Anda di halaman 1dari 38

MINERAL

III.1 Pengertian Mineralogi


Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari asal usul genesa mineral,
sifat fisik dan kimianya serta klasifikasi dan pemanfaatannya.
Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai
pengertian berlainan dan bahkan dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai
bahan bukan organic ( Anorganik).

III.2 Pengertian Mineral


Sedangkan mineral adalah suatu zat ( fasa ) padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan
kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat
kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di
dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal.
Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita
meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah
mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya
bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik
yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai
unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan
dari rangkaian atom ini akan menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur.
Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. ( Murwanto, Helmy, dkk. 1992 )
Maka pengertian yang jelas dari batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui
walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
L.G. Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia pada batas – batas tertentu dan mempunyai atom – atom yang
tersusun secara teratur.
D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara structural homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau
dalam batas – batas dan mempunyai sifat – sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu
kehidupan.

Sebagian besar mineral – mineral ini terdapat dalm keadaan padat, akan tetapi dapat juga
berada dalam keadaan setengah padat, gas, ataupun cair. Mineral – mineral padat itu biasanya
terdapat dalam bentuk – bentuk kristal, yang agak setangkup, dan yang pada banyak sisinya
dibatasi oleh bidang – bidang datar. Bidang – bidang geometric ini memberi bangunan yang
tersendiri sifatnya pada mineral yang bersangkutan. Minyak bumi misalnya adalah mineral
dalam bentuk cair, sedangkan gas bumi adalah mineral dalam bentuk gas. Sebagian dari
mineral dapat juga dilihat dalam bentuk amorf, artinya tidak mempunyai susunan dan
bangunankristal sendiri. Pengenalan atau dterminasi mineral – mineral dapat didasarkan atas
bebagai sifat dari mineral – mineral tersebut.

III.3 Jenis Mineral


Mineral ada yang merupakan unsur bebas dan ada yang merupakan bentuk persenyawaan.
1. Silicates
Menyusun 95 % bagian litosfer dan mantel bumi bagian atas. Komposisi utamanya adalah
Silicon ( Si ) dan Oksigen ( O ).

Framework silicates, yang paling berlimpah di alam adalah :


Quartz
Feldspars:
Orthoclase, Kaya akan Kalium ( K )
Plagioclase, Kaya akan Kalsium ( Ca ) dan Natrium ( Na )
Sheet silicates
Micas
Muscovite, kaya akan Alumunium ( Al ) dan berwarna cerah
Biotite, kaya akan Besi ( Fe ) dan berwarna gelap
Chain silicates
Pyroxenes, berantai tunggal
Amphiboles, berantai ganda
Single tetrahedron
Olivine

Oxides
Tersusun dari Oksigen ( O ) dan logam atau ion-ion lain.
Hematite (Fe2O3)
Magnetite (Fe3O4)
Corundum (Al2O3

3. Carbonates
Tersusun dari ion inti ( CO3 )2 , yang berkombinasi atau bergabung dengan Ca, Mg, Fe, Cu,
dan lain-lain. Terdapat kurang lebih 80 jenis mineral karbonat, tetapi yang paling umum
adalah :
Calcite
Aragonite
Dolomite

4. Sulfides
Merupakan kombinasi atau gabungan satu atau lebih logam dengan sulfur ( S ). Contohnya
adalah :
Galena (PbS)
Pyrite (FeS2)  Kalkopirit (CuFeO2)

Sulfates
Penyusun utamanya adalah ion Sulfat ( SO4 ) yang berkombinasi atau bergabung dengan Ca,
Ba, Mg, Fe, Cu, dan lain-lain. Contohnya adalah :
Gypsum (Ca SO4 2 H2O )
Anhydrite (Ca SO4)
Barite (Ba SO4 )

6. Posphates
Penyusun utamanya adalah ion Fosfat ( PO4 ) yang berkombinasi atau bergabung dengan Ca,
Ba, Mg, Fe, Cu, dan lain-lain. Contohnya adalah :
Apatite (2(Ca5 PO4)3 F )

7. Native elements
Contoh mineralnya adalah :
Logam :
Gold (Au)
Silver (Ag)
Platinum (Pt)
Non-Logam :
Diamond (C)
Graphite (C)
Sulfur (S)

III.4 Mineral utama pembentuk batuan beku


Kelompok Olivin (ortorombik) :
Forsterit (Mg2 SiO4)
Olivin (Mg Fe SiO4)
Fayalit (Fe SiO4)
Kelompok piroksen:
Klinopiroksen (monoklin) :
Augit (Ca,Fe,Mg,Al SiO3)
Diopsid (Ca,Fe,Mg,Al SiO3)
Ortopiroksen (ortorombik) :
Enstatite (MgSiO3)
Hyperstene (Mg,Fe SiO3)
Kelompok amfibol Ca2(Mg,Fe)2 Si8O22(OH)2 :
Hornblende (monoklin)
Actinolite
Tremolite
Glaucophane
Kelompok mineral mika (H2K Al3SiO4)3 :
Biotit (monoklin)
Muskovit (monoklin)
Kelompok K Felspar (K Al Si3O8) :
Ortoklas (monoklin)
Sanidine (monoklin)
Mikroklin (triklin)
Kelompok plagioklas (Ca – Na)AlSi3O8 :
Monoklin - triklin
Kuarsa (SiO2)
hexagonal
III.5 Sifat Fisik Mineral
III. 5. 1 Kilap ( Lustre )
Gejala ini terjadi apabila pada mineral dijatuhkan cahaya refleksi dan kilap suatu mineral
sangat penting untuk diketahui. Beberapa kilap yang sering digunakan adalah sebagai
berikut :
Kilap Logam ( Metallic Lustre ), kilap yang dihasilkan dari mineral-mineral logam, seperti
Galena, Grafit, Hematit, Kalkopirit, Magnetit, Pirit.
Kilap Sub Logam ( Sub Metallic Lustre ), kilap yang dihasilkan dari mineral hasil alterasi
mineral sebelumnya, seperti Ilmenit ( FeO. TiO2)
Kilap Non Logam (Non Metallic Lustre),
~ Kilap Intan (Adamantin Lustre), kilap sangat cemerlang seperti pada intan permata, seperti
Intan.
~ Kilap Kaca (Vitreous Lustre), kilap seperti pada pecahan kaca, seperti Kalsit, Kwarsa.
~ Kilap Sutera (Silky Lustre), kilap seperti sutera, biasanya terlihat pada mineral-mineral
yang menyerat, seperti Aktinolit, Asbes, Gipsum
~ Kilap Damar (Resinous Lustre), kilap seperti damar, seperti Sphalerit, Monasit
~ Kilap Mutiara (Pearly Lustre), kilap seperti mutiara, biasanya terlihat pada bidang-bidang
belah dasar mineral, seperti Nefelin, Opal, Serpentin, Brukit.
~ Kilap Tanah (Limonit Lustre) atau kilap guram ( Dull ), biasanya terlihat pada mineral-
mineral yang kempal, seperti Bauxit, Kaolin, Limonit
~ Kilap Lemak ( Greasy Lustre ), kilap seperti lemak, seakan-akan terlapis oleh lemak,
seperti Nefelin.

III. 5. 2 Warna ( Colour )


Mineral seperti Magnetite dan Galena mempunyai warna tetap, tetapi ada beberapa mineral
akan mempunyai warna yang bervariasi. Warna-warna dari mineral antara lain :
Putih : Kaolin ( Al2O3.2SiO2.2H2O ), Gypsum ( CaSO4.H2O ), Milky Kwartz (Kwarsa
Susu) ( SiO2 )
Kuning : Belerang ( S )
Emas : Pirit ( FeS2 ), Kalkopirit ( CuFeS2 ), Ema ( Au )
Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit ( Cu CO3Cu(OH)2 )
Biru : Azurit ( 2CuCO3 .Cu (OH)2), Beril ( Be3 Al2 (Si6O18))
Merah : Jasper, Hematit ( Fe2O3 )
Coklat : Garnet, Limonite ( Fe2O3)
Abu-abu : Galena ( PbS )
Hitam : Biotit ( K2 (MgFe)2 (OH)2 (AlSi3O10)), Grafit ( C ), Augit

III. 5. 3 Kekerasan (Hardness)


Kekerasan merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan relatif dari suatu
mineral tertentu dengan suatu urutan mineral yang dipakai sebagai standart kekerasan.
Mineral yang mempunyai kekerasan lebih kecil akan mempunyai bekas goresan pada tubuh
mineral tersebut. Untuk standart kekerasan biasa yang dipakai adalah skala kekerasan dari
“MOHS” yang mempunyai 10 pembagian skala, dimulai dari skala untuk mineral yang
terlunak dan skala 10 untuk mineral yang terkeras.

Skala kekerasan Mineral “MOHS”


Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut diatas, maka dibawah ini akan disajikan beberapa
alat penguji standart kekerasan, yaitu :
Kuku jari tangan 2,5
Kawat tembaga 3
Pecahan kaca 5,5 - 6
Kikir Baja/ jarum baja 6,6 – 7

III. 5. 4 Cerat (Streak)


Cerat merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran/ serbuk. Hal ini dapat diperoleh bila
mineral digoreskan pada keping porselin kasar, atau dengan membubuk mineral, kemudian
warna bubuk itu dilihat.
Cerat tersebut sama dengan warna mineralnya, tetapi dapat juga berbeda dengan dengan
warna mineralnya. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna
mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
Pirit : berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak
berwarna hitam.
Hematite : berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna merah kecoklatan.
Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
Biotite : Ceratnya tidak berwarna
Orthoklase : Ceratnya putih

III. 5. 5 Belahan (Cleavage )


Belahan merupakan kecendrungan mineral untuk membelah diri pada suatu arah atau lebih
yang dikontrol oleh struktur atom.
Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena
belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.
Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian kristal yang kecil, yang
setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi
menjadi :
Sempurna ( Perfect )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang
rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
Contoh : Calcite

Muscovite
Galena
Halite

Baik ( Good )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga
terbelah.
Contoh : Apatite
Cassiterite
Native Sulphur
Jelas (Distinct)

Tidak Jelas (Indistinct)

Berdasarkan banyaknya belahan pada mineral, belahan dapat dibagi menjadi :


Belahan 1 arah, contohnya : Muskovit
Belahan 2 arah ( 60O/120O ), contohnya : Feldspar
Belahan 3 arah ( 90O ), contohnya : Halit, Galena
Belahan 3 arah ( 60O/90O ), contohnya : Kalsit
Belahan 4 arah, contohnya : Fluorit.

III. 5. 6 Pecahan (Fracture)


Merupakan kecendrungan mineral untuk terpisah dalam arah yang tidak teratur. Tidak
dikontrol kuat oleh struktur atom. Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang
melampaui batas plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi menjadi :
Choncoidal : Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang melengkung dipermukaannya,
seperti kenampakan pada botol pecah. Contohnya : Quartz ( Kwarsa )
Hackly : Pecahan dimana permukaannya tidak teratur dengan ujung-ujung yang runcing.
Contohnya : Native Metals ( Cu, Ag )
Even : Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung pecahan
masih mendekati bidang datar. Contohnya : Limonit, Muscovite, Talc, Biotite, Mineral
Lempung.
Uneven : pecahan yang kasar dengan permukaan yang tidak teratur dengan ujung-ujung yang
runcing. Contohnya : Garnet, Hematite, Kalkopirit, Magnetit.
Splintery : pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai benang
atau berserabut. Contohnya : Augit, Hipersten, Anhydrite, Serpentine.
Earthy : pecahan mineral yang hancur seperti tanah. Contohnya : Kaoline,

III. 5. 7 Bentuk ( Form )


Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan
mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi bentuk sempurna ini jarang didapatkan
karena di alam gangguan-gangguan tersebut selalu ada. Mineral yang dijumpai di alam
srering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk
mengelompokan mineral kedalam sistem kristalografi.
Sebagai gantinya dipakai istilah perawakan kristal ( crystal habit ), bentuk khas mineral
ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-
bidang tersebut.
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
Perawakan memanjang ( Elongated Habits )
Meniang ( Columnar )
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk tiang. Contohnya : Tourmaline, Pyrolusite,
Wollastonite.
Menyerat ( Fibrous )
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil. Contohnya : Asbestos, Gypsum, Silimanite,
Tremolite, Pyrophillite.
Menjarum ( Acicular )
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. Contohnya : Natrolite, Glaucophane.
Menjaring ( Reticulate )
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring. Contohnya : Rutile,
Cerussite.
Membenang ( Filliform )
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang. Contohnya : Silver
Merabut ( Cappilery )
Bentuk kristal yang kecil-kecil menyerupai rambut. Contohnya : Cuprite, Bysolite.
Mondok ( Stout, Stubby, Equant )
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih
pendek dari sumbu lainnya. Contohnya : Zircon.
Membintang ( Stellated )
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang. Contohnya : Pirofilit.
Menjari ( Radiated )
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari. Contohnya : Markasit,
Natrolit.

Perawakan Mendatar ( Flattened Habit )


Membilah ( Bladed )
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara
lebar dengan tebal sangat jauh. Contohnya : Kyanite, Glaucophane, Kalaverit.
Memapan ( Tabular )
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.
Contohnya : Barite, Hematite, Hypersthene.
Membata ( Blocky )
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar
hampir sama. Contohnya : Microline.
Mendaun ( Foliated )
Bentuk kristal pipih dengan melapis ( lamellar ) perlapisan yang nudah dikupas/dipisahkan.
Contohnya : Mica, Talk, Chlorite.

Memencar ( Divergent )
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuki kipas terbuka. Contohnya : Gypsum,
Millerite.
Membulu ( Plumose )
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Contohnya : Mica

Perawakan Berkelompok ( Rounded Habits )


Mendada ( Mamillary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada ( breast like ). Contohnya : Malachite, Opal,
Hemimorphite.
Membulat ( Colloform )
Bentuk kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat. Contohnya : Glauconite,
Cobaltite, Bismuth, Geothite, Franklinite, Smallite.
Membulat jari ( Colloform Radial )
Bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari.
Contohnya : Pyrolorphyte.
Membutir ( Granular )
Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran. Contohnya : Olivine, Anhydrite, Chromite,
Sodalite, Alunite.
Memisolit ( Pisolitin )
Kelompok kristal lonjong sebesar krikil, seperti kacang tanah. Contohnya : Gibbsite, Pisolitic
Limestone.
Stalaktit ( Stalactitic )
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping. Contohnya : Geothite.
Mengginjal ( Reniform )
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal. Contohnya : Hematite.

III. 5. 8 Berat Jenis (Specific Gravity)


Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat
air pada volume yang sama.
Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut
terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam keadaan
di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah
berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral
tersebut. Rumus perhitungan berat jenis:

Berat Jenis = (Berat di Luar Air)/(Berat di Luar Air-Berat Dalam Air)

III. 5. 9 Sifat Dalam


sifat mineral kita berusaha untuk mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan
atau mengiris.Yang termasuk sifat ini adalah
Rapuh (brittle) : mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh : kwarsa, orthoklas, kalsit,
pirit.
Mudah ditempa (malleable) : dapat ditempa menjadi lapisan tipis, seperti : emas, tembaga.
Dapat diiris (secitile) : dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh : gypsum.
Fleksible : mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan sesudah
bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh : mineral talk, selenit.
Blastik : mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah dan dapat
kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya, contoh : muskovit.

III. 5.10 Kemagnetan


Merupakan sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan sebagai feromagnetik bila mineral
dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetic, phirhotit. Mineral-mineral yang
menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic.
Untuk melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetic atau tidak kita gantungkan pada
seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada
magnet tersebut. Bila benang bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetic. Kuat
tidaknya bias kita lihat dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan
garis vertikal.
III. 5.11 Kelistrikan
Sifat listrik mineral dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu pengantar arus atau londuktor dan
idak menghantarkan arus disebut non konduktor. Dan ada lagi istilah semikonduktor yaitu
mineral yang bersifat sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu.

III. 5.12 Daya Lebur


Daya lebur mineral yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya dilakukan
dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam derajat
keleburan.

III. 5.13 Transparansi


Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan mineral tersebut men-
transmit sinar cahaya ( berkas sinar ). Sesuai dengan itu, variasi jenis mineral dapat
dibedakan menjadi :
Tembus (Transparant), contohnya : Kalsit, Kuarsa
Agak Tebus/Setengah Tembus (Translucens), contohnya : Opal
Tidak Tembus (Opaq), contohnya : Feldspar, Piroksen, Hornblende

III. 5.14 Bau


Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volitatile melalui
pemanasan atau melalui penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau ( Odour ) akan
menjadi cirri-ciri yang khas dari suatu mineral.
Alliaceous : Bau seperti bawang
Horse Radish Odour : Bau dari lobak kuda yang menjadi busuk
Sulphurous : bau belerang yang sangat menyengat
Bituminous : bau seperti bau aspal
Fetid : bau seperti telur busuk
Argillaceous : bau seperti lempung basah

III. 5.15 Rasa


Rasa hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair :
Astringet : rasa yang umumnya dimiliki oleh sejenis logam
Sweetist Astringet : rasa seperti pada tawas
Saline : rasa yang dimiliki garam
Alkaline : rasa seperti pada soda
Bitter : rasa seperti rasa garam pahit
Cooling : rasa seperti rasa sendawa
Sour : rasa seperti asam belerang

III. 5.16 Rabaan


Kadang-kadang raba merupakan karakter yang penting. Misalnya, permukaan kristal yang
bila diraba serasa menyentuh permukaan benda tertentu, ex: Mengusap talk serasa menyentuh
permukaan sabun.

III. 6 Sifat- sifat optik dari mineral - mineral


Sifat – sifat optik dari minera dapat diamati dengan menggunakan mikroskop dengan metode
tanpa nikol (nikol sejajar) maupun dengan nikol (nikol bersilang)

III.6.1 Pengamatan Tanpa Nikol (Nikol Sejajar)


Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya, inklusi, ukuran, bentuk,
belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna, dan pleokroisme.
Ketembusan Cahaya
Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak tembus cahaya /mineral
opak/mineral kedap cahaya.
Di bawah ortoskop semua mineral kedap cahaya tampak sebagai butiran yang gelap/hitam.
Mineral jenis ini tidak dapat dideskripsikan dengan mikroskop polarisasi, dan dapat dipelajari
lebih lanjut dengan mikroskop pantulan. Mineral tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu mineral berwarna dan mineral tidak berwarna.

Inklusi
Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada
permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi
bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari
mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga
berupa fluida baik cairan ataupun gas. Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa
nikol apabila terdapat perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya,
misalnya pada ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi
dengan mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.

Ukuran mineral
Ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm dan sebagainya.
Pengukuran lebar dan panjang atau diameter mineral dapat dilakukan dengan bantuan lensa
okuler yang berskala.

Bentuk mineral
Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan melihat atau mengamati bidang batas/garis
batas mineral tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah kristal tumbuh secara
bebas di dalam media cair atau gas, ataukah pertumbuhan tersebut terhalang oleh butir-butir
mineral yang tumbuh di sekitarnya, hal ini akan memberikan kenampakan bidang batas yang
relatif berbeda.
- Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan maka
kristal disebut mempunyai bentuk euhedral .
- Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya sendiri maka kristal
disebut mempunyai bentuk subhedral .
- Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan
maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral.

Parameter lain untuk menyatakan bentuk adalah jumlah dan perbandingan panjang bidang-
bidang batas kristal, terutama untuk kristal-kristal yang euhedral. Istilah yang sering
digunakan antara lain: prismatik, tabular, granular, lathlike, fibrous, foliated, radiated, dan
sebagainya. Untuk kristal yang dalam pertumbuhannya terhalang oleh kristal yang lain atau
juga terhalang magma yang kental, sering menghasilkan bentuk “incipient crystals”

Belahan
Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis yang teratur sepanjang
bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa sangat baik, baik, buruk atau tidak ada.
Dalam hal tertentu sebaiknya orientasi belahan inii ditentukan kedudukannya terhadap sumbu
kristalnya. Belahan merupakan sifat fisikyang tetap pada satu jenis mineral yang
menunjukkan sifat khas dari struktur atom di dalamnya.
Belahan satu arah
Beberapa mineral dicirikan oleh adanya belahan pada satu arah saja, misalnya pada semua
mineral mika. Bidang-bidang belahan akan nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu
dengan yang lain pada sayatan yang dipotong miring atau sejajar terhadap sumbu kristal atau
memotong arah bidang belahan. Sedangkan sayatan yang tegaklurus sumbu kristal atau
sejajar bidang belahan, maka belahan tidak akan nampak sama sekali

Pecahan
Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah dengan cara
tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya belahan. Jenis-jenis pecahan
yang khas antara lain pecahan seperti gelas (subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan
memotong pada olivin, ortopiroksen dan nefelin.
Indeks Bias dan Relief
Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke dalam
media yang lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut
mengalami pembiasan pada batas kontak kedua media tersebut. Semakin besar perbedaan
harga indeks bias antara kedua media, maka semakin jelas bidang batas natara keduanya.
Sebaliknya semakin kecil perbedaan harga indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar
mineral akan semakin kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop,
maka sayatan mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan media balsam
kanada yang mempunyai relief nol (sebagai standar) dengan n = 1.537.
Dalam pengamatan dan penilaian relief mineral secara relatif, maka harga relief mineral
harus dibandingkan dengan relief standar balsam kanada (n = 1.537) atau relief kuarsa (n =
1.544). setiap mineral yang mempunyai indeks bias kurang dari relief standar disebut
memiliki relief negatif, sedangkan mineral yang memiliki indeks bias lebih besar dari standar
disebut memiliki relief positif. Cara untuk membedakan jenis relief adalah dengan
menggunakan metode garis Becke. Selain penilaian relief positif/negatif, harga relief suatu
mineral juga dinilai berdasar tingkatan perbedaan harga indeks bias dengan n standar. Setiap
mineral yang mempunyai n relatif dekat dengan n standar yaitu antara 1.545 – 1.599 maka
disebut memiliki relief positif rendah

Warna dan pleokroisme


Warna yang tampak pada mikroskop polarisasi adalah warna yang dihasilkan oleh oleh sifat
cahaya yang bergetar searah dengan arah polarisator. Pada mineral yang bersifat isotropik
hanya terdapat satu warna saja yang tidak berubah sama sekali walaupun meja objek diputar,
sedangkan pada mineral yang bersifat anisotropik, dapat terjadi dua atau tiga warna yang
berbeda tergantung pada arah sayatan mana yang diamati.
Seluruh mineral yang menampakkan lebih dari satu warna disebut pleokroik, yang dicirikan
oleh dua warna disebut dikroik, dan tiga warna disebut trikroik. Dengan demikian mineral
yang isotropik selalu tidak mempunyai pleokroisme, mineral anisotropik sumbu satu akan
memiliki pleokroisme dikroik (apabila disayat tidak tegak lurus sumbu optik) dan tanpa
pleokroisme (apabila disayat tegak lurus sumbu optik), dan mineral anisotropik sumbu dua
akan bersifat trikroik, dikroik, maupun tanpa pleokroisme, tergantung sudut sayatannya.

III.6.2 Pengamatan Dengan Nikol (Nikol Bersilang)


Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light) dimaksudkan bahwa dalam
pengamatannya digunakan analisator bersilangan dengan polarisator (sinar diserap dalam dua
arah yang saling tegak lurus). Sifat yang dapat diamati adalah sifat optik yang berhubungan
dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati antara lain warna
interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran.
Warna Interferensi
Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun penjelasannya cukup rumit,
sehingga kita harus memahami konsep dasarnya secara bertahap.
Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator inilah, komponen sinar
lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat diteruskan hingga mata
pengamat. Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat dan lambat inilah, maka terjadi
yang disebut sebagai beda fase atau retardasi. Semakin besar selisih indeks bias, semakin
besar beda fase/retardasinya.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan
mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut dicocokkan dengan tabel
interferensi Michel – Levy Chart.
- polariser + analyser
- polariser + isotropic mineral + analyser
- polariser + anisotropic mineral + analyser (position perpendicular to the optic axis)
- polariser + anisotropic mineral + analyser. Specific position: extinction position
- polariser + anisotropic mineral + analyser. General position: interference colour

Tanda rentang optik


Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara sumbu kristalografi
(terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar cepat (x) dan lambat (z).
Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau z) yang kedudukannya berimpit
atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu panjang kristal. Dengan demikian, TRO hanya
dimiliki oleh mineral yang memiliki belahan satu arah atau arah memanjangnya mineral
(sumbu c). Jenis tanda rentang optik yaitu :
Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat (sumbu
z). Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu penambahan orde warna interferensi pada saat
kompensator digunakan.
Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan arah getar sinar cepat (sumbu x).
Keadaan ini dinamakan Substraksi yaitu pengurangan orde warna interferensi pada saat
kompensator digunakan.
Penentuan tanda rentang optik dilakukan dengan pengamatan nikol bersilang dengan
menggunakan kompensator (keping gips/baji kuarsa). Cara menentukan orientasi optik dan
sudut gelapan antara lain:
Letakkan mineral pada posisi sumbu panjang (c) sejajar PP (vertikal)
Putar meja objek sehingga pada terang max
Catat warna interferensinya, orde…
Masukkan keping kompensator, perhatikan gejala yang terjadi, addisi atau subtraksi
Jika subtraksi = z kompensator tegak lurus z indikatriks mineral, à length fast, TRO negatif
Jika addisi = z kompensator sejajar z indikatriks mineral, à length slow, TRO positif
Putar meja ke kiri hingga gelap maks, pada kedudukan ini z atau g sejajar atau tegaklurus PP,
catat kedudukan ini Ao
Putar kembali meja objek hingga sumbu panjang kristal sejajar PP, catat kedudukannya Bo
Sudut gelapannya = A-B
Kembaran
Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi, dua atau lebih
kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Simetri intergrown inilah yang dikenal
sebagai kembaran.
Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi pada dua lembar
kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga kedudukan gelapan dan warna
interferensi maksimalnya berlainan.
Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam tiga proses yang berbeda yaitu kembaran
tumbuh, transformasi, dan deformasi

Kembaran tumbuh/Growth Twins


Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau pertumbuhan kristal, di mana
dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari satu kisi yang sama dengan orientasi
berlawananJenis kembaran ini terbagi atas kembaran kontak dan kembaran penetrasi. Contoh
jenis kembaran ini adalah kembaran carlsbad pada ortoklas dan kembaran albit pada
plagioklas.

Kembaran transformasi
Kembaran ini dapat terjadi karena kristal mengalami transformasi karena perubahan P dan T
terutama karena perubahan T. Hal ini hanya dapat terjadi pada kristal yang mempunyai
struktur dan simetri yang berbeda pada kondisi P dan T yang berbeda. Pada saat P&T
berubah, bagian tertentu dari kristal ada yang stabil ada yang mengalami perubahan orientasi
kisi, sehingga terjadi perbedaan orientasi pada bagian berbeda dari kristal. Contoh: kembaran
dauphin dan kembaran brazil pada kuarsa terbentuk karena penurunan T. Contoh lain adalah
kembaran periklin yang terjadi pada saat sanidin (monoklin, high T) berubah menjadi
mikroklin (triklin, low T).

Kembaran Deformasi/Deformation Twins


Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah padat. Karena deformasi
(perubahan P) atom pada kristal dapat terdorong dari posisi semula. Apabila perubahan posisi
ini terjadi pada susunan yang simetri, akan menghasilkan kembaran. Contoh kembaran jenis
ini adalah polisintetik pada kalsit.

Jenis-jenis kembaran :
Gelapan dan kedudukan gelapan
Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan (keadaan di mana mineral gelap maksimal) dapat
terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator hingga mata pengamat. Pada
zat anisotropik syarat terjadinya gelapan adalah kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah
getar polarisator dan/atau analisator. Sumbu sinar = sinar cepat (x) dan sinar lambat (z).
Sehingga dalam putaran 360o akan ada empat kedudukan gelapan. Sebaliknya kedudukan
terang maksimal (warna interferensi maksimal) terjadi pada saat sumbu sinar membuat sudut
45o terhadap arah getar PP dan AA.
Gelapan sejajar/paralel
Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar dengan arah getar PP
dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik berimpit dengan sumbu kristalografi.
Gelapan miring
Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) menyudut terhadap arah getar
PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik menyudut terhadap sumbu
kristalografi
Gelapan bergelombang
Terjadi pada mineral yang mengalami tegangan/distorsi sehingga orientasi sebagian kisi
kristal mengalami perubahan berangsur, dan kedudukan gelapan masing2 bagian agak
berbeda.
Gelapan bintik/mottled extinction
Umumnya terjadi pada mineral silikat berlapis (mika), hal ini terjadi karena perubahan
orientasi kisi kristal secara lokal, sehingga tidak seluruh bagian kristal sumbu sinarnya
berorientasi sama

Sifat Optik
Rock Forming Minerals

KUARSA
Colorless, relief rendah
Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral
Tidak punya belahan
Gelapan bergelombang
Warna interferensi abu2 orde1
TO sumbu I (+)

ORTOKLAS
Colorles tapi agak keruh, relief rendah
Pada sayatan 001 terlihat kembaran carlsbad
WI abu2 terang orde I
TO sumbu 2 (-)

PLAGIOKLAS
Colorles tapi agak keruh, relief rendah-sedang
kembaran albit atau carlsbad-albit
WI abu2 terang orde I
TO sumbu 2 (-) dan (+)

OLIVIN
Abu2 agak kehijauan-transparan
Relief tinggi
Bentuk poligonal/prismatik
Pecahan tak beraturan, tanpa belahan
WI orde II
Pada bidang pecahan/rekahan sering teralterasi menjadi serpentin

5. KLINO PIROKSEN (AUGIT, DIOPSID)


Warna bening, abu-abu kecoklatan, prismatik, sayatan//c belahan 1arah, sayatan tegak lurus c
belahan 2 arah 90o
Gelapan miring, augit 45-54o diopsid 37-44o
TO (+) sb2

ORTOPIROKSEN (ENSTANTIN, HIPERSTEN)


Sifat optik sama dengan klinopiroksen
Yang membedakan adalah gelapannya sejajar (klino=miring)
TO sumbu 2 (-) àhipersten (+) à enstatit
HORNBLENDE
Warna kehijauan/kecoklatan,
relief tinggi,
pleokroisme kuat (dikroik/trikroik),
belahan 1 arah atau 2 arah 120o,
bentuk prismatik (biasanya memanjang),
gelapan miring 12-30o

BIOTIT
Warna coklat, kemerahan, kehitaman
Bentuk berlembar
Pleokroisme kuat
Gelapan sejajar

MUSCOVIT
Bentuk dan sifat optik lain mirip biotit, warna colorless

KALSIT
Colorless
Belahan sempurna tiga arah
Biasganda sangat tinggi
TO I (-)

TREMOLIT – AKTINOLIT
Warna colorless-agak kehijauan, bentuk prismatik memanjang/kolumnar, pleokroisme lemah,
gelapan miring 10-20o
Untuk bentuk dan sifat optik yang sama, warna kebiruan dengan sudut gelapan 4-6o
=glaukofan
Diposkan oleh Heru Haryadi di 07.34 2 komentar Link ke posting ini
Label: MINERAL

MIKROSKOP POLARISASI

MIKROSKOP

Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya
sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi. Keutamaan
dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena
dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang
paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna
yang khusus.
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu difahami
benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap bagian adalah sangat peka
dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya
ditutup dengan kerudung plastik. Bagian-bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu,
minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa buttr debu yang betapapun kecilnya
akan dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan.

II.1 Definisi Mikroskop Polarisasi


Mikroskop polarisasi ini berbeda dengan mikroskop biasa yang dipakai pada bidang biologi,
kedokteran, atau bidang lainnya, di mana mikroskop hanya memperbesar benda yang diamati.
Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang terbias/ dibelokkan, bukan cahaya terpantul.
Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada
mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici
bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe yang biasa
digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb, dan Reichert.

II.2 Bagian-bagian mikroskop polarisasi dan fungsinya


a. Kaki Mikroskop
 Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada yang bulat dan
ada yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga
digunakan untuk menempatkan cermin.
 Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen
sebagai sumber cahaya pengganti cermin.
b. Substage Unit
 Polarisator atau ” lower nicol ”
 Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran polaroid.
 Berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya
cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan. Dalam
mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan
salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W.
 Diafragma Iris
 Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang
diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal
ini merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh mata
pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap orang relatif berbeda.
 Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin
diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin
untuk pengamatan “garis becke”.
 Kondensor
 Terletak pada bagian paling atas dari “substage unit”. Kondensor berupa lensa cembung
yang berfungsi untuk memberikan cahaya memusat yang datang dari cermin di bawahnya.
Lensa kondensor dapat diputar/diayun keluar dari jalan cahaya apabila tidak
digunakan/difungsikan. Fungsi kondensor lebih lanjut akan dibahas pada bab konoskop.
 Meja Objek
 Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya sebagai jalan masuknya
cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit preparat/peraga. Meja objek ini
dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam
derajat dari 0 sampai 360o
 Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran
meja pada sumbunya (centering).

 Tubus Mikroskop
 Bagian ini terletak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit teropong.
 Terdiri atas beberapa bagian antara lain :
 Lensa Objektif
• Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi untuk menangkap dan
memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek.
• Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran
yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan
adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.
 Lubang Kompensator
• Adalah suatu lubang pipih pada tubus sebagai tempat memasukkan kompensator, suatu
bagian yang digunakan untuk menentukan warna interferensi
• Kompensator berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan, sehingga pada saat
dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna interferensi pada mineral
 Analisator
• Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan polarisator, dan terbuat
dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator
(nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang)

 Lensa Amici Bertrand


• lensa ini difungsikan dalam pengamatan konoskopik saja, untuk memperbesar gambar
interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back focal plane) pada lensa objektif,
dan memfokuskan pada lensa okuler.

 Lensa Okuler
• Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk memperbesar
bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya
terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan objek
pengamatan.
Diposkan oleh Heru Haryadi di 07.12 0 komentar Link ke posting ini

BENTUK TUBUH BATUAN BEKU

BENTUK TUBUH BATUAN BEKU DALAM

Batuan beku dapat digolongkan berdasarkan tempat pembekuan magma yakni batuan beku
dalam (batuan beku plutonik) dan batuan beku luar (batuan beku ekstrusive. Pembahasan
dalam paper kali ini adalah mengenai batuan beku dalam beserta bentuk tubuh batuan beku
tersebut.
Batuan beku dalam terbentuk oleh magma yang membeku di bawah permukaan bumi, yang
kemudian mengalami pendinginan yang sangat lambat sehingga memungkinkan tumbuhnya
kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive atau
batuan beku plutonik. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup
pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di
sekelilingnya.
Bentuk tubuh batuan beku dapat dibedakan menjadi dua yakni bentuk yang memotong
struktur batuan disekitarnya dan bentuk batuan beku yang sejajar dengan struktur batuan
disekitarnya. Bentuk tubuh batuan beku yang memotong struktur batuan disekitarnya disebut
diskordan yang meliputi dike, batholit, dan stock.
a. Dike
Dike adalah bentuk tubuh batuan beku yang memotong struktur batuan disekitarnya yang
memiliki bentuk tabular dengan kedua sisinya sejajar. Dike berasal dari intruksi magma yang
telah membeku. Dike memiliki ukuran dimensi lebar yang bervariasi mulai dari centimeter
sampai beberapa meter dengan dimensi panjangnya atau lateralnya sampai beberapa
kilometer. Dimensi dike lebih kecil dari dimensi batholit. Karena dike memotong batuan
beku disekitarnya, dapat dianalisis bahwasannya umur dari dike lebih muda dari batuan yang
dipotongnya yang mana manganut hukum cross-cutting relationship. Dike biasanya
memotong batuan sekitarnya secara vertikal atau cenderung vertikal, akan tetapi akibat dari
aktivitas tektonisme, rangkaian atau urutan dari lapisan dike dan batuan sekitarnya yang
dipotong berubah menjadi horizontal.
Tekstur dan komposisi dari dike dapat berubah dari basa ke granitik yang berarti cenderung
ke asam, akan tetapi secara umum komposisi dari dike adalah basa

b. Batholit
Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya
tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batholit
merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak
berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa
batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian
geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30
km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada
rekahan yang sebesar dimensi batholit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan
yang berada diatasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma
yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang
naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.
Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap.
Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak
semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap fragmen batuan yang
berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.
Sebagian batholit juga dapat muncul ke permukaan bumi dengan luasnya yang lebih dari 100
kilometer persegi. Proses yang menyebabkan batholit dapat muncul ke permukaan adalah
proses erosi yang dipercepat dengan proses uplift dari lempeng benua tempat batholit tersebut
terbentuk degnan kisaran waktu puluhan sampai ratusan tahun.

c. Stock
Stock, seperti batholit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan
dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau
bagian atas batholit.
Bentuk tubuh batuan beku yang lain adalah yang sejajar dengan batuan yang ada disekitarnya
yang meliputi sill, lakolit, dan lopolit.
a) Sill
Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar. Proses terbentuknya sill
berhubungan erat dengan terbentuknya dike dimana dike yang terkena aktivitas tektonik
dapat berubah orientasinya menjadi horizontal, begitu pula sebaliknya pada sill.

b) Lakolit
Lakolit, sejenis dengan sill yakni batuan beku yang menerobos diantara batuan sedimen.
Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung
atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan
Sill. Pembentukan lakolit yang seperti kubah tersebut berkaitan dengan tingginya tekanan
dari magma yang berada dibawahnya.

c) Lopolit
Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
Berikut gambar dari perbedaan beberapa macam bentuk tubuh batuan beku secara
keseluruhan.
Diposkan oleh Heru Haryadi di 07.10 0 komentar Link ke posting ini
Label: BENTUK TUBUH BATUAN BEKU

BATUAN SEDIMEN

BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan
batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di
endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan.
( Pettjohn, 1975 )

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara
beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus
sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan
sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil
dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan – batuan yang terdapat
dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping
kira - kira 80%.
Berdasarka ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2
macam :
1. Batuan Sedimen Klastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian
tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.

2. Batuan Sedimen Non Klastik


Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi. Pembentukannya adalah
kimiawi dan organis.

Sifat – sifat utama batuan sedimen :


1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses
sedimentasi.
2. Sifat klastik yang menandakan bahwa butir – butir pernah lepas, terutama pada golongan
detritus.
3. Sifat jejak adanya bekas – bekas tanda kehidupan (fosil).
4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.

Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang
diketahui di litofera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku
metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan –
batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku
sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal
sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer
ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap
singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya
hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan
dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan
yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis darim0,2 kilometer sampai lebih dari 3
kilometer, sedangkan ketebalan rata – rata sekitar 1 kilometer.
Total volume dan massa dari batuan – batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang
berbeda – beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat. Beberapa ahli
dalam bidangnya telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata – rata dari lapisan batuan
sedimen di seluruh muka bumi. Clarke (1924) pertama sekali memperkirakan ketebalan
sedimen di paparan benua adalah 0,5 kilometer. Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan
ini lebih tinggi, lapisan tersebut selalu bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan
beku, oksidasi, karonasi dan hidrasi. Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan
di benua sehinngga ketebalan akan mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen hasil
perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108 kilometer kubik.
( Danang Endarto, 2005 )

2 Penggolongan Dan Penamaan Batuan Sedimen


Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh para ahli,
baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan dua golongan
( Pettjohn, 1975 dan W.T. Huang, 1962 )
1. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal.
Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri.
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua golongan besar dan
pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya batuan tersebut
berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun
dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan
langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga
diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai
dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar.
Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan batua lempung
dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di endapkan di lingkungan laut
dari laut dangkal sampai laut dalam.
Fragmentasi batuan asal tersebut dimulaiu darin pelapukan mekanis maupun secara kimiawi,
kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung sedimen mengalmi diagenesa yakni, proses proses – proses
yang berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah
litifikasi. Hal ini merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.
Proses diagenesa antara lain :
A. Kompaksi Sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat beban di
atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang
lain menjadi rapat.

B. Sementasi
Yaitu turunnya material – material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat
butir – butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat kelurusan larutan
pada ruang butir makin besar.

C. Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari
pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum
terjadi pada pembentukan batuan karbonat.

D. Autiqenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral tersebut
merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum diketahui
sebagai berikut : karbonat, silica, klorita, gypsum dll.

E. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan
volume asal.

2. Batuan Sedimen Non Klastik


Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme.
Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik.
Menurut R.P. Koesoemadinata, 1980 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan
yaitu :
A. Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara
lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di
lingkungan sungai dan danau atau laut.

B. Golongan Detritus Halus


Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai
laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan
Nepal.

C. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera.
Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih
dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras
sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai
bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material
penyusunnya.

D. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk
lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah
diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

E. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup
pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup,
sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsur – unsur tertentu. Dan faktor yang
penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan
tersebut. Batuan – batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.

F. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur – unsur organik yaitu dari tumbuh – tumbuhan.
Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang
tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan
terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan
sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
( Danang Endarto, 2005 )
II.3 Tekstur Batuan Sedimen
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sediment klastik dan
non klastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material –
material hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya.
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta
susunannya. Butiran tersusun atau terikat oleh semen dan masih adanya rongga di antara
butirnya. Pembentukannya di kontrol oleh media dan cara transportasinya. Pembahasan
tekstur meliputi :
1. Ukuran Butir (Grain Size)
1.1 Pemilahan ukuran butir didasarkan pada skala Wenworth, 1922

NO Nama Butir Besar Butir (mm)


1 Bongkah 256
2 Berangkal 256 - 64
3 Kerakal 64 - 4
4 Pasir Sangat Kasar 4 – 2
5 Pasir Kasar 2 – 1
6 Pasir Sedang 1 – ½
7 Pasir Halus ½ - ¼
8 Pasir Sangat Halus ¼ - 1/8
9 Lanau 1/16 – 1/256
10 Lempung < 1/256

2. Pemilahan (Sorting)
Adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin
seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik. Ada 3 macam
pemilahan yaitu :

A. Well sorted : terpilah baik


B. Medium sorted : terpilah sedang
C. Poor sorted : terpilah buruk
3. Kebundaran
Adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya bisa di amati pada
batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari bentuk batuan yang terdapat dari
batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk
mudahnya dipakai perbandingan sebagai berikut :
1. Wellrounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hamper equidimensional, sferoidal.

2. Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan – permukaan bundar, ujung – ujung dan tepi – tepi butiran
bundar.

3. Subrounded (membundar tanggung)


Permukaan umumnya datar dengan ujung – ujung yang membundar.

4. Subangular (menyudut tanggung)


Permukaan umumnya datar dengan ujung – ujung yang tajam.

5. Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.

4.Shape
Adalah bentuk daripada butiran itu sendiri dan dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
A. Oblate / labular
B. Equent / equiaxial
C. Bladed / traxial
D. Prolate / rod shaped

5.Porositas
Adalah perbandingan seluruh permukaan pori dengan volume dari batuan.

6.Permeabilitas
Permeabilitas sukar ditentukan tetapi dapat dikira – kira melalui porositas. Salah satu metoda
pendekatan untuk mengetahui permeabilitas adalah dengan menempatkan setetes air pada
sekeping yang kering dan mengamati kecepatan air merembes. Istilah yang biasa
dipergunakan adalah :

- Fair : 1 – 10 md
- Good : 10 – 100 md
- Very good : 100 – 1000 md

7. Matrix
Adalah semacam butir (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek geometri tak begitu
penting, terdapat di antara butiran sebagai massa dasar.
8. Semen
Adalah bukan butir, tapi material pengisi rongga antar butir, biasanya dalam bentuk amorf
atau kristalin. Bahan – bahan semen yang lazim adalah :
- Klasit - oksida
- Solomit - silika
- Sulfat - Siderit

9. Kemas (fabric)
Di dalam batuan sedimen klastik dikenal 2 macam kemas, yaitu :
A. kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan.
B. kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan.
( Danang Endarto, 2005 )

Struktur Batuan Sedimen


Struktur sedimen merupakan suatu kelainan darim perlapisan normal batuan sedimen yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Pembentuknya
dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan. Dengan
kata lain, struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang lebih
besar.

1. Struktur sedimen berdasarkan asalnya


Berdasarkan asalnya struktur sedimen yang terbentuk dapat dikelompokan menjadi 3 macam:

A. Struktur sedimen primer


Terbentuk karena proses sedimentasi dengan demikian dapat merefleksikan mekanisasi
pengendapannya.
B. Struktur sedimen sekunder
Terbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga merefleksikan
keadaan lingkungan pengendapannya.
C. Struktur organik
Terbentuk oleh keadaan organisme seperti molusca, cacing atau bintang lainnya.

Struktur batuan sedimen tidak banyak yang dapat dilihat dari contoh – contoh batuan di
laboratorium. Macam – macam struktur batuan sedimen yang penting antara lain adalah
struktur perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik
yang mengahasilkan bidang – bidang sejajar sebagai hasil dari pross pengendapan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :
1. Adanya perbedaan warna mineral.
2. Adanya perbedaan ukuran besar butir.
3. Adanya perbedaan warna komposisi mineral.
4. Adanya perbedaan macam batuan.
5. Adanya perbedaan struktur sedimen.
6. Adanya perbedaan kekompakan.

2. Struktur sedimen berdasdarkan saat terjadinya.


Secara garis besar struktur dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Struktur sygnetik
1) Karena proses fisik

a. External structure
Contoh : bentuk lembaran, lensa, lidah, delta dan shoestring.
b. Internal structure
1) Perlapisan dan laminasi
- Normal current bedding yaitu perlapisan karena arus normal, missal perlapisan sejajar.
Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi :
a. laminasi : bila tebal lapisan kurang dari 1 cm.
b. stratum : bila tebal lapisan lebih dari 1 cm.
c. beds : kumpulan dari beberapa laminar dan strath.
- Cross bedding yaitu perlapisan silang siur yang terjadi akibat adanya perubahan arus.
- Graded bedding yaitu perlapisan tersusun yang terjadi karena adanya pemilihan ukuran butir
dari halus ke kasar.

2) Features of bedding planes yaitu bentuk dari permukaan lapisan selama proses
sedimentasi.
- Ripplemarke yaitu bentuk permukaan bergelombang karena adanya proses satu arah.
- Mud crack yaitu bentuk – bentuk retak – retak pada lapisan lumpur, biasanya berbentuk segi
lima.
- Flute cast yaitu bentuk gerusan pada permukaan lapisan yang bentuknya seperti seruling.
- Load cast yaitu lekukan pada batas perlapisan yang diakibatkan oleh gaya tekan dari muatan
yang ada di atasnya.

3) Deformation structure
Yaitu terjadinya perubahan struktur batuan pada saat sedimen terendapkan karena adanya
tekanan.
- Post deposisional blump features yaitu struktur luncura yang terjadi akibat adanya desakan
yang tinggi.
- Intraformational konglomerat yaitu struktur hancuran yang menyerupai konglomerat karena
adanya pergerakan pada sedimen sebelum mengalami litifikasi.

2) Karena proses biologi


a. External structure
- Biostromes yaitu struktur batu gamping yang berlapis
- Biohern yaitu panggul buklit yang mempunyai penyebaran terbatas.
b. Internal structure
- Misalnya fosil dalam batuan.

B. Struktur epigenetic
1) Karena proses fisik

a. External structure
- Batas antar tiap lapisan :
o Batas tegas atau gradual
o Batas selaras
o Lipatan dan sesar
b. Internal structure
- Clastic dike yaitu trjadi karena adanya tekanan hidrostatika yang kuat sehingga material
seperti di injeksikan.
2) Karena proses kimia atau organisme
- Corrosion zone
- Concretions
- Stilotites
- Cone in cone
- Cristal mold and cast
- seins and dike

3) Genesa Struktur – struktur Batuan Sedimen


A. Massif
Batuan massif bila tidak menunjukan struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm.

B. Graded Bedding
Lapisan yang dicirakan oleh perubahan yang granual dari ukuran butir penyusunnya bila
bagian bawah kasar dan keatas semakin halus disebut normal grading.

C. Laminasi
Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm terbentuk bila
pola pengendapannya dengan energi yang konstan.biasanya terbentuk dari suspensi tanpa
energi mekanis.

D. Cross lamination
1) Cross lamination
Secara umum dipakai untuk lapisan miring dengan ketebalan kuranmg dari 5 cm, dengan
fareset ketebalannya lebih dari 5 cm, merupakan struktur sedimentasi yang tunggal yang
terdiri dari urut – urutan sistematik.
2) Cross bedding
Secara umum bentuk fisik cross lamination, yang membedakan hanyalah ketebalannya, yaitu
lebih dari 5 cm untuk cross bedding.

E. Clastic Imbrication
Adalah suatu struktur sedimentasi yang dicirikan oleh fragmen – fragmen tabular yang
overlapping dan menunjukan arus ke atas pada daerah yang berbatu – batu atau pada daerah
yang miring. Biasanya pada daerah fluvial.

F. Primary current kination


Adalah struktur sdimentasi yang berbentuk garis pada di dalam batuan yang terbentuk oleh
arus utama,sering diterapkan pada batuan sedimen yang biasanya menunjukan pelurusan
suatu garis tunggal dari kumpulan cangkang.

G. Fosil orientation
Adalah struktur sedimen yang menunjukan orientasi tertentu dari kumpulan fosil yang
menunjukan arah arus sedimentasi yang di akibatkan oleh pengenangan yang energi
transportasinya berkurang, sedangkan fosilnya sendiri mempunyai bentuk – bentuk yang
dapat berorientasi.
H. Load cast
Adalah struktur sedimen yanq terbentuk akibat tubuh sedimen yang mengalami pembebanan
oleh material sedimen lain di atasnya.

I. Flute cast
Adalah struktur sedimen yang berupa celah dan terputus – putus serta berbentuk kantong,
dengan ukuran 2 – 10 cm, struktur ini terbentuk pada batuan dasar akibat pengaruh aliran
turbulen dari air merupakan gerusan dari media transportasi yang membawa material
kemudian material – material tersebut mengisinya yang biasanya berupa pasir.

J. Mud cracks
adalah struktur sedimen yang berupa retakan – retakan pada tubuh sedimen bagian
permukaan, biasanya pada tubuh campur yang berkembang sifat kohesinya. Hal ini akibat
perubahan suhu dan pengerutan.

K. Tool marks
Adalah material – material pasir yang terbawa arus menggerus permukaan lumpur dan
meninggalkan jejak yang menjadi tempat berkumpul material pasir tersebut dan gerakan
merupakan tonjolan lapisan pasir ke bawah.

L. Rain print
Adalah suatu lubang lingkaran atau elips kecil yang terbentuk di atas lumpur yang masih
basah oleh air hujan yang kemudian setelah lumpur itu kering di atasnya terendapkan lapisan
batupasir.

M. Flame structure
Adalah structure sedimen yang berupa bentukan dari lumpir yang licin dan memisahkan ke
bawah membesar membentuk load cast dari pasir pada kontak antara lempung dan pasir.
Kenampakan structure ini menyala pada cross section dari shale yang memasuki batupasir
akibat tekanan lateral.

N. Ball, pillow or pseudonodule structure


Adalah suatu bentuk akibat gaya beban dari atas pada shale oleh batupasir dimana shale
tersebut belum dapat benar.

O. Convolute bedding
Adalah struktur deformasi dari suatu lapisan yang membentuk perlapisan meliuk – liuk
dengan ketebalan lapisan 2 – 25 cm.

P. Scours
Adalah struktur sedimen yang terbentuk pada tubuh sedimen di mana terbentuknya lebih awal
yang kemudian tergerus oleh arus berikutnya.

Q. Channels
Struktur sedimen yang mempunyai ciri erosional yang kelok – kelok dan merupakan bagian
dari sistem transportasi yang mempunyai energi penggerusan cukup besar.
R. Dish and pillow structure
Adalah struktur sedimen yang terbentuk oleh bantal dan mangkok yang terbentuk oleh
sedimen pasir yang belum terkonsilidasi telah tertimbun sedimen lain di atasnya sehingga
mengalami penekanan ke bawah.

S. Low relief erosion surface


Adalah struktur sedimen yang terbentuk relief rendah pada permukaan tubuh sedimenakibat
proses erosi.

T. Syndepositional fold and slumps


Adalah suatu bentukan lipatan kecil pada batupasir yang terjadi karena perlapisan batupasir
tersebut belum terkonsilidasi benar.

U. Hard ground mass


Adalah struktur sedimen yang terbentuk akibat dari akumulasi material sedimen yang khas di
dalam tubuh sedimen lain yang relatif lunak.

( Danang Endarto, 2005 )


3. Batuan Sedimen Non Klastik Kimiawi
a. Batuan – batuan Sedimen Evaporit
Nama batuan adalah nama mineral penyusunnya yang bersifat monomineral, yaitu dikenal
sebagai mineral garam. Sebetulnya telah dikenal 30 mineral garam di endapan evaporit di
Strassfurt, Jerman, tetapi hanya 3 mineral (batuan) yang terdapat paling banyak dan yang
lainnya sangat sedikit. Ketiga mineral tersebut adalah, gip (CaSO4 2H2O), anhidrit (CaSO4),
dan halit (NaCl).
Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis – lapis. Anhidrit sering
memperlihatkan perlapisan yang rumit, karena batuan ini bersifat kristalin tetapi air dalam
pori – porinya memperlihatkan struktur aliran.
Evaporit terdapat berinterklasi dengan sedimen biasa, terutama serpih merah dan dolomit
umumnya dengan sedimen merah. Banyak pula terdapat diatas atau interklasi dengan
karbonat terutama dolomit, juga sering berasosiasi dengan bitumina.
Evaporit belum pernah didapatkan secara meyakinkan di Indonesia. Paling banyak terdapat di
Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah (Iran).
Pada umunya anhidrit dan gip ini mendominir endapan evaporit, malah kebanyakan evaporit
tidak memperlihatkan adanya halit. Ketebalan keseluruhannya dapat berkisar 8 sampai 1.500
meter (di New Mexico, Perm), 300 – 500 meter terdiri anhidrit, berlaminasi yang
diinterpretasikan sebgai varva.
Walaupun diduga keras evaporit berasal dari penguapan air laut, namun ada beberapa
persoalan seperti :
• Bagaimana terjadi pengendapan dari air laut itu yang memberikan lebih banyak anhidrit
daripada halit.
• Apakah yang diendapkan itu gip atau anhidrit.
• Bagaimana mekanisme pengkonsentrasian serta penguapan air asin itu menjadi evaporit.
Beberapa batuan sedimen non klastik kimiawi jenis evaporit yang utama :
1) Batuan Gip
Batuan ini terdapat secara kristalin kasar sampai halus granular. Batu gip dapat pula masif,
dan sering terdapat sebagai kristal – kristal yang kasar tetapi yang demikian biasanya terdapat
sebagai urat atau kristal nodul dalam lumpur atau pasir. Batuan ini memperlihatkan struktur
pseudo porphyritic dengan kristal selenit sebagai fenokrisnya.
2) Batuan Anhidrit
Batuan ini lebih banyak terdapat daripada gip, juga berlapis tetapi kadang – kadang masif,
tebal dan meluas. Struktur sedimennya memperlihatkan laminasi yang keriput, pada
umumnya granular halus, tetapi di bawah mikroskop kristal kasar, tetapi juga serabut dengan
massa kristalin kasar. Kenampakan porfiritik disebabkan penyabaran kristal gip diantaranya.
3) Halit (batugaram)
Batuan ini terdapat secara masif dan secara kristalin kasar, kadang – kadang berlaminasi.
Sering berinterlaminasi (beberapa cm) denga sisipam tipis (seperti kertas) oleh anhidrit atau
dolomit. Juga garam hitam sering berinterklasi denga garam putih berbentuk kristal kubus.
Halit sering menjadi terobosan – terobosan yang membentuk saltdome (kubah garam). Hal ini
disebabkan berat jenis yang lebih rendah dibandingkan batuan sekeliling dan sifat mudah
mengalir pada temperatur dan tekanan rendah.
b. Batuan –batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini adalah batuan yang bersifat monomineral, dan
banyak serta langka terdapat sebagai batuan, seperti :
• Rijang (Chert)
Komposisi dari rijang adalah opal, kalsedon, kuarsa, kristobalit, dan sedikit mengandung
kalsit dan dolomit. Tekstur batuan ini seperti mikrokristalin kuarsa dan kalsedon euhedral
sampai poli-hedral.

Tabel. Komposisi Kimia dari Rijang


Senyawa Rijang Batupaneker Nodul Rijang Serpih Diatomea Rijang Hijau
SiO2 93.54 98.93 70.78 73.71 85.78
TiO2 0.03 0.50
Al2O3 2.26 0.14 0.45 7.25 5.68
Fe2O3 0.48 0.06 0.02 2.63 2.92
FeO 0.08 0.30 0.44 2.09
MnO 0.79 0.01 0.02
MgO 0.23 0.02 1.88 1.47 0.25
CaO 0.66 0.04 12.90 1.72 0.48
Na2O 0.37 0.05 1.19 0.68
K2O 0.51 0.06 1.00 0.36
H2O+ 0.72 0.17 0.32 6.94
H2O- 0.21 0.27 0.48 2.88 1.88
P2O5- 0.16 0.24
CO2 0.02 12.04
SO3 0.16
C 0.18 0.33
Total 99.86 99.92 100.14 100.13 100.13
(Koesoemadinata, 1981)
Tabel diatas menunjukan kandungan dan jumlah setiap senyawa kimia, tetapi jumlah SiO2
biasanya antara 82,69 – 99,49 %.
Batuan rijang terdapat secara berlapis – lapis, berasosiasi dengan serpih dan bijih besi atau
sebgai nodul - nodul dalam gamping.
Rijang yang berlapis biasanya berasosiasi dengan endapan geosinklin (subdunction zone),
denga ketebalan ratusan meter dengan sisipan serpih hitam juga berasosiasi denga arus
turbidit dan lumpur silika, mengandung diatomea atau radiolaria, kedalaman laut adalah 120 -
200 meter.
Rijang yang berlapis dapat berasal dari organik dengan pertolongan radiolaria dan diatomea,
atau berasal dari kimia.
Rijang yang berupa nodul, pada umumnya sebagai replacement dari gamping, ada yang
menyatakan silika diendapkan bersama dengan gamping.mungkin secara biokimiawi silika
diambil dari air laut. Kadang – kadang membentuk jaringan dan dapat menyerupai rijang
berlapis.

4. Batuan Sedimen Non Klastik Biologis (Organik)


Batuan Karbonat
Semua batuan terdiri dari garam karbonat, dalam praktiknya gamping (limestone) dan
dolomit lebih utama. Kata karbonat dewasa ini lebih sering dipakai dalam industri minyak
bumi.
Karbonat mempunyai keistimewaan dalam cara pembentukannya, yaitu hanya dari larutan,
praktis tidak ada sebagai detritus daratan. Pembentukan secara kimiawi, tetapi yang penting
adalah turut sertanya organisme.
Hal yang lain adalah terbentuknya klastik sebagai fragmentasi atau pembentukan sekunder
sebagai contoh colitik, dan pengendapan menyarupai detritus.
Komposisi kimia dan mineral
Tidak memperlihatkan lingkunganpengendapan, tetapi penting sebagai derajat diagenesa
rekristalisasi dan penggantian kalsium karbonat.
a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)
Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut. Jarum – jarum aragonit
biasanya diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air laut. Diagenesanya
berubah menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah (test) dari aragonit seperti moluska.

b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)


Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat sebagai
rekristalisasi dari aragonit, sering merupakan cavity filling atau semen, dalam bentuk kristal –
kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.
c. Dolomit : CaMg (CO3)2
Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama dengan
kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer (precipitasi langsung
dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari kalsit.

d. High Magnesium Kalsit


Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering merupakan
batuan dolomit Ls.

e. Magnesit : MgCO3
Biasanya berasosiasi denga evapori.

1. Tekstur Batuan Sedimen Non Klastik


Tekstur dapat dibedakan menjadi dua macam :
f. Kristalin
Tekstur ini terdiri dari kristal – kristal yang interlocking yaitu kristal – kristal yang saling
mengunci satu denga yang lain. Pemerian dapat memakai skala Wenworth denga modifikasi
sebagai berikut :
Nama Butir Besar Butir (mm)
Berbutir Kasar 2
Berbutir Sedang 1/16
Berbutir Halus 1/256
Berbutir Sangat Halus

g. Amorf
Tekstur ini terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal – kristal atau amorf (non
klastik), umumnya berukuran lempung atau koloid, contoh : rijang masif

2. Struktur Batuan Sedimen Non Klastik


Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun kegiatan
organik.
Macamnya antara lain yang penting :
Fosilliforous
Struktur yang ditunjukan oleh adanya fosil atau komposisi terdiri dari fosil (sedimen
organik).
Oolitik
Struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat
konsentris dengan diameter berukuran lebih kecil 2 mm (0,25 – 2 mm) kristal – kristal
berbentuk bulat atau elipsoid, seperti telur ikan. Contoh : batugamping oolit.
Pisolitik
Sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih besar dari 2 mm. contoh : batugamping
pisolitik.
Konkresi
Kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak menunjukan adanya sifat
konsentris.
Cone in cone
Struktur pada batugamping kristalin yang menunjukan pertumbuhan kerucut perkerucut.
Bioherm
Tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu
Blostrome
Seperti bioherm tetapi bersifat klastik. Bioherm dan biostrome merupakan struktur luar yang
hanya tampak dilapangan.
Septaria
Sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempung . ciri khasnya adanya rekahan –
rekahan yang tidak teratur akibat penyusutan bahan – bahan lempungan tersebut karena
proses dehidrasi yang kemudian celah – celah yang terbentuk terisi oleh kristal – kristal
karbonat yang kasar.
Geode
Banyak dijumpai pada batuan gamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh kristal-kristal
yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal bisa kalsit ataupun kuarsa.
Styolit
Styolit ini merupakan hubungan antar butir yang bergengsi.

Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam menentukan penamaan
batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik biasanya komposisi mineralnya sederhana
yaitu bila terdiri dari satu atau dua macam mineral. Sebagai berikut :
Batugamping : Kalsit dolomit
Chert : Kalsedon
Gypsum : Mineral gypsum
Anhidrit : Mineral anhidrit
3. Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (> 50 %) terdiri
dari mineral – mineral atau garam – garam karbonat, yang dalam prakteknya secara umum
meliputi batugamping dan dolomit.
Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan tekstur yang beraneka ragam, struktur serta
fosil. Hal tersebut dapat memberikan informasi yang penting mengenai lingkungan laut
purba, kondisi paleoekologi serta evolusi bentuk dari organisme laut.
Proses pembentukannya dapat terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami
proses kimia maupun biokimia dimana organisme turut berperan, dapat terjadi dari butiran
rombakan yang mengalami transportasi secara mekanik dan diendapkan di tempat lain.
Seluruh proses tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis bebas dan detritus
asal darat.
Batugamping klastik adalah batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus
batugamping asal.
Contoh : Kalsirudit : butiran berukuran rudit (granule)
Kalkarenit : butiran berukuran arenit (sand)
Kalsilutit : butiran berukuran lutit (clay)

Batugamping non klastik adalah batugamping yang terbentuk dari proses-proses kimiawi
maupun organis. Umumnya bersifat monomineral.
Dapat dibedakan :
• Hasil biokimia : bioherm, biostrom
• Hasil larutan kimia : travertin, tufa
• Hasil replacement : batugamping fosfat, batugamping dolomit, batugamping silikat dan
lain-lain.

a. Tekstur Batuan Karbonat


Dewasa ini tekstur batuan karbonat lebih dipentingkan pada susunan mineralogi. Tekstur ini
berhubungan dengan sifat reservoir dalam bentuk minyak dan juga dari segi sedimentasi.
1) Besar Butir
Sering ukuran tersendiri, tetapi hal ini tidak dianjurkan. Lebih baik dipergunakan skala
Wentworth seperti dianjurkan oleh Leighton dan Pendexter (1962).
Mulai 0,0625 mm ke bawah maka tipe butir dan juga penelitian di bawah mikroskop menjadi
mikrit (micrite) atau berupa lumpur (mud) atau berbutir halus (aphanitik). Secara
makroskopis kurang dari 1 mm, tipe butir sudah sukar ditentukan sehingga istilh grain atau
klas dapat dipakai.
2) Bentuk Butir
Bentuk butir juga penting dalam mempelajari gamping terutama dalam memperlihatkan
energi di lingkungan pengendapan.
Dalam bioklast, derajat dari abrasi dan peristilahan seperti pada detritus dipergunakan untuk
fragmen-fragmen pada umumnya. Bioklast dapat dibedakan menjadi cangkang – cangkang
yang utuh atau fragmen kerangkan yang utuh atau bekas pecahan jelas dan yang kedua yang
telah terabrasi atau bundar. Non fragmen, istilah kebundaran seperti diartikan oleh abrasi atau
transport yang jauh. Dan bentuk-bentuk yang lebih cocok ialah spherudal dan ovoid. Di
antara kerangka atau butir sering diisi oleh matriks atau semen.

3) Semen
Biasanya terdiri dari hablur-hablur kalsit yang jelas atau disebut juga spari kalsit (spray
calcite) atau spar. Semen dapat di amati di bawah mikroskop dan semen ini terjadi pada
waktu diagenesa pengisian rongga-rongga oleh larutan yang mengendapkan kalsit sebagai
hablur yang jelas. Kadang-kadang sukar untuk membedakannya denga kalsit sebagai hasil
rekristalisasi yang biasanya lebih halus da disebut mikrospar.
4) Matrik
Matrik adalah butir-butir karbonat yang mengisi rongga-rongga dan terbentuk pada waktu
sedimentasi. Biasanya halus sekali dari bentuk-bentuk kristal tidak dapat di identifikasi,
hampir opak di bawah mikroskop.
Hasil dari matrik ini dapat berupa :
a) Pengendapan langsung sebagai jarum (aragonit) secara kimiawi / biokimiawi, yang
kemudian berubah menjadi kalsit.
b) Merupakan hasil abrasi, gampimg yang telah dibentuk misalnya koral, alga dan sebagainya
dierosi dan abrasi kembali oleh pukulan-pukulan gelombang dan merupakan tepung kalsit.
Tepung kalsit ini membentuk lumpur apu, dan diendapkan terutama di daerah-daerah yang
tenang.

b. Struktur Batuan Karbonat


Pemeriannya hampir sama denga pemerian batuan sedimen klastik.

c. Komposisi Batuan Karbonat


Pada komponen batuan karbonat juga terdapat pemerian fragmen, matrik, semen, hanya
berbeda istilahnya saja, komposisi meliputi allochem.
Allochem merupakan fragmen yang tersusun oleh kerangka atau butir-butir klastik dari hasil
abrasi batugamping yang sebelumnya ada.
Macam-macam Allochem :
1) Kerangka Organisme (skeletal) : merupakan fragmen yang terdiri atas cangkang –
cangkang binatang atau kerangka hasil pertumbuhan.
2) Interclast : merupakan fragmen yang terdiri atas butiran-butiran dari hasil abrasi
batugamping yang sebelumnya telah ada.
3) Pisolit : merupakan butiran – butiran colit denga ukuran lebih besar dari 2 mm.
4) Pellet : merupakan fragmen yang mempunyai colit tetapi tidak menunjukkan adanya
struktur konsentris.

Mikrit
Mikrit merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron, merupakan kristal-kristal karbonat
yang terbentuk secara biokimia atau kimiawi dari prespitasi air laut dengan mengisi rongga
antar butir.
Sparit
Sparit merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran butir halus
(0,02 – 0,1 mm) dapat terbentuk langsung dari semen secara insitu atau rekristalisasi mikrit.

d. Tipe – tipe gamping utama


Tipe gamping ini berdasarkan kenampakan di lapangan, dapat dibagi menjadi :
1) Tipe gamping kristalin
Gamping kristalin kasar tidak dibentuk secara langsung dari pengendapan, tetapi biasanya
dari hasil rekristalisasi dari gamping yang lain, dari gamping klastik ataupun gamping
terumbu ataupun afanitik. Proses ini terjadi pada diagenesa dapat disebut neomorphisme.
Gamping kristalin kasar mungkin juga diendapkan secara langsung dalam asosiasi dengan
pengendapan evaporit.
Dolomit terbentuknya batuan ini terbagi menjadi tiga, yaitu pertama pengendapan langsung
dalam supratidal atau evaporit. Kedua dalam pengendapan pori-pori gamping klastik di
daerah supratidal sabkha, sebagai hablur kemudian partikel kalsit terlarut. Ketiga proses
ubahan (replacement) suatu terumbu yang terangkat ke daerah supratidal denga proses
seepage reflux.
Pada pembentukan dolomit harus memenuhi syarat dimana konsentrasi Mg / Ca ratio = 5 : 1,
sehingga diperlukan penguapan yang luar biasa. Hal ini dapat terjadi di daerah gurun atau
daerah tropis yang kering.
2) Tipe gamping afanitik
Terdiri dari butir-butir lebih kecil dari 0,005 mm. Tipe ini tidak dapat diketahui apakah terdiri
dari fragmen-fragmen halus (pecahan gamping) atau kristal-kristal halus. Beberapa nama
untuk istilah batuan ini adalah micrite, mudstone, calcilutite, lithographic, dan
sublithographic.
Batuan ini memiliki beberapa cara terbentuknya, seperti yang pertama penggerusan gamping
yang telah ada, misalnya penghancuran terumbu oleh gelombang. Kedua dari pengendapan
langsung secara kimiawi dari air laut yang telah kelewat jenuh akan CaCO3, sebagai jarum-
jarum aragonit. Dan ketiga dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycae)
sebagai jarum-jarum aragonit.
Lingkungan pembentukan batugamping ini yaitu diendapkan di daerah dangkal yang
terlindung lagoon di belakang terumbu, penguapan yang kuat dan dengan bantuan ganggang.
Biasanya kaya akan zat organis dan diacak – acak oleh binatang, sehingga tidak
memperlihatkan perlapisan.

3) Tipe gamping klastik


Batuan ini masih dapat dibagi lagi menjadi, bioklastik, interclast ? fragmenter dan klastik non
fragmenter. Berdasarkan besar butirnya batuan ini terbagi menjadi :
• Lebih besar dari 2 mm
Jika terdiri dari cangkang – cangkang / kerangka, disebut Cocquina, jika terdiri dari moluska
dan fragmen koral.
• Jika lebih kecil dari 0,25 mm
Sukar untuk membedakan partikel – pertikel pembentuk, maka sering dipergunakan istilah
seperti, micrograned atau microgranular.
• Jika sudah tidak dapat di identifikasi, maka istilah – istilah yang biasa dipergunakan adalah
kalkarenit terutama jika tekstur jelas menyerupai pasir, granular limestone, clastic limestone,
dan fragmental limestone.

4) Tipe gamping kerangka


Tipe gamping ini terdapat paling banyak dalam Tersier di Indonesia. Tipe ini sering
membentuk terjal pada singkapan, masif tidak berlapis atau perlapisan buruk yang hanya
kelihatan dari jauh.
Komponen utama dari batuan ini adalah suatu kerangka yang utuh seperti dalam keadaan
aslinya. Bentuk serta jaringan kerangka bergantung pada jenis organisme yang
membentuknya. Endapan gamping kerangka diklasifikasi menurut unsur-unsur fauna atau
flora yang bertanggung jawab atas pembentukannya. Terumbu (reef) misalnya didasarkan
atas tipe organisme yang membentuk kerangka. Jika unsur-unsur flora atau fauna tak dapat
diidentifikasikan secara positif pada tingkatan spesies, maka istilah-istilah umum seperti
gamping alga koral (koral-ganggang) atau gamping kerangka moluska dapat digunakan. Pada
umumnya ganggang merupakan penyekat pengikat atau mengisi dari kerangka organisme,
sehingga merupakan suatu bangunan yang kukuh, yang tahan gelombang. Sering berupa
kerak dan mempunyai struktur berlaminasi halus yang bergelombang.
Komponen lainnya yang biasa terdapat ialah bioclast, ataupun fragmen-fragmen lainnya
dapat ikut terikorporasi di dalamnya. Komponen yang penting seperti foraminifera terutama
foram besar, moluska sering terdapat kadang-kadang merupakan kerangka tersendiri.
e. Proses Pembentukan Batuan Karbonat
Terdapat tiga jenis proses pengubahan yang menyebabkan sedimen karbonat berubah menjadi
batuan karbonat.
Ketiga proses itu adalah :
1) Litifikasi sedimen karbonat
Kebanyakan batuan karbonat terbentuk karena proses litifikasi sedimen karbonat. Litifikasi
tersebut akan melibatkan pelarutan mineral-mineral karbonat yang tidak stabil, pengendapan
mineral-mineral karbonat yang stabil dan rekristalisasi. Semua proses tersebut termasuk di
dalam suatu proses yang luas yaitu diagenesa. Dalam pengertian yang luas, diagenesa
meliputi perubahan mineralogi, tekstur, kemas dan geokimia sedimen dan temperatur dan
tekanan yang rendah.
Litifikasi sedimen karbonat dapat terjadi pada sedimen yang tersingkap, maupun yang masih
berada di dalam laut. Pada sedimen karbonat yang tersingkap terjadi perubahan mineralogi
dan tekstur endapan asli, yang disebabkan kerja air tawar, atau air meteorit. Perubahan
mineralogi yang terjadi adalah terbentuknya mineral-mineral stabil dari mineral-mineral yang
tidak stabil, dan tekstur endapan asli berubah menjadi tidak jelas atau kabur, tetapi dapat pula
tidak mengalami apa-apa.
Proses perubahan sedimen karbonat menjadi batuan karbonat berlangsung perlahan-lahan dan
bertingkat-tingkat, dimana batas antara masing-masing tingkat tidak jelas, bahkan dapat
saling melingkup. Tingkat tersebut ialah :
• Penyemenan,
• Pelarutan – pengendapan, dan
• Perubahan mineralogi butir-butir dan rekristalisasi

2) Pengkristalan Kalsium Karbonat yang semua dalam Keadaan Membatu


Batuan karbonat ini berasal dari rekristalisasi kalsium karbonat yang menyerupai bahan batu /
keras (stony material) di mana kalsium karbonatnya dapat berasal dari kimiafisik (anorganik)
maupun biokimia (organik), atau kombinasi keduanya.
Contoh batuan karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi endapan karbonat berasal dari
kimiafisik ialah calcrete, caliche, dan nari. Ketiganya adalah endapan yang dihasilkan dari
rekristalisasi karena penguapan.
Adapun batua karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi endapan karbonat berasal dari
biokimia adalah terumbu karang, dan biogenik pembentuk kerak keras. Endapan jenis ini
memang sudah dalam keadaan padat dan melekat, hal ini disebabkan oleh penyemenan
kalsium karbonat biokimia atau kimiafisik.
Dalam terumbu-terumbum, koral, ganggang dan foraminifera adalah organisme utama yang
mengendapkan batugamping padat.

3) Penggantian Materi-materi lain oleh Kalsium Karbonat


Beberapa batuan karbonat dapat terbentuk dari penggantian materi-materi lain, terutama
kalsium sulfat dan butir-butir kuarsa oleh kalsium karbonat. Batuan karbonat jenis ini tidak
umum, tetapi cukup penting karena genesisnya yang sangat berbeda dengan batuan karbonat
jenis lain. Terdapat dua proses penggantian yang umum, yaitu pertama perubahan kalsium
sulfat menjadi kalsit oleh kegiatan bakteri, kedua penggantian butir-butir kuarsa oleh
karbonat karena proses korosi.
5. Penamaan Klasifikasi
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir dan bentuk butir
serta tekstur. Selain itu juga dibantu dengan komposisi kimia dan struktur. Ukuran butir
dalam batuan sedimen klastik bisa seragam bisa tidak seragam.
Penamaa batuan sedimen non klastik lebih ditentukan oleh komposisi mineralnya atau
kimianya.
a. Batuan Sedimen Klastik
Penamaan batuan sedimen klastik lebih ditekankan pada ukuran dan bentuk butir, denga
perincian sebagai berikut :
1) Untuk butiran yang sama atau lebih kecil dari pasir
Batupasir : butiran yang berukuran pasir
Batulempung : butiran yang berukuran lebih halus dari pasir
Serpih : batulempung yang menunjukkan struktur fasility (sifat belah)
2) Untuk butiran yang lebih besar dari pasir dan melibatkan bentuk butir
Konglomerat : jika butirannya berbentuk membulat
Breksi : jika butirannya berbentuk runcing
3) Untuk butiran dan komposisi
Batupasir Kuarsa : batupasir yang banyak mengandung kuarsa.
Batulempung Gampingan : batulempung yang mengandung mineral-mineral karbonat.
4) Ukuran butir dan struktur
“Shale” (serpih) : batulempung, berlaminasi
5) Batugamping klastik
Kalsirudit : bila berukuran butir > pasir
Kalkaresit : bila butiran berukuran pasir
Kalsilutit : bila butiran berukuran lempung

b. Batuan Sedimen Non Klastik


Penamaan batuan sedimen non klastik sangat tergantung oleh jenis mineral penyusunnya, dan
karena pembentukannya disebabkan oleh larutan kimia maupun organis maka sedimen non
klastik ini bersifat monomineral.
1) Batuan Sedimen Non Klastik Kimiawi
Batugips : jika tersusun oleh mineral gypsum
Rijang : jika tersusun oleh mineral kalsedon
Batubara : jika tersusun oleh mineral karbon
2) Batuan Sedimen Non Klastik Biologis / Organis
Contoh penamaan berdasarkan komposisi :
Batugamping Kristalin : bila tersusun oleh kristal-kristal kalsit
Batugamping koral : bila tersusun oleh koral

c. Langkah-langkah penentuan nama batuan sedimen


1) Amati contoh batuan baik-baik
2) Tentukan teksturnya : klastik atau non klastik. Bila klastik tentukan ukuran butirnya (bila
tidak seragam tentukan ukuran fragmen dan matrik), bila non klastik tentukan macam
teksturnya.
3) Tentukan strukturnya
4) Tentukan komposisinya, untuk mengetahui kandungan karbonat, batuan ditetesi HCl, bila
bereaksi berarti mengandung karbonat.
5) Tentukan nama batuan berdasarkan kenampakan yang dominan. Misal, bila yang tampak
dominan adalah ukuran butirnya maka penamaan berdasarkan ukuran butirnya.
( Danang Endarto, 2005 )

6. Klasifikasi
6.1 Klasifikasi Grabau (1904)
Menurut Grabau, batugamping dapat dibagi menjadi lima berdasarkan ukuran dan teksturnya,
yaitu :
-Kalsidurit, yaitu batugamping yang berukuran butirnya > 2 mm atau lebih besar dari ukuran
pasir.
-Kalkarenit, yaitu batugamping dengan ukuran butir sama dengan ukuran pasir (1/16 – 2
mm).
-Kalsilutit, yaitu batugamping yang ukurannya (ukuran butir) lebih kecil dari ukuran pasir.
-Kalsipuluerit, yaitu batugamping hasilpresipitasi kimiawi, sifatnya kristalin.
-Batugamping organic, yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu, misalnya terumbu
dan stromabolity.

6.1.1. Klasifikasi Folk (1959)


Folk mengklasifikasikan batuan karbonat berdasarkan tekstur, pengendapan dan
perbandingan fraksi komponen penyusunnya, yaitu butiran/allochem, mikrit, dan sparit
(ortochem).
Berdasarkan perbandingan relief antara allochem, mikrit, dan sparit serta jenis allochem yang
dominant, maka Folk membagi batugamping menjadi 4 Famili
Batugamping tipe I analog dengan batupasir/konglomerat yang tersortasi baik dan terbentuk
pada high energy zone, batugamping tipe II analog dengan batupasir lempungan atau
konglomerat lempungan dan terbentuk pada low energy zone dan batu gamping tipe III
analog dengan batulempung dan terbentuk pada kondisi yang tenag (lagoon)
-Intaclast; suatu endapan yang berupa gel Lumpur karbonat , belum memadat, semi plastis,
lalu ada erosi yang membentuk tubuh (discret body)
-Pellet; suatu butiran yang strukturnya microcritalinne (warnanya gelap),kalau mengandung
kotoran binatang maka disebut (facialpellet). Sedangkan jikamempunyaiukuran yang agak
besar disebut lump.
-Oolit; suatu butiran yang intinya dilapisi oleh unsur karbonat, intinya berfosil dan apabila
disayat maka mempunyai bentukkonsentris.
-Fossil; termasuk kedalamallochemical, karena mengalami transportasi ditempat tersebut,
misalnya Globigerina yang hidup secara plankton.
Penggambaran skematik komponen penyusun batuan karbonat yang menjadi dasar klasifikasi
batuan karbonat menurut Folk (1959).

6.1.2. Klasifikasi Dunham (1962)


Dunham membuat klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapan, meliputi
ukuran butir dan pemilahan/sortasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam klasifikasiin antara
lain:
-Derajat perubahan tekstur pengendapan
-Komponen asli terikat dan tidak terikat selama proses deposisi
-Tingkat kelimpahan antara butiran (grain) dengan Lumpur karbonat.
Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, maka Dunham membuat klasifisikasi :
-Boundstone : hubungan antar komponen tertutup yang berhubungan dengan rapat (oolite).
-Grainstone : hubungan antara komponen-komponen tanpa Lumpur.
-Packstone : ada lumpur, tetapi yang banyak adalah komponen betolit.
-Mudstone : Lumpur wackestone.
6.1.3 Lingkungan Pembentukan Batuan Karbonat dan Fasies
Terumbu lingkungan pembentukan karbonat dapat terjadi mulai zona supratidal sampai
dengan cekungan yang lebih dalam, paparan cekungan dangkal, yang meliputi middle shelt
outer shelf. Cekungan pembentukan karbonat ini disebut sebagai subtidal carbonate factory.
Endapan-endapan ini akan terakumulasikan pada shelf, sebagian mengalami transportasi ke
daratn (tidal flat) oleh gelembung dan pasang surut. Sebagian lagi mengalami transportasi kea
rah laut (cekungan yang lebih dalam)

Fasies Terumbu
Meskipun lingkungan pengendapan karbinat dapat terjadi mulai dari zona supratidal sampai
cekungan yang lebih dalam di luar shelf, paparan cekungan dangkal (shallow basin plattorm)
yang meliputi middle shelf dan outer shelf adalah tempat produksi endapan karbonat yang
utama dan kemudian tempat ini disebut sebagai subtidal carbonate factory.
(N.P.James,1983 dalam Boggs : 1987)
Endapan-endapan karbonat yang dihasilkan akan terakumulasi pada shelf, sebagian
mengalami transportasi kea rah daratan, yaitu ke tidalflat, pantai, atau logoon, sedangkan
sebagian lagi mengalami transportasi kearah laut yaitu ke cekungan yang lebih dalam. Pada
lingkungan laut yang dalam jarang terbentuk endapan karbonat, kecuali merupakan hasil dari
jatuhan plankton yang mengsekresikan kalsium karbonat dan hidup di air permukaan.
Terumbu adalah suatu timbulan karbonat yang dibentuk oleh pertumbuhan organisme koloni
yang insitu, mempunyai potensi untuk berdiri tegar membentuk struktur topografi yang tahan
gelombang James (1979) membagi fasies terumbu masa kini secara fisiografi menjadi 3
macam, yaitu sebagai berikut:
-Fasies inti terumbu (reef core facies)
Fasies ini tersusun oleh batugamping yang massif dan tidak berlapis. Berdasrkan litologi dan
biota penyusunnya, fasies ini dapat dibagi menjadi 4 susfasies, yaitu :
-Subfasies puncak terumbu (reff-crest)
Litologi berupa framestone dan bindstone, sebagi hasil hasil pertumbuhan biota jenis kubah
dan mengerak serta merupakan key high energy zone.
-Subfasies datarn terumbu (reef-flat)
Litologi berupa lidstone, grainstone, dan rosule dari ganggang karbonatan dan merupakan
daerah berenergi sedang dan tempat akumulasi rombakan terumbu.
-Subfasies terumbu depan (reef-front)
Litologi berupa bafflestone, bidstone dan framestone dan merupakan daerah berenergi lemah-
sedang.
-Subfasies terumbu belakang (back-reef)
Litologi berupa bafflestone dan flocetstone dan merupakan daerah berenergi lemah dan
relative tenag.
-Fasies deoan terumbu (fore reef facies)
litologi berupa grainstone dan sudstone serta merupakan lingkungan yang mempunyai
kedalaman >30 m dengan lereng 45-60 m, semakin jauh dari inti terumbu (kearah laut),
litologi berubah menjadi packstone, wackstone,dan mudstone.
-Fasies belakang terumbu (back reef facies)
Fasies ini sering disebut juga fasies logoon dan meliputi zona laut dangkal (<30 m) dan tidak
berhubungan dengan laut terbuka. Kondisi airnya tenang, sirkulasi air terbatas, dan banyak
biota penggali yang hidup di dasar. Litologi berupa wackstone dan mudstone serta banyak
dijumpai struktur jejak dan bioturbasi, baik horizontal maupun vertikal.

Anda mungkin juga menyukai