Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Fitria

Nim : 2008201108
Jurusan / Kelas : HKI 3C
Mata kuliah : Filsafat Hukum Islam
Dosen pengampu : Ahmad Rofii MA, LL.M, Ph.D

RESUME MATERI 2
FILSAFAT HUKUM ISLAM

Pengertian filsafat hukum islam : Filsafat hukum Islam adalah filsafat yang menganalisis
hukum Islam secara metodis dan sistematis sehingga mendapatkan keterangan yang
mendasar, atau menganalisis hukum Islam secara ilmiah dengan fi lsafat sebagai alatnya.
Sejarah perkembangan filsafat hukum islam : Perkembangan filsafat hukum Islam terus
bergulir dari masa ke masa dengan rujukan hadits Mu’adz bin Jabal, Seperti yang dilakukan
oleh seorang ahli ushul fiqih salaf pertama bernama Al-Juwaini, yang menekankan
pentingnya memahami Maqashid Syariah dalam penetapan Hukum. Pendapatnya menyatakan
bahwa seseoarang tidak dikatakan mampu menetapakan hukum dalam Islam sebelum dapat
memahami benar tujuan Allah menetapkan perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya.

RESUME MATERI 3
KONSEP HUKUM ISLAM

Konsep hukum islam dalam AI-Qur'an pada dasarnya mengacu pada dua hal yaitu terciptanya
keadilan dengan tidak menyudutkan nilai-nilai dan semangat kemanusiaan. Dalam hal ini
alquran sendiri menjelaskan bagaimana aplikasi dari dua hal tersebut. Misalnya dalam
masalah qishas,poligami, dan perbudakan. Konsep hukum islam dalam Al-Qur'an juga
merupakan sebuah strategi dalam penerapan masyarakat,membukakan peranan
kaumintelektual muslim guna mensosialisasikan kedalam masyarakat.

RESUME MATERI 4
ASAS-ASAS UMUM HUKUM ISLAM

Asas-asas umum hukum Islam yang meliputi semua bidang dan segala lapangan hukum Islam
adalah :
 bersifat keadilan dipahami sebagai memberi kepada setiap orang apa yang menjadi
haknya di satu sisi dan pada sisi yang lain hukum memastikan apa yang menjadi hak
setiap orang.
 asas kepastian hukum adalah jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang berhak
menurut hukum dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan dapat dilaksanakan.
 asas kemanfaatan adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian hukum. Dalam
melaksanakan asas kepastian hukum dan asas keadilan, dan selayaknya dipertimbangkan
oleh asas kemanfaatan.

RESUME MATERI 5
MAQASID AS-SHAR’IAH

Maqāṣid as-syarīah ditinjau dari sudut lughawi (bahasa) merupakan kata majemuk yang
terdiri dari dua kata, yaknial-maqāṣid (‫ )المقاصد‬danas-syarīah (‫)الشريعة‬. Akar kata maqāṣid
adalah qaṣada yaqṣidu (‫يقصد‬- ‫ )قصد‬yang bermakna menyengaja, bermaksud kepada, maqāṣid
merupakan bentuk jamak (plural) dari maqṣid/maqṣa (‫ )مقصد‬yang berarti maksud,
kesengajaan atau tujuan. Sedangkan syarī’ah (‫ )شريعة‬dalam Bahasa Arab berarti jalan menuju
sumber air. menurut pendapat beberapa ulama Maqaid al-syari’ah dapat dijadikan sebagai
alat bantu dalam memahami redaksi al-Qur’an dan as-Sunnah, membantu menyelesaikan
dalil yang saling bertentangan (ta’arud al-adillah) dan yang sangat penting lagi adalah untuk
menetapkan suatu hukum dalam sebuah kasus yang ketentuan hukumnya tidak tercantum
dalam al-Qur’an dan as-Sunnah jika menggunakan kajian semantik (kebahasaan).

RESUME MATERI 6
HUBUNGAN HUKUM ISLAM DAN MORAL

Antara Hukum Kodrat dan Positivisme Hukum : hukum positif (yuridis-positivism)


mengambil peranan yang sangat penting, bahwa hukum positif sesungguhnya adalah
pengalihan terhadap positivasi hukum kodrat terhadap manusia. Artinya dengan demikian
hukum positif dapat mencerminkan dan mendasarkan hukum kodrat dalam tatanan hukum
positif.
Beberapa Perspektif Kesarjanaan Islam Tentang Kaitan Hukum Islam dan Moral :
Hukum islam sangat memerhatikan moral yang berlaku dan hidup di masyarakat, tidak hanya
berpatokan pada tekstualitas nash, hal ini sebagaimana yang diajarkan oleh mazhab hukum
alam dengan mengidealkan aturan-aturan yang sifatnya abadi seperti keadilan dan moralitas.

Kecenderungan Moralis dan Formalis dalam Hukum Islam :


Upaya untuk merealisasikan formalisasi hukum Islam dalam sistem kenegaraan terdapat dua
aliran politik yang saling tarik-menarik. Di satu sisi ada yang menghendaki formalisasi
hukum Islam atau mendirikan negara Islam sebagai respons atas perintah syarat, sedangkan
di sisi lain lebih cenderung menekankan pada aspek substantif, yakni tegaknya the Islamic
order pada komunitas masyarakat atau negara. Dalam arti bahwa yang ditonjolkan pada
hukum Islam adalah aspek moralitas dan etika sosialnya ketimbang mementingkan legal
formal atau simbolik.

Hukum dan moral memiliki hubungan bagaikan roh dan jasad. Salah satunya menjadi tidak
berarti jika mengabaikan yang lainnya. Islam menjadikan hukum sebagai ketaatan seorang
hamba terhadap Khaliknya. Hukum berarti menolak kedzaliman atau penganiayaan. Secara
terminologi hukum adalah suatu aturan dan ukuran perbuatan yang menjuruskan perbuatan-
perbuatan tersebut ke tujuan yang semestinya. Kata hukum disandingkan dengan Islam, maka
yang dimaksud adalah kitab Allah yang berkaitan dengan perbuatan manusia (mukallaf) baik
berupa perintah, larangan, pilihan maupun ketetapan-ketetapan hukum kausalitas. Adapun
moral berarti kesusilaan, budi pekerti. Sedang secara istilah, moral diartikan sebagai ajaran
tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan yang sering pula disamakan dengan etika.
Sedangkan dalam Islam moral dipadankan dengan akhlak. Hukum dan moral menurut
sebagian pakar hukum adalah terpisah sedangkan sebagian pakar hukum lainnya mengatakan
keduanya harus bersatu. Menurut Islam antara hukum dan moral tidak bisa dipisahkan dan
harus bersandar pada al-Quran dan hadis sebagai rujukan pertama dan utama dalam
menentukan dan menetapkan suatu perkara. Adapun Dalam Islam hukum dan moral tidak
dapat dipisahkan dan merujuk pada satu sumber yang hakiki yaitu Al-Qur’an yang menjadi
pedoman hidup bagi manusia. Oleh karena itu, seorang muslim dalam menjalankan hukum
harus diimbangi dengan moral dan akhlak yang mulia untuk mengharap keridhaan Allah
SWT.Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari seorang muslim sebaiknya bersandar pada
hukum Allah SWT yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, dan
senantiasa mengedepankan moral dan akhlak untuk menyayangi sesama manusia.
RESUME MATERI 7
HUBUNGAN HUKUM ISLAM DAN KEKUASAAN NEGARA

Agama dan negara adalah sejarah yang berbeda hakikatnya. Agama adalah kabar gembira
dan peringatan, sedangkan negara adalah kekuatan pemaksa (coercion). Agama punya
dakwah, ulama, dll yang berikaitan dengan agama, sedangkan negara punya birokrasi,
pengadilan, dan tentara. Agama dapat mempengaruhi jalannnya sejarah melalui kesadaran
bersama (collective conscience), sedangkan negara mempengaruhi sejarah dengan keputusan,
kekuasaan, dan perang. Agama merupakan kekuatan dari dalam, sedangkan negara adalah
kekuatan dari luar.

Hukum Islam sendiri bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadis dan kitab-kitab fiqih ulama yang
mengkaji tentang  ibadah (hubungan manusia dengan Allah) dan fiqih muamalah (hubungan
manusia dengan manusia). hukum barat sendiri terbagi menjadi tiga sumber, yaitu sumber
pengenalan, sumber isi dan sumber pengikat. Pengenalan bersumber dari peraturan
perundang-undangan sejak zaman kolonial. Isi bersumber dari kemauan pembentukan
undang-undang di negara Belanda di masa lalu. Sedangkan pengikat bersumber dari
kekuasaan negara yang membentuk undang-undang yang melalui aturan peralihan UUD 1945
yang kini dilanjutkan. Tujuan hukum Islam untuk melaksanakan perintah dan kehendak Allah
serta menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini mencakup aspek memelihara agama, jiwa, akal,
keturunan dan harta benda. Sedangkan tujuan hukum barat memiliki tujuan untuk tercapainya
keadilan dan kepastian hukum.

Anda mungkin juga menyukai