Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya, sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan
salah satu tugas yang diberikan, yaitu makalah yang berjudul “Perkembangan Islam di Nusantara”.

Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Guru yang
telah memberikan tugas ini kepada saya. .

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Meranti, Desember 2021


Penyusun

Siti Khodizah

Perkembangan Islam di Nusantara i


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------------------- i
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------------------- 1
1.1 Latar Belakang Masalah --------------------------------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah ----------------------------------------------------------------------------- 1
1.3 Tujuan Masalah ------------------------------------------------------------------------------- 1
1.4 Metode dan Prosedur Penelitian ------------------------------------------------------------ 1
BAB II PEMBAHASAN -----------------------------------------------------------------------------`2
2.1 Sejarah dan Perkembangan Islam di Nusantara ------------------------------------------- 2
2.2 Teori-Teori Tentang Masuknya Islam di Nusantara -------------------------------------- 2
2.3 Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara ----------------------------------------------------- 4
2.3.1 Kerajaan Islam di Sumatera----------------------------------------------------------- 4
2.3.2 Kerajaan Islam di Pulau Jawa -------------------------------------------------------- 4
2.3.3 Kerajaan Islam di Maluku dan Sulawesi ------------------------------------------- 5
2.3.4 Kerajaan Islam di Kalimantan ------------------------------------------------------- 6
2.3.5 Kerajaan Islam di Nusa Tenggara Barat dan Timur ------------------------------ 7
BAB III PENUTUP ----------------------------------------------------------------------------------- 8
3.1 Kesimpulan ------------------------------------------------------------------------------------ 8
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------------------------- 9

Perkembangan Islam di Nusantara ii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Agama Islam merupakan agama samawi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau
memulai dakwah menyebarkan agama Islam dari tanah kelahirannya, Makkah Al Mukarramah. Pada
awalnya dakwah beliau hanya diikuti oleh beberapa orang terdekat saja. Banyak dari kalangan
orang-orang Quraisy yang menentang dakwah beliau. Bahkan mereka memusuhi Nabi dan orang-
orang yang mengikuti ajarannya. Hingga berbagai usaha pembunuhan Nabi pun sering dilakukan
orang-orang Quraisy. Selama sekitar sepuluh tahun dakwah beliau di Makkah, jumlah pengikut
masih sangat sedikit.
Kemudian di tahun kesebelas kenabiannya, beliau dan para pengikut melakukan hijrah ke
Madinah. Disinilah Nabi Muhammad mulai menyusun strategi dakwah untuk mengajak orang
masuk Islam. Pertama kali yang beliau lakukan adalah membentuk pemerintahan. Dengan kegigihan
Nabi dan para sahabat dalam berdakwah, Islam pun semakin menyebar luas ke tanah berbagai tanah
arab. Dan jumlah umat Islam pun semakin hari semakin bertambah. Hal ini dapat kita lihat dari
peperangan-peperangan yang dilakukan Rasulullah SAW. Perang Badar yang merupakan perang
besar pertama umat Islam melawan orang-orang kafir hanya membawa pasukan sekitar 300 orang,
kemudian Perang Uhud membawa pasukan 1000 orang. Dan peperangan-peperangan berikutnya
dengan jumlah pasukan yang semakin banyak.
Setelah Rasulullah wafat, dakwah Islam dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Di zaman para
khalifah inilah Islam sudah mulai merambah ke berbagai negara dan benua. Termasuk diantaranya
negara Nusantara, yang mulai dimasuki Islam pada zaman Khalifah Usman bin ‘Affan. Beliau
mengirimkan delegasi untuk menyampaikan Islam ke negeri Cina. Dan sebelum sampai di negeri
Cina para delegasi singgah di Nusantara. Dari delegasi yang dikirim Khalifah Usman inilah Islam
mulai berkembang di Nusantara. Kemudian dakwah dilanjutkan oleh para pedagang dari India.
Sehingga jumlah umat Islam di Nusantara terus bertambah setiap harinya. Hingga saat ini dakwah
Islam di Nusantara masih terus berlanjut. Dan dari berbagai survei menunjukan bahwa mayoritas
penduduk di Nusantara adalah Muslim.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah dan masuknya Islam di Nusantara?
2. Bagaimana teori-teori tentang masuknya Islam di Nusantara?
3. Apa-apa saja Kerajaan Islam di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sejarah dan masuknya Islam di Nusantara.
2. Mengetahui tentang teori-teori masuknya Islam di Nusantara.
3. Mengetahui kerajaan-kerajaan Islam diNusantara.

1.4 Metode dan Prosedur Penulisan


Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan menggunakan informasi
dari berbagai referensi buku baik dalam negeri maupun luar negeri.

Perkembangan Islam di Nusantara iii


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Masuknya Islam di Nusantara


Pada tahun 30 Hijriah atau 651 M, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah
SAW, Khalifah Usman ibnu ‘Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah
Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para
utusan Usman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya
tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Dalam
versi lain disebutkan bahwa suatu golongan Zaidiyah yang pro terhadap Ali ibn Abi Thalib
mengungsi dari kerajaan Bani Umayyah karena dikejar-kejar, telah bermukim di Cina sebelum
tahun 750 M. Inilah perkenalan pertama penduduk Nusantara dengan Islam. Sejak itu para pelaut
dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri
nan hijau ini sambil berdakwah.
Islam masuk Nusantara bukan dari pedagang India atau Persi tapi langsung dari Arab dan
penyiarnya orang Arab Islam. Adapun pengikut-pengikut mereka adalah pedagang-pedagang dari
Gujarat yang turut mengambil bagian dalam perdagangan. Daerah di Nusantara yang mula-mula
dimasuki Islam adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah, kemudian lama kelamaan
agama Islam masuk ke pelosok tanah air dengan pesatnya.
Pendapat beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula dimasuki Islam di Nusantara
antara lain:
- Drs. Juned Pariduri
Islam masuk di Sumatera Utara (Tapanuli) pada abad ke-7 atau sekitar tahun 670 M, karena
ada makam Syekh Mukaiddin di Tapanuli, makam tersebut berangka tahun 48 H (670 M).
- Dr. Hamka
Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 atau sekitar tahun 674 M.
- Zainal Arifin Abbas
Islam masuk di Sumatera Utara pada abad ke-7 sekitar tahun 648 M.
Para ahli tersebut berpendapat bahwa Islam masuk di Nusantara pada abad ke-7 berarti pada
abad ke-13 Islam sudah berkembang dengan pesatnya dan telah merata di seluruh Nusantara. Hal ini
ditandai dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan yang berciri khas Islam. Dari kerajaan
Samudera Pasai, Islam menyebar ke seluruh pulau Sumatera, Malaka sampai ke pulau Jawa. Setelah
itu di Nusantara berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang besar (Demak, Banten, Cirebon, Aceh,
Mataram, Pajang, Makassar, dan lain-lainnya dan kemudian menjadi pusat tempat penyebaran
Islam.

2.1.1 Masuknya Islam di Sumatera


Islam masuk ke Sumatera pada abad ke-7 Masehi, yang pada waktu itu di Sumatera
telah berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya (683 – 1030 M) yang menjadikan Islam masuk
ke daerah itu sedikit mengalami kesulitan, dan pada waktu itu kerajaan Sriwijaya
mendapat serbuan dari India, maka kesempatan itu digunakan untuk menyebarkan Islam
bagi daerah-daerah, seperti di Samudera Pasai sehingga berdirilah kerajaan Islam yang
pertama di Samudera Pasai.
Karena ada beberapa versi sejarah yang berbeda, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Islam di Sumatera terbagi menjadi:

2.1.1.1 Islam di Aceh


 Kerajaan Perlak
Sultan Perlak adalah Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah. Ia dilantik
pada tanggal 1 Muharram tahun 225 H.
 Samudera Pasai
Silsilah keturunan Malik Al-Saleh yang memerintah Samudera Pasai tahun 650 –
688 H menunjukkan bahwa beliau keturunan Raja Islam, yaitu Makhdum Sultan Malik
Ibrahim Syah Johan Berdaulat tahun 365 – 402 H.
 Kerajaan Aceh

Perkembangan Islam di Nusantara iv


Salah seorang pembawa agama Islam di Aceh adalah Syekh Abdullah Arif yang
datang dari Arab. Beliau mempunyai murid bernama Burhanuddin yang kemudian
menyebarkan ajaran agama Islam di Pariaman, Sumatera Barat.
2.1.1.2 Islam di Barus
Papan Tinggi adalah sebuah pemakaman di Bandar Barus, Pantai Barat Sumatera
Utara. Di salah satu batu nisan terdapat sebuah nama Said Mahmud Al-Hadramaut.
Selain itu seorang Islam bernama Sulaiman telah sampai di Pulau Nias pada tahun 851 M.
Sulaiman menyebutkan Bandar Barus itu penghasil kapur barus dan ia singgah di bandar
ini.
2.1.1.3 Islam di Sumatera Timur
Sebuah makam ulama yang bernama Imam Shadiq bin Abdullah wafat 23 Sya’ban
998 H ditemukan di Klumpang, Deli, yaitu bekas kerajaan Haru/Aru.
 Kerajaan Siak
Islam diperkirakan masuk di kerajaan ini pada abad 12 M. Ini dapat terlihat pada
peninggalan kuburan bertahun 1128 M yang bercorak Islam, yaitu kuburan
Nizamuddin Al- Kamil seorang laksamana dari dinasti Fatimiah.

2.1.1.4 Islam Masuk di Sumatera bagian Selatan


Dikisahkan oleh Ibnu Batutah bahwa hubungan dagang antara khalifah Abbasiyah
(751 – 1268 M) dengan Sriwijaya telah berlangsung. Bahkan sebelumnya telah ada
pedagang utusan dari khalifah Umayyah (661 – 750 M), dan banyak pedagang Sriwijaya
sendiri yang berlayar ke negara-negara Timur Tengah.

2.1.2 Masuknya Islam di Pulau Jawa


Islam masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan Sima pada tahun 674 M, masuknya
Islam ke Jawa Timur di tandai dengan adanya makam Fatimah binti Maimun yang di batu
nisannya bertuliskan Arab, sekitar tahun 1082 M, dan masuknya Islam ke Jawa Barat disiarkan
oleh haji Purba pada pemerintahan Mundingsari pada tahun 1190 M. Islam dapat berkembang
dengan pesat ketika kerajaan Majapahit (Hindu) merosot. Islam di Jawa tidak akan pernah lepas
dari peranan Walisongo yang begitu gigih dalam menyiarkan Islam, sehingga dengan cepat Islam
berkembang ke seluruh Pulau Jawa.
Adapun jasa-jasa Walisongo dalam penyebaran Islam di Jawa adalah menyebarkan Islam
kepada penduduk pedalaman pulau Jawa, sebelum Wlisongo, Islam hanya berkembang di daerah
pesisir, Walisongo berhasil mendirikan beberapa kerajaan Islam di Pulau Jawa, yaitu: Demak,
Pajang, dan Banten, Walisongo juga berhasil mengubah kesenian Jawa dari pengaruh Hindu
menjadi pengaruh Islam.
Setelah berdirinya kerajaan Islam Demak tahun 1500 M, maka Jawa Tengah merupakan
salah satu pusat kegiatan agama Islam, adapun wali yang mengembangkan Islam di Jawa yaitu:
 Sunan Gresik
Beliau berasal dari Kasyan Bangsa Arab, kemudian menyiarkan Islam di kota Gresik.
 Sunan Ampel
Beliau keturunan putri raja Aceh yang menikah dengan seorang penyiar Islam dari Arab.
Beliau menyiarkan Islam di Ampel dan Surabaya.
 Sunan Bonang
Membentuk kader-kader Islam dengan mendirikan pondok pesantren.
 Sunan Drajat
Beliau menyiarkan Islam di Sedayu, Jawa Timur.
 Sunan Kalijaga
Mengajarkan Islam dengan memasukan hikayat Islam kedalam cerita wayang yang
dipertunjukkan untuk rakyat.
 Sunan Giri
Beliau belajar Islam di Malaka selama tiga tahun, kemudian menyebarkan Islam di Giri
(dekat Gresik).
 Sunan Muria

Perkembangan Islam di Nusantara v


Beliau adalah putra dari sunan Kalijaga yang menikah derngan Dewi Sujinah dan
mempunyai seorang putra yang bernam Pangeran Santri. Untuk kepentingan dakwahnya Dia
menciptakan lagu “Sinom dan Kinanthi”.
 Sunan Kudus
Mengajarkan Islam dengan cara memperdalam agama dan mengikis habis pengaruh Hindu.
 Sunan Gunung Jati
Beliau belajar Islam di Makkah. Menyiarkan Islam yang berpusat di Gunung Jati.

2.1.3 Masuknya Islam di Sulawesi


Islam di Sulawesi tidak sebaik Islam di Jawa dan Sumatera, cara pengislaman di Sulawesi
pun dilakukan dengan jalan damai, tidak ada kekerasan sama sekali. Adapun yang menyiarkan
Islam di Sulawesi adalah Datuk Ribandang dan Datuk Sulaiman.
Di wilayah Sulawesi Utara mulai dari Mandar sampai Manado pada pertengahan abad ke-16
menjadi bawahan Kerajaan Ternate yang rajanya adalah seorang muslim. Atas ajakan Raja
Ternate, Raja Bolang Mongondow memeluk Islam. Sampai ke timur Kepulauan Maluku, pada
awal abad ke-16 telah memiliki kerajaan Islam, yakni Kerajaan Bacan. Mubaligh dari kerajaan
Ini terus mendakwahkan Islam ke kawasan tetangganya di Papua melalui jalur perdagangan.

2.1.4 Masuknya Islam di Kalimantan


Sekitar tahun 1550 di Banjar berdiri kerajaan Islam dengan rajanya bergelar Sultan
Suryanullah dan pada saat itu juga banyak rakyat Banjar yang memeluk agama Islam begitu pula
dengan daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Banja.
Pengembangan Islam di Kutai dilakukan oleh dua orang muslim dari Makassar yang
bernama Tuan Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, dengan cepat Islam berkembang di Kutai,
termasuk raja mahkota memeluk Islam. Kemudian pengembangan Islam dilanjutkan ke daerah-
daerah pedalaman pada pemerintahan Aji di Langgar. Pada tahun 1550 M, di Sukadan
(Kalimantan Barat) telah berdiri kerajaan Islam. Ini berarti jauh sebelum tahun itu, rakyat telah
memeluk agama Islam, adapun yang meng-Islamkan daerah Sukadana adalah orang Arab Islam
yang datang dari Sriwijaya. Di Sukadana Sultan yang masuk Islam adalah Panembahan Giri
Kusuma (1591) dan Sultan Hammad Saifuddin (1677).
Sebelum Islam masuk ke Dayak, suku Dayak menyembah berhala, tapi lama-kelamaan
kebanyakan dari mereka memeluk Islam. Pengislaman di Dayak melalui jalan perdagangan,
pernikahan, dan dakwah. Penyiaran Islam di Dayak dilakukan oleh pendatang dari Arab, Bugis,
dan Melayu. Perkembangan Islam selanjutnya diteruskan oleh keturunan-keturunan mereka
dengan penuh semangat.

2.1.5 Masuknya Islam di Irian Jaya


Masuknya Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan dengan jalur dan hubungan daerah ini
dengan daerah lain di Nusantara. Selain faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit,
masuknya Islam ke kawasan ini adalah lewat Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan
Islam berpengaruh di kawasan Nusantara Timur, yakni Kerajaan Bacan. Bahkan keberadaan
Islam Bacan di Maluku sejak tahun 1520 M dan telah menguasai beberapa daerah di Papua sejak
abad ke-16 dan telah tercatat dalam sejarah. Sejumlah daerah seperti Waigeo, Misool, Waigama
dan Salawati pada abad ke-16 telah mendapat pengaruh dari ajaran Islam. Melalui pengaruh
Sultan Bacan inilah maka sejumlah pemuka masyarakat di pulau-pulau tadi memeluk agama
Islam, khususnya yang di wilayah pesisir. Sementara yang di pedalaman masih tetap menganut
paham animisme.
Masuknya Islam ke daerah Papua terjadi pada awal abad ke 17, atau dua abad lebih awal dari
masuknya agama Kristen Protestan yang masuk pertama kali di daerah Manokwari pada tahun
1855, yaitu ketika dua orang missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler
mendarat dan kemudian menjadi pelopor kegiatan missionaris di sana.

2.2 Teori-Teori Tentang MAsuknya Islam di Nusantara


2.2.1. Teori Persia

Perkembangan Islam di Nusantara vi


Salah satu teori menyebutkan bahwa Islam masuk Indonesia dibawa oleh orang-orang dari Persia,
termasuk pengikut Syiah, pada awalnya. Teori ini dinamakan Teori Persia. Mengutip Modul
Sejarah Indonesia Kelas X terbitan dari Kemdikbud, pencetus dan pendukung Teori Persia adalah
Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat. Keduanya meyakini orang-orang Persia sudah
masuk Indonesia di abad 7 masehi. Bukti pendukung sebagai penguat teori ini adalah: Adanya
tradisi peringatan 10 Muharam atau Hari Asyura di sejumlah daerah. Di Sumatera Barat
peringatan ini dinamakan Tabuik (Tabut)m dan di Jawa ada pembuatan bubur Syuro. Memiliki
kesamaan ajaran sufi Pemakaian istilah persia dalam mengeja huruf arab Adanya kesamaan pada
seni kaligrafi di beberapa batu nisan Islam aliran Syiah khas Iran marak di awal masuknya Islam
di Indonesia Terdapat perkampungan Leren (Leran) di Giri, daerah Gresik, Jawa Timur. Pada
mulanya, Teori Persia diterima sebagian ahli sejarah. Namun, teori ini mempunyai kelemahan
yaitu di abad 7 masehi, kekuasaan Islam di Timur Tengah masih dipegang Dinasti Umayyah yang
menguasai Damaskus, Baghdad, dan Jazirah Arab. Fakta tersebut menyanggah bahwa tidak
mungkin pemuka Persia bisa menyokong dakwah Islam ke Nusantara secara besar-besaran.
2.2.2. Teori Gujarat
Teori Gujarat menyatakan masuknya Islam ke nusantara berasal dari kedatangan kaum saudagar
dari Gujarat (India) lewat Selat Malaka. Mereka melakukan kontak dengan masyarakat lokal di
bagian barat Nusantara yang kemudian memunculkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai
kerajaan Islam pertama di Nusantara. Bukti yang ditemukan salah satunya makam Malik As-
Saleh (marah Situ) dengan angka 1297. Dia adalah pendiri Kesultanan Samudera Pasai di Aceh.
Ada kemiripan antara nisan makam itu dengan corak batu nisan di Gujarat. Bukti lain dengan
alasan serupa yaitu ditemukan pada nisan milik pendakwah Walisongo, Maulana Malik Ibrahim
(wafat 1419), dan nisan di pesisir utara Sumatera bertulis 17 Dzulhijjah 831 H atau 27 September
1428. Para tokoh pendukung teori Gujarat adalah G.W.J Drewes yang dikembangkan Snouck
Hurgronje, J. Pijnapel, W.F. Stutterheim, J.P. Moquette, dan Sucipto Wirjosuparto.

2.2.3. Teori Cina


Menurut Teori Cina, Islam masuk nusantara bersamaan dengan migrasi orang-orang Cina
menuju Asia Tenggara pada abad 9 masehi. Mereka banyak yang masuk ke wilayah Sumatera,
terutama bagian selatan Palembang, di tahun 879. Sementara itu, Islam di Cina sudah
berkembang sejak masa Dinasti Tang (618-905 masehi) yang dirintis oleh Saad bin Abi Waqqash
pada masa Kekhalifahan Utsman bin Affan. Karena itu, ketika terjadi migrasi penduduk dari Cina
ke Asia Tenggara pada Abad 9, banyak muslim dari daratan itu turut bermukim di nusantara dan
menyebarkan agama Islam. Bukti pendukungnya antara lain banyak orang Islam keturunan Cina
yang memiliki pengaruh besar di Kesultanan Demak. Bukti lainnya, Raden Patah, pendiri
kesultanan tersebut, merupakan putra dari seorang muslimah asli Cina. Raden Patah memiliki
nama Cina, Jin Bun. Selain itu, ada masjid tua beraksitektur China di Jawa. Teori China ini
didukung oleh sejumlah ahli, di antaranya Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby.
2.2.4. Teori Arab
Pendukung Teori Arab adalah J.C. van Leur, Anthony H. Johns, T.W. Arnold, hingga Abdul
Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka. Dalam teori ini dikemukakan bahwa Islam masuk
Nusantara dibawa orang-orang Timur Tengah. Penyebarannya sudah terjadi sejak abad 7 Masehi.
Bukti pendukung teori Arab yang dijelaskan Buya Hamka dalam buku Sejarah Umat Islam
(1997) yaitu, ditemukannya naskah kuno yang menyebut bang Arab telah bermukim di sekitar
Pantai Barat Sumatera pada tahun 625 M. Selain itu, ditemukan pula nisan kuno bertuliskan
Syekh Rukunuddin di tempat itu bertahun 672 M. Sementara itu, T.W. Arnold memberi
dukungan atas bukti dari Buya Hamka. Arnold mengatakan jika kaum saudagar Arab cukup
dominan untuk melakukan perdagangan di Nusantara.
2.2.5. Teori India
Teori ini dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dan Marrison yang menemukan bukti bahwa
Islam pertama kali masuk Indonesia melalui Coromandel dan Malabar (India). Teori ini muncul
untuk membantah anggapan bahwa Gujarat menjadi sumber penyebaran Islam ke nusantara.
Alasannya, Gujarat belum menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan wilayah Timur
Tengah dengan kepulauan Nusantara. Marrison berpendapat bahwa meskipun batu-batu nisan
yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau
Bengal, itu tidak lantas berarti Islam juga datang berasal dari tempat batu nisan itu diproduksi.

Perkembangan Islam di Nusantara vii


Dia mencatat, saat sultan pertama Samudera Pasai wafat tahun 1297 M, Gujarat masih
merupakan kerajaan Hindu. Baru setahun kemudian (699/1298) Cambay, Gujarat dikuasai
penguasa muslim. Maka, dia mendukung teori bahwa Islam di Nusantara tidak dari Gujarat,
melainkan dibawa oleh pendakwah Muslim dari pantai Coromandel pada akhir abad ke-13.
2.2.6. Teori Bangladesh
Dikenal pula dengan teori Benggali, teori Bangladesh dikemukakan oleh S. Q. Fatimi. Teori
tersebut menunjukkan sejumlah bukti bahwa Islam masuk ke Nusantara dari Benggali.
Alasannya, banyak tokoh terkemuka di Samudera Pasai adalah orang-orang keturunan Benggali.
Di teori ini, Islam diyakini mulau berkembang di Nusantara sejak abad ke-11 M. Fatimi menilai
anggapat yang mengaitkan seluruh batu nisan di Pasai, termasuk makam Maulana Malik al-Saleh,
dengan Gujarat adalah keliru. Penelitiannya menyimpulkan bahwa bentuk dan gaya batu nisan
Malik al-Saleh berbeda sepenuhnya dengan batu nisan di Gujarat maupun daerah lain di
Indonesia. Batu-batu nisan itu justru lebih mirip dengan batu nisan di kawasan Benggali.

3.1 Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah yang telah diuraikan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa
Islam masuk ke Negara Nusantara sejak tahun 651 M. Yaitu pada zaman Khalifah Usman bin
‘Affan yang pada waktu itu mengirim delegasi untuk mengenalkan pemerintahan Islam ke Negeri
Cina, namun dalam perjalanan ke Cina tersebut delegasi singgah di Nusantara dan mengenalkan
kepada penduduk tentang Islam.
Semakin hari dakwah Islam terus berkembang pesat dari sejak dinasti umayyah yang
mendirikan pangkalan dagang di Sumatera. Dari sini terbuka jalur perdagangan orang-orang Arab ke
Nusantara dengan membawa ajaran Islam. Perkembangan Islam di Nusantara tidak terlepas dari
dakwah para wali, terutama di wilayah Jawa.
Di era modern dakwah Islam terus berkembang. Dengan banyaknya organisasi-organisasi yang
membawa misi dakwah Islam membuat ajaran Islam terus terjaga. Hal ini berpengaruh terhadap
terhadap jumlah pemeluk Islam. Ajaran Islam yang universal dan sesuai fitrah manusia, sangat
mudah diterima oleh berbagai kalangan masyarakat.

Perkembangan Islam di Nusantara viii


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Kuntowijoyo. 1999. Budaya & Masyarakat. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya

Mukti Ali. 1988. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali

Harun Nasution. 1975. Pembaharuan dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Nata, Abuddin. 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Idonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

Supriyadai, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia

Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Perkembangan Islam di Nusantara ix

Anda mungkin juga menyukai