Pendahuluan
Salah satu pilar utama dalam rukun Islam adalah perintah zakat. Disebut
demikian karena perintah zakat bukan sekedar praktik ibadah yang memiliki dimensi
spiritual, tetapi juga sosial. Zakat merupakan ibadah dan kewajiban sosial bagi kaum
muslim yang kaya (Aghniyaa) ketika memnuhi nisaab (batas minimal) dan hawl
(waktu satu tahun). Secara sosiologis zakat bertujuan untuk memeratakan
kesejahteraan dari orang kaya kepada orang miskin secara adil dan mengubah
penerima zakat menjadi pembayar zakat. Oleh karena itu, jika zakat diterapkan dalam
format yang benar, selain dapat meningkatkan keimanan juga mendorong
pertumbuhan ekonomi secara luas.1
Gagasan untuk mengimplementasikan zakat dari semua hasil usaha yang
bernilai ekonomis, baik dari sektor jasa maupun profesi2 belum sepenuhnya diterima
1
Nik Mustapha, “Zakat in Malaysia Present and Future Status”, dalam Journal of Islamic
Economics, Volume 1, nomor 1 (September, 1987), 50.
2
Yusuf al-Qardawi menyebutkan istilah profesi dengan Kasb al-‘Amal wa al-Mihan al-
Hurrah. Kasb al-‘Amal adalah pekerjaan seseorang yang tunduk pada perseoan atau perseorangan
sepeti pegawai negeri, karyawan, wiraswasta, dengan menerima upah atau gaji. Sedangkan al-Mihan al
Hurrah, yaitu pekerjaan bebas tidak terikat pada orang lain atas kemampuan atau pemikiran yang
dilakukan untuk orang atau badan lain dengan menerima imbalan, seperti dokter, insinyur, advokat,
seniman, penjahit, tukang kayu, dan lain-lain. Sjechul Hadi Permono, Formula Zakat (Surabaya, Aulia
2005), 215.
Islam telah menegakkan tiga prinsip dasar sebagaimana diisyaratkan oleh ayat 60
surah At-Taubah, mengenai mustahiq zakat, seperti: dikemukakan ulama fiqih
kontemporer, Yusuf Al-Qardawi:
Jika potensi zakat umat Islam didayagunakan secara efektif dan profesional,
maka akan kita temukan suatu zaman seperti yang pernah terjadi pada masa Khalifah
3
Kompilasi Hukum Syariah Edisi Revisi (Bab Zakat)
4
Umar bin Abdul Aziz adalah Khalifah yang berkuasa dari tahun 717-720M (2-3 tahun) yang
berasal dari Bani Ummayah
5
Dalam masa kurang dari dua tahun, Umar bin Abdul Aziz telah berhasil memakmurkan
rakyatnya, melalui pendayagunaan zakat secara profesional. Kekhalifaan inilah yang begitu dikenal
yang dijalankan oleh beliau.
6
Data Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) 2018
7
Nisab adalah jumlah batasan kepemilikan harta seorang muslim selama satu tahun untuk
wajib mengeluarkan zakat. Haul secara bahasa merupakan bentuk mufrad dari kata “hu’uulun” dan
ahwalun yang mempunyai makna sama dengan “as-sanah” yang berarti setahun.
8
Dewan raharjo (1942) terkenal sebagai ekonomi islam dan tokoh agama yang telah menulis
banyak buku-buku baik tentang ekonomi maupun islam
Penutup
Pendistribusian zakat selama ini pada umumnya terfokus pada mustahiq yang
cendrung bersifat konsumtif, hanya sekedar memenuhi kebutuhan pada saat tertentu.
Dengan begitu, untuk selanjutnya mereka menjadi miskin kembali. Setiap tahun fakir
miskin, bukan semakin berkurang, bahkan semakin bertambah dalam antrian panjang
para penerima zakat. Kalau kondisi ini dibiarkan, maka ummat islam tidak dapat
menyelesaikan problema ekonomi ummatnya. Oleh sebab itu, diperlukan strategi
pendayagunaan zakat secara efektif yaitu sistem mendistribusikan zakat yang
berorientasi produktifitas. Cara yang ditempuh adalah memberikan bagian zakat pada
mustahiq untuk seumur hidupnya, yang pada gilirannya ia tidak lagi menjadi
mustahiq, tetapi meningkat menjadi muzakki. Sistem pendayagunaan dapat ditempuh
dengan jalan:
1. Zakat yang terkumpul dapat didayagunakan untuk mustahiq zakat sesuai
dengan ketentuan syar’i.
2. Zakat yang terkumpul dapat didayagunakan sesuai dengan skala perioritas
kebutuhan mustahiq dan dimanfaatkan untuk usia produktif.
3. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
a) Melakukan studi khalayak/analisis kebutuhan
b) Menetapkan jenis usaha produktif
c) Melakukan bimbingan dan penyuluhan
d) Mengadakan pemantauan, pengendalian dan pengawasan
e) Melakukan evaluasi secara komprehensif
Daftar Pustaka
9
Sesuai Undang-Undang Nomor 38 Pasal 18
10
Sesuai Undang-Undang Nomor 30 Pasal 20