67 titik yang mengalir mulai dari
pangkal hidung, alis mata, tepat diatas pupil mata dalam keadaan tertutup, dua jari dari
sisi luar tulang belakang punggung, bagian tengah lipatan bokong-paha, pertengahan
paha bagian belakang, lipatan lutut, mata kaki, telapak kaki, jari kelingking kaki
8. Meridian Ginjal (Kidney - KI). Terdiri dari 27 titik yang mengalir mulai dari telapak
kaki, mata kaki, di depan perlekatan tendon achiles, bagian luar meridian CV.
9. Meridian Perikardium (Pericard - PC). Meridian PC terdiri dari 9 titik yang mengalir
mulai dari bagian luar garis dada II, lipatan ketiak, lipatan siku, pergelangan tangan,
telapak tangan, bagian belakang radial basis kuku.
10. Meridian Sanciao (Triple Energizer – TE). Terdiri dari 23 titik yang mengalir mulai dari
ujung jari manis tangan, jari kelingking tangan, punggung tangan, pergelangan tangan,
lipatan siku, di daerah lekukan telinga, di atas apex telinga, ujung alis mata.
11. Meridian Kandung Empedu (Gallblader - GB). Terdiri dari 44 titik yang mengalir
melalui bagian bawah mandibula, di atas otot pipi, sisi luar kepala, apex telinga, di
belakang telinga, daerah dahi, batas bawah ujung tulang rusuk ke-12, sisi luar sendi
lutut, tulang mata kaki, telapak kaki.
12. Meridian Hati (Liver – LV). Terdiri dari 14 titik yang terdapat pada ibu jari kaki, mata
kaki bagian depan, sisi bagian dalam arteri femoralis. Di bawah sisi luar tulang
kemaluan, di bawah ujung rusuk ke-11, di bawah puting susu. Meridian Istimewa
Unilateral:
13. Meridian TU (Governing Vessel - GV). Terdiri dari 28 titik meridian yang mengalir
mulai dari pertengahan antara tulang ekor dan anus, di bawah proc. Spinosus lumbal ke-
2, di bawah proc.spinalis lumbar ke-1, titik tengah lekukan leher bagian belakang,

7
lekukan antara otot trapezius, di atas foramen magnum, garis tengah sagital kepala, dahi,
ujung hidung, di tenganh ujung bibir atas, di antara gusi atas dan ginggiva bibir atas.
14. Meridian REN (Conception Vessel – CV). Terdiri dari 24 titik meridian yang tersebar
mulai dari di antara anus dan scrotum pada pria atau dengan labium majus pada wanita,
pertengahan batas atas simfisis pubis, di sekitar pusat, ujung proc.xypoideus, antara 2
puting susu, daerah lekukan batas atas manubrium sterni, daerah lekukan adam’s apple.

Indikasi dan Kontra-indikasi Penggunaan Akupunktur


Nomenklatur tentang indikasi dan kontra-indikasi penggunaan akupunktur berdasarkan
standarisasi WHO yang disebut sebagai ”Proposed Standart International Acupuncture
Nomenclature”. Pada dokumen tersebut tercantum hal-hal sebagai berikut:

Indikasi pengobatan akupunktur:

1. Saluran nafas : berbagai radang yang ditujukan untuk mengatasi kondisi alergi dan
meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Mata : kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta refraksi.
3. Mulut : untuk penanggulangan nyeri dalam pencabutan dan peradangan kronis.
4. Saluran makanan dan lambung
5. Syaraf, otot, dan tulang : yaitu problem nyeri, kelemahan dan kelumpuhan serta
peradangan persendian
Kontra-indikasi pengobatan akupunktur:
1. Penderita dalam keadaan hamil
2. Penderita yang memakai pacu jantung
3. Menusuk dekat daerah tumor ganas
4. Menusuk pada kulit yang sedang meradang (Saputra, 2015).

8
KONSEP BEKAM

A. PENGERTIAN BEKAM

Bekam atau hijamah berarti torehan darah. Bekam hanya boleh dilakukan pada
pembekuan / penyumbatan pembuluh darah, karena fumgsi bekam yang sesungguhnya adalah
untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh (Ridwan, 2010).

Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari
dalam tubuh melalui permukaan kulit. Bekam adalah pengobatan yang sudah dikenal sejak
ribuan tahun sebelum masehi nama lainya adalah canduk, canthuk, kop mambakan, di Eropa
dikenal dengan istilah “Cupping Therapiotic Method”. Dalam bahasa mandarin disebut Pa Hou
Kuan (Darwis, 2015).

B. JENIS-JENIS BEKAM

Jenis bekam diantaranya adalah:

Bekam kering atau bekam angina, yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat
tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering ini berkhasiat untuk
pengobatan secara darurat atau digunakan untuk meringankan nyeri punggung karena
rheumatic, juga penyakit – penyakit nyeri punggung. Kulit yang dibekam akan tampak merah
kehitam-hitaman selama 3 hari.

Bekam luncur, dilakukan dengan cara mengkop pada bagian tubuh ttertentu dan
meluncurkan ke bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasa dilakukan untuk pemanasan
pasien yang berfungsi untuk melancarkan peredaran darah, pelemasan otot, dan menyehatkan
kulit.

Bekam tarik, dilakukan seperti ditarik-tarik. Dibekam hanya beberapa detik kemudian
ditarik dan ditempelkan lagi hingga kulit menjadi merah.

Bekam basah, yaitu mengeluarkan darah kotor setelah bekam kering dengan melukai
permukaan kulit dengan menggunakan jarum (lancet), lalu di sekitarnya dihisap dengan alat
cupping set dan hand pump. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit,
lalu darah kotor dibuang. Penghisapan tidak lebih dari tujuh kali isapan. Darah kotor berupa
darah merah pekat dan berbuih.

9
C. CARA KERJA BEKAM MENURUT MEDIS

Cara kerja bekam dilihat dari sisi menis merupakan kedokteran tradisional, dibawah
kulit, otot, maupun fascia terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa. Antara
poin satu dengan poin lainnya saling berhubungan membujur dan melintang membentuk jarring-
jaring atau jala, dengan adanya jala ini, maka terdapat hubungan yang erat antara bagian dalam
dengan bagian luar, antara bagian kiri tubuh dan bagian kanan tubuh, antara organ – organ
tubuh dan jaringan bawah kulit, antara organ dengan tangan dan kaki, antara organ padat
dengan organ berongga, dan lain sebagainya, sehingga membentuk satu kesatuan yang tak
terpisahkan dan dapat bereaksi secara serentak.

Kelainan yang terjadi pada satu poin ini dapat ditularkan dan mempengaruhi poin
lainnya. Juga sebaliknya pengobatan pada satu poin akan menyembuhkan poin lainnya. Teori
ini dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sakit matanya tidak perlu dibekam pada matanya
namun dapat dibekan di sekitar kepala dan tengkuknya.

Penelitian terbaru di dunia kedokteran modern ternyata menemukan bahwa poin-poin


itu adalah merupakan poin istimewa “motor points” pada perlekatan neuromuscular yang
mengandung banyak mitokondria, mengandung tinggi myoglobin, sebagaian besar selnya
menggunakan metabolism oksidatif, dan lebih banyak mengandung cell mast, kelenjar limfe,
kapiler, venula, bundle, dan pleksus saraf, serta ujung saraf akhir, disbanding dengan daerah
yang bukan poin istimewa.

Para peneliti membuktikan bahwa apabila dilakuakan pada satu pon, maka kulit (kutis),
jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari mas cell dan
lain-lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine,
bradikinin, slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat inilah
yang menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang
dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman.

Reaksi-reaksi itu menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah yang


memicu timbulnya efek relaksasi (pelemasan) otot – otot yang kaku serta akibat vasodilatasi
umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Fakta terpenting dari proses pembekaman
pada poin istimewa – poin istimewa adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor
(CRF), serta releasing factor lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan
terbentuknya ACTH, corticotrophin, dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek
menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel (Darwis, 2015).

10
Pada proses pembekaman pada poin istimewa pun didapati munculnya golongan
histamine. Golongan histamine mempunyai manfaat dalam proses reparasi (perbaikan) sel
jaringan yang rusak, serta memacu pembentukan reticulo enthelial cell, yang kan meningkatkan
daya resistensi (daya tahan) dan imunitas (kekebalan) tubuh.

D. PRINSIP TERAPI BEKAM

Manfaat bekam dapat menyembuhkan penyakit karena pada dasarnya pada terapi
bekam terjadi 3 hal prinsip penyembuhan, yaitu:

1. Pengeluaran toksik dan darah kotor, dengan dikeluarkan toksik dan darah kotor yang
rusak atau tidak dapat bekerja dalam tubuh maka tubuh akan lebih segar dan sehat.

2. Perbaikan fungsi organ tubuh. Organ tubuh yang terganggu fungsinya akan
disembuhkan dengan cara perbaikan jaringan dan sel yang ada padanya sehingga bisa
berfungsi sehat kembali.

3. Penambahan antibody tubuh. Organ tubuh yang terinfeksi kuman penyakit dapat
sembuh secara alami karena tubuh memproduksi zat antibody yang bisa membunuh
kuman penyakit yang merugikan bagi tubuh. Jika organ tubuh sudah bebas dari infeksi
penyakit maka tubuh akan sehat kembali

Darah bekam yang keluar melalui proses bekam dilihat dari hasil penelitian
laboratorium dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Bahwa darah bekam mengandung sepersepuluh kadar sel darah putih (leukosit) yang
ada dalam darah. Hal tersebut terlihat dalam kasus yang diteliti tanpa ada pengecualian sehingga
ini menunjukkan bahwa terapi bekam tetap melindungi dan sekaligus mengeluarkan unsur-
unsur sistem kekebalan.

Adapun eritrosit (sel darah merah), semua sel darah merah memiliki bentuk yang tidak
normal, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan fungsinya, disamping itu juga
menghambat sel-sel lain yang masih aktif. Hal tersebut mengindikasikan bawasannya proses
bekam membuang sel-sel darah merah yang rusak dan darah yang tidak dibutuhkan lagi dengan
tetap mempertahankan sel-sel darah putih didalam tubuh.

Kapasitas ikatan zat besi dalam darah bekam tinggi sekali (550-1100), satu hal yang
menunjukkan bahwa bekam mempertahankan zat besi yang ada didalam tubuh tidak ikut keluar
bersama darah yang dikeluarkan dengan bekam sebagai awal penggunaan zat besi tersebut
dalam pembentukan sel-sel baru

11
E. WAKTU EFEKTIF BERBEKAM

Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif terhadap penyakit. Terapi
bekam untuk pengobatan penyakit harus dilakukan kapanpun pada saat dibutuhkan. Menurut
Ridwan, sebaiknya bekam tidak dilakukan saat perut kosong ataupun terlalu kenyang, sebaiknya
dilakukan kurang lebih satu jam setelah makan.

F. LARANGAN BEKAM

Terapi bekam ini dilarang digunakan pada penderita tekanan darah rendah, penderita
sakit kudis, wanita hamil, dan wanita yang sedang haid. Orang-orang yang sedang minum obat
pengencer darah, penderita leukemia, trombosit, alergi kulit yang serius, orang yang sangat
letih, kelaparan, kekenyangan, kehausan dan orang yang sedang gugup. Adapun anggota tubuh
yang tidak boleh dibekam yaitu mata, telinga, hidung, mulut, putting susu, alat kelamin, dubur,
area tubuh yang banyak simpul limfa, area tubuh yang dekat pembuluh besar, area tubuh yang
ada farises, tumor, retak tulang, jaringan luka dan anjurkan untuk tidak makan selama 1 jam
sebelumnya dan tidak mandi 5 jam setelahnya.

G. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI BEKAM

Peran perawat dalam pelaksanaan bekam diantranya adalah sebagai: caregiver, advoctet,
educator dan researcher.

1. Caregiver

Sebagai caregiver perawat dalam melaksanakan praktek bekam dapat melakukan


langsung proses pembekaman dengan menggunakan pendekatan langkah-langkah proses
keperawatan yaitu: pengkajian terlebih dahulu kepada pasien yang meliputi: pemeriksaan fisik,
pemeriksaan TTV, sehingga hasil dari itu dapat dilakukan pembekaman pada titik yang tepat
sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami pasien. Perawat dapat juga melakukan
pembekaman dengan memperhatikan prinsip septik, antiseptic, sehingga tidak terjadi cross
infection antara pasien atau antara pasien dan perawat.

2. Advocate

Sebagai advocate, peran perawat diantaranya dengan menyeleksi pasien yang


memungkin untuk dilakukan pembekaman sehingga meminimalkan resiko komplikasi penyakit
khususnya pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem hematologi seperti gangguan
pembekuan darah, anemia berat dan pasien dengan kondisi fisik yang sangat lemah

12
3. Educator

Sebagai educator, perawat dapat memberikan pendidkan kesehatan sesuai dengan


masalah kesehatan pasien sehingga menunjang terjadinya perubahan perilaku yang pada
akhirnya dapat menyembuhkan penyakit. Perawat juga dapat mengajarkan pada pasien untuk
dapat melakukan pembekaman secara mandiri dirumah jika memungkinkan.

4. Researcher

Peran sebagai researcher, dalam hal ini perawat sangat memiliki peluang yang luas untuk
melakukan penelitian, karena penelitian-penelitian tentang bekam belum banyak dilakukan.
Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah yang nantinya diharapkan pengobatan dengan teknik
akan menjadi salah satu trends di masyarakat khusunya untuk Indonesia. Sehingga bekam selain
digunakan sebagai salah satu cara pengobatan penyakit, juga sekaligus dijadikan sebagai sarana
untuk pencegahan penyakit dan relaksasi.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERLIPIDEMIA

13
A. ANATOMI FISIOLOGI

Hiperlipidemia adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya kelainan


metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol di dalam
darah. Hiperlipidemia disebut juga peningkatan lemak dalam darah dan karena sering disertai
peningkatan beberapa fraksi lipoprotein, disebut juga hiperlipoproteinemia. Hiperlipidemik
dapat berupa hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia. Kondisi hiperlipidemia yang
berkelanjutan memicu terbentuknya aterosklerosis yang menjadi dasar meningkatnya penyakit
kardiovaskuler.

Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai sumber
energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan atau dibentuk di
dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk digunakan di
kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan membantu melindungi
tubuh terhadap cedera. Lemak merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung saraf
yang membungkus sel-sel saraf serta empedu. Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol
dan trigliserida. Lemak mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga bisa larut dalam darah;
gabungan antara lemak dan protein ini disebut lipoprotein.

B. DEFINISI
Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kelebihan lemak dalam sirkulasi darah. Dapat
disebut juga dengan hiperlipoproteinemia karena substansi lemak yang mengalir di
peredaran darah terikat oleh protein karena lemak merupakan partikel yang tidak larut
air. Secara umum, hiperlipidemia dapat d ibedakan menjadi 2 sub kategori yaitu
hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia (Harikumar, dkk., 2013)
C. ETIOLOGI
Hiperlipidemia adalah kenaikan kadar kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, trigliserida
atau kombinasi dari keadaan abnormal tersebut dari keadaan normalnya. Hiperlipidemia ini

14
dapat terjadi secara primer (gangguan metabolisme lipid) dan sekunder (komplikasi penyakit
seperti diabetes melitus, hipertiroidisme, obesitas, obstruksi hati dan pengaruh obat-obatan).
Lipid tidak terdapat dalam bentuk bebas di dalam darah, tetapi terikat dengan protein
membentuk lipoprotein. Pada keadaan hiperlipidemia terjadi kenaikan kadar lipoprotein LDL
dan penurunan kadar HDL di dalam darah. Kenaikan kadar lipoprotein dalam darah atau
hiperlipidemia berperan penting pada arteriosklerosis yang dapat menyebabkan penyakit
jantung koroner dan stroke.
Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan keadaan hiperlipidemia ini antara lain:
1. Kebiasaan/lifestyle, seperti kurang olah raga, diet kaya lemak, junk food, alkohol, dan
merokok.
2. Genetik, adanya riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
3. Komplikasi penyakit, seperti diabetes melitus, hipertiroidisme, obesitas, dll
4. Umur, pria > 45 tahun dan wanita >55 tahun
5. Pengaruh obat-obatan, seperti diuretik tiazide, glukokortikoid, β blocker dan progestin
6. Diabetes melitus , Gagal ginjal kronis, Hipotiroidisme, Stress, Obat antihipertensi: beta
bloker, diuretik

Lipid plasma utama terdiri atas kolesterol, trigliserida, phosfolipid dan free fatty acid.
Namun karena lipid ini bersifat hidrofobik maka sirkulasinya dalam darah adalah dalam bentuk
kompleks lipid-protein atau lipoprotein. Plasma lipoprotein sendiri, berdasarkan densitasnya,
terdiri atas kilomikron, VLDL, LDL dan HDL. Komposisi dan fungsi dari tiap lipoprotein ini
berbeda-beda. Kandungan terbanyak dari LDL adalah kolesterol (50%) dan phospolipid (25%),
sedangkan kandungan terbanyak dari HDL adalah protein (50%).

Berdasarkan penyebabnya, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi :


1. Hiperlipidemia primer
Hiperlipidemia primer (hiperlipidemia familial/herediter) disebabkan oleh kelainan
genetik yang mempengaruhi langsung metabolisme lipid, misalnya peningkatan pembentukan
LDL atau kurangnya reseptor LDL sehingga LDL tidak diserap oleh sel. Biasanya kelainan ini
tidak menimbulkan gejala/keluhan (kecuali pada keadaan berat, ditemukan xantoma yaitu
pemupukan lemak dibawah jaringan kulit khususnya pada kelopak mata dan siku). Kelainan ini,
biasanya ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan laboratorium, misalnya pada waktu
check up.
Berdasarkan etiopatogenesisnya, hiperlipidemia primer dapat dibagi menjadi :
1. Hiperlipidemia primer monogenik

15
2. Hiperlipidemia ini bersifat herediter/familial dan prevalensinya sangat sedikit.
3. Hiperlipidemia primer dengan kemungkinan kelainan monogenik
4. Hiperlipidemia primer dengan kelainan poligenik/sporadik
Hiperlipidemia jenis ini, tergantung pada batas kadar normal kolesterol dan
trigliserida yang ditentukan secara arbitrer. Prevalensi jenis hiperlipidemia ini
sangat tinggi di Amerika dan Eropa, yaitu sekitar 20-25%. Hiperlipidemia ini
disebabkan oleh banyak makan, kurang gerak dll.
2. Hiperlipidemia sekunder
Hiperlipidemia sekunder bersifat reversibel (berulang). Hiperlidemia sekunder ditandai
dengan kelainan pada lipid sebagai akibat dari kelainan suatu penyakit atau efek samping dari
terapi obat dimana hal tersebut tercatat memiliki presentasi hingga 40% dari semua tipe pada
hiperlipidemia. Umumnya gangguan ini akan sembuh sesudah penyebabnya dihilangkan.
Tabel Penyebab hiperlidemia sekunder akibat penyakit dan obat-obatan tertentu
Penyebab penyakit Penyebab efek samping
obat
Endokrin/metabolic : Diabetes Mellitus Alkohol
Von Grierke’s disease Progestin
Sexualateliotic dwarfism Diuretik tiazid
Akromegali Β bloker
Hipotiroidisme Glukokortikoid
Anorexia nervosa Androgen
Wemer’s syndrome Siklosporin
Acuteintermittent Kontrasepsi Oral
porphyria Vitamin A
Renal : Uremia
Sindrom Nefrotik
Hepatic : Sirosis biliari primer,
Hepatoma,
Immunologik,
Systemic lupus erythematosis (SLE),
Monoclonal gammapathies,
Stress

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi hiperlipidemia berdasarkan etiologinya dibedakan menjadi tiga

16
yaitu, dislipidemia primer yang disebabkan karena kelainan genetik spesifik dan dislipidemia
sekunder yaitu, dislipidemia yang terjadi karena penyakit lain yang menyebabkan kelainan
metabolism lemak dan lipoprotein, serta hiperlipidemia idiopatik, yaitu hiperlipidemia yang
belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya.
1. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Fredrickson, yang
berdasarkan pada elektroforesis atau ultrasentrifugasi lipoprotein.
a. Tipe I, yaitu kenaikan kolesterol dengan kadar trigliserida yang tinggi
b. Tipe II, yaitu kenaikan kolesterol dengan kadar trigliserida yang normal
c. Tipe III, yaitu kenaikan kolesterol dan trigliserida
d. Tipe IV, kenaikan trigliserida, munculnya aterom dan kenaikan asam
urat
e. Tipe V, kenaikan trigleserida saja
(Harikumar, dkk., 2013)
2. Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia sekunder atau dislipidemia didapat memiliki bentuk
yang mirip dengan dislipidemia primer. Dislipidemia sekunder dapat meingkatkan resiko
aterosklerosis dini, pancreatitis, atau berbagai komplikasi lainnya. Penyebab tersering dari
dislipidemia sekunder ini adalah diabetes mellitus, penggunaan obat diuretik, beta bloker,
dan esterogen jangka panjang. Dislipidemia sekunder dapat juga disebabkan oleh penyakit
hipotiroidisme, gagal ginjal, nefrotik sindrom, ikterik obstruktif, cushing syndrome,
anoreksia nervosa, konsumsi alcohol, serta dapat pula disebabkan oleh penyakit endokrin yang
langka atau penyakit gangguan metabolisme lainnya (Harikumar, dkk., 2013)

E. MANIFESTASI KLINIS
Hiperlipidemia biasanya tidak terdeteksi dini sehingga baru ditemukan ketika
evaluasi atau pemeriksaan penyakit aterosklerosis atau penyakit kardiovaskuler. Tanda dan
gejalanya yaitu xantoma, xanthelasma, nyeri dada, nyeri perut, hepatosplenomegali, kadar
kolesterol atau trigliserida tinggi, serangan jantung, obesitas, intoleransi glukosa, lesi
menyerupai jerawat pada sekujur tubuh, plak ateromatosus pada pembuluh darah arteri, arkus
senilis, dan xantomata (Harikumar, dkk., 2013).

17
Suplay O2 << Demand 02 >>

Pathway Hiperlipidemia kronis

Lipoprotein tertimbun
dalam lap endotel

HDL rendah,DM,defisiensi
LDL me Pemajanan terhadap
estrogen,hipertensi,riwayat
radikal bebas
merokok

LDL teroksidasi

Disfungsi endotel Bercak lemak Inflamasi (migrasi monosit ke


dinding arteri)

Plak fibrosa

Penimbunan
kalsium
aterosklerosis

Penyempitan lumen
arteri koroner

Gangguan oksigenasi Resistensi aliran darah me

Merangsang kemoreseptor Suplai Oksigen pe kmampuan pemblh


di badan aorta dan badan pada arteri vaskuler untuk melebar
karotis koronaria

Pusat kardiolegulator : miokardium

Bagian atas medula


oblongata Metabolisme Metabolisme
aerob anaerob
Bagian bawah pons Hipoksia
Nervus kardiak

Asam laktat

Angina
PH Sel
pectoris

MK : Nyeri akut
Asidosis
18
respiratorik
Curah jantung Penurunan
curah
jantung

Merangsang Kekuatan
Serabut kontraksi
miokard
kemoreseptor miokard
memendek

Merangsang pusat
pernapasan
Intoleran
aktivitas

Aktivitas
Dispnea pernapasan

Ketidakefektifan pola nafas

Denyut nadi sedikit


Kompensasi:
me , takikardi
Stimulasi
simpatis
GAGAL

Iskemik meluas

MK : Kerusakan perfusi
jaringan perifer Perifer
Pe tekanan darah

Peningkatan
retensi natrium
Ginjal Pe perfusi jaringan
Penurunan
protein plasma
>30-45
menit

Cairan berpindah
dr intravaskuler ke Kelebihan
Edema
cairan Kematian otot (infark
ekstravaskuler
miokardium)

19
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserisa
direkomendasikan untuk dilakukan mulai usia lebih dari 20 tahun dan setidaknya dilakukan 5
tahun sekali. Kolesterol total tersusun atas turunan kolesterol dari LDL, VLDL, dan HDL.
Pemeriksaan HDL berguna ketika kolesterol plasma meningkat. Pengukuran sebaiknya
dilakukan setelah pasien berpuasa selama 12 jam atau lebih, hal ini penting karena jumlah
trigliserida dapat meningkat pada individu yang tidak berpuasa sedangkan total kolesterol tidak
terlalu berpengaruh pada individu yang berpuasa.

Pemeriksaan dilakukan dua kali, 1 sampai 8 minggu secara terpisah, dengan pasien
dalam kondisi asupan makanan yang stabil dan tidak memiliki penyakit akut, dianjurkan untuk
meminimalisir keragaman dan untuk mendapatkan data dasar yang dapat diepercaya. Jika total
kolesterol lebih dari 200 mg/dl, dianjurkan melakukan pemeriksaan kedua dan jika nilainya
lebih dari 300 mg/dl secara terpisah, harus menggunakan tiga nilai untuk nilai rata-ratanya.

Setelah diketahui adanya abnormalitas pada lipid, hal utama yang harus dievaluasi
selanjutnya adalah sejarah pasien (usia, jenis kelamin, jika wanita, perhatikan siklus menstruasi
dan perubahan estrogen), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.

20
ASKEP TEORI

A. Pengkajian
Hiperlipidemia adalah keadaan meningkatnya kadar lipid darah dalm lipoprotein
(kolestrol dan trigliserida). Hal ini berkaitan dengan pemasukan lemak dan karbohidrat
dalam jumlah yang berlebihan dalam tubuh. Keadaan tersebut akan menimbulkan resiko
terjadinya antherosclerosis dan hipertensi. Jika kelebihan kolestrol di dalam darah melebihi
5,72 mmol/L, lipoprotein berkaasitas rendah (LDL) melebihi 3,64 mmol/L kelebihan
trigliserida melebihi 1,7 mmol/L gejala ini bisa disebut hiperlipidemia (Muhammad, 2009).
B. Penyebab utama
hiperlipidemia adalah obesitas, asupan alkohol yang berlebihan, diabetes mellitus,
hipotiroidisme, dan sindrom nefrotik. Hiperlipidemia akibat predisposisi genetik terhadap
kelainan metabolisme lipid disebut hiperlipidemia primer. Salah satu konsekuensi
hiperlipidemia yang paling penting adalah peningkatan kolesterol serum, yang terutama
mencerminkan kolesterol LDL, merupakan faktor predisposisi terjadinya ateroma (Price,
2006).
C. Riwayat kesehatan
dari gejala biasanya hiperlipidemia tidak menimbulkan gejala apapun sampai
terjadi komplikasi berupa infark miokard dan kadang kadang ditemukan adanya xantoma,
jenis sekunder biasanya ditemukan setelah diketahui penyakit primernya, misalnya
sindroma nefrotik, hipotiroidisme dan diabetes yang berat.
D. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
1. Pola Aktivitas
Gejala : Malaise
2. Pola Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, modifikasi diet.
Tanda : Penurunan berat badan
3. Pola Persepsi Kesehatan
Tanda : Merokok , alkoholisme.
4. Pola Nyeri/Keamanan
Gejala : Nyeri abdomen akut yang diawali dengan asupan lemak.
5. Pola Sirkulasi
Gejala : Penyakit ginjal, atresklerosis.

21
1. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pasien hiperlipidemia umumnya menggunakan pemeriksaan uji fraksi kolesterol;
lipoprotein densitas rendah (LDL), lipoprotein densitas tinggi (HDL), kolesterol total dan
trigliserida. Dimana uji fraksi kolesterol digunakan untuk mengisolasi dan mengukur tipe
kolesterol serum, lipoprotein densitas rendah (LDL) danlipoprotein densitas tinggi (HDL)
sedangkan uji kolesterol total untuk analisis kolesterol serum kuantitatif, digunakan untuk
mengukur kadar kolesterol bebas dan ester kolesterol dalam sirkulasi darah; uji ini memberikan
kadar dari dua bentuk kolesterol yang kombinasinya tampak dalam tubuh. Kadar kolesterol
serum yang tinggi mungkin disertai arteri koronaria (CAD) (A’aronson, 2010).

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

2. kurang nya pengetahuan

1. Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi


Tujuna : setelah di lakukan tindakan selama 3x24 jam di harapkan rasa
nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang
Intervensi :
1. Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan
Karakteristik, onset/durasi, frekuensi, intensitas atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
2. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan secara ketat.
3. Gunakan strategi komunitas trapeutik untuk untuk mengetahui
pengalaman nyeri
4. Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk
meningkatkan rasa nyaman distraksi relaksasi
5. Dorong pasien untuk menggunakan obat obatan penurun nyeri yang
adekuat

No Indikator 1 2 3 4 5

1 Nyeri

2 Meringis

22
3 Kehilangan nafsu makan

4 Mual

5 Muntah

2. Kurang pengetahuan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 20 menit diharapkan defisit
pengetahuan dapat teratasi
Intervensi :
1. identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2. identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan


motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

3. berikan kesempatan untuk bertanya pasien maupun keluarga pasien

4. jelaskan faktor resiko yang daptat mempengaruhi kesehatan

No Indikator 1 2 3 4 5

1 kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu topik

2 verbalisasi minat dalam belajar

3 kemampuan menggambarkakn
pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik

4 pertanyaan tentang masalah yang di


hadapi

5 persepsi yang keliru terhadap


masalah

23
STIKES Hafshawaty Pesantren Nama Mahasiswa : Weni widiawati

Zainul Hasan Probolinggo NIM : 14901.06.19051


Ruangan : Holistic Care Nursing

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. Y

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku / Bangsa : Jawa, Indonesia

Agama/Pekerjaan : Islam, tidak bekerja

Pendidikan : SMP

Alamat : dringu

No. Register : 135121468

Tanggal MRS : 11 Mei 2020

Diagnosa Medis : Hiperlipidemia

Tanggal Pengkajian : 11 Mei 2020 Jam : 18.00 WIB

Sumber Informasi : Pasien

Penanggung : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri

24
KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan nyeri dan berat di sekitar pundak

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengatakan nyeri dan berat di sekitar pundak, Sejak awal bulan puasa, tanggal 24
hari jumaat, lalu pasien merasa tidak nyaman dengan kondisinya. Kemudian pasien kontrol
ke klinik (HCN Dringu) hari senin tanggal 11 mei 2020 jam 17.00. Saat pengkajian pasien
mengeluh nyeri dan berat di sekitar pundak dengan skala 4, nyeri cekot−cekot dan hilang
timbul.

RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT DAHULU

Penyakit yang pernah diderita : hipertensi dan hiperlipidemia

Obat-obatan yang biasa dikonsumsi : obat−obatan dari klinik

Kebiasaan berobat: ke klinik HCN Dringu

Alergi : tidak ada

Kebiasaan merokok / alcohol : tidak pernah

RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT KELUARGA

Dari ibu klien sebelumnya ada riwayat darah tinggi.

Genogram :

25
POLA FUNGSI KESEHATAN

A. Pola Personal Higiene ( Mandi, Sikat gigi, Cuci rambut )

Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari, keramas 1x
tiap 2 hari.

Saat Sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari, keramas 1x tiap 2
hari.

Masalah Keperawatan : tidak ada

B. Pola Nutrisi :

Sebelum sakit : pasien makan 2x sehari dengan nasi putih dan tahu tempe goreng, sayur
sop.

Saat Sakit : pasien makan 2x sehari dengan nasi putih dan tahu tempe goreng, sayur
sop. Nafsu makan berkurang, pasien makan sedikit tapi sering.

Masalah Keperawatan : tidak ada

C. Pola Cairan :

Sebelum sakit : pasien minum +/− 4 gelas/ hari karena puasa, dengan kopi dan air putih.

Saat Sakit : pasien minum +/− 4 gelas/ hari karena puasa dengan air putih, dan teh
hangat.

Masalah Keperawatan : tidak ada

D. Pola Aktivitas

Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas seperti biasanya

Saat Sakit : pasien sedikit lemah hanya istirahat

Masalah Keperawatan : Resiko jatuh

E. Pola Eliminasi

26
Sebelum sakit: pasien BAK 5x /hari dengan konsistensi cair warna putih kekuningan.

Saat Sakit : pasien BAK 5x perhari dengan konsistensi cair warna putih kekuningan.

Masalah Keperawatan : tidak ada

F. Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum sakit : pasien tidak ada keluhan pada istirahat pasien.

Saat Sakit : pasien tidak ada keluhan pada istirahat pasien.

Masalah Keperawatan : tidak ada

G. Pola Kognitif

Sebelum sakit : pasien sebelumnya tidak tau apa yang diderita pasien.

Saat Sakit : pasien telah mengetahui penyakit yang diderita.

Masalah Keperawatan : defisit pengetahuan

H. Pola Hubungan Psikososial ( Konsep Diri )

Sebelum sakit : pasien menerima penyakit yang menyertai pasien.

Saat Sakit : pasien melakukan terapi untuk mempercepat kesembuhan pasien.

Masalah Keperawatan : tidak ada

I. Pola Reproduksi dan Seksual

Sebelum sakit : pasien sebelumnya melalukan

Saat Sakit : pasien tidak melakukan

Masalah Keperawatan : tidak ada

J. Pola Penanggulangan Stress ( Koping )

Sebelum sakit : pasien biasanya wiridan setelah sholat.

Saat sakit : pasien biasanya sholawatan setiap saat waktu senggang.

Masalah Keperawatan : tidak ada.

27
K. Pola Persepsi Spiritual

Sebelum sakit : pasien mengatakan dengan ibadah pasien merasa lebih tenang.

Saat Sakit : pasien mengatakan dengan ibadah mendekatkan diri untuk mendapatkan
kesehatan.

Masalah Keperawatan : tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Kesehatan Umum

Keadaan Penyakit : akut.

Kesadaran : Komposmetis

Suara bicara : jelas

Pernafasan : Frekuensi 20 x/menit Irama : regular

Tipe Pernafasan : normal Kedalaman : normal

Suhu tubuh : 36,5 C

Nadi : Frekuensi 104 x/menit Iramanya reguler

Kualitas nadi sediki cepat

Tekanan Darah : 130/70 mmHg

Chol : 213

1. Kepala

Inspeksi: bentuk normo chepalik, kepala simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada
trauma kepala.

Palpasi: tidak ada nyeri kepala

2. Muka

Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada tics, otot rahang kuat

28
3. Mata

Bentuk simetris, konjungtiva anemis, tidak ada perdarahan, tidak odema pada palpebra,
sklera tidak ikterik, ada reflek cahaya pada pupil.

4. Telinga

Bentuk simetris, tidak ada sekret yang tampak, penengaran baik orientasi pendengaran
masih baik.

5. Hidung

Lubang hidung simetris, tidak ada polip hidung, tidak ada deformitas, tidak ada
obstruksi pada hidung.

6. Mulut dan faring

Permukaan bibir kering, ada karies gigi, tidak ada perdarahan pada gigi/ gusi, tidak ada
pembesaran pada tonsil.

7. Leher

Tidak ada deviasi trakea, tidak kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
distensi vena jugularis.

8. Thorak paru-paru

Bentuk normal schest, tidak ada lesi pada permukaan dada.

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pernapasan retraksi dada, tidak ada bantuan otot
napas.

Palpasi : pergerakan simetris, fremitus dada simetris, tidak ada nyeri tekan.

Perkusi: suara sonor.

Auskultasi :suara nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan.

9. Dada Jantung

Inspeksi :iktus kordis tak tampak, pulsasi jantung tak tampak

Palpasi: iktus kordis teraba

29
Perkusi :

Batasan kanan: +/− 3cm lateral sternum

Batasan kiri : anterior mid axila line ics 5

Auskultasi :suara S1 dan S2 tunggal.

10. Abdomen

Inspeksi: bentuk datar, tidak tampak peristaltic, umbilicus masuk kedalam.

Palpasi turgor normal

Auskultasi peristaltic usus normal

Perkusi : timpani

11. Inguinal, genital dan anus

Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, anus normal

12. Ektermitas dan Nuerologis

Deformitas tidak ada, ada nyeri sendi, tidak ada edema, gaya berjalan gair, gerak jalan
terbatas.

Reflek :

5 5

Dextra Sinistra

Biccep

Tricep

5 5

5 5

Dextra Sinistra

Knee

Achiles 5 5

30
Keterangan: Normal

Tulang belakang: Normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium : tidak ada

2. Pemeriksaan radiology : tidak ada

3. pemeriksaan lain – lain : di lakukan bekam di bagian pundak (Baina) kanan dan kiri

TTV:TD : 130/90 mmHg

N : 104 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,5 C

Chol : 213

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyari akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis di tandai dengan mengeluh
nyeri, gelisah dan tampak mering

2. Defisit pengetahuan tentang (spesifikan ) b/d ketidaktahuan menemukan sumber


informasi

ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS: pasien mengatakan Hiperlipidemia kronis Nyeri akut


daerah sekitar pundak berat
dan nyeri.
Lipoprotein tertimbun dalam
lap endotel

Do: TTV:

31
TD: 160/100 mmhg LDL teroksidasi

N: 104 x/menit
Bercak lemak
S: 36,5 C

RR: 20 x/menit Plak fibrosa


Chol : 213
Aterosklerosis
Gejala mayor: wajah tampak
meringis
Penyempitan lumen arteri
Gejala minor: tekanan darah koroner
meningkat

P: nyeri Metabolisme anaerob


Q:cekot cekot
Asam laktat
R: Bawah perut dan
pinggang

S: 5 PH Sel

T: sering timbul
Angina pectoris

Nyer Akut

Ds: pasien mengatakan Hiperlipidemia kronis Kurang pengetahuan


pundak bagian kanan dan kiri
terasa berat dan merasakan
Lipoprotein tertimbun dalam
cenut-cenut pada bagian lap endotel
belakang kepala

Do: k/u lemah LDL teroksidasi

Kes.composmentis
Bercak lemak
TD: 130/70 mmhg

N : 104x/mnt
Aterosklerosis
RR : 20 x/mnt

S : 36,5 C Nyeri
Chol : 213
Kurang sarana informasi

Kurang pengetahuan

DAFTAR DIAGNOSA PRIORITAS

32
1. Nyeri aku berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di tandai dengan mengeluh
nyeri, gelisah dan tampak meringis

2. Defisit pengetahuan tentang (spesifikan ) b/d ketidaktahuan menemukan sumber


informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanggal/
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
Nomer

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Kriteria hasil SA ST


berhubungan dengan tindakan keperawatan
11/ 05/ Keluhan Nyeri 3 4
agen pencedera 20 menit diharapkan
2020
fisiologis di tandai nyeri menurun Ketegangan otot 3 4
dengan mengeluh
Tekanan darah 3 4
nyeri, gelisah dan
tampak meringis Perasaan takut 3 4

Intervensi:

Terapi bekam

Observasi:

Periksa riwayat kesehatan dan


pengkajian fisik, sesuai
kebutuhan.
Periksa adanya resiko bekam
Terapeutik:

Bersifat terapi nonfarmakologi


untuk mengurangi rasa nyeri.
Fasilitas istirahat dan tidur.
Edukasi :

Jelaskan penyebab, periode dan


pemicu nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri.

33
Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri.

Tanggal/
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
Nomer

2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Kriteria hasil: tingkat


tentang (spesifikan ) tindakan keperawatan pengetahuan L.12111
11/ 05/
b/d ketidaktahuan 20 menit diharapkan
2020 Kriteria hasil
menemukan sumber defisit pengetahuan
-kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu to
informasi dapat teratasi
-verbalisasi minat dalam belajar

-kemampuan menggambarkakn pengalaman sebelumny

-pertanyaan tentang masalah yang di hadapi

-persepsi yang keliru terhadap masalah

-perilaku

Intervensi :
1. identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi

2. identifikasi faktor-faktor yang


dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup
bersih dan sehat

3. berikan kesempatan untuk


bertanya pasien maupun keluarga
pasien

4. jelaskan faktor resiko yang daptat


mempengaruhi kesehatan

5. anjurkan strategi yang dapat


digunakan untuk meningkatkan

34
perlaku hidup bersih dan sehat.

-ajarkan perilaku hidup dan sehat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa TTD
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat

1 Nyeri akut Observasi: S: pasien menyatakan


berhubungan 1. memeriksa riwayat kesehatan dan masih nyeri di bawah
dengan agen pengkajian fisik, sesuai kebutuhan. abdomen dan
pencedera 2. memeriksa adanya resiko pinggang.
fisiologis di akupuntur.
O: Keluhan utama:
tandai dengan Terapeutik:
cukup kesadaran :
mengeluh nyeri, 1. memberikan terapi nonfarmakologi
komposmentis
gelisah dan untuk mengurangi rasa nyeri.
tampak 2. menfasilitas istirahat dan tidur. TD: 130/70 mmhg
meringis Edukasi :
N: 104 x/menit
1. menjelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri. S: 36,5 C
2. menjelaskan strategi meredakan
RR: 20 x/menit Skala
nyeri.
nyeri : 5
3. mengajarkan teknik
Chol : 213
nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri.
Wajah meringis
A: masalah belum
teratasi.

P : lanjutkan
intervensi terapeutik
1,2

35
Diagnosa TTD
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat

2 Defisit 1. mengidentifikasi kesiapan dan Ds: pasien


pengetahuan kemampuan menerima informasi mengatakan pundak
bagian kanan dan kiri
tentang
2. mengidentifikasi faktor-faktor yang terasa berat dan
(spesifikan ) b/d merasakan cenut-
dapat meningkatkan dan menurunkan
ketidaktahuan cenut pada bagian
motivasi perilaku hidup bersih dan belakang kepala Do:
menemukan
sehat k/u lemah
sumber
Kes.composmentis
informasi 3, memberikan kesempatan untuk
bertanya pasien maupun keluarga TD: 130/70 mmhg
pasien N : 104 x/mnt

4. menjelaskan faktor resiko yang RR : 20 x/mnt


daptat mempengaruhi kesehatan Chol : 213

5. menganjurkan strategi yang dapat A: masalah


digunakan untuk meningkatkan kekurangan informasi
perlaku hidup bersih dan sehat. tentang kesehatan

Mengajarkan perilaku hidup dan sehat P : lanjutkan


intervensi 1-3

36
DOKUMEN
Ket : dokumentasi pada saat pasien di bekam ndi bagian daerah pundak kanan kiri
(baina)

37
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, Rio. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi, Ed. 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hlm. 409, 412
Anonim. Kolesterol.
Tejayadi, Susi. 1991. Kolesterol dan Hubungannya dengan Penyakit Kardiovaskuler.
Cermin Dunia Kedokteran, No. 73. Hlm. 34-35.
Rahardja, Kirana & Tan Hoan Tjay. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : Percetakan PT.
Gramedia. Hlm. 572.

38

Anda mungkin juga menyukai