Anda di halaman 1dari 23

RINGKASAN BUKU INTELEKTUAL

BAB I : PENDAHULUAN

Secara etimologi, istilah filsafat terdiri dari dua kata; philos berarti kekasih, philia
berarti persahabatan, tertarik kepada; dan sophos berarti kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi. Dari arti kata itu, filsafat berkembang menjadi
beberapa definisi. Pertama, filsafat sebagai upaya spekulatif menyajikan suatu pandangan
sistematik dan lengkap tentang realitas. Kedua, upaya melukiskan hakikat realitas akhir dan
yang dasar serta nyata. Ketiga, upaya menentukan batas dan jangkauan pengetahuan, sumber,
hakikat, keabsahan, dan nilainya. Keempat, suatu penyelidikan kritis atas pengandaian-
pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan berbagai bidang pengetahuan.
Kelima, sebagai ilmu yang berupaya membantu melihat apa yang anda katakan dan
mengatakan apa yang anda lihat. Banyak definisi filsafat yang disampaikan oleh para ahli dan
itu menandakan bahwa telah meluasnya jangkauan filsafat.

Filsafat memiliki cabang yang secara khusus menjawab pertanyaan terfokus.


Misalnya, persoalan substansi terdalam struktur realitas menjadi kajian Metafisika. Mengenai
hakikat pengetahuan, sumber, dasar, dan kebenaran pengatahuan menjadi kajian
Epistemologi. Pembahsan yang mengarah pada masalah hakikat nilai, ukuran kebermaknaan
sesuatu menjadi kajian Aksiologi. Ketiga kajian tersebut menjadi kajian utama dalam filsafat,
namun masih banyak lagi ilmu filsafat pada cabang-cabang khusus. Pada dasarnya, setiap
cabang memiliki objek materialnya masing-masing. Filsafat bertugas mengkontruksi
bangunan ilmu pada wilayah sesuatu yang tidak dijangkau empiris.

Banyak pengertian ilmu yang dikemukakan oleh para ahli yang dikemukakan dalam
buku ini, adapun orang awam memahami ilmu pengathuan yaitu teknologi karena teknologi
telah membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Filsafat ilmu bermaksud menggali dan
menjernihkan permasalahan. Dalam buku ini filsafat ilmu diartikan menelaah secara filosofis
ilmu pengetahuan secara keseluruhan. Disini maksudnya ialah menelaah persoalan ilmu
secara umum, tidak terfokus pada satu bidang saja.

Filsafat ilmu adalah suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan
(refleksi lanjutan), tujuannya ialah mengarahkan metode penyelidikan ilmiah kejuruan pada
penyelengaraan kegiatan ilmiah, menerapkan penyelidikan kefilsafatan atas kegiatan ilmiah.
Filsafat ilmu ingin melihat hubungan objek penelitian dan metode yang dipakai, antara
masalah yang hendak dipecahkan dengan tujuan penyelidikan ilmiah, dan seterusnya. Oleh
karena itu, objek bahasan filsafat ilmu ialah seluk beluk masalah yang ada dalam ilmu,
kemudian implikasi ilmu pada kehidupan manusia. Manfaat dari filsafat ilmu ini diantaranya:

1. Untuk menganalisis secara menyeluruh segala bentuk penyelengaraan ilmiah dalam


mengusahakan ilmu.
2. Filsafat dapat digunakan menganalisis metode, teori, dan produk sains seperti
teknologi.
3. Untuk mengkritisi dan mengarahkan orientasi ilmu pengetahuan bagi kepentingan
kehidupan manusia.
4. Filsafat ilmu dapat menganalisis dan memberikan pemahaman sejarah perkembangan
ilmu.
5. Menelusuri implikasi ilmu atas sosio-budaya, ideologi, politik, dan worldview dalam
kehidupan manusia.

BAB 2 : SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

Banyak orang yang berasumsi bahwa “filsafat itu induk dari segala ilmu”. Pendapat
ini tidak salah sepenuhnya, karena bila ditafsirkan, pertumbuhan ilmu itu bermula dari
kegiatan berfilsafat. Para filosof merintis kegiatan ilmiah dalam bentuk filsafat mencari
hakikat realitas. Di masa-masa berikutnya, usaha ini semakin kompleks dan memantapkan
diri sebagai kegiatan yang bisa diandalkan dalam menjelaskan keberadaan alam semesta.
Akhrinya kegiatan ilmiah pun berkembang menjadi beberapa bidang ilmu yang memisahkan
diri dari kegiatan berfilsafat. Kegiatan berfilsafat ini pertama berkembang di wilayah Yunani,
dan berkembang dengan didorong oleh tiga faktor. Faktor pendorong berkembangnya filsafat
yaitu:

1. Meluasnya mitos-mitos dalam menjelaskan alam semesta. Orang Yunani berusaha


menyusun mitos dalam cerita rakyat menjadi keseluruhan yang sistematis. Melalui
mitos-mitos itu mereka memberikan makna terhadap keberadaan alam semesta,
keberadaan mitos itu lalu diganti oleh pemikiran filosofis.
2. Terjadi kemajuan dalam kesusatraan meliputi amsal, teka-teki dan dongeng.
Kegunaan kesusasteraan kala itu ialah nilai edukasinya membina masyarakat.
3. Pengaruh perkembangan ilmu yang bersifat praktis di luar wilayah Yunani, seperti
Mesir dan Babylonia. Orang Yunani mengolah unsur ilmu yang bersifat praktis itu
dengan cara baru.
Seiring dengan kemajuan budaya, sebagian kecil orang-orang Yunani merasa tidak
puas mengenai mitos dalam menjelaskan kejadian alam semesta. Pertentangan antara mitos
dan logos pun terjadi. Terdapat beberapa filosof yang menjelaskan kejadian dialam semesta
yaitu, Thales (625-545 s.M), Anaximandros (610-540 s.M), Anaximenes (538-480 s.M),
Phytagoras (580-500 s.M) Xeophanes (570-480 s.M), Herakloites (540-475 s.M), Parmenides
(540-475 s.M). Mulai dari Thales sampai pada Parmenides yang ditekankan yaitu bahwa
kenyataan seluruhnya bersifat satu anasir. Para filosof berikutnya melihat adanya kejamakan,
mereka berpendapat bahwa kenyataan seluruhnya terdiri dari banyak asa atau unsur. Filosof
yang menganut kejamakan yaitu Empedokles (492-432 s.M), Anaxagoras (499-420 s.M),
Demokritos (460-370 s.M).

Babak baru aktivitas erfilsafat dimulai saat kaum Sophis meragukan kebenaran
pendapat yang diajukan para filosof. Selain itu, perhatian dan penyelidikan para filosof
beralih dari alam menuju manusia. Ciri ajaran Sophis ialah: (1) mereka menilai bahwa
manusia menjadi ukuran dari segalanya, (2) lebih mengandalkan retorika daripada mencari
kebenaran hakiki, (3) bersikap skeptis terhadap kemampuan manusia meraih pengetahuan
yang benar. Sokrateslah filosof paling keras yang menentang ajaran Sophis. Ia memakai
metode dialektika untuk melawan pandangan-pandangan kaum Sophis. Sokrates yakin setiap
orang memiliki pemahaman sejati yang tersembunyi dalam jiwa masing-masing. Ia berkelana
di jalanan kota untuk mengajarkan orang-orang dan Athena berniat membantu Sokrates
dengan mengajarkan setiap orang yang ditemuinya ( dialektika tekhne), namun usahanya
berakhir di pengadilan Negara Polis Yunani karena dianggap telah meracuni pikiran generasi
muda masa itu.

Metode dialektika Sokrates ini diperluas oleh muridnya Plato. Plato juga mengambil
inspirasi dari kaum Sophis. Untuk menyelesaikan masalah ini, Plato mengidentifikasi setiap
filosof yang berselisih dan menggabungkan kebenaran itu menjadi filsafat tunggal, asli
buatannya sendiri. Plato dikenal sebagai salah satu filosof pelebur konflii para filosof
sebelumnya. Dari berbagai sudut oandang maka terciptalah filsafat yang kaya keragaman,
kedalaman, dan keluasan. Metafisika Plato menyiratkan dualisme yaitu realitas jasmani yang
dibatasi ruang dan waktu, dan realitas ide. Aristoteles membuat konsep zat dan bentuk,
potensialisme dan aktualitas sebagai prinsip penjelas bagi benda dan semua yang berubah. Ia
berperan besar dalam pengembangan ilmu, ia merupakan filosof ilmu yang pertama. Setiap
peran filosof menandai suatu proses kemajuan ilmu. Berkat mereka maka kemudian lahirlah
ilmu filsafat, ilmu alam, ilmu sosial dan lainnya yang mengiringi perkembangan ilmu filsafat
termasuk ilmu ukur, geografi, astronomi, ilmu sejarah dan lainnya.

Kebebasan berpikir pada abad klasik di Yunani tidak terjadi lagi pada abad
pertengahan. Dikarenakan sikap politisi kalangan gereja, yang menyebabkan kurang lebih
dalam sepuluh tahun Konstantin besar memeluk agama kristen. Para ilmuan masa renaisance
memandang abad pertengahan menandakan terkung-kungnya akal pikiran manusia, orang
tidak bisa beripikir bebas seperti zaman Yunani. Menurut Sartono, ada tiga ciri khas budaya
klasik dibangun di Yunani. (1) orang Yunani menemukan menudia sebagai pribadi individu,
sehingga kebudayaan yang dibangun bernafaskan kebebasan, (2) orang Yunani
mengembangkan tradisi bebas yang kelak pada awal abad modern dihidupkan kembali, (3)
orang Yunani menyukai kenyataan dan keindahan.

Diantara ilmuan abad pertengahan ialah Robert Gronsseteste (1168-1253), Roger


Bacon (1214-1292), John Duns Scotus (1265-1308), William of Ackham (1280-1349),
Nicholas of Autrecourt ( 1300-1350). Gerakan intelektual yang membebaskan akal dari
dogma ini dimulai di Italia abad ke-16. Mereka mengambil inspirasi dari kesusatraan Yunani
dan Romawai lama. Hal itu semakin meluas dan dikenal dengan Renaissance atau
kebangkitan kembali zaman lama yang klasik. Persoalan yang sudah menjadi tema dan
pembicaraan oleh filosof terdahulu bangkit kembali dalam bentuk yang baru. Masalah yang
tetap dan berubah, dunia ide Plato dan logika Aristoteles menemukan lahannya dalam ilmu
modern dengan wajah baru.

Landasan peradaban Barat modern bertumu pada budaya Yunani dan Roma yang
digunakan sebagai acuan meneropong karakter keilmuan di abad modern. Jadi, Yunani dan
Roma mewariskan paham materialistik kepada peradaban Barat modern. Barat memegangnya
erat dan menjadikannya sebagai landasan pengembangan ilmu. Para perintis revolusi ilmiah
antara lain Nicolus Coppernicus (1473-1543), Johanes Kepler (1571-1626), Galileo Gallilei
(1564-1642), Fancis Bacon (1561-1626), Rene Descartes (1596-1650), dan Isaac Newton
(1642-1727). Rene Descartes dan Isaac Newton menyempurnakan revolusi ilmiah yang telah
dirintis para ilmuwan sebelumnya. Pada abad ke-20 lahirlah ilmuwan besar bernama Albert
Einstein. Penemuan abad ke-20 telah merubah cara pandang manusia melihat eksistensi
dirinya dan alam semesta. Penemuan tersebut snagat mempengaruhi manusia terutama dalam
menyusun norma-norma kehidupan.

BAB 3: Ilmu Dalam Perspektif Sejarah Islam


A. Pendahuluan

Rintangan yang dihadapi umat Islam dalam pengembangan Islam. Pertama, tantangan
utama Ira sosial etimologis dan westernisasi ilmu pengetahuan yang bersifat sekuler. Masih
banyak ilmuwan yang memandang bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai. Maka bebas nilai
di sini di Sulawesi kan bahwa ilmu pengetahuan itu betul-betul bebas dari segala macam
bentuk nilai. Dalam tradisi ilmiah barat, akal dan panca indra dijadikan sebagai kriteria
ukuran kebenaran dan sumber pengetahuan. Problem etimologi ini telah menjadi pembahasan
yang bersinambungan dikalangan ilmu ilmuwan barat. Para ilmuwan kusworini telah
berperan menetapkan landasan ilmu modern sekuler. Pandangan mereka yang berbentuk dari
worldview sains sekuler telah diikuti dan yakini banyak kalangan. Pendapat mereka tentang
ilmu telah dikaji dan dicerna dari generasi ke generasi. Kedua, bertemu dengan nabi harus di
alam syahadah. Mereka yang bertemu di alam gaib seperti bermimpi jumpa nabi tidak
dimasukkan sebagai sahabat.

B. Worldview Islam Sebagai Asas Ilmu

Secara umum worldview (pandangan hidup) sering diartikan sebagai filsafat hidup atau
prinsip hidup. Setiap orang, bangsa, kebudayaan peradaban Mempunyai worldview masing-
masing. Yang membedakan antara satu dan lainnya ialah atau faktor yang dominan, yang satu
soalnya lebih cenderung didominasi oleh budaya, yang lainnya tata nilai sosial, filsafat,
agama, kepercayaan dan lainnya. Sebagai sebuah sistem, worldview memiliki karakteristik
yang ditentukan oleh beberapa elemen yang menjadi alasan pokoknya. Seperti Tuhan, ilmu,
realistic, diri,etika, masyarakat. Worldview terbentuk karena adanya akumulasi pengetahuan
dalam pikiran seseorang, baik itu a prionari maupun a posttwrioti.

Secara sosiologis proses pembentukan worldview di masyarakat adalah kondisi berpikir


meskipun hal ini belum menjamin timbulnya tradisi intelektual dan penyebaran ilmu di
masyarakat. Untuk itu bangsa atau masyarakat memerlukan kerangka konsep keilmuan, yaitu
konsep musik ilmuwan yang dikembangkan oleh masyarakat secara ilmiah. Dengan demikian
maka q dapat dibagi menjadi natural dan transparan. Jika masyarakat cukup bijak maka ia
akan bereaksi, inilah yang diharapkan oleh si pemberi peringatan. Karena kekuatiran akan
berhadapan dengan galak. Akan tetapi jiwa lakukan justru mengatasi tulisan maka ia
menghabiskan waktu dengan yel-yel kondisi.
C. Komonitas dan Tradisi Keilmuan Islam

Untuk menelusuri jejak tradisi keilmuan Islam maka perlu merujuk ke dalam sejarah
pembentukan peradaban Islam paling awal. Menurut Hamid Fahmy, kelahiran ilmu
pengetahuan Islam di dari lahirnya worldview sementara kelahiran worldview Islam tidak
lepas dari Wahyu dan penjelasan nabi. Dengan demikian secara periodik urutannya sebagai
berikut yang pertama turunnya wahyu dan lahirnya worldview Islam, kedua adanya struktur
ilmu dalam al-quran dan hadits, dan ketiga lahirnya tradisi keilmuan Islam dan yang keempat
disiplin ilmu-ilmu Islam. Uraian di atas menjelaskan bahwa worldview yang terbentuk dari
hasil pemahaman atas Alquran dan hadis telah menjadi landasan dalam rambu bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam tradisi keilmuan di kalangan ilmuwan Islam. Dalam
sejarah Islam, aktivitas keilmuan itu dimulai dari nabi sebagai penerima penyampai Wahyu.
Nabi menerima Alquran dalam bahasa Arab dan beberapa di antaranya berbicara tentang
budaya saat itu, tapi Alquran tidak tunduk pada budaya, Alquran justru merombak budaya
Arab dan membangun pola pemikiran dan peradaban baru. Istilah-istilah yang dibawa
Alquran di dalam bahasa Arab tetapi membawa makna baru yang berbeda dari yang dipahami
masyarakat musyrik Arab.bahkan Allah pun datang dengan konsep yang disimbolkan dengan
istilah tertentu yang berbeda maknanya dari yang dipahami kaum jahiliyah ketika itu.

Dalam perjalanan sejarah Islam berikutnya, ketika nabi telah wafat, banyak kelereng
yang bermunculan. Ada yang tetap menjadikan Alquran sebagai acuan kebenaran tetapi ada
pula yang lebih mengedepankan akal. Hal ini karena di sebagian ayat Alquran memberikan
keyakinan kebenaran akan manusia dengan ayatnya selalu di akhir kalimat al-falah ta’qilun
maknanya maka apakah kamu tidak berakal. Kata itu secara sematik nampak memberikan
penguasaan teks yang diterima oleh manusia sebagai Wahyu yang dapat berdialog dengan
akal. Oleh karena itu muncul diskusi berkaitan dengan posisi akal kaitannya dengan Wahyu.

D. Konsep-konsep Keilmuan Islam

Sebagaimana yang telah dikemukakan terdahulu, istilah-istilah yang di bawa Alquran,


tuliskan dalam bahasa Arab tetapi sama anak baru yang berbeda dengan yang di paling kamus
Arab waktu itu. Bahkan melakukan data dengan konsep-konsep yang diisi dengan istilah-
istilah tertentu yang berbeda maknanya dengan yang dipakai kaum jahiliyah ketika itu. Salah
satu istilah itu adalah lafaz Allah. Pemakaian kata Allah untuk makna Tuhan telah digunakan
oleh masyarakat Arab sebelum turunnya Alquran. Akan tetapi lafaz Allah dari sudut
pemahamannya pada masa itu adalah salah satu diantara banyak Tuhan yang diyakini dan
disembah oleh manusia. Oleh karena itu lafaz Allah bukanlah sesuatu yang asing bagi
kalangan bangsa Arab. Hal ini seperti dijelaskan Alquran bahwa Allah bagi masyarakat Arab
sebelum kedatangan Islam adalah Tuhan bagai langit dan bumi.

Dengan demikian lafaz Allah tersebut berkaitan dengan konsep Rapp dan ilah. Ketika
kata itu memiliki makna yang sama yaitu Tuhan. Prinsip dasarnya di dalam beberapa ayat
Alquran hanya dibedakan dalam persamaan kata yang menyertai diantara ketiga kata tersebut.
Persamaan kata inilah yang membentuk konsep makna dari setiap kata. Untuk menjadi
sebuah kata yang memiliki makna dan konsep semantik berdasarkan uraian di atas jelas
bahwa Allah sebagai Rabb Al Amin merupakan Tuhan pencipta sekaligus pengatur alam
semesta ini. Dalam kajian filsafat Islam konsep-konsep seperti ini berpendapat bahwa pada
dasarnya alam sama artinya dengan an-nahl amah. Menurut Ali bin Munzir berarti penciptaan
sesuatu dalam bentuk yang serba baru juga memberikan kadar ukuran yang jelas terhadap
sesuatu.

Aktivitas ilmiah khususnya dalam bidang natural sciences dapat dipahami dari 2 sudut
pandang. Pertama melihat sebagai suatu proses manusia untuk memahami dan yang kedua
dari sudut benda yang dipelajari. Dalam Islam dalam ilmu pengetahuan merupakan produk
dari pemahaman atau Wahyu. Wahyu memiliki konsep konsep universal permanen, dan
dinamis, pasti dan samar-samar, konsep-konsep Wahyu tersebut jika dipahami akan
membawa dan membentuk pandangan hidup. Bangunan konservasi itulah yang telah
membentuk worldview yang harus dijelaskan dan ditafsirkan agar dapat dipergunakan untuk
menjelaskan realita alam semesta dan kehidupan ini. Menurut Al Farabi, manusia
memperoleh ilmu pengetahuan tentang sesuatu melalui daya berpikir, daya menghayal, batu
daya mengindra. Kemampuan mengindra adalah gaya mengetahui yang terindah karena hadir
demi kemampuan lainnya itu menghayal dan berpikir. Bagi al-farabi setiap daya yang lebih
rendah bertindak sebagai materi bagi daya yang lebih tinggi. Akhirnya hal ini mengarah pada
implikasi bahwa daya menghayal menentukan batas bagi kapasitas daya mengindra,berpikir
menjadi bagi-bagi daya menghayal. Dengan demikian, pandangan Islam berbeda dari
pandangan saintisme dan dalam banyak hal, pernyataan ini sering kali menimbulkan berbagai
benturan. Tidak Islam saja agama lain juga sering berbeda pendapat dengan pandangan
saintisme. Oleh sebab itu, banyak dari teolog Dan ilmuwan berupaya mendialogkan dan
mencari jalan terbaik mengkomunikasikan antara penemuan ilmu dan kepercayaan agama.
Isu-isu yang dialog kan terutama isu isu yang dikemukakan di atas. Tokoh-tokoh utama
dalam usaha ini antara lain adalah G.Barbour,John Gaugh,Keith Ward. Selain itu pun ada
beberapa ilmuwan muslim yang terlibat dalam diskusi mengenai relasi antara sains dan
agama, tetapi sebagian mereka juga terlibat dalam kajian filosofi ilmu pengetahuan dalam
rangka membangun landasan filosofis ilmu. Diantara usaha inilah islamisasi ilmu
pengetahuan yang digagas oleh Islamail Razi sl- Faruqi,S.M.Naquib al-Attas ,dan lainya

BAB 4: PERKEMBANGAN ILMU DALAM SEJARAH ISLAM

A. Pendahuluan

Perkembangan ilmu pada abad modern sebenarnya tidak dapat begitu saja terlepas dari
perbincangan sejarah kontribusi umat islam dimas abad pertengahan yang telah
mengantarkan pengetahuan yunani ke kawasan eropa melalui spanyol.

B. Ilmu pengetahuan di dunia islam

Umat islam mengalami dan merasakan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan
di wilayah mereka khususnya di jaman daulah abbasiyah masa kemasan itu terus terus sorot
dalam ilmu muslim pada masa kini untuk mengurai kontruksi ilmu tahun di dunia islam
sampai saat sekarang ini masa keemasan itu memotivasi sebagian besar ilmuwan muslim
untuk mereka untuk bangunan filosofi ilmu. motivasi ada karena dari keinginan para
ilmuwan untuk mengulang kembali masa kejayaan tersebut diantaranya adalah faktor
peradaban barat tidak hanya membawa kemajuan melainkan juga efek negatif dari ilmu
pengetahuan modern yang menimbulkan berbagai masalah kemanusiaan dari persoalan itu
ilmu islam mereka ikut berpartisipasi dalam merumuskan dan menemukan solusi bagi suatu
usaha penyelesaian berbagai masalah kemanusiaan tersebut.

Kontribusi irma muslim di apa pertengahan jelas terlihat bagaimana ilmu di dunia islam
ditransfer ke dunia barat modern di dalam sejarah pada saat eropa memasuki apa pertengahan
umat islam memasuki gelanggang sejarah masa periode klasik nya sejak awal muncul dan
memainkan perannya di panggung sejarah nampak sikap kepedulian umat islam dalam
mengembangkan ilmu dimana ditopang oleh dua sumber utama yang menjadi pedoman hidup
umat islam yaitu al-qur'an dan hadits. Alquran dengan lugas menjunjung tinggi pentingnya
ilmu pengetahuan terang dan lugas mengajak manusia agar menuntut ilmu yang bermanfaat
di mana mengajak manusia menginstal vi akan pentingnya ilmu al quran mendiskusikan
berbagai hal seperti fenomena alam kemudian dia siri pertanyaan apakah kamu tidak berfikir
ajakan berpikir ini menggugah manusia agar selalu menggunakan nakalnya di mana tertera
pada ayat pertama diterima nabi di gua hira adalah ayat yang menerangkan agar manusia
selalu membaca atas nama allah termasuk membaca fenomena alam. Dan sabda nabi juga
memerintahkan agar orang selalu belajar hadits nabi menegaskan bahwa menuntut ilmu itu
penting bahkan kepada batas-batas tertentu menjadi suatu kewajiban seperti tuntutan ilmu
dari hadits tanda kutip tuntutlah ilmu dari buayan sampai liang lahat". Di mana wajib
hukumnya bagi muslim laki-laki maupun muslim perempuan seperti kewajiban agama maka
umat bertanggung jawab atas arah perkembangan ilmu pengetahuan memahami dorongan
yang ditanamkan dari alquran dan hadits dalam jiwa umat islam menoleh dari realitas sejarah
bahwa komunitas umat islam awal penting dipahami dalam konteks ini lewat mereka tidak
dapat mengetahui proses mula-mula pertumbuhan tradisi ilmiah dalam masyarakat islam.

1. Ilmu masa nabi dan Khulafa' ar Rasyidun

Bersandar pada misi Khairul umat yaitu pengakuan bahwa komunitas Islam adalah umat
terbaik kaum muslim awal terdorong untuk berperilaku dan bercita-cita menjadi umat yang
terbaik. Pada zaman khulafa Ar Rasyidin ilmu pengetahuan mulai berkembang lewat
terbentuknya berbagai macam aliran keilmuan seperti aliran teologi aliran kalam yang paling
awal sekali muncul ialah khawarij kemunculan mereka sebagai aliran kalam lahir dari faktor
politik sesudah perang shiffin perang ini merupakan perang antara pasukan Ali dengan
pasukan muawiyah bin Abi Sufyan kelompok Inilah yang disebut golongan khawarij ada
berapa golongan dari aliran khawarij ini bertahan sampai Daulah Umayyah antara lain mulai
awal sekali.

1) Al muhakkamah aliran ini merupakan paling ekstrem Mereka melihat bahwa tah Kim
itu adalah perbuatan yang keliru mereka mulanya berhimpun di desa harura dan
disinilah mereka melihat Abdullah bin Wahab al-rasyid sebagai khalifah mereka
aliran ini merupakan paling ekstrem Mereka melihat bahwa tah Kim itu adalah
perbuatan yang keliru mereka mulanya berhimpun di desa harura dan di sana Mereka
melihat Abdullah bin Wahab al-rasyid sebagai khalifah merekamere
2) Al-azhar nikah kelompok ini dipimpin oleh Nafi bin Al razzaq selama ini menjelma
menjadi golongan khawarij yang terbesar dan kekuatan lebih dari 20000 orang
mereka lebih dari golongan manapun dalam aliran khawarij
3) Al najdat ialah kelompok yang menyatakan diri dari Nafi bin Ishaq adalah abu
vulkanik dan rombongan yang pergi ke yang mana Hal ini dikarenakan sejumlah
sebab akhirnya terpecah belah juga perpecahan ini antara abu vulkanik dan
pengikutnya Kembali keluar dan berhasil menangkap serta pembunuhan aja dah
pemimpin mereka Dimana mereka tidak setuju dengan pendapat yang menghalalkan
membunuh anak dan istri dari orang Islam yang bukan dari golongan mereka
4) Al-azhar Ida umat Islam mengkafirkan golongan ini karena mereka tidak mengakui
Surah Yusuf sebagai bagian dari Alquran mereka menganggap kisah Yusuf sebagai
kisah percintaan dan Alquran tidak pantas mengandung kisah itu
5) Al sufriyah golongan mereka yang tidak hijrah tidak dipandang kafir dosa dibagi dua
yaitu dosa yang ada zatnya di huni dan dosa yang tidak ada chatnya di dunia terus
mau golongan telah disebutkan golongan paling moderat adalah Al ibadah yang
pendirian antara lain orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka mereka sebut
kafir nikmat dan Syahadah orang kufur nikmat diterima dan boleh transaksi dengan
mereka serta orang yang berbuat dosa besar masih dapat dikatakan sebagai
Muhammad dan boleh menjadi rampasan perang hanyalah kuda dan senjata.
2. Pada masa Daulah Umayyah dan Abbasiyah

Peristiwa penting mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan masa Islam klasik adalah
faktor politik titik perseteruan pendukung Ali dan Khalifah Usman dan peristiwa lain yang
berujung pada naiknya muawiyah Bin Abu Sufyan ke tampuk kekuasaan politik Khilafah
kecenderungan politik Daulah Umayyah yang berorientasi kesukuan memicu Lahirnya
berbagai protes dan menuntun perlunya penguasaan ilmu pengetahuan protes menimbulkan
tanda tanya di kalangan umat Islam. Baru setelah masa Daulah Abbasiyah terutama masa
kepemimpinan al mansur pengembanganilmu dilanjutkan setelah sempat tertunda aktivitas
keilmuan Pada masa itu dimulai dengan mendermakan karya-karya wilayah Taklukan, para
ilmuwan Islam tidak hanya sekedar mencari makan mainkan menelaah buku-buku yang
mereka Terjemahkan itu kemudian mengkritisinya pada batas-batas tertentu serta
menanamkan penemuan-penemuan mereka ilmu dan filsafat dari bahasa Yunani ke bahasa
Arab merupakan suatu proses kompleks yang kedua perluasan, pengembangan dan
penggarapan kembali di Yunani dari Al Kindi sampai IBN Rusyd tidak mungkin sepenuhnya
dapat diapresiasi kan tanpa mewujudkan situasi kultural yang mengkondisikan karakter karya
itu dan ketiga transmisi lintas budaya selalu meninggalkan deskripsi yang tidak lengkap
ketika batas-batas kultural sudah dilewati.

Pada masa Khalifah Abbasiyah selalu menyambut dengan tangan terbuka para ilmuwan
disana mereka belajar yang besar menjadikan orang Arab pewaris peradaban bangsa yang
lebih tua di Suriah mereka menyerah peradaban Arab mic yang telah dipengaruhi Yunani di
Irak mereka menyerah peradapan serupa yang telah dipengaruhi Persia ... per empat abad
setelah ba'da berdiri dunia literatur Arab memiliki karya filsafat Aristoteles Galen,
komentator platonis dan karya ilmiah dari Persia dan India.

Babak penerjemahan berlangsung antara tahun 750 sampai 850 di ring babak kreatif
Puncak menerjemahkan pengaruh asing terutama Yunani terjadi di abad ke-19 sampai 10
masehi sebagai masa Renaissance Islam cream mengajukan argumentasi meskipun ada
perbedaan dengan Renaissance yang terjadi di Eropa abad ke-12 tetapi Ada kesamaan bila
Renaissance diartikan sebagai usaha persiapan menghidupkan kembali warisan budaya klasik
dan aktivitas penerjemahan membawa ilmu semakin maju di dunia Islam tentang Baghdad di
bawah kekhalifahan Harun ar-rasyid dan Al Makmun kemajuan ini ditandai dengan
berdirinya banyak perpustakaan yang memiliki koleksi ribuan buku para ilmuwan muslim
bersemangat meriset berbagai ilmu di masa Harun ar-rasyid aktivitas penerjemahan langsung
di bawah kepala perpustakaan istana yaitu yaitu Fadli Ibnu nobat Di mana buku yang
diterjemahkan karya astronomi dari Persia dan dikatakan bahwa ilmu pengetahuan pada masa
Daulah Abbasiyah mengalami kemajuan yang luar biasa sangat baik itu Ilmu Pengetahuan
Sosial maupun ilmu pengetahuan alam seperti astronomi kimia biologi kedokteran dan
sebagainya Pada masa itu khususnya periode buah wiyah diskusi-diskusi ilmu berkembang di
istana-istana maupun di pasar-pasar, melibatkan ilmuwan dari para Amir, menteri filosof dan
ahli tata bahasa serta penyair menjadi pusat aktivitas intelektual titik adapun Masjid Jami
merupakan lembaga pendidikan tertua di dunia Islam misalnya Yunus Ibnu Habib dan guru
sejumlah ulama.

Setelah masa perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan itu berlaku maka peradaban
Islam itu pun memasuki kemundurannya pada masa inilah kemudian karya-karya ilmuwan
muslim diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa penerjemahan karya-karya dari bahasa Arab
ke dalam berbagai bahasa Eropa mengantarkan mereka melewati masa renaissance dan
memasuki pintu gerbang peradaban modern maka munculah nama-nama ilmuwan yang
terkenal pada awal zaman modern seperti Newton coma Rene Descartes, Michael Faraday,
15, Jean baptiste De lamarck dan lainnya dan pada abad ke-20 umat Islam bangun dari tidur
panjangnya usaha mengejar ketertinggalan dengan munculnya gerakan kebangkitan Islam
Salah satu usaha itu ialah mengembangkan sains Islam di mana salah satu gagasan utamanya
Islamisasi pengetahuan yang dilontarkan Ismail Raji Al faruqi.

C. Para ilmuwan Islam


1. Syed Muhammad naquib Al Attas

Beliau mengoreksi kekeliruan landasan filosofis sains modern filsafat modern menjadi
penafsiran dalam menyusun hasil-hasil sense alam dan sosial ke dalam sudut pandang dunia
titik menurut al-attas harus kita nilai secara kritis dimana pada masa yang panjang jarak
agama dan intelektual diperlukannya sikap kritis agar umat Islam tidak terjebak ke dalam
problem yang sama dengan persoalan yang dihadapi ilmuwan barat dalam menafsirkan
kedudukan ilmu sebagai worldview. Menurut al-attas Islam sebagai landasan ilmu
pengetahuan dimana banyak kesamaan dengan filsafat barat modern dalam hal sumber dan
metode ilmu yang tidak terpisahkan seperti cara mengetahui ilmu secara rasional dan empiris
sama hubungan antara realisme dan idealisme dan pragmatisme sebagai landasan politik
suatu filsafat seni serta proses namun semuanya permukaan saja tidak menafikan perbedaan
pandangan dunia dan keyakinan mengenai hakikat akhir realitas seperti pengakuan Islam
terhadap Wahyu sebagai satu-satunya sumber ilmu tentang realitas dan kebenaran terakhir
yang berkenan dengan makhluk dan kalinya dan memberikan landasan bagi suatu kerangka
metafisika.

2. Kuntowijoyo

Kuntowijoyo memberikan gagasan utama dalam konteks pengembangan ilmu adalah


perlunya usaha pengilmuan Islam di mana maksudnya pemikiran ini orang-orang Islam harus
melihat realitas melalui Islam dengan menurut ilmu budaya dan sosiologi pengetahuan
realitas itu tidak dilihat secara langsung oleh orang tetapi melalui tabir (kata, konsep, simbol,
budaya dan persetujuan masyarakat) dan ilmu-ilmu menurut Kuntowijoyo ilmu sekuler tidak
semuanya objektif banyak orang islam ragu-ragu bahwa Islam sebuah sistem Karena Mereka
belajar dari ilmu-ilmu sekuler barat yang mengajarkan bahwa agama terbatas pada urusan
individu lebih-lebih mereka belajar secara ilmiah melalui marxisme maka agama dilihat
sebagai candu. Freudianisme melihat "agama sebagai ilusi". Pemikiran manusia selayaknya
harus digantikan dengan kedudukan agama di mana Di dalam Alquran dan Sunnah ilmu itu
tidak dua qauliyah quaniyah melainkan tiga yaitu qauliyah, Quaniyah dan nafsiyah.

Strukturalisme transendental dalam melihat struktur ajaran Islam menurut Kunto

1. wholeness suatu koherensi keseluruhan ialah keutuhannya sedangkan unsur unsur


adalah elemen yang membentuk keseluruhan dimana seperti dalam Islam mempunyai
unsur salat puasa zakat dan haji.
2. Transformation struktur ini tidak statis di mana Di dalam Islam tubuh dalam waktu
yang rentang selama 23 tahun masa kerasulan Nabi selama itu terjadi transformasi, di
Mekah dari Islam yang semata-mata sebagai gerakan keagamaan bertransformasi ke
gerakan sosial politik dan periode Madinah dimana Islam juga mengalami
transformasi cara spatial historis dan sosial
3. Self regulation penambahan unsur-unsur baru tidak pernah berada di luar struktur
dimana seperti tradisi pengambilan hukum melalui ijma' qiyas dan ijtihad dalam
menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai rujukan sebagai perubahan dan penambahan
unsur baru yang berkaitan yang jelas dengan Islam sebagai keseluruhan.

BAB 5 Penafsiran Baru Sejarah Ilmu.

Kajian tentang sejarah ilmu merupakan disiplin yang relative masih baru. Dikatakan
demikian, sebab selama ini perkembangan ilmu serta merta dilihat sebagai hasil usha
akumulatif dari para ilmuan. Pandangan semacam ini menjadi lazim dan lumrah sehingga
tidak ada penafsiran lain tentang perkembangan ilmu selain pendapat yang demikian itu.
Tidak adanya upaya itulah yang menyebabkan bidang kajian sejarah ilmu di pandang sebagai
kajian baru. Pada mulanya bidang ini ditangani oleh ahli dari bidang lain seperti ahli fisika.
Baru setelah beberapa dasawarsa kemudian ditangani secara khusus oleh sekelompok orang
yang mengkhususkan diri menekuni bidang ini. Hal ini menyebabkan berkembangnya kajian
sejarah ilmu. Pada dasawarsa sebelumnya praktis sejarah ilmu lebih merupakan semacam
upaya untuk melihat urutan kronologis prestasi-prestasi yang diraih oleh individu-indivu
dalam menjalankan kajian ilmiah. Sebagaimana tampak dalam bab dua terdahulu. Namun
kini setelah ditelaah dan diteliti dengan cermat, kini setelah ditelaah dan diteliti dengan
cermat, ditemukan banyak fakta sejarah berbicara kenyataan lain tentang peristiwa dan
realitas yang sebelumnya dianggap tidak berperan besar dalam perkembangan ilmu nyatanya
memiliki kontribusi yang besar.
Atas dasarnya inilah beberapa orang mendesak agar sebaiknya wajah atau citra ilmu
kontruksi berdasarkan fakta fakta sejarah ilmu.sebelum abad ke-20, perkembangan ilmu
dilihat secara kumulatif. Ilmu pengetahuan dilihat berkembangnya penelitian. Pandangan
bahwa ilmu tumbuh dan berkembang secara kumulatif mendapat perhatian serius dari
kalangan ilmuan itu sendiri, sehingga muncullah penafsiran-penafsiran baru. Perdebatan di
sekitar bagaimana hakikinya ilmu itu tumbuh dan berkembang melahirkan analisis ulang atas
pandangan sebelumnya tentang perkembangan ilmu pengetahuan. Di antara kelompok ilmuan
yang mencoba memberikan kontribusi atas penafsiran baru tentang pertumbuhan ilmu ialah
pengetahuan bertolak dari problem-problem yang berkaitan dengan keterangan perilaku
beberapa aspek alam semesta. Problem itu diatasi dengan cara hipotesis falsifiable (dapat
dinyatakan sebagai tidak benar atau salah) lalu hipotesis mampu tahan uji setelah mengalami
ujian yang lulus dan berat, dan akhirnya difalsifikasi, maka lahirlah problem baru, yang
dharapkan sudah terpisah jauh dari persoalan semula yang sudah dipecahkan.

Persoalan baru ini menuntut penemuan hipotesis-hipotesis baru, di ikuti dengan kritik
dan ujian baru. Bagi kaum falsifikasionis ilmu harus berkembang maju dengan dugaan yang
berani, dan tinggi falsibilitasnya dengan dugaan yang berani, dan tinggi fal sibilitasnya
sebagai usaha memecahkan problem, lalu diikuti dengan usaha-usaha keras untuk
memfalsifikasi usul-usul baru itu. Sebagaimana popper mengatakan bahwa kemajuan yang
berarti dalam ilmu terjadi ketika dugaan-dugaan yang berani itu difalsifikasi. Kata “berani”
dan “baru” merupakan kata keterangan yang dalam historis adalah relative. Apa yang dinilai
sebagai dugaan yang berani pada suatu tingkat perkembangan sejarah ilmu tertentu, tidak
usah dianggap berani lagi pada tingkat perkembangan selanjutnya. Kuhn adalah salah satu
ilmuan yang menolak bahwa ilmu pengetahuan berkembang secara kumulatif. Menurutnya
pendapat yang demikian harus di tolak dan dibuang jauh-jauh sebab tidak sesuai dengan fakta
sejarah perkembangan ilmu. Berdasarkan pada pengalamannya sendiri, ia tersadar bahwa
pandangan tradisional tentang perkembangan ilmu pengetahuan tidak bertahan bila
dihadapkan pada analisis sejarah ilmu. Hal ini merangsang nalurinya untuk mencari
kebenaran sesungguhnya. Usaha itu mengantarkannya kepada area filsafat sejarah ilmu.

Setelah sekian lama bergelut dalam penelitian serius terhadap Istilah teknis lainnya
yang dikemukakan oleh Thomas S Kuhn adalah eksemplar. Eksemplar adalah hasil
penemuan ilmu pengetahuan yang diterima secara umum. Eksemplar itu sendiri bisa berupa
kebia saan-kebiasaan nyata, keputusan-keputusan hukum yang diterima, hasil-hasil nyata
perkembangan ilmu serta hasil-hasil penemuan ilmu yang diterima secara umum. Singkatnya
eksemplar harus dapat menawar kan paradigma baru untuk memberi arah bagi per
kembangan ilmu. Kuhn melihat bahwa ilmu pengatahuan bisa saja pada suatu masa tertentu
didominasi oleh suatu paradigma 1. Paradigma I inilah yang menjadi acuan ilmuan atau
masyarakat ilmiah tertentu dalam mengem bangkan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu,
selama paradigma I itu dianut oleh mayoritas masyarakat ilmiah maka ilmu pengetahuan
tidak mengalami krisis Paradigma I yang dianut mayoritas masyarakat ilmiah mengantarkan
ilmu memasuki tahap normal science. Dalam periode ini ilmu diperluas berdasarkan pada
paradigma I yang dipandang unggul. Riset-riset yang ditegakkan di atas dasar satu atau lebih
pencapaian ilmiah itu dijadikan fondasi oleh sutu masyarakat ilmiah tertentu bagi kegiatan
ilmiahnya Pada saat kegiatan ilmiah diperluas maka tidak jarang terjadi ilmuan berhadapan
dengan anomali anomali yaitu suatu keadaan yang bertentangan, pe nyimpangan yang
muncul akibat ketidakmampuan Paradigma I untuk memberikan penjelasan dan penye lesaian
terhadap persoalan yang muncul secara memadai.

Bila penyimpangan makin banyak dan memuncak, suatu krisis timbul dan paradigma
itu mulai diragukan validitas dan kemampuannya, Pada tahap ini ilmuan berada pada persim
pangan jalan antara mempertahankan paradigma lama atau mengambil keputusan menerima
atau me nemukan paradigma lainnya. Ilmuan itu harus melaku kan perbandingan atas dua
paradigma itu, lalu menen tukan paradigma mana yang ia terima. Kata Kuhn: Bagi Kuhn
tidak ada satu teori pun yang mam pu bertahan dalam sejarah. Pandangan ini menun jukkan
bahwa ilmu merupakan suatu sistem yang ter padu; antara fakta, interpretasi, teori dan ekspe
rimentasi¹64. Bagi Kuhn suatu bidang akan menjadi ilmiah bila kesimpulan-kesimpulannya
dijabarkan secara logis dari premis-premis yang dimiliki secara bersama. Pengujian atas
premis atau persetujuan dasar hanya terjadi pada "ilmu luar biasa". Sedangkan pada "normal
science" hal seperti tidak akan terjadi. Demikian beberapa gagasan dasar Kuhn menge nai
teori perkembangan ilmu. Dia tiak hanya menganali sis sejarah ilmu akan tetapi memberikan
landasan argumentasi bagi suatu analisis perkembangan ilmu pengetahuan.

Pandangannya memberikan ruang bagi penafsiran baru tentang sejarah ilmu. Kedua,
pandangan Feyerabend tentang kenyataan bahwa ilmu-ilmu tidak bisa saling diukur dengan
standar yang sama. Tidak mungkin merumuskan kon sep dasar dan teori yang satu tetapi
dengan standar teori yang lainnya. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan ialah
hubungan mekanika klasik dengan teori relativitas. Menurut mekanika klasik yang mau
melukiskan bagaimana dunia ini sesungguhnya, baik yang dapat diobservasi maupun yang
tidak dapat di observasi, merupakan objek-objek fisik yang memilik bentuk, massa dan
volume. Sifat-sifat itu eksis di dalam objek fisik dan dapat dirubah sebagai akibat suatu
campur tangan fisik. Di dalam teori relativitas, sifat-sifat seperti bentuk, massa dan volume
dunter pretasikan sebagai tidak eksis lagi, tetapi menjadi relasi-relasi antar objek-objek. la
menjadi kerangka referensi dan bisa dirubah tanpa interaksi fisik apa pun dengan mengganti
kerangka referensi dari yang satu ke yang lainnya. Akibatnya, keterangan apa pun mengenai
objek-objek fisik di dalam mekanika klasik akan mempunyai makna berbeda dari keterangan
observasi serupa di dalam teori relativitas.

BAB 6 EPISTEMOLOGI ILMU.

Secara etimologi, kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu ontos yang artinya ada, keberadaan, dan logos yang artinya ilmu. Berdasarkan kata
dasarnya pengertian ontologi berkembang menjadi beberapa defenisi yaitu, pertama studi
tentang esensi dari yang ada dalam dirinya sendiri yang berbeda dari studi hal-hal yang ada
secara khusus Kedua cabang filsafat yang menggeluti tata dan struk tur realitas dalam arti
seluas mungkin. Ketiga, cabang filsafat yang mencoba; melukiskan hakikat ada yang terakhir,
menunjukkan bahwa segala hal tergantung bagi wujudnya eksistensi, menghubungkan pikiran
dan tindakan manusia yang bersifat individual dan hidup dalam sejarah dengan realitas
tertentu. Pada dasarnya, ontologi sebagai bagian dari ilmu filsafat membahas tentang realitas
Realitas itu dalam pengertiannya yang luas mencakup saluruh maujud yang tampak yang
dapat dündra dan yang tak tampak yang tidak dapat dundra Dalam wilayah ilmu, realitas
sebagai objek penyelidikan dipusatkan pada realitas yang tampak, sejauh dapat diamati dan
diteliti Di sinilah letak keunggulan sekaligus kelemahan penge tahuan ilmiah.

Dikatakan keunggulan, karena dengan memfokuskan diri mengkaji realitas yang


tampak, sains mampu mamahami secara lebih baik realitas semesta Dikatakan kelemahan,
karena dengan memandang realitas hanya sebatas yang tampak, ilmu telah mereduksi realitas
itu sendiri, menyisihkan realitas tak tampak, terkadang berkat keunggulannya melihat realitas
tam pak, ia dipandang mewakili cara melihat realitas keselu ruhan termasuk realitas yang tak
tampak Ekspansi ini sering kali menciptakan pernyataan sains yang berten tangan dan
bertikai dengan pernyataan doktrin agama Hal ini sering memicu perdebatan yang hangat
Apapun yang ada dalam proses menggapai pengetahuan ilmiah, ilmu tetap merupakan suatu
usaha manusia menemukan kebenaran dalam realitas Usaha itu sudah tentu dikerjakan secara
sistematis, teratur dan berkesinambungan Kerja-kerja ilmiah itu memiliki landasan utama,
antaara lain, asumsi-asusi metafisik, sumber ilmu pengethuan, metode sebagai alat kerja
menemukan kebenaran ilmiah, objek sebagai bahan kajian ilmu dan nilai ilmu bagi
kehidupan manusia. Pada bagian ini, akan diuraikan berurutan dasar-dasar yang menjadi
pijakan ilmu dalam mengembangkan dinnya, asumsi-asumsi metafisik dan dampaknya dalam
memandang alam.

demikian adanya, tentu tidak ada problem yang akan diteliti dan ini menandaskan
bahwa tidak ada pula solusi yang menjadi pemcahannya dan sudah pasti kemustahilan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan Oleh sebab itu, perlu dan harus ada problem yang dihadapi
manusia di alam ini. Namun demikian, pertanyaannya adalah apakah penyebab munculnya
masalah dalam ilmu pengetahuan? Apakah semua masalah merupakan problem ilmu
pengetahuan? Ada banyak jawaban yang diajukan para ilmuan. Namun Bagi Archie J. Bahm
sendiri untuk dapat men jawab pertanyaan tersebut setidaknya harus diper hatikan
karakteristik problem ilmu pengetahuan. Dengan mengidentifikasi karakteristik tersebut akan
tampak apa saja yang dapat dikategorikan sebagai problem ilmu pengetahuan Menurutnya
ada tiga karakter problem ilmu. Pertama, problem komunikasi Ilmu tanpa di komunikasikan
mustahil dikatakan ilmu. Umpama nya, suatu ketika seorang ilmuan menemukan problem
ilmu pengetahuan, setelah diteliti dan ia dapat me nyelesaikan dengan baik akan tetapi oleh
karena sesuatu hal, tidak dikomunikasikan atau dipublikasi kan, sehingga hasil penelitiannya
tersebut tidak diketahui oleh ilmuan lain atau masyarakat.

Penelitian tersebut disimpan ratusan atau bahkan ribuan tahun dan tidak ada seorang
pun yang mengetahui. Maka sulit rasanya untuk memutuskan apakah itu dapat dikatakan
pekerjaan yang berharga atau merupakan kegiatan sia-sia. Oleh karena itu, komunikasi
merupa kan bagian dari dasar ilmu pengetahuan. Kedua, karakteristik problem ilmiah yang
kedua ini berkaitan erat dengan sikap ilmiah. Hal ini akan diuraikan lebih dalam pada bagian
berikut. Sikap para ilmuan terhadap ilmu tentu akan mempengaruhi ke giatan, hasil dan corak
ilmu pengetahuan itu sendiri. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Oleh sebab itu, sikap ilmiah
merupakan bagian dasar dari ilmu. Ketiga, karakter metode ilmiah. Jika suatu metode tidak
dapat dipakai atau diterapkan maka tidaklah dapat ia disebut sebagai metode ilmiah.
Bagaiaman mungkin, suatu metode telah dirancang akan tetapi tidak seorangpun yang dapat
mengaplikasikannya ke dalam wilayah penelitian. Oleh karena itu, suatu metode harus dapat
diterapkan pada tataran praktis. Tanpa metode tidak mungkin ilmu pengetahuan yang
sistematis terjadi. Oleh sebab itu, metode ilmiah merupakan bagian dasar dari ilmu
pengetahuan. Hal ini akan diurai lebih dalam pada bagian berikut.
Landasan kedua ilmu pengetahuan adalah sikap ilmiah. Sebagaimana yang telah
disebutkan di atas, sikap ilmiah memiliki masalahnya sendiri. Unsur unsur yang membentuk
sikap ilmiah itu sangat beragam. Di bawah akan diuraikan lebih dalam mengenai hal ini. Di
antara unsur-unsur sikap ilmiah yang perlu dibahas di sini adalah pertama, rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu itu berkaitan dengan keingintahuan ten tang bagaimana sesuatu bisa ada, apa
tabiatnya, apa fungsi-nya dan bagaimana sesuatu itu saling ber hubungan dengan sesuatu
yang lainnya. Bila kita perhatikan ada sebagian ilmuan yang memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi terhadap sesuatu tetapi pada saat yang sama dia tidak mau tahu terhadap yang lainnya.
Misalnya, ada ilmuan yang benar-benar ingin mengetahui tentang angkasa, tetapi bisa jadi ia
tidak berminat untuk mengetahui seluk-beluk kehidupan hewan Ada juga sikap ilmuan yang
merasa cukup memecahkan masalah sesuai dengan spesialisasinya tanpa merasa harus
bertanggungjawab terhadap per-soalan ilmiah lainnya. Oleh sebab itu, sikap ilmiah sangat
mempengaruhi perkembangan ilmu.

Dengan demikian, tampak ragam sikap para ilmuan dalam memandang persoalan
ilmu dan kecenderungan mereka untuk mengetahui. Dapat ditegaskan di sini bahwa rasa
ingin tahu di sini bukan dalam pengertiannya sekedar ingin tahu melainkan rasa ingin tahu
yang mengarah pada suatu penyelidikan, investigasi pengujian, eksplorasi, petualangan, dan
eksperimentasi. Kedua, sikap spekulasi yaitu melakukan reflek-si dengan maksud mencoba
menyelesaikan problem ilmu pengetahuan. Seorang ilmuan haruslah mau men-coba dan
berusaha untuk menyelesaikan masalah ilmiah dan mencarikan solusinya. Seorang ilmuan
harus mau mengeksplorasi beberapa alternatif hipotesis demi mene-mukan atau
menyelesaikan suatu problem. Spekulasi-spekulasi yang dilakukan seorang ilmuan dalam me-
nemukan jawaban dari suatu problem merupakan esensi dari karakteristik sikap ilmiah.
Ketiga, kemauan untuk selalu bersikap objektif. Objektif merupakan salah satu bagian dari
sikap subjektif. Adapun sikap subjektif yang dimaksud adalah kemauan untuk mengakui akan
adanya objektivitas penilaian.

Sikap objektif itu mencakup di dalamnya (1) kemauan mengikuti rasa ingin tahu
mendalam yang dapat mengarahkan setiap usaha ke arah penelitian Maksudnya di sini bukan
berarti mengabaikan kese lamatan kehidupan orang lain. Tidak mempedulikan rambu-rambu
yang ada demi terwujudnya suatu penelitian Melainkan sikap rasa ingin tahu yang
mengantarkan peneliti pada penelitian yang lebih mendalam (2) kemauan untuk bersedia
dipandu oleh eksperimentasi dan akal. Dalam konteks ini bukanlah tempatnya di sini
memperdebatkan aliran rasionalisme dan empirisme Kedua aliran ini sering kali memisahkan
antara eksperimen dan akal Em pirisme menegaskan tentang keabsahan eksperimen
sementara rasionalisme mengklaim bahwa hanya dengan hukum-hukum akallah orang bisa
sampai kepada kebenaran. Cukuplah dikatakan di sini bahwa kedua hal tersebut yaitu
eksperimen dan akal saling melengkapi (3) Kemauan untuk menerima data. (4) Kemauan
untuk mengubah sikap atas objek ketika menemukan fakta baru (5) Kesadaran kemungkinan
akan terjadinya kekeliruan, tentu hal ini akan dapat mengantarkan kepada suatu kesuksesan
penelitian setelah berkali-kali diuji coba (6) dan kemauan mem-pertahankan hasil penelitian
Sekalipun tidak ada batasan sampai kapan hasil penelitiannya tersebut dapat diper-tahankan
sebagai benar.

Keempat, sikap terbuka yaitu bersedia memper timbangkan metodologi, evidensi dan
toleransi terhadap yang lain. Hal ini menuntut sikap tidak merasa bahwa hasil penelitiannya
saja benar sementara yang lain salah. Oleh karena itu, dituntut untuk bersikap terbuka pada
pendapat yang lainnya atau hasil penelitian orang lain. Kelima, sikap mau menangguhkan
putusan. Umpamanya, ketika seorang ilmuan menemukan ken dala dalam penelitian serta
belum menemukan pe mahaman yang benar dan solusi, sebiknya ia mau me nunda, tidak
"ngotot memaksakan diri terus melan jutkannya. Padahal dia sendiri sudah tidak mampu
untuk melanjutkan dikarenakan berbagai hal Dia dituntut untuk lebih bersabar sampai merasa
bahwa dia telah menemukan jalan untuk melanjutkan pene litiannya tersebut. Keenam, sikap
kesementaraan yaitu mengakui bahwa seluruh usaha ilmu menjadi bagian dari sikap
sementara kemauan untuk mengakui bahwa kebenaran hasil penemuannya bersifat tentatif.
Dengan demikian, akan ada usaha selanjutnya untuk melakukan riset yang lebih mendalam
sebagai kelanjutan dari riset sebelumnya.

Semua sikap tersebut di atas haruslah menjadi pertimbangan di dalam


penyelenggaraan ilmiah, sehingga langkah-langkah dalam menghasilkan ilmu dapat
diertanggungjawabkan secara ilmiah pula Pada mulanya, ilmu merupakan hasil renungan
manusia atas alam. Kerja-kerja perenungan itu didasar kan pada asumsi metafisik sebagai
perspektif menafsir kan eksistensi alam semesta. Selanjutnya, asumsi-asumsi itu secara
sistematik terakumulasi dan bercampur ber sama ilmu. Salah satu asumsi metafisik sebagai
landasan paling awal manusia memandang alam raya ialah Supranatural Paham ini melihat
alam dikendalikan oleh wujud yang bersifat gaib yang kedudukannya lebih tinggi dari alam
itu sendiri. Di antara varian dari aliran ini adalah animisme Berlawanan dengan supranatural,
aliran lainnya naturalisme memandang alam dikendali kan oleh alam itu sendiri. Salah satu
varian aliran ini adalah materialisme Materialisme berpendapat bahwa gejala gejala alam
digerakkan oleh kekuatan yang ter dapat pada alam itu sendiri bukan dari luar, dan dapat
dipelajari serta dengan demikian dapat diketahui Seringkali kenyataan ini tidak disadari oleh
ilmuan, sehingga apa yang mereka kemukakan tentang hasil penilitian selalu dilihat sebagai
objektif murni tanpa didasarkan pada unsur apapun Padahal hal ini tidak sepenuhnya benar.
Kenyataan ini dapat dilihat dalam lintasan sejarah ilmu itu sendiri.

Seperti tampak masa Yunani klasik, sebagian filosof menganut aliran materialisme
dalam menjelas kan alam Misalnya, Thales mengatakan bahwa arche alam semesta itu air
Anaximenes mengatakan udara se bagai asal-usul segalanya Empedokles meyakini keja
makan ada karena realitas tersusun dari 4 unsur yaitu tanah bersifat kering, udara bersifat
dingin, air besifat basah, dan api bersifat panas. Sementara, Demokritos menyusun teori atom
bahwa unsur dasar alam terdiri atas atom Masih banyak deretan para filosof yang dapat
dikemukakan di sini, namun cukuplah dikatakan di sini bahwa para filosof tersebut telah
memiliki asumsinya masing-masing dalam memandang alam. Pada abad pertengahan asumsi
metafisik materialisme itu bergeser mengikuti doktrin agama. Agama menjadi landasan
melihat peristiwa sejarah dan fenomena alam raya. Pada masa itu, kalangan gereja
memandang segala sesuatu salah apabila bertentangan dengan doktrin gereja. Ketika
Copernicus (1473-1543) mengajukan teori "bumi berputar mengelilingi matahari dan bukan
sebaliknya", pernyataan ini berlawanan dengan doktrin agama, maka timbul pertentangan
antara ilmu dan agama. Konflik berlanjut dan memakan korban, di antaranya pengadilan
inkuisisi Galilei pada tahun 1633 M. Oleh pengadilan agama, Galileo dipaksa mencabut
pernyataan dan keyakinannya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.

Dalam perjalanan berikutnya, pada masa renaissance, ilmuan memisahkan diri dari
ikatan gereja dan mencari inspirasi di dunia pemikiran Yunani klasik. Mereka menemukan
ekspresi kebebasan berpikir di sana. Para ilmuan menjadikan peradaban Yunani klasik
sebagai acuan dalam mengekplorasi kemampuan akal dan indra Oleh sebab itu, ilmu abad
modern berkembang di atas asumsi metafisik materialisme dan rasionalisme ala Yu nani
klasik Varian materialisme itu berkembang, antara lain empirisme, positivisme, naturalisme,
evolusioner, dan lainnya. Apa yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa asumsi metafisik
itu mempengaruhi cara pan dang manusia melihat alam. Berdasarkan uraian di atas kita tahu
bahwa dalam proses menghasilkan ilmu, terdapat asumsi metafisik dalam memandang alam
sebagai objek kajian ilmiah. Ada yang berdasarkan materialisme, ada pula berdasarkan
teologis. Sebagai objek kajian ilmiah, alam dan kehidupan tidak pernah dilihat secara sama
oleh manusia. Ada yang memandangnya sebagi sesuatu yang berdiri sendiri tanpa terikat
dengan sesuatu yang lain di luar dirinya dan ada yang melihat sebagai sesuatu yang memiliki
landasan di luar dirinya sendiri. Demikianlah, manusia tidak akan pernah memiliki kesamaan
di dalam cara melihat alam semesta. Perbedaan metode dalam melakukan penelitian,
perbedaan pengalaman, dan perbedaan ruang dan waktu akan memberikan ruang bagi
perbedaan dalam memandang alam semesta dan ilmu pengetahuan.

BAB 7 AKSIOLOGI ILMU

Secara etimologi Istilah Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata
yaitu axiosyang artinyalayak dan logos yang artinya ilmu.Berdasarkan arti kata dasar tersebut
pengertian aksiologi berkembang menjadi beberapa pengertian, antara lain adalah;pertama
aksiologi merupakan analisis nilai-nilai. Maksud kata analisis disini adalah membatasi arti,
ciri-ciri, asal, tipe, kriteria dan status epistemologi dari suatu nilai-nilai. Kedua, aksiologi
merupakan studi yang menyangkut teori umum tentang nilai atau suatu studi yang
menyangkut segala yang bernilai. Ketiga, aksiologi adalah studi filosofis tentang hakikat
nilai-nilai.

Sebagaimana kattsoff percaya bahwa aksiologi mengkaji hakikat nilai, maka


pertanyaan tentang hakikat nilai itu dapat dijawab dengan 5 cara. Pertama, nilai sepenuhnya
bersifat subjektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai-nilai merupakan reaksi yang
diberikan oleh manusia sebagai pelaku kepada sesuatu benda atau hal. Manusia berperan
dalam mengukur atau menilai segala hal dengan kesadarannya. Manusia menjadi tolak ukur
segalanya. Dalam menilai manusia melibatkan fakultasnya seperti perasaan dan akal budi.

Kedua, nilai-nilai merupakan kenyataan, namun tidak terdapat dalam ruang dan
waktu. Nilai-nilai merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Misalnya nilai
kebaikan atau nilai keindahan. Di alam empiris tidak ditemukan secara konkrit nilai kebaikan
atau nilai keindahan. Yang ada kita meletakkan nilai kebaikan dan nilai keindahan itu kepada
suatu benda atau perbuatan.

Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur objektif yang menyusun kenyataan. Ia tidak


tergantung kepada subjek atau kesadaran yang menilai nya. Misalnya keindahan suatu lukisan
tidak bergantung pada orang yang menilainya, melainkan objektif ada pada lukisan itu.
Contoh lainnya, kebenaran tidak bergantung kepada pendapat individu melainkan pada
objektivitas suatu fakta. Kebenaran tidak pernah diperkuat atau diperlemah oleh prosedur-
prosedur yang nilainya. Ia bersifat objektif.
Keempat, perlu ditambahkan bahwa menganalisis hakikat nilai juga harus
memperhatikan bagaimana nilai-nilai itu diklasifikasikan. Kalimat, selain
mempertimbangkan tentang relativitas suatu nilai atau objektivitas suatu nilai, juga perlu
memperhatikan relasi antara nilai dengan benda yang mau dinilai dan antara nilai dengan
eksistensi manusia dan kenyataan. Dengan demikian diperoleh gambaran yang utuh tentang
nilai.

Nilai secara umum dan nilai secara khusus yang berkaitan dengan ilmu melibatkan
banyak unsur yang kompleks dalam pembahasannya. Oleh sebab itu, pertanyaan pada awal
pembahasan ini yaitu apakah ilmu itu bersifat bebas nilai atau tidak mendapatkannya
merupakan pertanyaan yang tidak dapat dijawab hanya sekedar mencatat beberapa unsur saja
yang melibatkan banyak yang menyukai kita di Tantan ilmu pada dasarnya tidak sepenuhnya
bebas nilai namun tidak pula sepenuhnya terikat nilai.

BAB 8 PENUTUP

Filsafat ilmu merupakan alat yang dapat dijadikan cara dalam menganalisis ilmu
pengetahuan, baik itu dari sisi substansi ilmu atau dari sisi sejarah ilmu itu sendiri. Mengingat
perkembangan ilmu yang semakin berkembang pesat maka layak untuk membahasnya dari
sisi filsafat. Dengan demikian persoalan-persoalan ilmu pengetahuan dapat diperbincangkan
secara mendalam dan lebih substantif adalah.

Dengan mendalami dan mempelajari filsafat ilmu akan dapat membantu menganalisis
seluk-beluk ilmu pengetahuan dan merekayasa arah perkembangannya, memprediksi dan
mengarahkan tujuan ilmu pengetahuan di masa mendatang. Tentu orientasi ilmu di masa
mendatang yang diharapkan adalah dapat mengatasi berbagai problema kehidupan manusia.
Selain itu yang lebih penting adalah ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia.

Ilmu merupakan alat bagi manusia dalam menjelaskan dan memahami arti dari semua
yang ada. Oleh karena itu ia tidak boleh menjadi beban tanggungan dalam arti ilmu
dikembangkan bukan semata-mata untuk kemajuan ilmu itu sendiri melainkan ia harus bisa
menjadi alat untuk kemaslahatan manusia. Jika ini yang terjadi maka bisa sedikit berharap
kehidupan manusia yang berkeadaban dan berkeadilan bisa terjadi.

Ilmu pengetahuan tidak selamanya membawa dampak yang positif dalam kehidupan
manusia. Khususnya ilmu pengetahuan dalam pengertiannya sebagai teknologi. Ilmu
Memiliki keterbatasan yang sendiri, sekalipun demikian bukan berarti tidak dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Manusia dapat menjadi komando memberikan
arah bagi ilmu pengetahuan untuk tujuan kesejahteraan manusia.

Anda mungkin juga menyukai