Anda di halaman 1dari 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL

Melakukan Pemeriksaan Fisik
No Dokumen : No Revisi : Halaman :
.................................... ................................... 1-6

Standar Disusun Ditetapkan


Operasional Prosedur Oleh: Ka Prodi FIKes
Tanggal
terbit :

Siti Fatimah, S.Kp, M.Pd Ns. Imelda Pujiharti, S.Kep,


Ns. Marini Agustin, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep, An
M.Kep, M.Pd
Pengertian Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis
Indikasi Pada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
Kontraindikasi -
Tujuan 1. Mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
3. Mengetahui perubahan atau gangguan fisiologis pada ibu hamil
Persiapan alat Alat disusun secara berurutan dan didekatkan ke ibu
1. Timbangan Berat Badan dewasa
2. Tensimeter
3. Stetoscope
4. Pen Light
5. Meteran
6. Doppler
7. Reflex Hammer
8. Alat tulis
9. Sabun antiseptik 
Persiapan ruangan Gunakan ruangan yang tertutup dengan pencahayaan dan sirkulasi udara yang
cukup dan nyaman
Persiapan  petugas 1. Lepaskan cincin/gelang , kuku penolong harus pendek
2. Mencuci tangan di air yang mengalir (tekhnik 7 langkah)
3. Bekerja secara hati – hati dan teliti,
Persiapan pasien Persilahkan ibu untuk kencing dahulu

Prosedur pelaksanaan Persiapan


1. Jelaskan mengenai tindakan yang dilakukan (tujuan dan prosedur).
2. Siapkan alat dan dekatkan ke pasien.
3. Persiapan Lingkungan, jaga privasi, atur pencahayaan, atur suasana yang
nyaman dan tenang
4. Cuci tangan di air mengalir, keringkan dengan handuk.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin, bila pasien berkacamata anjurkan
membuka kacamatanya
Melakukan pemeriksaan :
1. Lakukan penilaian keadaan umum, inspeksi terhadap keadaan umum
2. Lakukan Penimbangan berat badan
3. Pengukuran tinggi badan ( ujung kaki s.d puncak kepala)
4. Pengukuran lingkar lengan atas (pada tangan yang tidak dominan,
setengah dari lengan atas)
5. Pengukuran vital sign 
6. Atur posisi pasien senyaman mungkin (berbaring ditempat tidur yang rata,
bantal ditinggikan) dan Lakukan Pemeriksaan
7. Kepala dan rambut ( warna rambut, kebersihan, apakah ada benjolan di
kepala, nyeri, kerontokan)
8. Wajah (apakah ada hiperpigmentasi pada palpebra, cloasma gravidarum,
sianosis, oedema).
9. Mata, sclera (apakah icterus/tidak) konjungtiva (apakah anemis/an anemis),
apakah ada kelainan
10. Telinga (kebersihan, apakah ada ganguan pendengaran, terlihat masa)
11. Hidung (kebersihan;septum; sekret)
12. Mulut (bibir sianosis/tidak, anemis/tidak, kelembapan mukosa, kebersihan
mulut, stomatitis/sariawan, karies gigi, perdarahan gusi)
13. Leher (apakah terdapat hiperpigmentasi, pembesaran kelenjar tyroid,
kelenjar getah bening, vena jugularis, nyeri menelan
14. Axilla di palpasi apakah ada benjolan, nyeri tekan
15. Jantung dan paru  (auskultasi denyut jantung teratur;, paru-paru)
16. Payudara (inspeksi Payudara yaitu pembesaran, simetris/tidak, kondisi
puting menonjol/tidak, areola adakah hyperpigmentasi,  palpasi benjolan,
rasa nyeri, 
17. Abdomen: Inspeksi luka bekas operasi, linea alba/linea nigra, striae
alba/nigra, pembesaran perut (sesuai dengan umur kehamilan), Atur kaki ibu
sedikit ditekuk (fleksi 45°)  Menggosok kedua tangan agar hangat dan sesuai
suhu ibu. Gunakan telapak tangan untuk palpasi bukan jari,

18. Leopold I
Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus.
a. Petugas berdiri sebelah kanan ibu menghadap ke arah ibu.
b. Membawa / mengumpulkan rahim kearah tengah dengan kedua
tangan dari samping umbilical.
c. Kedua tangan meraba bagian fundus kemudian menentukan TFU
d. Pengukuran tinggi fundus uteri
a. Letakkan ujung alat ukur (meteran) di bagian atas simfisis pubis.
b. Ukur sepanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas mengikuti
kurve fundus (atau tanpa mengikuti kurve fundus bagian atas).
c. Tentukan tinggi fundus uteri
e. Meraba bagian apa yang ada di fundus (kepala atau bokong janin).
f. Hasil:
 Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba
adalah keras, bulat dan melenting (seperti mudah digerakkan)
 Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa
adalah lunak, besar, dan tdk melenting
 Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada Fundus
teraba kosong

19. Leopold II
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah kanan atau kiri
ibu.

a. Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri perut ibu.
b. Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut
sebelah kiri kearah kanan, begitu pula sebaliknya.
c. Tentukan letak punggung janin. Jika teraba rata, ada tahanan maka itu
adalah punggung bayi, jika teraba bagian kecil menonjol, itu adalah
bagian kecil janin (ekstremitas)
d. Hasil:
 Bagian punggung: akan teraba panjang, rata, tidak terputus-putus
 Bagian Ekstremitas : teraba bagian kecil (tangan dan kaki), tidak
rata dan terputus-putus.

20. Leopold III


Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah uterus dan
apakah bagian janin tersebut sudah masuk PAP (pintu atas panggul)/blm.
   

a. Tangan kiri menahan fundus, Letakkan tiga ujung jari kedua tangan


kanan pada kedua sisi abdomen klien tepat di atas simfisis
b. Tangan kanan meraba bagian yang ada di bawah uterus. Jika teraba
bulat, melenting, keras, dan dapat digoyangkan, maka itu adalah kepala
dan belum masuk Pintu Atas Panggul (PAP) jika bagian bawah tidak
bisa digoyangkan lagi maka bagian terbawah sudah masuk PAP.
c. Jika bagian bawah tidak ditemukan kedua bagian tersebut maka
pertimbangkan janin dalam letak melintang.
d. Pada letak sungsang/lintang tangan pemeriksa dapat merasakan
goyangkan pada bagian bawah, tanggan kiri
merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin), terutama
ditemukan pada usia kehamilan 20-28 minggu.
e. Hasil:
 Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan
tonjolan yang lunak dan kurang simetris adalah bokong
 Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat
bagian bawah digoyang, sudah tidak bisa (seperti ada tahanan).

21. Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibagian bawah dan
sejauh mana bagian janin tersebut masuk PAP

a. Kaki ibu diluruskan, Posisi perawat berdiri menghadap kaki ibu


b. Kedua tangan meraba bagian janin yang ada di bawah. Jika teraba kepala
tempatnya kedua tangan di arah yang berlawanan di bagian bawah.
c. Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari, Jika kedua tangan
konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum masuk panggul.
d. Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti kepala sudah
masuk panggul.
e. Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari masih meraba
kepala, kepala belum masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1 jari dari lima jari,
bagian kepala yang sudah masuk 4 bagian), dan seterusnya sampai 0/5
(seluruh kepala sudah masuk PAP)

22. Lakukan penghitungan DJJ


a. Tentukan lokasi untuk mendengarkan DJJ (daerah Punctum maksimum)
dengan memastikan posisi punggung janin.
b. Letakkan fetoskop/doppler di area yang telah ditentukan untuk
mendengarkan DJJ.
c. Nilai Frekuensi (120-140 x/i), irama dan intensitas

23. Lakukan pemeriksaan ekstremitas bawah lihat (apakah ada varices, oedema,


reflek hammer)
24. Lakukan pemeriksaan genitalia, tanyakan Pada vulva vagina (apakah ada
varices,luka, kemerahan, nyeri, kelenjar bartolinitis, pengeluaran pervaginam)
Pada perineum (apakah bekas luka, lain-lain) Pada anus (apakah
ada haemoroid, lain-lain)
25. Rapikan Pasien, Bereskan alat
26. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
27. Beritahukan hasil pemeriksaan kepada pasien
28. Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai