Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH KETERLIBATAN KERJA DAN SPIRITUALITAS KERJA

TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI

Stephanus Benedictus Bera Liwun1


Hendro Prabowo2
1,2
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100, Depok, 16424, Jawa Barat
1
stef_bene@yahoo.com

Abstrak

Karyawan diharapkan memiliki komitmen, bukan hanya sekedar komitmen kerja melainkan
juga kebutuhan untuk berkembang melebihi tugas itu sendiri. Bagaimanapun juga pada
kenyataannya, komitmen terkadang tidak ditentukan oleh perusahaan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengukur pengaruh keterlibatan kerja dan spiritualitas kerja terhadap
komitmen organisasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa hanya terdapat pengaruh keterlibatan kerja terhadap
komitmen organisasi. Sebaliknya, tidak ditemukan pengaruh spiritualitas kerja terhadap
komitmen organisasi.

Kata Kunci: Keterlibatan kerja, Spiritualitas kerja, Komitmen organisasi

THE EFFECT OF JOB INVOLVEMENT AND SPIRITUALITY AT WORKPLACE


TO ORGANIZATIONAL COMMITMENT

Abstract

Employees in their work should have a commitment, but not only commitment but also the
need to go beyond the assigned task. However in practice it is sometimes otherwise work is
not considered a commitment by the company. This study aimed to examine the effect of job
involvement to organizational commitment and to examine the effect of spirituality in the
workplace to organizational commitment. The method used is quantitative method. The
results of this study is job involvement to organizational commitment have an effect.
Otherwise, the research is shown by the spirituality of work and organizational commitments
have no effect.

Keywords: Job involvement, Spirituality at workplace Organizational commitment

PENDAHULUAN yang tercantum pada visi dan misi dari


lembaga kependidikan tersebut. Pada prak-
Karyawan dalam melakukan peker- tiknya justru kadang sebaliknya komitmen
jaannya harus memiliki komitmen karena terhadap organisasi sangat tidak diper-
jika tidak, maka tujuan lembaga kepen- hatikan oleh lembaga kependidikan. Pihak
didikan tersebut tidak akan tercapai seperti lembaga kependidikan hanya mementingkan

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 32


keuntungan yang didapat dari hasil kerja jukkan angka yang tertinggi dengan rata-rata
karyawannya. Sikap dari pengelola lembaga jawaban sikap tinggi sebesar 70.22%,
kependidikan ini membuat banyak karyawan kemudian disusul dengan komitmen conti-
yang bekerja menjadi bermalas-malasan nuace dengan persentase sebesar 58.5% dan
dalam bekerja, dengan kata lain komitmen yang diurutan terakhir yakni komitmen
kerja berkurang. normatif dengan persentase sebesar 54.53%.
Seorang karyawan yang memiliki Komitmen organisasi dengan kata lain
komitmen tinggi terhadap organisasi (lem- juga bisa disebut sebagai tanggungjawab
baga kependidikan) diharapkan memi-liki karyawan terhadap lembaga kependidikan
keinginan untuk bekerja lebih keras untuk tempatnya bekerja. Menurut Rahayu (2012),
mencapai tujuan organisasi dan hasrat yang rendahnya komitmen organisasi seorang kar-
lebih besar untuk tetap berada dalam yawan mencerminkan kurangnya tanggung-
lembaga kependidikan (Kreitner & Kinicki, jawab seorang karyawan terhadap lembaga
2010). Pendapat tersebut diperkuat oleh kependidikan tempatnya bekerja.
Mowday, Porter, dan Steers (1979) komit- Salah satu faktor lain yang mungkin
men organisasi terbentuk dari adanya keya- mempengaruhi komitmen organisasi adalah
kinan dan penerimaan terhadap nilai dan keterlibatan kerja (job involvement). Keter-
tujuan dari organisasi. libatan kerja dalam beberapa penelitian
Komitmen organisasi ini wajib dimiliki merupakan salah satu bentuk seorang kar-
oleh setiap karyawan yang bekerja di suatu yawan memiliki komitmen kerja terhadap
organisas (lembaga kependidikan). Komit- lembaga kependidikan tempatnya bekerja.
men ini bertujuan untuk mengikat karyawan Aryaningtyas dan Suharti (2013) menya-
dari segi tanggungjawabnya terhadap lem- takan karyawan yang dengan kepribadian
baga kependidikan tempatnya bekerja. proaktif dan persepsi dukungan organi-
Handiyani (2013) mengungkapkan bahwa sasional secara positif dan signifikan ber-
komitmen organisasi menjadi titik berat pengaruh terhadap kepuasan kerja melalui
dalam organisasi (lembaga kependidikan) keterlibatan kerja.
yang akan memutuskan pekerja tetap berada Salah satu faktor juga yang juga
pada organisasi atau tidak. mungkin mempengaruhi komitmen organi-
Komitmen bukan hanya sekedar do the sasi adalah spiritualitas kerja. Spirtualitas
difine jobs (mengerjakan tugas), melainkan kerja juga dipertimbangkan karena merupa-
go the extra miles beyond the call of duties kan bagian penting dan tidak dapat dipi-
(melampaui tugas yang diberikan), sehingga sahkan dari perkembangan kepribadian
karyawan tersebut dapat “memberi”. Komit- individu (Santiago, 2007).
men organisasi dikaji lebih dalam khususnya Komitmen organisasi adalah suatu
dalam bidang psikologi industri dan kondisi yang ditinjau secara psikologis
organisasi karena semakin berkembangnya dimana seseorang karyawan memihak orga-
komitmen di dalam diri seorang individu, nisasi tempatnya bekerja serta tujuan-tujuan
maka akan semakin berkurangnya gejala- dan keinginannya untuk mempertahankan
gejala yang sifatnya negatif. Gejala-gejala keanggotaan dalam organisasi tempatnya
tersebut seperti pemogokan kerja karyawan, bekerja. Hal ini bisa terjadi karena keter-
demonstrasi karyawan, angka bolos kerja, libatan kerja yang tinggi berarti seseorang
rasa tidak bergairah dalam bekerja dan individu memihak pada pekerjaan tertentu,
turnover (Rahayu, 2012). sementara komitmen kerja karyawan yang
Penelitian yang juga terkait dengan tinggi berarti memihak organisasi (lembaga
komitmen organisasi dilakukan oleh Maruf, kependidikan) yang merekrut individu
Tison, dan Haning (2001) menyatakan tersebut. Pada kondisi seperti ini diperlukan
bahwa pegawai dinas tataruang dan bangu- juga sebuah iklim kerja yaitu spritualitas di
nan kota Makassar, menunjukkan bahwa tempat kerja yang dapat membentuk suatu
dimensi komitmen afektif atau sikap menun- perilaku keterlibatan kerja karyawan.

33 Liwun, Prabowo, Pengaruh Keterlibatan …


Tujuan penelitian ini yakni untuk judgement serta reliabilitas masing-masing
menguji pengaruh keterlibatan kerja te- instrumen dengan test-retest dengan bantuan
rhadap komitmen organisasi serta menguji software SPSS versi 16.0. Uji validitas
pengaruh spiritualitas kerja terhadap komit- dilakukan pada seluruh aitem untuk setiap
men organisasi. instrumen dengan menggunakan expert
judgement yang diperoleh pernyataan res-
METODE PENELITIAN ponden terhadap aitem-aitem yang ada pada
instrumen. Judgement yang diberikan oleh
Subjek penelitian, terdiri atas para guru responden ini berdasarkan apa yang
dan karyawan yang berjumlah 43 orang dan dirasakan dan dilakukannya selama bekerja
merupakan gabungan dari divisi Sekolah di lembaga kependidikan tersebut.
Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas Hasil uji reliabalitas diperoleh dari test-
(SMA). Tahap pertama adalah melakukan retest tersebut kemudian dikorelasikan
uji asumsi klasik yang terdiri atas uji melalui product moment pearson dengan
normalitas, linieritas, dan multikolinieritas. bantuan dari komputer program aplikasi
Pengambilan sampel dilakukan dengan tek- SPSS versi 16.0 for Windows. Koefisien
nik sampling sistematis karena sampel korelasi skala komitmen organisasi adalah
diurutkan berdasarkan dari anggota populasi 0.963. Koefisien korelasi skala keterlibatan
yang telah diberi nomor urut. kerja adalah 0.989. Berdasarkan besar
Instrumen-instrumen yang digunakan koefisien-koefisien tersebut sudah bisa
adalah hasil adaptasi dari penelitian sebe- katakan reliabel karena semua nilai
lumnya. Instrumen-instrumen tersebut ada- koefisien-koefisien tersebut di atas 0.500.
lah instrumen komitmen organisasi yang
diadaptasi dari penelitian Mowday, Porter, HASIL DAN PEMBAHASAN
dan Steers (1979), instrumen keterlibatan
kerja diadaptasi dari penelitian Lodhal dan Hasil pengolahan data primer yaitu
Kejner (1965), serta instrumen spiritualitas berupa sumbangan atau kontribusi dari
kerja diadaptasi dari penelitian Petchsawang keterlibatan kerja terhadap komitmen orga-
dan Duchon (2009). nisasi. Hasil pengolahan dapat disajikan
Pengujian validitas masing-masing ins- pada Tabel 1.
trumen yaitu dengan menggunakan expert

Tabel 1. Kontribusi Variabel Keterlibatan Kerja terhadap Variabel Komitmen Organisasi

R2
Model R R2 Estimasi Std. Eror Durbin-Watson
disesuaikan

1 0.733a 0.538 0.527 2.922 1.909


a. Prediktor: (Konstan), keterlibatan_kerja
b. Variabel Terikat: komitmen_organisasi

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat men organisasi adalah sebesar 53.8%,


bahwa nilai R adalah hubungan antar dua sedangkan sisanya sebesar 46.2% dipenga-
atau lebih variabel bebas. Hasil pengolahan ruhi oleh variabel lain yang tidak dimasuk-
menunjukkan hubungan antara keterlibatan kan dalam model ini.
kerja terhadap komitmen kerja sebesar Hasil pengolahan yang kedua yaitu
0.733. Hal ini berarti terjadi hubungan yang analisis ragam. Hasil ini menjelaskan
sedang (Sugiyono, 2010). mengenai hasil pengolah data primer untuk
Nilai R2 (R square) menunjukkan menentukan statistik F. Hasil pengolahan
kontribusi pengaruh variabel keterlibatan data primer dapat disajikan pada Tabel 2.
kerja dan spiritualitas kerja terhadap komit-

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 34


Tabel 2. Analisis Ragam
Jumlah Rata-rata
Model db F Sig.
Kuadrat Kuadrat
Regresi 407.584 1 407.584 47.740 0.000a
1 Residual 350.044 41 8.538
Total 757.628 42
a. Prediktor: (Konstan), keterlibatan_kerja
b. Variabel Terikat: komitmen_kerja

Tabel 2 menjelaskan mengenai uji antara keterlibatan kerja terhadap komitmen


statistik F (uji koefisien regersi secara organisasi atau dengan kata lain dapat
bersama-sama) yang digunakan untuk dinyatakan bahwa hipotesis diterima. Hal
menguji signifikansi pengaruh beberapa ini disebabkan oleh nilai F hitung > F tabel
variabel bebas terhadap variabel terikat. (47.740 > 4.08).
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara Hasil pengolahan yang keempat adalah
membandingkan nilai F hitung (Tabel 10) variabel yang dikecualikan. Variabel yang
dengan nilai F tabel. Nilai F hitung dikecualikan ini terjadi karena pada proses
diperoleh sebesar 47.740. Nilai F tabel memasukkan dikombinasikan dengan meng-
diperoleh berdasarkan wilayah kritisnya eliminasi prediktor yang tidak signifikan
yaitu F (0.05; 1. 43) adalah sebesar 4.08. (signifikan F di atas 0.01). Hal ini dialami
Berdasarkan hasil yang didapat pada oleh variabel spiritualitas kerja seperti dapat
Tabel 2 dan Tabel distribusi F, maka dapat dilihat pada Tabel 3.
disimpulkan ada pengaruh secara signifikan

Tabel 3. Variabel yang Dikecualikan


Statistik Kolinieritas
Korelasi
Model Beta t Sig. Toleransi
Parsial Toleransi VIF
Minimal
Spriritualitas_k
1 0.079a 0.735 0.467 0.115 0.987 1.014 0.987
erja
a. Prediktor pada Model: (Konstan), keterlibatan_kerja
b. Variabel Terikat: komitmen_organisasi

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat terlibatan kerja dari seorang karyawan maka
bahwa nilai signifikansi F untuk variabel semakin tinggi pula komitmen organisasi
spiritualitas kerja adalah 0.467. Hal ini tersebut. Hubungan positif yang terdapat
menyebabkan variabel ini harus dikeluarkan pada keterlibatan kerja dengan komitmen
karena dianggap tidak signifikan (signifikasi organisasi lebih menekankan pada dimensi
F > 0,01). Variabel spiritualitas kerja ini komitmen afektif (Islam, Khan, Ahmed, &
tidak dimasukkan karena jika menambahkan Ahmed, 2012). Keterlibatan kerja juga dapat
spiritualitas kerja sebagai variabel yang akan meningkatkan hubungan antara karyawan
diolah tidak akan meningkatkan kontribusi dengan pekerjaannya. Hal ini disebabkan
yang berarti terhadap model regresi ini. oleh karyawan tersebut menikmati pekerjaan
Hasil yang diperoleh dari pengujian yang sedang dilakukannya saat ini.
hipotesis dengan teknik analisis regresi Komitmen afektif ditumbuhkan oleh
berganda menunjukkan bahwa terdapat hu- adanya program dukungan karyawan yang
bungan yang positif antara keterlibatan kerja didasarkan pada prinsip utama dari teori
dengan komitmen organisasi. Hal ini pertukaran sosial yaitu “individu membalas
mengindikasikan bahwa semakin tinggi ke- apa yang mereka terima” (Blau, 1964;

35 Liwun, Prabowo, Pengaruh Keterlibatan …


Emerson, 1976; Homans, 1958). Rhoades Bukti yang paling nyata terkait dengan
dan Eisenberger (2002) menegaskan bahwa komitmen organisasi adalah banyaknya
pertukaran untuk menerima dukungan dari karyawan yang menyatakan dirinya benar-
organisasi, karyawan harus membalasnya benar peduli dengan nasib dari sekolah
dengan dedikasi emosional. Grant, Dutton, tempatnya bekerja. Bukti lain yang dapat
dan Rosso (2008) menegaskan bahwa dilihat adalah karyawan-karyawan yang
tindakan pemberian memiliki potensi untuk bekerja di sekolah ini baik dari divisi
memperkuat komitmen afektif karyawan Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah
dengan cara mengubah karyawan untuk Menengah Atas (SMA) memiliki loyalitas
merefleksikan dirinya dan organisasi. yang sangat baik terhadap sekolah
Komitmen organisasi dalam aspek tempatnya bekerja. Angle dan Perry (1981)
afektif juga dapat diperkuat melalui proses yang menyebutkan bahwa masa kerja yang
sensemaking prosocial di mana karyawan pendek akan menyebabkan keterlibatan so-
menginterpretasikan tindakan dan identitas sial yang dibangun masih rapuh sehingga
pribadi dan kepedulian terhadap perusahaan. komitmen organisasi yang dimiliki juga
Indikator dari seorang karyawan memiliki masihlah lemah, hal yang demikian memili-
komitmen afektif yang baik adalah adanya ki korelasi yang kuat dengan terjadinya per-
rasa kepedulian terhadap sekolah tempatnya gantian karyawan. Hal ini dialami oleh
bekerja (Grant, Dutton, & Rosso, 2008). Hal karyawan yang memiliki masa kerjanya
ini juga mengindikasikan bahwa karyawan kurang dari satu tahun.
memiliki kelekatan dengan sekolah tempat- Hasil dari analisis mengenai komitmen
nya bekerja. Cascio (2003) menyatakan organisasi termasuk pada kategori sangat
dengan memahami bagaimana komitmen tinggi seluruh kualifikasi terutama pada
organisasi berkembang dapat membantu kualifikasi status kepegawaian yaitu karya-
organisasi dalam upaya untuk meningkatkan wan dengan status sebagai karyawan tetap.
retensi karyawan, yang penting dalam in- Pada kategori yang sama juga ditunjukkan
dustri di mana organisasi berjuang untuk pada variabel keterlibatan kerja. Hal ini
mempertahankan karyawan, seperti ritel dan menunjukkan bahwa sekolah tersebut adalah
industri jasa. tempat yang baik untuk mereka bekerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata- Perasaan yang sama juga dirasakan oleh
rata empirik komitmen kerja dimiliki oleh karyawan dengan status kepegawaian tidak
kelompok karyawan yang lama bekerjanya tetap atau honorer yang menjabat sebagai
paling besar yaitu lebih dari 30 tahun guru meskipun mereka tidak setiap hari
sebesar 70.667. Hal ini membuktikan bahwa berada di sekolah tersebut untuk mengajar.
masa kerja yang semakin lama akan mem- Hasil yang berbeda pada penelitian ini
bentuk komitmen organisasi yang kuat. Ko- adalah tidak adanya hubungan antara
mitmen organisasi yang kuat akan menye- spiritualitas kerja dengan komitmen kerja
babkan seorang karyawan akan terus mencu- karyawan. Hal ini berarti semakin rendah
rahkan potensi yang dimilikinya untuk ke- spiritualitas kerja seorang karyawan tetapi
pentingan organisasi atau perusahaan tem- belum tentu akan semakin rendah pula
patnya bekerja serta memiliki keinginan atau komitmen kerja dari seorang karyawan ter-
dorongan untuk tetap bergabung pada sebut. Berdasarkan dari jajak pendapat
organisasi tersebut. Karyawan yang memili- terhadap beberapa guru dan karyawan terkait
ki komitmen organisasi yang tinggi cende- dengan spiritualitas kerja di sekolah yang
rung akan memaksimalkan yang menjadi diartikan suatu panggilan hidup yang mulia
tanggungjawabnya dalam organiasasi tem- yang diberikan oleh Tuhan dan juga
patnya bekerja, bahkan memiliki tingkat pengabdian diri terhadap suatu pekerjaan
pencapaian keberhasilan yang tinggi yang diterimanya oleh karena itu harus
terhadap tugas–tugas dalam organisasi dilakukan dengan perasaan suka cita dan
(Handiyani, 2013). ikhlas hati sehingga akan mendapat hasil

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 36


yang baik. Pekerjaan juga dapat dianggap Indikasi nilai-nilai yang dianut oleh
sebagai sumber kebahagiaan sehingga orang setiap individu adalah nilai ekonomi
dapat merasakan kenyamanan dalam (economic value). Springer (dalam Mimrot,
bekerja. Spiritualitas di tempat kerja ini bu- 2013)ilai ekonomik menekankan pada
kanlah berkaitan dengan agama yang dianut pentingnya nilai guna dan kepraktisan. Hal
oleh masing-masing karyawan tetapi lebih ini dibuktikan oleh pendapat dari beberapa
kepada alat digunakan untuk meningkatkan subjek dalam penelitian ini yang menya-
kinerjanya (Vandenberghe, 2011). takan bahwa bekerja di kota-kota besar lebih
Lebih lanjut lagi Vandenberghe (2011) baik dari pada di kota-kota kecil. Kebanya-
menegaskan bahwa spiritualitas adalah iklim kan dari subjek penelitian hanya sekedar
yang membangun nilai positif dalam peng- menjalankan tugas saja, misalnya untuk
gunaan bukan sesuatu yang dipaksakan atau subjek penelitian yang memiliki jabatan
nilai-nilai palsu. Spiritualitas mensyaratkan sebagai guru mereka hanya bertugas untuk
bahwa individu bebas untuk mengikuti atau mengajar saja, sedangkan untuk subjek
menolak. Jika tidak, spiritualitas menjadi penelitian yang memiliki jabatan sebagai
agama. Pada penelitian ini lebih ditekankan tenaga pendidikan mereka hanya bekerja
pada spiritualitas individu. Pawar (2009) sesuai dengan yang mereka tahu saja dan
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan kurang paham mengenai urusa administrasi
antara spiritualitas individu dan komitmen sekolah. Orientasi dari hasil kerjanya adalah
organisasi. Hasil ini hanya memberikan mendapat penghasilan yang dapat membantu
dukungan untuk membatasi model efek mereka untuk bertahan hidup.
interaktif dengan hipoetsis bahwa spiri- Beberapa faktor yang mendorong
tualitas individu akan memadukan pengaruh seseorang khususnya guru memiliki orien-
aspek spiritualitas di tempat kerja pada sikap tasi pada economic value diantaranya seperti
kerja. Pawar (2009) juga menekankan adanya kompensasi dan sertifikasi guru yang
bahwa spiritualitas individual hanya sedikit diberikan oleh Kementerian Pendidikan
moderat hubungan antara spiritualitas kerja Nasional pada guru negeri dan swasta di
dengan pekerjaan sikap. seluruh Indonesia. Sertifikasi guru ini
Menurut Kolodinsky, Giacalone, dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 14
Jurkiewicz (2008) spiritualitas kerja yang Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada
baik adalah didukung oleh sikap kerja dalam sertifikasi guru ini juga ditekankan pada
bentuk spiritualitas individu yang baik pula kompetensi pedagogik, profesional, sosial,
sehingga akan mencapai organisasi yang dan kepribadian (Kemendibud, 2014). Hasil
positif. penelitian yang dilakukan oleh Wright
Spiritualitas individu yang terjadi di (2012) yaitu salah satunya meningkatkan
sekolah ini menyebabkan adanya perbedaan profesionalitas guru dan meningkatkan
antara nilai-nilai yang tercantum pada misi proses serta mutu hasil pendidikan.
yayasan yaitu menanamkan nilai-nilai kris- Namun efek negatif yang tidak dapat
tiani yang meliputi iman, harapan, dan cinta dihindari dari adanya sertifikasi guru ini
kasih. Pada kenyataan ketiga aspek nilai- adalah guru sebagai tenaga profesional
nilai kristiani tersebut terabaikan. Penye- menghilangkan tugas utamanya untuk men-
babnya diantara karena perubahan zaman didik dan membentuk karakter peserta didik.
yang membuat adanya penambahan beban Tugas utama kebanyakan dilakukan oleh
kerja terutama guru yang tidak hanya guru adalah mengajar atau men-transfer ilmu
mengajar saja tetapi juga dituntut untuk dan kemudian mengerjakan persoalan
melakukan penelitian, penyusuaian dengan administrasi terkait dengan sertifikasi guru.
kurikulum baru, pembuatan administrasi Hal ini tidak sejalan dengan semboyan dari
untuk keperluan sertifikasi guru dan seba- bidang pendidikan yang berbunyi “ing
gainya. ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
karso, tut wuri handayani” yang berarti di

37 Liwun, Prabowo, Pengaruh Keterlibatan …


depan memberi contoh, di tengah memberi dilakukan oleh guru-guru yang dahulu saat
semangat, di belakang memberi dorongan. belajar di perguruan tinggi mendapatkan
Kondisi tersebut menyebabkan guru pelajaran mengenai ilmu keguruan.
dan karyawan melupakan salah satu aspek
yang ada dalam spiritualitas kerja yaitu
meaningful work (kebermaknaan kerja). Jika SIMPULAN DAN SARAN
aspek ini tidak terabaikan maka spiritualitas
individu akan meningkat dan dapat mem- Simpulan
bentuk suatu iklim yang dinamakan spiritua-
litas. Kontradiktif dengan kenyataan tersebut Berdasarkan uraian dari pembahasan
guru dan karyawan menyebutkan bahwa maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu
pekerjaan yang mereka lakukan adalah pe- pertama keterlibatan kerja berpengaruh
kerjaan yang mulia karena dapat membantu terhadap komitmen kerja karyawan. Kedua
sesama dan membentuk karakter peserta spiritualitas kerja tidak memiliki pengaruh
didik agar menjadi pribadi yang baik dan terhadap komitmen kerja karyawan. Penye-
dapat diterima di masyarakat. Sejalan babnya adalah bahwa spiritualitas yang
dengan itu, Kahn (2007) menyatakan bahwa diukur merupakan spiritualitas individu.
kebermaknaan adalah tujuan mulia dan dari
dalam dirinya sendiri. Meaningful work Saran
(kebermaknaan kerja) memang tidak mudah
untuk berdayakan. Cara yang paling tepat Bagi penelitian selanjutnya dengan
untuk melakukan hal tersebut yaitu dimulai topik sejenis diharapkan untuk melakukan
dari pemimpin yang dalam hal ini diperan- penelitian spiritualitas kerja yang ditujukan
kan oleh kepala sekolah dan kemudian untuk organisasi karena pada penelitian ini
diikuti oleh para guru serta karyawan. spiritualitas kerja yang diteliti adalah spiri-
Indikasi penyebab lain dari kasus tualitas secara individu.
spiritualitas kerja terhadap komitmen orga-
nisasi jika ditinjau pada guru yaitu bagi guru DAFTAR PUSTAKA
yang lulus pada tahun 1999 menunjukkan
perilaku hanya menjalankan tugas mengajar Angle, H.L., & Perry, J.L. (1981). An
saja, sedangkan bagi guru yang lulus empirical assessment of organizational
sebelum tahun 1999 menunjukkan perilaku commitment and organizational.
yang tidak hanya mengajar saja tetapi juga Administrative Science Quarterly, 26,
mendidik karakter dari peserta didik, 1-14.
sehingga banyak juga dari para guru tersebut Aryaningtyas, A.T., & Suharti, L. (2013).
memaknai pekerjaan mereka tidak hanya Keterlibatan kerja sebagai pemediasi
sekedar untuk men-transfer ilmu yang pengaruh kepribadian proaktif dan
mereka miliki tetapi juga untuk membentuk persepsi dukungan organisasional
karakter peserta didik. terhadap kepuasan kerja. Jurnal
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh Manajemen dan Kewirausahaan, 15,
adanya perbedaan materi yang diterima saat 23-32.
mereka masih belajar di tingkat perguruan Blau, P.M. (1964). Exchange and power in
tinggi. Materi tersebut berupa pedagogik, social life. New York: John Wiley.
didaktik metodik, dan psikologi pendidikan Cascio, W.F. (2003). Changes in workers,
atau yang biasa dikenal dengan ilmu kegu- work, and organizations. Dalam W.
ruan. Pada kompetensi inti untuk pedagogik Borman, R. Klimoski, & D. Ilgen
seorang guru harus memfasilitasi pengem- (Eds.), Handbook of psychology, vol.
bangan potensi peserta didik untuk meng- 12: Industrial and organizational
aktualisasikan berbagai potensi yang dimili- psychology. New York: Wiley, hal.
ki. Berdasarkan hasil penelitian jelas hanya 401-422.

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 38


Emerson, R.M. (1976). Social exchange Lodhal, T.M., & Kejner, M.M. (1965). The
theory. Dalam A. Inkeles, J. Coleman, definition and measurement of job
& N. Smelser (Eds.). Annual review of involvement. Journal of Applied
sociology, Palo Alto, CA: Annual Psychology, 49, 24–33.
Reviews, (2), hal. 335-362. Maruf, A.A., Tison, D.T., & Haning, M.T.
Grant, A.M., Dutton, J.E., & Rosso, B.D. (2001). Hubungan kepuasan kerja
(2008). Giving commitment: Em- dengan komitmen organisasi pegawai
ployee support programs and the dinas tataruang dan bangunan kota
prosocial sensemaking process. Makassar. Jurnal Adminstrasi Pem-
Academy of Management Journal, 51, bangunan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu
898-918. dan Ilmu Politik Universitas Hasa-
Handiyani, M.I. (2013). Komitmen kerja nuddin.
karyawan ditinjau dari masa kerja Mimrot, B. H. (2013). The study of
karyawan. Jurnal Online Psikologi psychological values among house
Fakultas Psikologi Universitas wives and serving class women in
Muhammadyah Malang, 1, 159-173. Bhusawal Tahshil. Research
Homans, G.C. (1958). Social behavior as Directions. 1(4), 1-6.
exchange. American Journal of Mowday, R. T., Porter, L. W., & Steers, R.
Sociology, 63, 597-606. M. (1979). The measurement of
Islam, T., Khan, S.U.R., Ahmed, U.N.U., & organizational commitment. Journal of
Ahmed, I. (2012). Does organisational Vocational Behavior, 14, 224-247.
commitment enhance the relationship Pawar, B. S. (2009). Individual spirituality,
between job involvement and in-role workplace spirituality, and attitudes an
performance? Journal of Human empirical test of direct and interaction
Resource Management, 460, 1-9. effects. Journal of Leadership and
Kahn, W.A. (2007). Meaningful Organization Development, 30(6),
connections: Positive relationships and 759-777.
attachments at work. Dalam J.E. Petchsawang, P., & Duchon, D. (2009).
Dutton & B.R. Ragins (Eds.). Measuring workplace spirituality in an
Exploring positive relationships at asian context. Human Resource
work: Building a theoretical and Development International, 12(4),
research foundation. New Jersey: 459-468.
Lawrence Erlbaum Associates, hal. Rahayu, W. (2012). Komitmen organisasi
189-206. pada karyawan di miracle aesthetic
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. clinic di surabaya. Jurnal Fakultas
(2014). Sertifikasi guru dalam jabatan Psikologi Univeristas Ahmad Dahlan
buku 1: Pedoman penetapan peserta. Yogyakarta, 110-121.
Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Rhoades, L., & Eisenberger, R. (2002).
Daya Manusia Pendidikan. Kemen- Perceived organizational support: a
terian Pendidikan Dan Kebudayaan. review of the literature. Journal of
Kolodinsky, R.W., Giacalone, R.A., & Applied Psychology, 87, 698–714.
Jurkiewicz, C.L. (2008). Workplace Santiago, J. A. P. (2007). Estudio
values and outcomes: Exploring exploratorio sobre el tema de la
personal, organizational, and espiritualidad en el ambiente laboral.
interactive workplace spirituality. Anales de Psicología, 23(1), 137-146.
Journal of Business Ethics, 81, 465-80. Sugiyono. (2010). Statistika untuk pene-
Kreitner, K., & Kinicki, A. (2010). litian. Bandung: Alfabeta Bandung.
Organizational behavior (Ninth Vandenberghe, C. (2011). Workplace
edition). New York: McGraw-Hill. spirituality and organizational
commitment: an integrative model.

39 Liwun, Prabowo, Pengaruh Keterlibatan …


Journal of Management, Spirituality Diunduh dari http://www.econ.
and Religion, 8(3), 211-232. ucsb.edu/~pjkuhn/Ec250A/StudentsPa
Wright, A. C. (2012). A literature review on pers/PapersIndex.htm tanggal 1 Juli
the determinants of teacher 2014.
performance. Econ 250A. 1-18.

Jurnal Psikologi Vol. 8 No. 1 Juni 2015 40

Anda mungkin juga menyukai