Anda di halaman 1dari 2

“Reforma Agraria sebagai Solusi Permasalahan Indeks Ketimpangan Pemilikan

Tanah di Indonesia”

Oleh

Angelia Khairunnisa

a. Latar Belakang

Tanah merupakan faktor penting bagi penduduk yang kehidupannya masih


tergantung pada sektor tanah pertanian maupun non pertanian, tetapi juga bagi penentuan
berbagai kebutuhan lain dalam kehidupan masyarakat. Tanah tidak hanya berfungsi
sebagai asset produktif akan tetapi sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan. Hal
tersebut menunjukan bahwa tanah memiliki peranan sebagai asset sekaligus komoditas
yang dapat berpindah tangan atas status penguasaan dan kepemilikannya setiap saat.
Perubahan kepemilikan tanah akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi, karena
kehilangan hak penguasaan dan kepemilikan terhadap suatu tanah. Pemilikan tanah
adalah hubungan hukum dengan tanah yang telah disertipikatkan maupun belum
disertipikatkan. Ketimpangan pemilikan tanah adalah keadaan di mana terdapat
ketidakseimbangan penguasaan dan pemilikan tanah di tengah masyarakat akibat adanya
perbedaan dalam mengakses dan memanfaatkan tanah.
Untuk mencegah ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah yang lebih besar,
maka Reforma Agraria harus dilaksanakan secara konsisten. Reforma Agraria diharapkan
dapat memperbaiki ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah, sehingga masyarakat
sejahtera. Penataan distribusi tanah melalui kebijakan-kebijakan diharapkan dapat
berjalan dengan baik sehingga struktur penguasaan dan pemilikan tanah berkeadilan.

b. Pembahasan

Ketimpangan pemilikan tanah di Indonesia terus terjadi oleh karena itu perlu
ditangani dan diselesaikan secara berkeadilan sosial dan berkepastian hukum. Hal penting
yang perlu dihadirkan sebagai solusi adalah melaksanakan Reforma Agraria.
Dari sisi kebijakan, telah ada dasar hukum pelaksanaan Reforma Agraria dan
penyelesaian konflik agraria dalam konteks memenuhi keadilan sosial, hak konstitusional
dan kesejahteraan rakyat.

Gambar 1. Landasan Hukum Reforma Agraria

Undang-Undang Pokok Agraria No.5 tahun 1960 menjelaskan hak atas tanah
memiliki fungsi sosial dan melindungi kepentingan ekonomi lemah. Undang-undang ini
menekankan asas keadilan dan manfaat bagi setiap warga negara sehingga penguasaan
dan pemilikan tanah berlebihan yang merugikan kepentingan umum tidak dibolehkan.
Reforma Agraria tidak hanya dipahami sebagai kebijakan untuk redistribusi tanah,
tetapi juga sebagai proses yang lebih luas seperti akses ke sumber daya alam,
keuangan/modal, teknologi, pasar barang dan tenaga kerja, dan juga distribusi kekuatan
politik.
Upaya mendistribusi tanah sudah dilakukan, namun perlu pengawasan agar tanah
yang diredistribusi tidak kembali terkonsentrasi pada sekelompok orang karena
kemiskinan memaksa penjualan tanah kembali. Distribusi tanah disertai bukti
kepemilikan legal menjadi modal kegiatan ekonomi lebih lanjut.
Reforma Agraria adalah penataan kembali struktur penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui penataan aset dan
disertai dengan penataan akses untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Pemerataan
pemilikan tanah di kab/kota sebagai hasil dari Reforma Agraria akan menghasilkan
peningkatan kesejahteraan. Tujuan Reforma Agraria, yaitu mengurangi ketimpangan,
menyelesaikan konflik dan menciptakan basis-basis produksi baru.
Reforma Agraria sebagai solusi ketimpangan pemilikan tanah di Indonesia
memiliki tiga bentuk, yaitu legalisasi asset, redistribusi tanah dan perhutanan sosial.
Legalisasi asset hak milik adalah pusat dalam menciptakan keamanan yang lebih dari
kepemilikan tanah, dan bahwa jaminan kepemilikan ini akan mendorong investasi yang
lebih tinggi, yang pada gilirannya akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan.
Reforma agraria bukan hanya hadir menyelesaikan sengketa pertanahan dan atau
konflik agraria semata, tetapi mampu memperbaiki atau mereformasi kehidupan
masyarakat yang sangat luas terhadap pemilikan tanah. Reforma Agraria sebagai solusi
ketimpangan akan menahan laju konsentrasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan lahan melalui pemberian kepastian hak kepemilikan dan akses atas lahan
secara kolektif untuk masyarakat. Selain itu, Reforma Agraria menjadi momentum
membangkitkan partisipasi masyarakat dan memberdayakan pemerintah desa/kab/kota
untuk menata penguasaan, pemilikan, penatagunaan, dan memanfaatkan lahan dan hutan.
Hasil yang diharapkan setelah pelaksanaan Reforma Agraria sebagai solusi
ketimpangan pemilikan tanah adalah status kesejahteraan masyarakat meningkat, yang
ditandai dengan jumlah rumah tangga miskin berkurang, ekosistem membaik, dan
produktivitas lahan secara bersama dan per kapita meningkat.

c. Kesimpulan

Sasaran utama Reforma Agraria sebagai solusi permasalahn ketimpangan


pemilikan tanah adalah terciptanya keadilan sosial yang ditandai dengan adanya keadilan
agraria agar masalah ketimpangan pemilikan tanah terselesaikan. Pada hakikatnya, tujuan
dilaksanakannya Reforma Agraria adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
berpenghasilan rendah.

Anda mungkin juga menyukai