Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLELITIASIS

A. Pengertian Kolelitiasis
Kandung empedu terletak di bawah lobus kanan hepar. Fungsi utamanya adalah
mengkonsentrasikan dan menyimpan empedu yang diproduksi oleh hepar. Empedu diperlukan
untuk mengemulsikan lemak-lemak. Kandung empedu berkontraksi dan melepaskan empedu ke
dalam duodenum bila makanan berlemak masuk ke usus. Penyakit kandung empedu adalah akut
atau kronis. Bentuk akut dikarakteristikan dengan nyeri hebat dari awitan tiba-tiba. Penyakit
kronis dikarakteristikkan dengan gejala lebih ringan (sakit dangkal, dyspepsia, sendawa,
kembung, flatulens) dan durasi lebih pendek daripada gejala pada penyakit akut (Engram, 2009).
Kolelitiasis atau koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada
saluran empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. Menurut gambaran
makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkan atas 3 (tiga) golongan:
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifocal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.
2. Baru kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium-bilirubinat
sebagai komponen utama.
3. Batu pigmen hitam
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan zat sisa
hitam yang tak terekstraksi. (Nurarif & Kusuma, 2015).
B. Etiologi
Penyebab pasti dari kolelitiasis atau koledokolitiasis atau batu empedu belum diketahui.
Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung
empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi
mengkristal dan memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu
pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi dengan
kalsium (Nurarif & Kusuma, 2015).
C. Patofisiologi
Patofisiologi pembentukan batu empedu atau disebut kolelitiasis pada umumnya
merupakan satu proses yang bersifat multifaktorial. Kolelitiasis merupakan istilah dasar yang
merangkum tiga proses litogenesis empedu utama berdasarkan lokasi batu terkait (Nurman,
2007):
1. Kolesistolitiasis (litogenesis yang terlokalisir di kantung empedu)
2. Koledokolitiasis (litogenesis yang terlokalisir di duktus koledokus)
3. Hepatolitiasis (litogenesis yang terlokalisir di saluran empedu dari awal percabangan duktus
hepatikus kanan dan kiri)
D. Manifestasi Klinis
1. Sebagian bersifat asimtomatik.
2. Nyeri tekan kuadran kanan atas atau midepigastrik samar yang menjalar ke punggung atau
region bahu kanan.
3. Sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten.
4. Mual dan muntah serta demam.
5. Icterus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala
yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh
darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning.
Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal pada kulit.
6. Perubahan warna urin dan feses. Eksresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine
berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu,
dan biasanya pekat yang disebut “Claycolored”.
7. Regurgitasi gas: flatus dan sendawa.
8. Defisiensi vitamin. Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A, D, E,
K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin
ini jika obstruksi atau sumbatan bilier berlangsung lama. Penurunan jumlah vitamin K dapat
mengganggu pembekuan darah yang normal. (Nurarif & Kusuma, 2015)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan radiologis
3. USG, kolesistografi oral, ERC 4. Foto polos abdomen (Nurarif & Kusuma, 2015).
F. Komplikasi
Penyakit kandung empedu dapat bermanifestasi sebagai kolesistitis akut, kolik empedu,
icterus, dan pankreatitis akut (Leveno, et al., 2009). Batu empedu mencetuskan paling sering
karena kelebihan konsentrasi kolesterol dalam empedu. Tak ada diet khusus dapat mencegah
pembentukan batu empedu atau mencegah batu kecil menjadi besar. Komplikasi utama
dihubungkan dengan kolelitiasis adalah empiema dan perfosi kandung empedu dengan peritonitis
(Engram, 2009).
G. Penatalaksanaan Medis
- Penanganan non bedah
1. Disolusi Medis
Harus memenuhi kriteria terapi non operatif, seperti batu kolesterol diameternya < 20
mm dan batu < 4 batu, fungsi kandung empedu baik, dan duktus sistik paten.
2. Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP)
Batu di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau balon ekstraksi melalui
muara yang sudah besar menuju lumen duodenum sehingga batu dapat keluar bersama tinja.
3. Extracorporeal Shock Wave Lithoripsy (ESWL)
Merupakan pemecahan batu dengan gelombang suara.
- Penanganan bedah
1. Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik.
Indikasi yang paling umum untuk kosistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh
kolesistitis akut.
2. Kolesistektomi laparoskopik Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau
kandung empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm. kelebihan yang diperoleh
pasien luka operasi kecil (2-10 mm) sehingga nyeri pasca bedah minimal. (Nurarif & Kusuma,
2015).
H. Asuhan Keperawatan Secara Teori
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, berkeringat
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urine dan feses
Tanda : Distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urine gelap dan pekat, feses
warna tanah liat.
d. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual/muntah, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia
Tanda : Kegemukan, adanya penurunan berat badan
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan. Kolik
epigastrium tengah sehubungan dengan makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak
dalam 30 menit.
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan, tanda murphy positif.
f. Pernapasan
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pernapasan tertekan ditandai oleh nafas pendek dan
dangkal.
g. Keamanan
Tanda : Demam, menggigil. Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (pruritus).
Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K)
2. Diagnosis Keperawatan yang kemungkinan akan muncul
- Ansietas
- Defisit pengetahuan
- Resiko hipotermia perioperatif
- Nyeri akut
- Resiko jatuh
3. Intervensi
DiagnosaKeperaw PerencanaanKeperawatan
atan Tujuan&KriteriaHasil Intervensi
Ansietas Tingkat Ansietas ReduksiAnsietas
D.0080 Tujuan: Setelahdilakukantindakankeperawatan 1x24 jam Observasi:
diharapkantingkatansietasmenurun  Identifikasisaattingkatans
Pengertian : KriteriaHasil: ietasberubah
Kondisiemosidanp Memburuk CukupMe Sedang CukupMe Menurun  Identifikasikemampuanm
engalamansubjekti mburuk nurun engambilkeputusan
findividuterhadapo 1 Konsentrasi  Monitor tanda-
bjek   1 2 3 4 5 tandaansietas
yangtidakjelasdans 2 Polatidur Terapeutik:
pesifikakibatantisi   1 2 3 4 5  Ciptakansuasanaterau
pasibahaya yang Meningkat CukupMen Sedang CukupMe Menurun petikuntukmenumbuh
memungkinkanind ingkat nurun kankepercayaan
ividumelakukantin 3 Perilakugelisah  Temanipasienuntukme
ngurangikecemasan,
dakanuntukmengh   1 2 3 4 5
jikamemungkinkan
adapiancaman 4 Verbalisasikebingungan
 Pahamisituasi yang
  1 2 3 4 5 membuatansietas
5 Verbalisasikhawatirakibatkondisi yang dihadapi  Dengarkandenganpen
1 2 3 4 5 uhperhatian
6 Perilakutegang  Gunakanpendekatan
1 2 3 4 5 yang
tenangdanmeyakinkan
 Motivasimengidentifi
kasisituasi yang
memicukecemasan
Edukasi
 Jelaskanprosedur,
termasuksensasi yang
mungkindialami
 Informasikansecarafak
tualmengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkankeluargauntu
ktetapbersamapasien
 Latihkegiatanpengalih
anuntukmengurangike
tegangan
 Latihteknikrelaksasi

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan
Pengetahuan Observasi:
D.0111 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam  Identifikasi kesiapan dan
diharapkan tingkat pengetahuan membaik kemampuan menerima
Pengertian : Kriteria Hasil: informasi
Ketiadaan atau Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
 Identifikasi faktor-faktor
kurangnya Menurun Meningkat
1 Perilaku sesuai anjuran yang dapat meningkatkan
informasi
kognitif yang   1 2 3 4 5 dan menurunkan motivasi
berkaitan 2 Kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu topik perilaku perilaku hidup
dengan topik   1 2 3 4 5 bersih dan sehat
tertentu Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Terapeutik:
Meningkat Menurun  Sediaakan materi dan
3 Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi media pendidikan
  1 2 3 4 5 kesehatan
4 Persepsi yang keliru terhadap masalah  Jadwalkan pendidikan
  1 2 3 4 5 kesehatan sesuai
5 Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat kesepakatan
1 2 3 4 5  Berikan kesempatan
6 Perilaku untuk bertanya
1 2 3 4 5 Edukasi
 Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Hipotermi Termoregulasi Manajemen hipotermi
Perioperatif Observasi:
D.0141 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 8 jam,  Monitor suhu tubuh
termoregulasi membaik.  Identifikasi penyebab
Pengertian : Kriteria Hasil: hipotermia
Risikomengalamip Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor tanda dan
enurunanSuhu Meningka Menurun gejala akibat hipotermia
tubuh berada t 
dibawah 36 C Terapeutik
secaratiba-tiba 1 menggigil  Sediakan lingkungan
  1 2 3 4 5
yang terjadisatu 2 pucat yang hangat
jam   1 2 3 4 5  Ganti pakaian dana tau
sebelumpembedah Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik linen yang basah
anhingga 24 jam Memburu Membaik  Lakukan penghangatan
setelahpembedaha k pasif
n 3 Suhu tubuh  Lakukan penghangatan
  1 2 3 4 5 aktif eksternal
4 Suhu kulit  Lakukan penghangatan
  1 2 3 4 5 aktif internal

Edukasi:
 Anjurkan
makan/minum hangat

DiagnosaKeperawatan PerencanaanKeperawatan
Tujuan&KriteriaHasil Intervensi
NyeriAkut Tingkat Nyeri ManajemenNyeri
D.0077 Tujuan: Setelahdilakukantindakankeperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkantingkatnyerimenurun  Identifikasilokasi,
Pengertian : KriteriaHasil: karakteristik, durasi,
Pengalamansensorikatau Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik frekuensi, kualitas,
emosional yang Memburuk Membaik intensitasnyeri
berkaitandengankerusak 1 Frekuensinadi  Identifikasiskalanyeri
anjaringanaktualataufun   1 2 3 4 5  Identifikasiresponsnyeri
gsional, dengan onset 2 Polanafas non verbal
mendadakataulambatdan   1 2 3 4 5  Identifikasifaktor yang
berintensitasringanhingg Meningkat CukupMen Sedang CukupMe Menurun memperberatdanmemper
aberat yang ingkat nurun ingannyeri
berlangsungkurangdari 3 3 Keluhannyeri  Identifikasipengetahuand
bulan.   1 2 3 4 5 ankeyakinantentangnyeri
4 Meringis  Identifikasipengaruhnyer
  1 2 3 4 5 ipadakualitashidup
5 Gelisah  Monitor
1 2 3 4 5 efeksampingpenggunaan
6 Kesulitantidur analgetik
1 2 3 4 5 Terapeutik:
 Berikantekniknonfar
makologiuntukmengu
rangi rasa nyeri
 Kontrollingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
 Fasilitasiistirahatdanti
dur
 Pertimbangkanjenisda
nsumbernyeridalampe
milihanstrategimered
akannyeri
Edukasi
 Jelaskanpenyebab,
periode,
danpemicunyeri
 Jelaskanstrategimered
akannyeri
 Ajarkantekniknonfar
makologisuntukmeng
urangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Jatuh termoregulasi Pencegahan Cidera
D.0143 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 8 jam, Observasi:
keparahan dan cedera yang diamati atau dilaporkan menurun.  Identifikasi obat yang berpotensi
Pengertian : Kriteria Hasil: menyebabkan cidera
Risiko Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Identifikasi kesesuaian alas kaki
mengalami Meningkat Menurun atau stoking elastis pada
kerusakan fisik ekstremitas bawah
dan gangguan 1 Kejadian Cedera
kesehatan   1 2 3 4 5 Terapeutik:
akibat terjatuh 2 Luka/Lecet  Sediakan pencahayaan yang
  1 2 3 4 5 memadai
3 pendarahan
 Sosialisasikan pasien dan
  1 2 3 4 5
keluarga dengan lingkungan
4 fraktur rawat inap
  1 2 3 4 5
 Sediakan alas kaki antislip

 Sediakan urinal atau urinal untk


eliminasi di dekat tempat tidur,
Jika perlu

 Pastikan barang-barang pribadi


mudah dijangkau

 Tingkatkan frekuensi observasi


dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan

Edukasi
 Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga

 Anjurkan berganti posisi secara


perlahan dan duduk beberapa
menit sebelum berdiri

Manajemen Keselamatan
Lingkungan
Observasi:
 Identifikasi kebutuhan
keselamatan

 Monitor perubahan status


keselamatan lingkungan

Terapeutik:
 Hilangkan bahaya
keselamatan, Jika
memungkinkan
 Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan risiko
 Sediakan alat bantu
kemanan linkungan (mis.
Pegangan tangan)
 Gunakan perangkat
pelindung (mis. Rel
samping, pintu terkunci,
pagar)
Edukasi
 Ajarkan individu, keluarga
dan kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan

4. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil
yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohman &
Walid 2016).

DAFTAR PUSTAKA
Engram, B. (2009). Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa media

& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Nurman A (2007). Batu empedu. Dalam: Sulaiman A, Akbar N, Lesmana LA, Noer S (eds).

Buku ajar ilmu penyakit hati. Edisi pertama. Jakarta : Jayabadi, pp : 161-173.

Leveno, K. J., Cunningham, F. G., Gant, N. F., Alexander, J. M., Bloom, S. L., Casey, B. M., . . .
Yost, N. P. (2009). Obstetri williams: panduan ringkas. Jakarta: EGC.
PPNI, tim pokja SDKI DPP (2017). Standar Diagnosis KeperawatanIndonesia(Edisi 1). Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, tim pokja SLKI DPP (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, tim pokja SIKI DPP (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai