Anda di halaman 1dari 2

Cara kerja:

Proses Tidur = Suatu Siklus yang terdiri dari :

- Stadium Jaga (Wake, gelombang beta)

- Stadium 1 (Gelombang alfa, theta)

- Stadium 2 (Gelombang delta 20%)

- Stadium 3 (Gelombang delta 20-50%)

- Stadium 4 (Gelombang delta > 50%) = Delta Sleep

- Stadium REM (Rapid Eye Movement) = REM Sleep

Satu siklus berlansung sekitar 90 menit, sehingga terjadi sekitar 4-5 siklus tidur yang teratur pada
tidur yang normal. Pada Keadaan :

 Tidur Ringan = Stadium 1 dan 2


 Tidur Dalam = Stadium 3 dan 4 (Non REM Sleep)
 Tidur Dangkal = Stadium REM (terjadi mimpi)

Obat golongan Benzodiazepine tidak menyebabkan “REM Supression & rebound”. Pada kasus Depresi
terjadi pengurangan “delta sleep” (gelombang delta <20%), sehingga tidak pulas tidurnya dan mudah
terbangun. Pada awal depresi terjadi defisit “REM Sleep” (0-10%, dimana pada orang normal sekitar
20%) yang menyebabkan tidur sering terbangun akibat mimpi buruk (REM Sleep bertambah untuk
mengatasi defisit), sehingga siklus tidur menjadi tidak teratur (disorganized). Obat anti-depresi (Trisiklik
& Tetrasiklik) menekan dan menghilangkan “REM Sleep” dan menignkatkan “delta Sleep”, sehingga
pasien tidur nyaman tidak diganggu mimpi buruk. Bila obat mendadak dihentikan terjadi “REM rebound”
dimana pasien akan mengalami mimpi-mimpi buruk lagi.

Golongan :

1. Benzodiazepine : Nitrazepam, Flurazepam, Estazolam

2. Non-Benzodiazepine : Zolpidem

Sediaan dan dosis:

(yang beredar di Indonesia menurut MIMS Vol. 7. 2006)

N Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran


o
1 Nitrazepam DUMOLID ( Alpharma ) Tab 5 mg 5-10 mg/malam
2 Zolpidem STILNOX ( Sanofi—Aventis) Tab 10 mg 10-20 mg/malam
ZOLMIA ( Fahrenheit ) Tab 10 mg
3 Estazolam ESILGAN ( Takeda ) Tab 1 mg 1-2 mg/malam
4 Flurazepam DALMADORM (Valeant) Tab 15 mg 15-20 mg/malam

Indikasi: Gejala Sasaran (Target Syndrome) : SINDROM INSOMNIA

Butir-butir diagnostik Sindrom Insomnia

1. Membutuhkan waktu lebih dari 1⁄2 jam untuk tertidur (troubling in falling asleep) atau tidur
kembali setelah terbangun (sleep continuity interuption) sehingga siklus tidur tidak utuh dan
menimbulkan keluhan gangguan kesehatan.
2. Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala penurunan
kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.

Lama tidur tidak bisa dijadikan acuan oleh karena bersifat sangat “individual”.

- Long Sleeper (7-8 jam/hari)

- Short Sleeper (3-4 jam/hari)

Sinrom Insomnia dapat dibagi dalam 3 tipe menurut lama-nya :

1. Transient Insomnia, hanya berlangsung 2-3 hari

2. Shortterm Insomnia, berlangsung sampai dengan 3 minggu

3. Longterm Insomnia, berlangsung dalam periode waktu yang lebih lama dan biasanya disebabkan oleh
kondisi medik atau psikiatrik tertentu

1. Indikasi penggunaan Obat Anti-Insomnia terutama pada kasus “Transient & Shortterm
Insomnia” sangat berhati-hati pada kasus dengan “Longterm insomnia”. Selalu diupayakan
mencari penyebab dasar dari gangguan tidur dan pengobatan ditujukan pada penyebab dasar
tersebut.
2. Ditinjau dari penyebabnya, sindrom insomnia dapat dibagi :
 Sindrom Insomnia Psikik : Gangguan Afektif bipolar & Unipolar (episode mania atau depresi),
GangguanAnxietas (panik, fobia)
 Sindrom Insomnia Organik : Hyperthyroidism, Putus obat penekan SSP (benzodiazepine,
phenobarbital narkotika), Zat perangsang SSP (caffein, ephedrine,amphetamine)
 Sindrom Insomnia Situasional : Gangguan penyesuaian + anxietas/depresi, perubahan sleep-
wake schedule (jetlag, workshift), stress Psikososial
 Sindrom Insomnia Penyerta : Gangguan Fisik + Insomnia (pain producing illness, paroxysmal
nocturnal dyspnoe),
 Gangguan Jiwa + Insomnia (Skizofrenia, Gangguan Paranoid)

Bila penyebabnya tidak ditemukan, disebutkan “Primary Insomnia”

Anda mungkin juga menyukai