Anda di halaman 1dari 2

TUGAS ESSAI

MATA KULIAH TRANSFORMASI DIGITAL

NAMA : DAFFA FARRAS ARDYANSYAH


NIM : 21407141004
KELAS : ILMU SEJARAH A

Era disrupsi ditandai dengan perubahan yang begitu cepat, mendasar dan hampir dalam
semua aspek kehidupan manusia, dengan perkembangan teknologi yang menjadikan masyarakat
dipenuhi dengan berbagai macam informasi. Seluruhnya bisa didapatkan melalui saluran
teknologi yang beragam, dan karena itu pula menjadikan keragaman informasi semakin
kompleks. Disrupsi adalah sebuah lompatan perubahan dari sistem lama ke cara-cara baru.
Disrupsi juga mengubah teknologi lama yang lebih banyak menggunakan fisik ke teknologi
digital dan menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru, lebih bermanfaat, serta lebih efisien dan
cepat. Perubahan ke sistem digital menimbulkan kegiatan aktivitas manusia menunjukan ke arah
eksperimen teknologi digital, dan masyarakat lebih menikmati dengan dunia digital tersebut,
misalnya informasi-informasi yang dulunya ditampilkan secara konvensional sekarang sudah
tidak lagi ditampilkan secara konvensional tapi sudah di dalam dunia digital. Mencuatnya era
industri 4.0 yang ditandai dengan konektivitas sistem informasi dan kecerdasan buatan yang
mampu menggerakkan industri dengan sedikit input dari manusia. Saat ini informasi dapat
sangatlah mudah untuk diakses dengan media elektronik digital, gambar atau visual yang
mendominasi ruang dan waktu. Perubahan ini membuat banyaknya bermunculan temuan atau
gagasan di bidang industri kreatif. Di era disrupsi teknologi digital saat ini kita akan mengalami
dua kehidupan, kehidupan di dunia nyata dan di dunia digital/dunia maya. Hal tersebut
mengalami perubahan secara dinamis dan tidak bisa diprediksi1. Untuk contoh era sekarang
adalah fenomena keagamaan juga menarik kita lihat pada era disrupsi saat ini. Masih kerap
sekali dijumpai konflik konflik atau kekerasan atas nama gama yang selalu hadir di tengah
tengah peradaban manusia. Perbuatan demikian pada hakikatnya merupakan suatu paradox,
karena di satu pihak sesungguhnya agama mengajarkan nilai nilai penuh kebaikan, tetapi
kenyataanya tidak sedikit kelompok atau individu dengan mengatasnamakan agama justru
berbuat intoleran, konflik, melakukan berbagai kekerasan, sehingga agama diyakini anti toleran
namun dibawa oleh sebagian oknum yang mengatasnamakan agama namun berbuat intoleran.

1
Anak agung (2020), “DISRUPSI TEKNOLOGI DIGITAL: TUMBUH KEMBANGNYA INDUSTRI KREATIF BERBASIS
BUDAYA”. Bali: Isi Denpasar. DOI;
https://www.uc.ac.id/envisi/wp-content/uploads/publikasi/ENVISIVCD-2020-P001-Anak%20Agung%20Gde%20Bag
us%20Udayana-Disrupsi%20Teknologi%20Digital_%20Tumbuh%20Kembangnya%20Industri%20Kreatif%20Berbasis
%20Budaya.pdf
Masyarakat beragama dengan kondisi tersebut juga mengikuti pola perkembangan teknologi, ini
juga menjadi pertanda era disrupsi. Hal yang paling parah dari era disrupsi adalah terjadinya
perubahan sistem dan tatanan yang dianggap mapan dan sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan
tahun sebelumnya, berganti dengan sistem baru yang dilakukan oleh kalangan yang penuh
kreatifitas dalam konteks ini seringkali pelakunya adalah anak-anak muda. Keragaman manusia
yang terlihat pada entitas budaya, bahasa bahkan agama haruslah dipahami sebagai pertanda
kehidupan manusia yang begitu dinamis atau agama memberikan pandangan entitas keragaman
tersebut sebagai sunah kenyataan posisi manusia tidak dapat menghindarinya. Kompleksitas
keragaman tersebut semakin terasa di era disrupsi hari ini. Yang membuat interaksi atau
pertemuan manusia atau pertemuan manusia itu terasa semakin mudah dan melampaui waktu dan
tempat. Indonesia akhir-akhir ini menunjukan fenomena munculnya sikap keterlaluan, ekstrim,
dan melampaui batas dalam pemikiran dan perbuatan, hingga menciptakan pertikaian dan
konflik. Disamping itu, semakin banyak terjadi kerusuhan dan tindak kekerasan, antara lain
terjadi bom bunuh diri di suatu rumah ibadah di Surabaya atas nama jihad, konflik Sunni-Syiah
di Jawa Timur. Penyerangan terhadap umat yang sedang beribadah di Papua. Pembunuhan dan
pengusiran terhadap jamaah Ahmadiyah di beberapa daerah di Pulau Jawa. Penistaan ajaran
agama dan pembakaran rumah ibadah di Sumatera Utara. Sesungguhnya perilaku kekerasan dan
sikap anarkis tersebut bukan ajaran agama, namun tetap dilakukan sekelompok ekstrimis
mengatasnamakan agama. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang amat plural dalam
semua lini kehidupan manusia, hal tersebut dalam perbedaan budaya dan berbagai agama. Dalam
konteks ini toleransi umat beragama menjadi salah satu proyeksi penting dalam menciptakan
persatuan dan kesatuan bangsa. Padahal nilai-nilai budaya serta kearifan lokal sebagai kekayaan
diri bangsa tidak jarang yang sejalan dengan sangatlah potensial bagi upaya peningkatan
toleransi dan kerukunan umat beragama. Konsep toleransi memiliki dua interpretasi, pertama
mengatakan bahwa sikap toleransi menghendaki orang lain melakukan sesuatu ataupun tidak
mengganggu. Kedua, mengatakan konsep toleransi lebih dari sekedar sikap memperbolehkan,
akan tetapi mestinya memberikan pertolongan dan bantuan. Istilah yang semisal dengan toleransi
yakni kerukunan. Dari kata akan diperoleh berbagai unsur yang berlainan dan setiap unsur saling
menguatkan Kesatuan tidak dapat terwujud jika ada diantara unsur tersebut yang tidak berfungsi.
Secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang
walaupun mereka berbeda suku, agama, ras dan golongan2.

2
Dhita(2021). “Moderasi beragama dan disrupsi teknologi”. Semarang: Ejournal uin walisongo

Anda mungkin juga menyukai