Anda di halaman 1dari 11

Bagian pertama :

Pengenalan tentang Sosiologi

BAB 1.
MASALAH DAN CARA PANDANG SOSIOLOGI

1. Pendahuluan
Abad 21 ini, kita hidup ditengah merasuknya sejumlah kekhawatiran baru. Misalnya,
gempa yang beriringan dengan tsunami, banjir, kebakaran, kekurangan pangan, angin
kencang, gelombang tinggi dan perubahan iklim. Ikutannya adalah, pindahnya penduduk,
perubahan sosial, harga yang mahal dan perubahan perubahan teknis lain. Kemudian,
pengaruh teknologi pada lingkungan serta perusakan hutan. Lalu munculnya jenis
tumbuh-tumbuhan dan ternak baru, disamping lenyapnya sejumlah varitas lama. Lagi
pula, ada pertambahan jumlah penduduk dan migrasi dengan segala sesuatu ’layanan’
buat pemenuhan kebutuhan mereka.

Sekalipun begitu, tetap masih ada cahaya dan harapan buat masa depan. Kita perlu upaya
dan persiapan untuk menghadapi masa mendatang yang lebih baik dan sejahtera. Ikhtiar
ini, tentu tanpa kebencian dan dendam menatap masa lalu. Kenapa kondisi kehidupan
begitu berbeda ?. Kenapa hidup selalu berubah, dan apakah arahnya perlu kita cermati ?.
Sejatinya manusia memang butuh alat guna menentukan nilai nilai dan maksud serta
tujuan kehidupan itu sendiri. Sejumput petunjuk niscaya perlu kepada sesuatu yang
berbasis pengetahuan, bukan berangkat dari dugaan dan rekaan. Semua penelusuran ini
berujung pada sosiologi. Sebab sosiologi, menurut Giddens (1991), adalah;

‘…the study of human social life, groups and societies. It is a dazzling and compelling
enterprise, having as its subject-matter our own behavior as social beings. The scope of
sociology is extremely wide, ranging from the analysis of passing encounters between
individuals in the street up to investigation of global social process’ (p.8). Sosiologi
ialah,…pelajaran tentang kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat. Ia
sesuatu yang menarik dan menggiurkan, karena materinya adalah prilaku kita sendiri
sebagai makhluk sosial. Ruang lingkup sosiologi amat luas, mulai dari analisa orang
yang tengah berada dijalanan, sampai penyeledikan proses sosial yang mendunia (hal.8).

1
Cermati pula teladan dari al Quran, surat Maryam (Q; 19:42). Ingatlah ketika ia (Ibrahim)
berucap pada ayahnya; "Hai ayahku, mengapa kau sembah sesuatu yang tiada mendengar,
tiada melihat dan tiada dapat memberimu manfaat sedikitpun?. (Q; 19:43) Hai ayahku,
telah datang kepadaku ilmu pengetahuan yang tiada datang kepadamu, maka ikutilah
aku, niscaya aku akan menunjukimu jalan yang lurus dan lempang. Nah, dalam interaksi
sosial antara ayah (generasi tua) dan anak (generasi muda), memang kerap ada
pandangan yang menempatkan anak lebih dangkal pengetahuannya.

Namun, pandangan semacam itu perlu koreksi. Simak misalnya, ‘hati hati diatas, ketika
yang dibawah akan menghimpit’. Sebuah dialektika berfikir sosial budaya Minangkabau.
Ujar-ujaran ini terkait dengan proses alami kaderisasi sumberdaya manusia, ketika
generasi tua bakal tergantikan oleh generasi muda. Sebab, pengetahuan mengalami
perkembangan. Apalagi pengetahuan tersebut berasal dan dapat pengesahan Tuhan (Baig,
2006). Semua ini, kiranya berimplikasi pada proses kehidupan yang lebih baik . Dengan
begitu masalah dan cara pandang sosiologi adalah bagian penting dari upaya untuk
mewujudkan kehidupan kemasyarakatan yang lebih baik itu.

2. Tujuan dan ukuran sukses


Bagian pertama ini bertujuan untuk mengenalkan sosok dan posisi sosiologi kepada
mahasiswa. Caranya melalui penyuguhan persoalan yang relevan dengan tindakan dan
pengaruh prilaku manusia, serta strukturnya. Kemudian membekali mahasiswa dengan
perspektif atau cara pandang menatap sosiologi itu sendiri. Sehingga tumbuh pemahaman
dan kesadaran akan adanya manfaat sosiologi bagi pengembangan usaha peternakan
khususnya. Dan kegiatan pembangunan pertanian, perkotaan, pedesaan serta kehidupan
masyarakat pada umumnya.

3. Menu utama
3.1. Teladan persoalan sosiologi
Cinta dan perkawinan. Kenapa orang jatuh cinta yang berujung ke jenjang pernikahan ?.
Jawabnya biasa kok !. Orang memang mempunyai emosi dan sentimen untuk jatuh cinta.
Padahal, sudah barang tentu beberapa aspek menjadi dalih buat menikah. Untuk meraih

2
rumah tangga sakinah dan berkah. Mendapatkan keturunan dan anak saleh, yang bisa
memperpanjang deretan pahala buat orang tua. Sekalipun mereka telah tiada. Merapatkan
hubungan keluarga dan menjaga nama. Guna mendapatkan akses kepada sumberdaya
berupa kuasa dan harta benda.

Dalam cara pandang ini, sosiologi berperan untuk menjawab secara lebih luas, kenapa
kita manusia bertindak semacam itu. Simak contohnya, persiapan pernikahan. Pemuda
dari budaya pantai Sumatera Barat, seperti Pariaman, perlu kiat berupa ’uang jemputan’
untuk mengkonfirmasi dan menindaklanjuti prosesi pernikahan. Begitu pula ’anak dara’
dari daratan 50 Kota yang justru perlu mendapat uang ’pengisi sesudut kamar’ dari pihak
lelaki. Lalu, kebiasaan prilaku sosial ini jelas bertentangan dan saling bertolak belakang.
Bagaimana kalau marapulai dari Pariaman dan anak dara dari 50 Kota ?. Maka, sosiologi
merupakan wahana mencari solusinya.

Kesehatan dan penyakit. Tidak semua orang berpendapat bahwa sakit adalah gangguan
pada tubuh dan fisik manusia. Malahan, sakit bertali temali dengan aspek sosial budaya.
Misalnya pekerjaan setan iblis, melalui jampi jampi dan permintaan pada paranormal.
Memang, ada pandangan sosial mengemukakan bahwa prilaku manusia menyebabkan
bagian terbesar penyakit. Prilaku makan contohnya. Kekurangan makan membawa pada
badan lemah, kurang gizi, kurus, dan mudah mengundang penyakit. Lalu, kelebihan
makan berpeluang mendatangkan obesitas. Sekali lagi sosiologi memainkan peran.

Dengan demikian, sosiologi mencermati sejumlah faktor faktor sosial yang saling terkait,
misalnya pada kasus diatas. Pemahaman pada aspek yang berliku, rumit dan sekaligus
mencerminkan kehidupan serta pengalaman sosial ini merupakan dasar dasar sosiologi.
Sosiologi memusatkan perhatian buat interaksi kehidupan sosial ditengah masyarakat
yang senantiasa berubah. Perubahan itu kian hari semakin deras. Begitu pula perubahan
masyarakat pedesaan dan pertanian yang mulanya memakai cara cara sederhana. Entah
bibit, pupuk, alat alat dan sarana angkutan. Kemudian kemajuan dan penerapan teknologi,
serta merta langsung mentransformasikan kehidupan sosial masyarakat kita.

3
Kehidupan masyarakat memang berubah kencang. Setengah abad lalu, Indonesia masih
menempatkan lebih 80 % penduduknya dipedesaan. Mereka terdiri dari masyarakat desa
kecil dan terpencil. Sumber mata pencarian berlangsung secara subsisten. Kini, terjadi
pergeseran kehidupan penduduk dari pedesaan menuju kota. Begitu pula mata pencarian,
usaha berlangsung secara komersil.

Begitulah, sosiologi melibatkan upaya memahami pengetahuan mengenai diri kita sendiri,
tempat kita hidup dan bermasyarakat dalam dimensi waktu dan lokasi. Temuan sosiologis
menyumbang sekaligus mengganggu terhadap kepercayaan umum atau kebiasaan yang
melekat kepada kita. Misalnya, ‘pada kebanyakan masyarakat memberikan nilai kepada
kesejahteraan materil ketimbang immaterial dan terus berusaha mengejarnya sepanjang
ada kesempatan’. Namun ada pula masyarakat yang justru lebih menghargai ‘nilai nilai
agama’ ketimbang materi belaka.

Simak misalnya ucapan Amartya Sen, saat menerima hadiah nobel tahun 1998, mengenai
konsep pembangunan, ‘bersama perjalanan waktu manusia perlu meraih perbaikan
kesejahteraan dengan tersedianya pilihan yang lebih banyak dan itu semua, tidak hanya
dari aspek material belaka’. Sebab pembangunan adalah proses membuka ruang yang
lebih bebas dan mensejahterakan. "Human development, as an approach, is concerned
with what I take to be the basic development idea: namely, advancing the richness of
human life, rather than the richness of the economy in which human beings live, which is
only a part of it." Dengan realitas tersebut, tidak berarti sosiologi bertentangan secara
diametral pada kebiasaan umum. Malah justru kebiasaan kerap menjadi sumber rujukan
prilaku sosial. Hanya saja ahli sosiologi perlu mempertanyakan kepercayaan itu ‘apakah
ini sebenarnya, memang seperti ini ?’.

3.2. Pertanyaan sosiologi; fakta, perbandingan, perkembangan dan teori.


Apakah ini sebenarnya, memang seperti ini ?, merupakan wakil dari sejumlah tanya yang
tersedia dalam khasanah cara pandang sosiologi. Padahal, pertanyaan pertanyaan

4
sosiologi bertalian dengan empat lokus; fakta, perbandingan, perkembangan dan teori
(Giddens, 1991).

Pertanyaan fakta. Sebagai anggota masyarakat kita memiliki pengetahuan tentang fakta.
Fakta ini merupakan jawaban untuk pertanyaan ahli sosial. Misalnya, pencurian ternak
marak menjelang bulan puasa. Umumnya masyarakat mengetahui bahwa mencuri ternak
bakal mendapat hukuman. Sekalipun pengetahuan mereka tidak lengkap. Bagaimana
sistem hukumnya, apa watak aktivitas kejahatannya. Lalu pasal berapa yang dilanggar.
Disinilah sosiologi perlu penyeledikan sistematis. Apa tipe kejahatannya, berapa yang
ditangkap polisi, dan berapa yang berakhir dengan masuk penjara. Atau sebaliknya,
apakah kasus pencurian selesai tanpa tahu informasi akhirnya. Kendati, ada juga yang
keliru, bahwa menganggap pertanyaan fakta mudah dan tidak rumit. Padahal justru sulit
memaknai, apakah fakta jumlah pencurian mencerminkan tingkat kejahatan ril yang
sebenarnya ?.

Pertanyaan perbandingan. Fakta saja tidak cukup jitu membantu kita memahami suatu
persoalan kemasyarakatan, kecuali gambaran umum. Kerap ahli sosial mempertanyakan
soal pembandingan sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Atau bisa juga
justru mempertentangkan satu sama lain dari masyarakat yang berbeda. Misalnya beda
nyata antara sistem kekerabatan dan warisan Minangkabau dengan budaya Mandahiling
atau Jawa. Lalu, bagaimana hukum positif negara bisa menfasilitasi dan mencari solusi
sengketa antara dua budaya itu ?.

Pertanyaan perkembangan. Ketika mencermati suatu masyarakat para ahli tidak hanya
ingin menyaksikan potret kondisi saat ini saja. Mereka hendak membandingkan antara
potret masa lalu dan kekinian sebuah masyarakat. Disinilah ahli sosial mengajukan soal
perkembangan. Untuk mengerti watak masyarakat maju, kita perlu menengok bentuknya
sejak saat awal. Lantas, kemana arah perubahan masyarakat yang telah berlangsung. Jadi
kita bisa menyelidiki proses – sebelum dan sesudah – nya, yang menyuguhkan profil utuh
perkembangan masyarakat. Misalnya sebelum dan sesudah pencurian ternak, pelanggaran
batas hak ulayat, dll.

5
Pertanyaan teoritis. Pertanyaan fakta memberi data empiris tentang bagaimana sesuatu
bisa terjadi. Hanya saja ahli ingin pula ’kenapa’ sesuatu berjalan. Ini memerlukan tanya
tentang teori, yang membuka peluang untuk memaknai dengan tepat fokus penelitian.
Misalnya tentang kemajuan. Apa asal usulnya kemajuan dan keadaan awal semacam apa
yang mendorong kemajuan sebuah masyarakat. Kenapa kemajuan masyarakat terkait erat
dengan perubahan model hukuman pada kejahatan atau sistem kekeluargaan ?. Menjawab
persoalan diatas, kita mesti mengembangkan pemikiran teoritis. Teori ialah konstruksi
abstrak dan sebuah pemaknaan yang mampu menerangkan situasi empiris yang luas.
Sehingga pertanyaan faktual dan teoritis tidak bisa terpisah. Ia saling melengkapi, sebab
pendekatan pengembangan teori yang sahih dan mantap hanya bisa terbukti dengan alat
studi empiris. Kendatipun begitu, makna teori prilaku manusia bisa juga keliru. Karena
ada dampak prilaku yang sesuai rencana semula dan malah ada pula yang tidak terduga
sebelumnya.

3.3. Dampak tindak prilaku manusia: terencana atau tak terduga.


Ahli sosiologi mencermati perbedaan penting akibat dari prilaku kita yang terencana dan
tak terduga sama sekali. Maksud kita melakukan sesuatu, tapi berlain dengan hasil yang
sebenarnya. Misalnya lembaga pemasyarakatan. Tujuannya mendidik pelaku kejahatan
meninggalkan prilaku semula. Tapi apa lacur, begitu keluar bui, mereka malah ada yang
justru kian ahli saja menjalankan kejahatan.

Contoh lain, adalah lembaga sekolah. Bersekolah tujuannya menimba pengetahuan dan
keterampilan yang menjadi bekal untuk memasuki pasar kerja. Atau malah, mampu
menciptakan lapangan kerja baru. Dampak tak terduga adalah tercerabutnya mereka dari
lingkungan kehidupan sesungguhnya. Lulusan itu memandang bahwa bekerja tidak cocok
lagi dengan status kesarjanaan mereka. Bukannya melahirkan tenaga trampil, bersekolah
meluluskan tenaga yang selektif dan memilih milih pekerjaan. Pada gilirannya kondisi ini
menghasilkan para pengangguran. Lagi pula, kelangkaan peluang dan ketatnya kompetisi
melempar mereka lebih cepat menjadi tenaga pengangguran itu. Dilain pihak asal usul
mereka dari pekerjaan berbasis pertanian tidak lagi menawarkan daya tarik tinggi.

6
Dengan demikian, perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan sosial mesti dipahami
ditengah kerangka berbaurnya antara tujuan terencana dengan hasil tak terduga daripada
prilaku manusia. Ahli sosiologi mempunyai tugas mencermati keseimbangan antara
reproduksi sosial dan transformasi. Reproduksi adalah bagaimana masyarakat
berupaya senantiasa melanjutkan kebiasaan mereka. Semacam adat yang tidak lekang
karena panas dan tidak lapuk karena hujan. Apalagi adat itu bersendi syarak dan syarak
bersendi kitabullah. Reproduksi sosial berlangsung karena adanya kesinambungan dari
apa yang dilakukan penduduk dari hari ke hari, tahun ke tahun dalam praktek sosial.

Sedangkan transformasi adalah perubahan itu sendiri. Masyarakat tidaklah sesuatu yang
mekanistis seperti jarum jam berputar dan selalu begitu. Perubahan terjadi karena mereka
ingin melakukannya. Lagi pula lantaran tidak mereka sengaja, lalu terjadilah apa yang
tidak terduga tersebut.

Begitulah, sosiologi bisa menyajikan gambaran utuh masyarakat tempat kita hidup
dan bermukim. Kita cenderung berfikir sangat mengerti tentang tindakan yang tengah
terjadi. Tanpa harus ada ahli sosiologi memberitahukannya. Untuk tingkat tertentu,
memang bisa. Banyak kerja sehari hari berlangsung lantaran kita mengetahui peran
kaidah sosialnya. Tapi pengetahuan kita itu ada batasnya. Disinilah tugas utama sosiologi.
Telaahan sosiologi membantu mengenali batasan justifikasi sosial dan sekaligus memberi
umpan balik buat pengetahuan kita mengenai lingkungan sosial. Kemudian, kendati kita
paham tentang apa dan kenapa kita bertindak, kerap kita tidak menyadari konsekwensi
tindakan. Dampak tidak nampak, tidak terduga dan tidak diinginkan dari tindakan kita
justru mempengaruhi semua aspek kehidupan sosial. Lagi, analisa sosial menjembatani
antara ranah terencana dan tak terduga dari dunia sosial kita.

Konsep yang membantu pemahaman mengenai hubungan sosial satu sama lain ini adalah
struktur sosial. Lingkungan sosial tidak hanya terdiri dari pemilahan secara acak dari
kejadian dan peristiwa. Disana lahir kebiasaan dan pola bagaimana masyarakat
berprilaku dan berhubungan sesamanya. Kepada kebiasaan inilah struktur sosial mengacu.
Struktur sosial merupakan buah dari tindakan dan hubungan antar manusia. Yang

7
menyusun pola adalah ’pengulangan’nya selama priode tertentu. Jadi gagasan reproduksi
dan struktur sosial sangat erat hubungannnya dalam analisa sosiologi. Seperti bangunan,
masyarakat tiap saat selalu direkonstruksi oleh masing masing unsur yang membentuknya.

Belajar berfikir secara sosiologis – atau cara pandang sosiologis - bermakna mengolah
kekuatan imajinasi kita. Sebab sosiologi tidaklah sekedar proses rutin menemukan
pengetahuan. Ahli sosial mesti bisa menjaga jarak dengan lingkungan sosialnya.
Sehingga imajinasi sosial membutuhkan kecakapan memikirkan diri sendiri dari sisi luar
kebiasaan rutin kehidupan sehari hari, agar mampu menyaksikan kebaruannya (Giddens,
1991).

Dagang sapi, misalnya. Dagang sapi tidak sekedar memuaskan kebutuhan transaksi jual
beli dari peternak saja. Dari sisi sosial, dagang sapi memiliki nilai simbolis dalam ritual
kehidupan sehari hari. Ritual ini sering lebih seronok ketimbang tindakan dagang sapinya
sendiri. Istilah dagang sapi mencerminkan transaksi sosial ekonomi yang tertutup. Ada
agenda dan informasi tersembunyi yang tidak boleh pihak lain mengetahuinya. Lagi pula
dagang sapi menghasilkan hubungan sosial ekonomi yang elitis dan sulit ditembus.
Proses ini tidak memberdayakan sebagian besar masyarakat peternak.

Kini, ketika dagang sapi sudah ditambahi kata ’politik’, interaksi sosial ini merambah
kedalam gedung dewan perwakilan rakyat. Proses dan interaksi panjang yang terjadi
dengan lika likunya, disederhanakan dengan politik dagang sapi. Tujuannya untuk
memudahkan pemahaman. Politik tarik ulur dan tawar menawar kepentingan para pihak
terkait ini merupakan lahan ahli sosial untuk menjelaskannya.

Mengembangkan imajinasi sosiologis sebagai cara pandang sosial perlu menggunakan


bahan dari anthropologi (ilmu masyarakat tradisionil), kemudian sejarah dan sosiologi itu
sendiri. Anthropologi menyumbang aspek rentetan bentuk bentuk kehidupan sosial yang
telah berlangsung. Sejarah menyuguhkan perbandingan kehidupan hari gini dengan masa
lalu. Sehingga kita bisa membuat perbandingan; kelebihan dan kekurangannya. Dengan
semua peralatan itu, imajinasi bisa memperkirakan kemungkinan masa depan. Sosiologi

8
tidak hanya membantu menganalisa kekinian persoalan masyarakat, tetapi juga membuka
peluang menatap masa datang.

Untuk tujuan semacam itu, sosiologi tidak serta merta memakai pendekatan ilmu eksakta,
yang kerap disebut positivism. Sosiologi – lantaran sifat dan kegiatannya – lebih
prioritas dengan ’pemaknaan’ buat masyarakat itu sendiri. Sehingga sering keperluan
penyelidikan sosiologi mendapat ketajaman dari perdebatan para ahli. Misalnya ketika
seseorang hendak menyetop mobil penumpang umum menggunakan tangan kiri didalam
budaya Sumatera Barat. Bandingkan dengan prilaku yang sama di Jakarta atau daerah
lain. Maka, efek yang terjadi di Sumatera Barat berupa penolakan memberhentikan mobil
dan caci maki dari sang sopir. Padahal peristiwa itu tidak masuk dalam logika ekonomi
kita. Khususnya menyiasati setoran yang mesti tercapai untuk hari itu. Nyatanya sopir
justru menolak, karena memaknai tangan kiri sebagai kurang ajar dan memandang remeh.
Disini objektifitas teruji melalui proses perdebatan tersebut diatas. Sehingga tidak ada
monopoli kebenaran dari seorang ahli sosial. Lagi pula, pertanyaan yang sama buat
responden yang sama, - ketika diulang - akan bisa menghasilkan jawaban berbeda,
bukan ?. Lantas, apa saja manfaat belajar sosiologi ?.

3.4. Manfaat sosiologi


Praktisnya sosiologi memberikan beberapa manfaat kepada kehidupan kita; mulai dari
mengerti situasi sosial, menyadari perbedaan budaya, mencermati pengaruh kebijakan,
dan memperbaiki pengetahuan sendiri.

Mengerti situasi sosial. Ia beranjak dari beragamnya keperluan praktis dari sosiologi.
Misalnya pembuatan kebijakan dan reformasi sosial dalam semangat memberi pengertian
yang lebih jelas dan memadai tentang situasi sosial yang tengah berjalan. Pasar, misalnya.
Nusyirwan Effendi (2010) mengutip Hefner (1998) mengungkap tiga unsur kebudayaan
pasar; (a) moral ekonomi, (b) kebijakan dan (c) transformasi sosial. Kemudian fakta
tentang kemiskinan. Sosiologi memaknai fakta kemiskinan dalam upaya mengatasinya.
Kian mengerti kita mengapa kemiskinan meluas, kiranya kian sukses upaya penerapan
kebijakan menyelesaikannya.

9
Menyadari perbedaan budaya. Sosiologi juga melebarkan pandangan kita tentang
budaya yang berbeda. Kesadaran perbedaan budaya memberi pemahaman pada prejudice
– bias, diskriminasi dan tidak toleran – suatu masyarakat. Kebijakan praktis adalah tanpa
pemahaman perbedaan ini, keberhasilan kegiatan pembangunan menjadi mahal. Sehingga
pekerja sosial dan fasilitator penyuluhan perlu memahami budaya dan mengembangkan
sensitifitas – daya tanggap dan respek - terhadap perbedaan budaya itu.

Mencermati pengaruh kebijakan. Sosiologi bisa memberikan implikasi praktis dalam


menilai hasil satu kebijakan. Pengembangan bangunan toko yang mengutamakan jumlah
ruang ketimbang peluang terjadinya transaksi jual beli yang nyaman, membuat pedagang
dan pembeli tidak melakukan kegiatan. Kalaupun ada awal yang baik, letak ruang toko
tidak bertahan lama. Begitu pula bangunan terminal. Bila tidak memperhatikan dimensi
sosial ekonomi, bangunan fisik bertahan tanpa digunakan. Realitanya ada dilapangan,
tapi sumbu persoalan terletak pada perumusan dan penerapan kebijakan.

Memperbaiki pengetahuan. Sosiologi memperkaya pemahaman kita tentang kelompok


masyarakat. Semakin mengetahui situasi lingkungan sosial, kian mampu kita menata
perubahan yang tengah berlangsung. Kelompok tani ternak yang sadar dan solid bisa
mempengaruhi kebijakan guna keuntungan mereka. Pemberdayaan masyarakat melalui
kesadaran kelompok bisa lebih cepat terselenggara.

4. Kesimpulan dan ringkasan


 Sosiologi merupakan ilmu sistematis tentang masyarakat dan manusia sebagai
upaya memahami perubahan dan kesinambungan yang terjadi. Perpindahan
penduduk kekota, perubahan cara bertani dan beternak serta tipe sistem politik
pemerintahan merupakan contoh kemajuan sosial. Perubahan tidak hanya berskala
besar. Tata cara pernikahan, hukuman dan kesempatan ekonomi juga menjadi
perhatian.
 Ahli sosiologi mengajukan empat pertanyaan mencermati jawaban sistematis
melalui penelitian sosial; pertanyaan fakta, perbandingan, perkembangan dan

10
teoritis. Meskipun tindak prilaku sosial mendatangkan hasil yang sesuai rencana
atau tak terduga.
 Praktisnya sosiologi melibatkan kemampuan berfikir secara imajinatif dalam
mencermati prilaku seseorang sehubungan dengan interaksi sosial. Untuk itu
sosiologi memiliki hubungan erat dengan sejarah dan anthropologi.
 Sosiologi bisa menjemput pengalaman masyarakat masa lalu sebagai bahan
pelajaran untuk memahami masyarakat masa kini dan mendatang. Disamping juga
memperkaya tingkat sensitifitas budaya mencermati kebijakan dan implikasinya.
Kemudian untuk uapaya merapatkan ketangguhan anggota kelompok dalam
melanjutkan atau merubah satu program dan kegiatan.

5. Pertanyaan
a. Apa pengertian sosiologi dan apa saja teladan masalah yang membutuhkan
bantuan sosiologi.
b. Apa saja bentuk pertanyaan pertanyaan sosiologi yang juga mencerminkan cara
pandang menatap ilmu ini.
c. Apa semua tindak prilaku sosial sesuai dengan tujuan semula. Jelaskan dengan
contoh.
d. Bagaimana menjelaskan konsep reproduksi dan transformasi sosial serta kekuatan
imajinasi dalam konteks sosiologi.
e. Apa saja manfaat memahami sosiologi buat pembangunan pertanian dan pedesaan.

6. Daftar bacaan
Baig, Khalid. 2006. First things First. For Inquiring Minds and Yearning Hearts. Open
Mind Press. California.

Effendi, Nusyirwan. 2010. Fenomena Pasar Raya. Padang Ekspres. Sabtu 12-2-2010.

Giddens, Anthony. 1991. Sociology. Polity Press. Cambridge.

Salawu, J. 2008. Introduction to Agricultural Extension and Rural Sociology. National


Open University of Nigeria. Headquarters,14/16 Ahmadu Bello Way Victoria Island.
Lagos.

11

Anda mungkin juga menyukai