Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya,


maka pada pembelajaran IPS setiap jenjang pendidikan, kita harus
melakukan pembatasan sesuai dengan kemampuan siswa pada tingkat
masing-masing. Sebagaimanam Nursid (1984: 11) menyatakan bahwa:
“Radius ruang lingkup pengajaran IPS di SD dibatasi sampai gejala dan
masalah sosial yang dapat dijangkau geografi dan sejarah. Terutama
gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada pada
lingkungan hidup murid SD tersebut”. Menyimak dari pernyataan di atas
bahwa ruang lingkup yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai
anggota masyarakat. Oleh karena itu segala gejala dan masalah serta
peristiwa tentang kehidupan manusia di masyarakat, dapat dijadikan
sumber dan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ).
IPS adalah bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis
sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu pengajaran IPS yang tidak
bersumber kepada masyarakat, tidak mungkin akan mencapai sasaran
dan tujuan pelajaran IPS.
Oleh karena itu Nursid (1994: 13) selanjutnya mengatakan bahwa:
“Pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan
obyeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak
kepada kenyataan”.

Terkait dengan penelitian ini, Peneliti tertarik dengan


permasalahan-permasalahan yang menyangkut pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar, yang dirumuskan dalam judul penelitian. Peneliti
yakin apabila guru tidak mengetahui perkembangan anak, maka guru
akan menghadapi kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, sebab guru
telah mengabaikan potensi anak, sedangkan bila guru melupakan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, maka guru akan membina anak
didik dalam mimpi-mimpi yang tidak realistis. Pengajaran IPS tidak akan
mampu membina keterampilan sosial para siswa. Hal ini dikemukakan
oleh Jhon Dewey, (dalam Numan,S,dkk,1997:23) mengungkapkan
bahwa:
“Masalah yang utama dalam pengajaran sosial ialah bagaimana
menemukan bahwa pelajaran yang dapat memberikan dorongan siswa
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yag cocok dengan waktu, kebutuhan
serta cita-cita peserta didik, karenanya guru seyogyanya berusaha
mencari dan merumuskan stimuli-stimuli yang mampu membina respon
murid ke arah terciptanya kecakapan intelektual dan pertumbuhan rasa
yang dikehendaki. Untuk itu program pengajaran harus mampu
menyajikan masalah lingkungan kehidupan anak”.

Kalau kita perhatikan, banyak sekali sumber daya potensial yang


berada di sekolah yang dapat kita jadikan sebagai sumber belajar. Di
sekitar sekolah kita terdapat masjid, toko, pasar, kolam, tempat rekreasi,
kebun, pabrik, grup seni, dan lain-lainnya. Secara fungsional itu semua
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dalam proses belajar mengajar
siswa. “Secara umum, proses belajar mengajar dengan mengaplikasikan
lingkungan alam sekitar adalah upaya pengembangan kurikulum dengan
mengikutsertakan segala fasilitas yang ada di lingkungan alam sekitar
sebagai sumber belajar”.( Lily Barlia. 2002:2 )

Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar, akan memberikan


pengetahuan nyata bagi siswa, juga dimaksudkan untuk menghindari
verbalisme, sebab menurut Piaget, anak usia SD pada umumnya yaitu
pada taraf anak belajar mengenal sesuatu melalui benda yang nyata
terlihat di lingkungan sekitarnya. Pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar dapat mempermudah siswa menyerap bahan pelajaran,
lebih mengenal kondisi lingkungannya, menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajarinya, serta akrab dengan lingkungannya.
Dalam hal ini Lily Barlia (2002: 1) menyatakan bahwa: “Kebiasaan
untuk memanfaatkan fasilitas yang tersedia di lingkungan sekitar dalam
proses belajar mengajar merupakan wujud proses belajar mengajar
dengan pendekatan ekologi”.

Salah satu tantangan mendasar dalam pengajaran IPS saat ini


adalah bagaimana mecari strategi pembelajaran yang inovatif yang
memungkinkan meningkatnya mutu proses pembelajaran. Perkembangan
dan kemajuan IPTEK membuka kemungkinan siswa tidak hanya belajar
di dalam kelas akan tetapi peserta didik dapat belajar di luar kelas.
Dengan belajar di luar kelas peserta didik akan lebih leluasa menemukan
ide-ide yang diperoleh dari informasi berbagai sumber, melatih siswa
utuk memecahkan suatu masalah yang ada di masyarakat. Maka dengan
demikian siswa bisa secara kritis dan kreatif serta dapat melakukan
aktivitas dalam belajar. JJ. Rouseau, (dalam Lily, B 2002: 3) menyatakan
bahwa: “Anak-anak sebaiknya belajar langsung dari pengalamannya
sendiri, dari pada hanya mengandalkan perolehan informasi dari buku-
buku, guru pertamaku adalah kakiku, tanganku dan mataku, karena
dengan inderaku itu mengajariku berpikir”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dianggap perlu memperkenalkan,


memahami, mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran
dengan Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS SD dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu peneliti terdorong
untuk melakukan penelitian dengan judul “ PENINGKATAN
PRESTASI SISWA MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN
SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 01
lumpatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Agar lebih jelas permasalahan penelitian ini lebih difokuskan pada


pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya guru memanfaatkan media lingkungan sebagai sumber


belajar IPS di SD ?
2. Bagaimana guru dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran IPS
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa ?

1.3 Tujuan Penelitian

Agar penelitian dapat dilakukan sesuai dengan tujuan maka perlu adanya
rumusan tujuan yang jelas.Adapun pada penelitian ini bertujuan:

a. Dengan menggunakan sumber lingkungan maka guru dapat

meningkatkan proses pembelajaran IPS.

b. Ingin meningkatkan hasil belajar siswa dengan memanfaatkan

Lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS di SD.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
a) Sebagai syarat menyelesaikan studi pada Program S.1
b) Mendapat temuan atau gambaran tentang pemanfaatan lingkungan

sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS


2. Bagi guru
a) Dapat mengetahui kelemahan siswa dalam pembelajaran IPS dan

mengetahui kelemahan guru dalam mengajar.


b) Memberikan pengalaman sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan pembelajaran IPS.

3. Bagi siswa
a) Dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS.
b) Dapat menciptakan daya nalar siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan aktif.

4. Bagi Sekolah
Dapat menerapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sumber Belajar

Peningkatan mutu pendidikan dapat kita lakukan dengan berbagai


cara, salah satunya  adalah dengan berusaha untuk memahami bagaimana
peserta didik belajar dan bagaimana informasi yang diperoleh dapat di
proses dalam pikiran mereka sehingga menjadi milik mereka serta
bertahan lama dalam pikirannya. Dengan kata lain, kita perlu menyadari 
bahwa peserta didik merupakan sumber daya manusia sebagai aset
bangsa sangat berharga. Oleh sebab itu, perlu diupayakan penerapan
iklim belajar yang tepat untuk menciptakan lulusan yang benar-benar
kreatif, inovatif dan berkeingina untuk maju melalui pemanfaatan
sumber belajar untuk mengembangkan potensinya seara utuh dan
optimal.

Sumber belajar sebagaimana di ketahui adalah sarana atau


fasilitas pendidikan yang merupakan komponen penting untuk
terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah. Dalam melaksanakan
kegitan belajar mengaja guru sewajarnya memanfaatkan sumber belajar,
karena pemanfaatan sumber belajar merupakan hal yang sangat penting
dalam konteks belajar mengajar tersebut. Di katakan demikian karena
memanfaatkan sumber belajar akan dapat membantu dan memberikan
kesempatan belajar yang berpartisipa serta dapat memberikan  perjalanan
belajar yang kongkrit. Kemudian dapat juga memperluas cakrawala
dalam kelas, sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat di capai dengan
efisien dan efektif.

Sumber belajar  dapat diartikan sebagai segala hal di luar diri


anak didik yang memungkinkannya untuk belajar yang dapat  berupa
pesan, orang, bahan, alat teknik dan lingkungan. Uraian tersebut dapat di
lihat dari defenisi AECT (Association  For  Educaton Communication
Technology) yang menyatakan penegrtian sumber belajar sebagai berikut
:

Sumber belajar untuk teknologi pendidikan meliputi semua


sumber (data, orang, barang) yang dapat digunakan oleh peserta
didik baik secara tepisah maupun dalam  bentuk gabungan,
biasanya dalam situasi informal, untuk memberikan fasilitas
belajar”

Kenyataan yang kita hadapi selama di sekolah adalah siswa hanya


menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Dan selama proses belajar
megajar berlngsung keaktifan siswa sangat kurang sekali. Hal ini
menggambarkan belajar secara tradisional dimana siswa hanya
mendengar penjelasan dari guru sebagai satu-satunya sumber. Sedangkan
kita ketahui kemampuan guru terbatas baik dari segi  keterampilan
maupun dari pengetahuan. Walaupun di gunakan juga sumber lain seperti
buku teks, namun sumber belajar tidak terbatas pada buku saja masih
banyak sumber belajar lain yang dapat membantu dalam proses belajar
mengajar.

Dalam penggunaan sumber belajar tersebut oleh siswa harus di


arahkan oleh guru. Jadi guru bukan hanya satu-satunya sumber belajar
melainkan ada sumber lain yang serta bermanfaat bagi perluasan
pemahaman dan pengalaman siswa. Sumber belajar yang lain tersebut
sebenarnya banyak tedapat di sekeliling kita sungguhpun itu tidak harus
memakai peralatan yang mahal. Bahan-bahan sederhanapun bisa di
jadikan sumber belajar yang berharga.

Belajar dengan mengutamakan sumber belajar adalah sistem


belajar yang berorientasi kepada siswa yang di atur sangat rapi untuk
belajar individual atau kelompok. Kegiatan belajar di lakukan dengan
menggunakan sumber belajar baik manusia maupun bahan belajar non
manusia dalam situasi belajar yang di atur secara efektif.

Fenomena yang kita lihat sekarang ini, sumber-sumber belajar


yang tesedia di lingkungan kita masih kurang di manfaatkan  sehingga
pelaksanaan proses belajar mengajar juga kurang optimal yang lebih jauh
mengakibatkan mutu pendidikan yang kita harapkan belum lagi tecapai.
Beranjak dari hal inilah  Peneliti tertarik untuk membahas tentang
“Pemafaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar”. Lebih lanjut dalam
penelitian ini .

Belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem


yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling
berintegrasi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut
adalah sumber belajar. Sadiman (1989) menyatakan bahwa “segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan atau memudahkan tejadinya proses belajar”.
Menurut pengertian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa sumber
belajar itu adalah semua sumber. Jadi, dari pegertian ini  sumber  itu
dapat berupa manusia  maupun non manusia atau juga sumber belajar
yang di rancang maupun yang dimanfaatkan.

Menurut Fercipal dan Elinghton (1988:124) memberikan batasan


bahwa sumber belajar adalah  “Satu set bahan atau situasi belajar yang
dengan sengaja diciptakan agar  siswa secara individual dapat belajar”.

Dari kutipan ini dikatakan bahwa sumber belajar  itu satu set
bahan atau situasi belajar yang sengaja diciptakan, jadi sumber belajar itu
hanya yang di rancang saja dan bisa menunjang terjadinya proses belajar.

Dalam pengertian sempit sumber belajar dapat diartikan seperti


seperti buku- buku atau bahan tercetak lainnya. Pengertian itu dapat di
pakai dewasa ini sebagian guru hal ini dapat kita lihat dalam program
pengajaran yang di susun oleh para guru, biasanya terdapat komponen
sumber belajar pada umumya di isi dengan buku tek atau buku wajib
yang di anjurkan. Namun dalam pengertian yang lebih luas tantang
sumber belajar dapat di berikan Edgar Dale  yang dikutip, yang dikutip
oleh Rohani (1990:153) yang mengatakan bahwa “ sumber belajar itu
adalah pengalaman”. Sumber belajar dalam pengertian tersebut menjadi
sangat luas maknanya seluas hidup itu sendiri karena segala sesuatu yang
di alami di anggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa
pengalaman yang menyebabkan belajar. Sebagaimana kita ketahui
belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelumnya.

2.2 Syarat dan Manfaat Sumber Belajar

Pada dasarnya sumber belajar yang di pakai dalam pendidikan 


adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang
diciptakan dengan sengaja dan di buat agar memungkinkan siswa belajar
secara individual. Untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut adalah
sumber belajar yang cocok, gambar tersebut harus memenuhi
persyaratan, Fred Percipal (1998) ada Tiga Persyaratan Sumber Belajar
yaitu sebagai berikut:

1.     Harus tersedia dengan cepat

2.     Harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri


3.     Harus bersifat individual misalnya harus dapat memenuhi
berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri.

Berdasarkan pada persyaratan tersebut maka sebuah sumber


belajar harus berorientasi pada siswa secara individu, berbeda dengan
sumber belajar tradisional yang dibuat berdasarkan pada pendekatan
yang berorientas pada guru atau lembaga pendidikan

Dalam kegiatan instruksional ada banyak sumber dan daya yang dapat 
kita manfaatan baik yang tedapat di ruang maupun yang banyak tedapat di sekitar
kita, dan semuanya bermanfaat untuk meningkatkan cakrawala berfikir siswa
dalam rangka peningkatan hasil belajar. Berikut ini ada beberapa manfaat sumber
belajar menurut P&K (1983:7) yaitu :

1.   Sumber belajar dapat memberikan perjalanan belajar yang kongkrit


dan langsung kepada pelajarnya. Seperti kegiatan darma wisata ke
pabrik, pusat tenaga lstrik, pelabuhan dan sebagainya.

2.   Sumber belajar menyajikan sesuatu yang tidak mungkin di adakan


atau di kunjungi dan di lihat secara langsung oleh siswa. Contohnya
seperti penggunaan peta, denah, foto dan sebagainya.

3.   Sumber belajar dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian 


yang ada di dalam kelas, misalnya buku, foto-foto dan nara sumber

4.   Sumber belajar dapat memberikan informasi yang akurat dan


terbaru, misalnya penggunaan buku teks, majalah, dan orang sumber
informasi

5.   Sumber belajar dapat memecahkan masalah pendidikan atau


pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro

6.   Sumber belajar dapat memberikan motivasi yang positif, lebih-lebih


jika di atur dan direncanakan pemanfaatannya dengan tepat.

7.   Sumber belajar dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan


berkembang lebih lanjut.

Berdasarkan ke tujuh poin di atas maka dapat kita lihat besarnya manfaat
sumber belajar dalam proses pembelajaran, dan menggunakan sistem
pendekatannya berorientasi pada siswa sehingga betul-betul menekankan pada
perkembangan pola pikir siswa
2.3 Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Kegiatan belajar mengajar bukanlah berproses pada kehampaan


tetapi berproses pada kemaknaan.  Di dalamnya ada sejumlah nilai yang
di sampaikan kepada anak didik, nilai-nilai itu tidak datang dengan
sendirinya tetapi terampil dari berbagai sumber guna di pakai dalam
proses belajar mengajar, jadi dari berbagai sumberlah pengajaran itu di
ambil dan salah satunya   dari lingkungan

Lingkungan yaitu situasi yang tersedia  di mana pesan itu di


terima oleh siswa. Lingkungan terdiri  atas lingkungan fisik dan non
fisik. Lingkungan fisik seperti gedung sekolah, perpustakaan,
laboratorium, studio, auditorium, taman dan lain-lain. Lingkungan non
fisik seperti penerangan sirkulasi udara dan lain-lain.

Selanjutnya lingkungan yang di sebut sebagai sumber belajar


adalah tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi siswa. Tempat
dan ruangan tersebut  ada yang di rancang (by Design) khusus untuk
tujuan pengajaran, misalnya gedung sekolah ruang perpustakaan dan
laboratorium,  studio dan sebagainya. selain itu ada juga tempat atau
ruangan yang bukan di rancang secara khusus atau hanya dimanfaatkan
sebagai sumber belajar untuk tujuan pengajaran, seperti gedung dan
peninggalan sejarah, bangunan industri lingkungan pertanian, museum,
pasar, tempat rekreasi dan lain-lain.

Menurut Semiawan (1990: 96)  ada empat sumber belajar yang


berkenaan langsung dengan lingkungan sebagai berikut:

a.      Masyarakat kota atau desa sekeliling sekolah

b.      Lingkungan fisik di sekitar sekolah

c.      Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang


terbuang yang dapat menimbulkan pemahaman lingkungan

d.     Peristiwa alam dan peristiwa  yang terjadi di manfaatkan


cukup menarik perhatian siswa. Ada peristiwa yang tidak
mungkin atau tidak dapat dipastikan akan terulang  kembali.
Jangan lewatkan peristiwa itu tanpa adanya catatan pada
buku atau alam pikiran siswa.
Berdasarkan kutipan di atas maka  dapat kita lihat bahwa di
sekitar sekolah terdapat berbagai macam sumber belajar yang dapat di
manfaatkan oleh guru dan siswa  dalam proses belajar engajar. Dengan
demikian siswa akan lebih mengenal lingkungannya, pengetahuan siswa
akan lebih autentif, sifat verbalisme pada siswa dapat dikurangi serta
siswa akan lebih aktif dan lebih banyak berlatih.

2.4 Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Sumber belajar akan dapat digunakan bila sumber belajar itu 


tersedia sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Penggunaan
sumber belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar, karena tanpa menggunakan sumber belajar maka pesan
yang tersimpan dalam materi suatu pelajaran tidak akan di terima oleh
siswa. Semakin banyak sumber belajar yang digunakan semakin banyak
pula keterlibatan indera siswa dalam penerimaan pesan tersebut dan akan
semakin banyak kesan dan pengalaman yang di serap oleh siswa.

Secara teoritis pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar


mempunyai berbagai arti penting diantaranya lingkungan mudah di
jangkau, biayanya relatif murah, objek permasalahan dalam lingkungan
beraneka ragam dan menarik serta tidak pernah habis.

Sehubungan dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber


belajar ini, Nasution (1985:125) menyatakan bahwa pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu : dengan cara membawa sumber-sumber dari masyarakat ke atau
lingkungan ke dalam kelas dan dengan cara membawa siswa ke
lingkungan. Tentunya masing-masing cara tersebut dapat dilakukan
dengan pendekatan, metoda, teknik dan bahan tertentu yang sesuai
dengan tujuan pengajaran.

Lebih lanjut Nasution (1982:134) menjelaskan ada beberapa


metode yang dapat digunakan dalam rangka membawa siswa ke dalam
lingkungan itu sendiri  yaitu metode Karya wisata, service proyek, school
camping, surfer dan interviu. Lewat karyawisata umpamanya, siswa akan
memperoleh pengalaman secara langsung, membangkitkan dan
memperkuat belajar siswa, mengatasi kebosanan siswa  balajar dalam
kelas serta menanamkan kesadaran siswa tentang lingkungan dan
mempunyai hubungan yang lebih luas dengan lingkungan.

Namun  metode karya wisata ini memiliki kelemahan yang


berbeda yang berkaitan dengan waktu dan follow upkarya wisata ini
perlu diperhatikan secara cermat. Demikian juga dengan metode lain
yang membawa siswa ke luar kelas, metode yang di pilih memerlukan
rencana yang lebih cermat dan matang serta harus berpedoman kepada
tujuan pengajaran yang hendak di  capai. Cara yang kedua yaitu dengan
cara membawa sumber dan lingkungan luar ke dalam kelas, hal tersebut
dapat dilakukan dengan membawa resourses person, hasil, contoh dan
koleksi tertentu ke dalam kelas.

Kedua cara yang telah dijelaskan di atas sebenarnya saling


berkaitan satu dengan yang lainnya karena keduanya dapat
dikombinasikan. Misalnya melalui karya wisata siswa mempunyai
kesempatan untuk mengumpulkan berbagai benda sehingga koleksi
benda tersebut dapat memperkaya khasanah laboratorium di sekolah dan
sewaktu-waktu benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai media
sekaligus sebagai sumber belajar.

2.5 Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lingkungan sebagai


sumber belajar

Urgensi pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar seperti yang


telah dijelaskan terdahulu sebenarnya sudah lama disadari oleh pendidik, namun
kesadaran itu tidaklah berarti bahwa lingkungan sudah dimanfaatkan secara
maksimal sebagai sumber belajar di sekolah dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar itu sendiri. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi lingkungan sebagai sumber
belajar, mungkin dari segi guru, faktor dana, lembaga dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal ini Hanafi (1986: 23) menyatakan:

Pemanfaatan sumber belajar tergantung pada kreatifitas guru,


kemampuan guru, waktu yang tersedia, dana yang tersedia, serta
kebijakan-kebijakan lainnya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam


pemanfaatan sumber belajar termasuk lingkungan oleh siswa sangat
tergantung pada bimbingan dan arahan dari guru. Berarti di sini guru
berfungsi sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan manager.
Fungsi guru seperti inilah yang sangat diharapkan untuk mencapai
tujuan pendidikan.

Guru memang sudah tahu dan mengenal dengan baik jenis-jenis


sumber belajar yang harus digunakan. Itu saja belum cukup karena disini
dibutuhkan lagi kemauan dan kreatifitas guru-guru tadi untuk
menyediakan dan mencari pengetahuan tentang cara memanfaatkan
sumber belajar tersebut secara efektif dan efisien.
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan
seyogyanya harus mengerti dan cakap dalam mencari dan memakai
sumber belajar yang ada mampu berperan sebagai komunikator,
fasilitator, dan motivator dalam menumbuhkan kreatifitas siswa untuk
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pihak sekolah juga
harus memperhatikan kebutuhan akan sumber belajar dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat menghasilkan keluaran
yang berkualitas.

Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam


memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar diperlukan adanya
kerjasama yang baik antara pihak sekolah, masyarakat serta lembaga
terkait lainnya.
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Classroom Action Research (Penelitian


Tindakan Kelas) adalah suatu action research yang dilakukan di
kelas. Action Research sesuai arti katanya, diterjemahkan menjadi
penelitian tindakan yang oleh Carr dan Kemmis (McNiff, J, 1991, p.2)
didefinisikan sebagai berikut :

“Action research is a from of self-reflective enquiry undertaken by


participiants (teachers, students or principals, for example) in social
(including educational) situations in order to improve the rationality and
justice of (a) their own social or educational practices, (2) their
understanding of these practices, and the situations (and institutions) in
which the practices are carried out.”

Jika kita cermati pengertian di atas secara seksama, kita akan


menemukan sejumlah ide pokok sebagai berikut :

1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan


yang dilakukan melalui refleksi diri;
2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam
situasi yang diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah;

3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk


situasi pendidikan;

4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki : dasar


pemikiran dan kepantasan dari praktek-praktek, pemahaman
terhadap praktek tersebut, serta situasi atau lembaga tempat
praktek tersebut dilaksanakan.

2. Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan terhadap 30 siswa Kelas IV SDN 01 lumpatan
kecamatan sekayu.

3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahapan-tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini


terjadwal sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian mulai Minggu ke-1 bulan April 2020


2. Pelaksanaan Penelitian Minggu ke-2 sampai minggu ke-4 bulan April 2020

3. Pelaporan Minggu ke-2 bulan Mei 2020

4. Rancangan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mengikuti prosedur


penelitian Action Research (penelitian tindakan). Dilaksanakan dalam
tiga tahap, dengan empat tahap pada setiap putarannya, yaitu:

3.4.1 Tahap I Perencanaan Penelitian

1. Refleksi awal, peneliti dengan kepala sekolah mengidentifikasi


masalah yang selama ini ada dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) dengan lebih komprehensif (seksama).
2. Permasalahan yang telah digali dalam refleksi awal selanjutnya
dirumuskan peneliti dengan lebih operasional dan menetapkan dan
merumuskan rancangan tindakan penelitian

3.4.2. Tahap II Kegiatan dan Pengamatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan tahapan-


tahapan sebagai berikut :

1.Proses pembelajaran

Dalam proses pembelajaran ini dilakukan pengamatan terhadap


aktivitas siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).

 Pada kegiatan ini, metode pembelajaran dengan menggunakan media


lingkungan sebagai sumber belajar yang telah direncanakan
diimplementasikan. Dalam hal ini, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) mengenai sumber daya alam dan kegiatan ekonomi dilaksanakan sesuai
dengan rencana, skenario, dan setting pembelajaran serta alokasi waktu yang
telah ditetapkan.
 Untuk membantu siswa memahami masalah yang diajukan guru, siswa diberi
bimbingan untuk memahami petunjuk dalam LKS berupa pertanyaan dan
langkah-langkah dalam melakukan kegiatan pengamatan dan diskusi tentang
sumber daya alam dan kegiatan ekonomi dengan menggunakan media
lingkungan sebagai sumber belajar dalam kegiatan belajar mengajar.

 Dalam melakukan pengamatan, peneliti menggunakan perangkat penelitian


yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2.Posttest

Posttest dilaksanakan pada akhir pembelajaran, dilakukan


untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang
telah dilakukan oleh guru.

Selama proses pembelajaran berlangsung peneliti diamati oleh


pengamat yang bertugas mengisi lembar observasi yang telah
disediakan. Dalam hal ini Kepala Sekolah sebagai pengamat
tersebut. Aspek yang diobservasi adalah aktivitas siswa dan guru
dalam pembelajaran apakah telah sesuai dengan rencana yang
telah disiapkan dan tujuan yang ingin dicapai.

3.Tahap III Refleksi

Refleksi merupakan ulasan dari hasil kegiatan dan pengamatan.


Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar
yang sudah dilaksanakan. Melalui refleksi dapat diungkapkan
kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung pada setiap putaran yang dilihat dari lembar
observasi pembelajaran.

4.Tahap IV Revisi

Revisi rancangan dilakukan setelah mengetahui hasil refleksi


setiap putaran, yang digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar agar berlangsung lebih baik dari
sebelumnya. Revisi yang dilakukan sebagai penyempurnaan
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin atau harus
dicapai

5. Perangkat Penelitian
Perangkat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Handout Materi Pembelajaran

Handout siswa bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa


terhadap materi “ Sumber Daya Alam dan Kegiatan Ekonomi” yang
telah disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat
dari hasil belajar atau nilai yang diperoleh siswa dalam evaluasi yang
diberikan guru.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran digunakan adalah lingkungan sebagai sumber


belajar tentang sumber daya alam dan kegiatan ekonomi yang
disesuaikan dengan acuan materi dalam buku Ilmu Pengetahuan
Sosial ( IPS )

6. Metode Analisis Data

Jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data deskriptif. Adapun tahapan analisis yang akan dilakukan adalah :

1. Analisis Kegiatan Pembelajaran

Data tentang bagaimana proses pembelajaran dikelas berlangsung,


dan kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.
Proses pembelajaran yang diamati adalah meliputi: bagaimanakah
pembelajaran telah dilaksanakan oleh guru dikelas, bagaimanakah
aktivitas murid tentang penggunaan media lingkungan sebagai
sumber belajar, bagaimana hasil yang diperoleh sebelum penggunaan
media lingkungan sebagai sumber belajar pada pembelajaran bidang
studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Analisis Respon Siswa

Respon yang dimaksud adalah tanggapan dan pemahaman siswa


terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk
mengumpulkan data tersebut alat bantu yang digunakan adalah
dengan cara menggunakan daftar pertanyaan untuk dijawab secara
tertulis oleh siswa (angket tertutup). Dianalisis dengan menggunakan
persentase yaitu banyaknya siswa yang berhasil mencapai target hasil
belajar yang diharapkan guru dibagi dengan jumlah siswa
keseluruhan dikali 100 %
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan


1. Observasi Awal

Pelaksanaan tindakan I dimulai dengan mengadakan


observasi awal yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 02 April
2020. Tujuannya untuk mengetahui lebih mendalam kondisi
sekolah, sebagai kelas yang akan mendapat perlakuan. Kondisi
tersebut mencakup kondisi fisik kelas, kondisi siswa, guru, proses
pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar dikelas serta sarana
dan prasarana pendidikan yang terdapat di kelas maupun di
sekolah. Pada observasi awal, kegiatan pembelajaran terdiri dari 3
tahapan, 1) Kegiatan awal, 2) Kegiatan Inti, dan 3) Penutup. Pada
kegiatan awal yang berupa appersepsi, siswa diajak tanya jawab
tentang materi yang akan dibahas, yang akhirnya mengaitkan
dengan materi inti; Sedangkan pada kegiatan inti dalam
pembelajaran banyak menggunakan metode ceramah tanpa
menggunakan media apapun kecuali buku pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ). Guru lebih banyak menerangkan
dengan menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan konsep
sehingga terkesan siswa hanya mendapatkan konsep yang abstrak
dan kegiatan belajar mengajar terfokus kepada guru. Selain itu,
keterlibatan siswa masih tampak kurang optimal, ini terlihat dari
kepasifan dan kebingungan siswa dalam mengikuti dan
memahami pelajaran yang disampaikan guru. Adapun kegiatan
penutup siswa diberi tugas mengerjakan soal atau evaluasi.

Pada refleksi awal melalui observasi dapat ditemukan


beberapa kelebihan dan kekurangan pada kegiatan pembelajaran.
Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain :
1) proses pembelajaran telah diselenggarakan secara terstruktur
dan sistematis sesuai dengan rancangan pengajaran, maupun
program pengajaran;

2) guru banyak menyampaikan informasi tentang konsep materi


walau hanya dengan menggunakan metode ceramah dalam
setiap kegiatan pembelajaran.

Sedangkan beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran


yang ditemukan adalah :

1) guru banyak menghabiskan waktu pembelajaran (sekitar 65-70%)


hanya menjelaskan secara verbal konsep yang abstrak tanpa
dibantu dengan sarana dan atau media penunjang yang memadai;

2) siswa cenderung bersifat pasif (tidak berani menjawab pertanyaan


guru secara lepas mungkin karena takut salah, kurang antusias
mengikuti pelajaran, merasa kebingungan memahami konsep yang
dijelaskan guru.

Selama observasi awal ini juga, siswa belum menunjukkan


perilaku yang diharapkan. Memang, siswa sesekali menjawab
pertanyaan guru dengan mengungkapkan kembali apa yang
disampaikan guru, tetapi sangat abstrak sehingga tidak bisa dipahami
sedikitpun oleh siswa lainnya. Hal ini karena metode konvensional
tidak banyak memberi kesempatan yang luas bagi siswa untuk
memperoleh informasi yang lebih variatif dan tahan lama retensinya
karena kurang menekankan ketrampilan proses. Akibatnya, siswa
bahkan kesulitan memvisualisasikan konsep abstrak yang
didapatkannya.

2. Pelaksanaan Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari observasi


awal, peneliti memberi tindakan siklus I yang dilaksanakan pada hari
Kamis 07 April 2020 dalam kegiatan ini dibagi menjadi beberapa
tahapan sebagai berikut :

1) Hasil pengamatan terhadap guru

1. Pada awal pembelajaran yang dilakukan guru, masih terdapat sebagian


siswa melakukan kegiatan di luar tugas yang diberikan
2. Siswa dipaparkan tentang contoh media pada hal yang nyata media
lingkungan sebagai sumber belajar yang tentunya akan menarik
beberapa siswa baik untuk memahami.

3. Siswa dipaparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola


belajar siswa dan minat belajarnya terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial
( IPS ). Siswa yang terkesan sangat tertarik terhadap media lingkungan
sebagai sumber belajar sumber daya alam dan kegiatan ekonomi
ditunjukkan oleh lebih antusiasnya seorang siswa mengikuti kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan media/ sumber belajar tersebut.

4. Siswa dipaparkan tentang kaitan waktu pengerjaan, dimana diharapkan


waktu penjelasan tidak terlalu banyak dan sebaliknya waktu untuk
mengerjakan soal-soal tes dan LKS hanya diberikan waktu sedikit.

2). Hasil Pelaksanaan Siklus I

Hasil pelaksaan siklus I terlihat pada table berikut ini:

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Siklus 1


TUNTAS TUNTAS/

NO NAMA SISWA NILAI NO NAMA SISWA NILAI


TDK TDK
TUNTAS TUNTAS

AHMAD
1 SUBADAR 60 TT 16 DAFIT GAJALI 80 T

2 MURSIDI 50 TT 17 EEN WAHYUDI 70 T

3 A. AZIZ 55 TT 18 M. FAISEH 60 TT

4 BAHRUL 70 T 19 FIRDA LUSIANA 60 TT

5 CATI YOFA O. 75 T 20 HEMAS RISKI 65 T

6 ALIWANI 80 T 21 IKEMATUL 45 TT

7 ALI SUAEDI 65 T 22 LAYINWARDA 50 TT

8 MIFTAHUL 60 TT 23 MAHRUS ALI 55 TT

9 MAS HUDI 65 T 24 MUH RIZAL 70 T


10 NURAELI 50 TT 25 RISKA ALFIA 70 T

JUMLAH 935   JUMLAH 915  

TUNTAS 14   RATA-RATA 61,67

TIDAK TUNTAS 16   PROSENTASE KETUNTASAN 46,67

Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas

Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 61,67

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 14

3 Persentase ketuntasan belajar 46,67

Dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran
berbasis masalah diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 61,67 dan ketuntasan belajar mencapai 46,67 % atau ada
14 siswa dari 30 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa
belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
hanya sebesar 35,71 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa
masih asing dengan diterapkannya pendekatan kontekstual dengan
media lingkungan sebagai sumber belajar.

Setelah melakukan tindakan ini, peneliti menghasilkan rekomendasi


berdasarkan refleksi siklus I . Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
dan ditingkatkan selanjutnya pada tindakan II adalah :

1. Guru harus lebih menguasai cara penyampaian materi dan pengelolaan kelas
ketika menggunakan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Guna
lebih memperjelas pemahaman siswa serta memotivasi respon siswa agar lebih
seksama memperhatikan penjelasan guru dengan media yang telah
dipersiapkan oleh guru (peneliti), sehingga dicapai pembelajaran yang efektif
dan hasil belajar yang optimal.
2. Guru harus memacu semangat siswa untuk aktif menyelesaikan masalah yang
terdapat di LKS dan menumbuhkan rasa ingin bertanya kepada guru untuk
meminta bimbingan dan penjelasan lagi bila tidak mengerti.
3. Guru harus memberikan perhatian secara menyeluruh kepada setiap anak
terutama yang memiliki kemampuan lebih rendah.

4. Guru harus memberikan arahan dan bimbingan dengan lebih menekankan


pada cara memahami media lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga
siswa lebih mudah memahami tentang sumber daya alam dan kegiatan
ekonomi

5. Guru harus tetap memotivasi siswa dan memberikan bantuan jika diperlukan,
terutama siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam memahami masalah
pada LKS.

6. Sebelum melakukan tindakan selanjutnya (tindakan II), peneliti terlebih


dahulu menyampaikan kesimpulan yang diputuskan berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan .

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan Tindakan Siklus II dibagi dalam 2 tahap, yakni tahap uji


coba dan tahap pemantapan. Dalam hal ini siklus II dilaksanakan 2
kali setiap hari Selasa dengan alokasi waktu yang sama.

Pelaksanaan Tindakan I Siklus II

Pertemuan Siklus Kedua tindakan I ini dilakukan pada tanggal 15


April 2020. Pada siklus ini, peneliti memberikan tindakan seperti
pada Siklus I, namun dalam pelaksanaannya pada kegiatan
pembelajaran guru mengunakan sumber belajar lingkungan sekitar
seperti lahan pertanian, pasar dan lain-lain, dimana guru tidak banyak
melakukan persiapan sebelumnya. Tindakan ini diberikan dengan
tujuan memperoleh perbedaan awal antara siklus I dengan siklus II
tindakan I. Tindakan ini hanya berlangsung 45 menit untuk kemudian
diberi evaluasi dan refleksi guna tercapainya proses belajar mengajar
sesuai skenario pembelajaran yang terdapat pada rencana pengajaran
pada siklus kedua tindakan I.

Pertemuan pada tindakan I Siklus II dimulai dengan pertanyaan guru


tentang apa yang didapatkan dan yang terkesan dari pertemuan pada
tindakan sebelumnya, kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran
guru memanfaatkan media lingkungan sebagai sumber belajar seperti
yang dilaksanakan pada siklus I. Guru juga masih menyiapkan soal-
soal seperti pertemuan sebelumnya dan siswa tampak senang dan
sudah mulai paham tentang tugas yang diberikan. Melihat kondisi
seperti ini dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa lebih siap daripada
pertemuan sebelumnya. Setiap siswa lebih merespon soal-soal
tersebut dan guru tidak banyak memberikan penjelasan seperti
pertemuan sebelumnya, hanya memberikan bantuan jika ada problem
dalam memahami soal yang sedikit kompleks.

Setelah selesai mengerjakan soal, beberapa siswa secara sukarela dan


acak disuruh mempresentasikan jawabannya, siswa lain disuruh
mendengarkan penjelasan dari teman yang sedang mempresentasikan
ke depan kelas dengan sisa waktu 30 menit. Kegiatan ini
dimanfaatkan guru untuk memberikan kesempatan siswa
menunjukkan ketrampilan proses dalam menjelaskan sumber daya
alam dan kegiatan ekonomi di depan temannya. Setelah pertemuan
pada siklus II tindakan I ini selesai dilaksanakan, peneliti melakukan
refleksi guna membahas tentang kendala-kendala yang dihadapi
dalam proses pembelajaran siklus II tersebut. Namun demikian
beberapa kekurangan yang terdapat pada siklus II tindakan I
ditemukan antara lain sebagai berikut :

1. Peneliti belum bisa menguasai situasi kelas yang berbeda dari


biasanya;
2. Para siswa masih sedikit pasif, yakni motivasi kurang karena masih
kebingungan dengan penjelasan dan demonstrasi guru yang masih
canggung dan kurang tersistematisasi;

3. Karena itu masih ada sebagian siswa yang masih enggan untuk
bertanya karena penggunaan media gambar dan benda sebenarnya
belum digunakan secara maksimal.

Pelaksanaan Tindakan II Siklus II

Kekurangan-kekurangan yang ada pada pertemuan pertama siklus II ,


dibahas oleh peneliti untuk mencari jalan keluarnya. Pada pertemuan
pertama siklus II, peneliti belum bisa menguasai situasi kelas yang
berbeda dari biasanya dalam artian guru masih kurang efektif
mengelola proses belajar mengajar, sedangkan pada pembelajaran ini
seharusnya respon dan daya tangkap para siswa lebih bisa diarahkan
untuk menentukan perolehan hasil pembelajaran yang optimal. Pada
siklus sebelumnya siswa belum nampak aktif. Hal ini disebabkan
karena siswa belum memahami konsep dengan efisien, karena guru
juga masih sedikit canggung dalam menggunakan media lingkungan
sebagai sumber belajar di depan kelas. karena itu jalan keluar yang
ditemukan peneliti diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran
dengan memanfaatkan media yang sama namun dengan persiapan
yang lebih matang dan materi sumber daya alam dan kegiatan
ekonomi diubah dengan materi yang lebih kontekstual.

Pertemuan Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu 15 April 2020. Pada


awal pertemuan, peneliti menanyakan pada pertemuan kemarin
apakah ada pertanyaan atau tidak. Pertanyaan yang diajukan salah
seorang siswa tidak langsung dijawab guru tapi dilemparkan pada
para siswa yang lain yang tahu jawabannya. Respon siswa benar-
benar mengejutkan, di atas 50 % siswa mengangkat tangan mencoba
untuk memberikan jawaban. Setelah tanya jawab dirasa cukup, maka
peneliti melanjutkan pertemuan ini dengan pola diskusi tentang
beragam permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) di sekolah. Sekaligus dengan solusi
alternatif yang kiranya bisa digunakan oleh guru di sekolah.

Dalam siklus II ini, setelah selesai para siswa tetap disuruh maju
untuk mempresentasikan materi. Hal ini agar dapat dilihat secara
nyata kemampuan siswa tidak hanya angan-angan tapi sudah
merupakan hasil yang nyata.

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus II


TUNTAS TUNTAS
/ /
NAMA NILA NILA
NO NO NAMA SISWA
SISWA I I
TDK TDK
TUNTAS TUNTAS

AHMAD
1 SUBADAR 70 T 16 DAFIT GAJALI 85 T

EEN
2 MURSIDI 65 T 17 WAHYUDI 70 T

3 A. AZIZ 60 TT 18 M. FAISEH 60 TT

4 BAHRUL 75 T 19 FIRDA LUSI 75 T

CATI
5 YOFA O. 80 T 20 HEMAS RISKI 65 T

6 ALIWANI 85 T 21 IKEMATUL 55 TT
ALI LAYINWARD
7 SUAEDI 65 T 22 A 65 T

MIFTAHU
8 L 60 TT 23 MAHRUS ALI 55 TT

9 MAS HUDI 65 T 24 MUH RIZAL 70 T

10 NURAELI 60 TT 25 RISKA ALFIA 70 T

JUMLAH 1035   JUMLAH 1000  

TUNTAS 23   RATA-RATA 67,83

TIDAK TUNTAS 7   PROSENTASE KETUNTASAN 76,67

Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II


No Uraian Hasil Siklus I

1 Nilai rata-rata tes formatif 67,83

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 23

3 Persentase ketuntasan belajar 76,67

Dari Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 di atas diperoleh nilai rata-
rata prestasi belajar siswa adalah 67,83 dan ketuntasan belajar
mencapai 76,67 % atau ada 23 siswa dari 30 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan
sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar
siswa ini karena siswa sudah mulai akrab dan menemuan
keasyikan dengan pendekatan kontekstual dengan media
lingkungan sebagai sumber belajar. Disamping itu kemampuan
guru dalam mengelola proses belajar mengajar dalam metode ini
juga semakin meningkat sehingga proses belalar-mengajar
semakin efektif.

Setelah siklus II selesai dilaksanakan, guru atau peneliti mengadakan


refleksi akhir. Dari pengamatan peneliti, secara umum pembelajaran
pada siklus II lebih baik daripada siklus I. Beberapa kelebihan pada
siklus II ini adalah sebagai berikut :

1. peneliti sudah bisa menguasai situasi kelas dengan membawa siswa untuk
lebih bisa memahami konsep lebih mudah serta lebih aktif karena merasa
percaya diri dengan kemampuan memahaminya tersebut, meskipun masih
terdapat siswa yang belum berkosentrasi terhadap materi;
2. Pembelajaran yang dilakukan kepada para siswa semakin lebih efektif dengan
lebih menekankan pada cara penggunaan metode pembelajaran dengan
bantuan media lingkungan sebagai sumber belajar.

4.1.4 Pelaksanaan Siklus III

Kekurangan-kekurangan yang ada pada pertemuan kedua siklus II ,


dibahas oleh peneliti untuk mencari jalan keluarnya. Pada pertemuan
pertama siklus III, peneliti sudah dapat menguasai kelas namun
beberapa kali masih nampak siswa kurang konsentrasi pada
pembelajaran, sedangkan pada pembelajaran ini seharusnya respon
dan daya tangkap para siswa lebih bisa diarahkan untuk menentukan
perolehan hasil pembelajaran yang optimal. Pada siklus sebelumnya
siswa sudah nampak aktif. Hal ini disebabkan siswa sebagian sudah
termotivasi dengan penggunaan media lingkungan sebagai sumber
belajar namun terdapat 50 % siswa yang aktif sisanya masih pasif.

Pertemuan Siklus III dilaksanakan pada hari Rabu, 22 April 2020.


Pada awal pertemuan, peneliti menanyakan apakah ada pertanyaan
atau tidak, kemudian peneliti mengajukan beberapa pertanyaan dan
hasilnya 50% siswa merespon pertanyaan.

Dalam siklus III ini, peneliti menggunakan sumber belajar lingkungan


yakni membawa siswa ke pasar untuk mengamati kegiatan yang
terjadi di sana dan menulis sumber daya alam yang ada di sana.
Setelah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar tadi peneliti
memberikan pertanyaan dan hasilnya sangat luar biasa 90 % siswa
mengangkat tangan dan berebut untuk menjawab pertanyaan peneliti.

Tabel 4.5 Tabel Hasil Belajar Siklus III


NO NAMA SISWA NILAI TUNTAS/ NO NAMA SISWA NILAI TUNTAS/
TDK TDK
TUNTAS TUNTAS

AHMAD
1 SUBADAR 80 T 16 DAFIT GAJALI 90 T

2 MURSIDI 70 T 17 EEN WAHYUDI 75 T

3 A. AZIZ 70 T 18 M. FAISEH 70 T

4 BAHRUL 75 T 19 FIRDA L 75 T

5 CATI YOFA O. 80 T 20 HEMAS RISKI 65 T

6 ALIWANI 85 T 21 IKEMATUL 65 T

7 ALI SUAEDI 70 T 22 LAYINWARDA 65 T

8 MIFTAHUL 60 TT 23 MAHRUS ALI 55 TT

9 MAS HUDI 65 T 24 MUH RIZAL 70 T

10 NURAELI 60 TT 25 RISKA ALFIA 70 T

JUMLAH 1080   JUMLAH 1030  

TUNTAS 26   RATA-RATA 70,33

TIDAK TUNTAS 4   PROSENTASE KETUNTASAN 86,67

Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas

Tabel 4.6. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III


No Uraian Hasil Siklus III

1 Nilai rata-rata tes formatif 70,33

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 26

3 Persentase ketuntasan belajar 86,67


Berdasarkan Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 diatas diperoleh nilai
rata-rata tes formatif sebesar 70,33 dan dari 26 siswa yang telah
tuntas sebanyak 30 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan
belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
tercapai sebesar 86,67 % (termasuk kategori tuntas). Hasil pada
siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.
Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
oleh adanya peningkatan kemampuan siswa mempelajari materi
pelajaran yang telah diterapkan selama ini. Disamping itu dengan
adanya metode pembelajaran ini siswa dapat bertanya dengan
sesama temanya, dan ternyata dari proses bertanya antar siswa ini,
siswa lebih mudah menerima penjelasan dari temannya yang lebih
paham tentang materi pelejaran tersebut. Juga dari hasil
pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
belajar ini murid jadi lebih mudah untuk bekerja sama dengan
sesama temannya.

Setelah siklus III selesai dilaksanakan, guru atau peneliti mengadakan


refleksi akhir. Dari pengamatan peneliti, secara umum pembelajaran
pada siklus III lebih baik daripada siklus II. Beberapa kelebihan pada
siklus III ini adalah sebagai berikut :

1. peneliti dapat menguasai kelas, serta keaktifan siswa sudah mencapai 90 %;


2. Pembelajaran yang dilakukan kepada para siswa semakin lebih efektif dengan
lebih menekankan pada cara penggunaan metode pembelajaran dengan
bantuan media /sumber belajar berupa lingkungan sekitar

a. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa

Berdasarkan angket yang disebarkan kepada para guru pada siklus tambahan dapat
diperoleh beberapa data tentang respon para guru. Adapun data hasil respon para
siswa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.7. Persentase Respon Siswa
Persentase
Pemilih
(%)
No Kategori Respon

Y T Y T

1 Apakah dengan menggunakan lingkungan 25 5 80 20


sebagai sumber belajar dapat membantu
pemahaman kalian terhadap materi sumber
daya alam dan kegiatan ekonomi ?

2 Apakah terdapat kesesuaian dengan apa yang 25 5 80 20


kalian ketahui dengan penggunaan media
lingkungan sebagai sumber belajar dapat
mempermudah pemahaman kalian terhadap
materi sumber daya alam dan kegiatan
ekonomi?

3 Apakah kalian dapat memahami dengan 27 3 88 12


mudah materi sumber daya alam dan
kegiatan ekonomi dengan menggunakan
media lingkungan sebagai sumber belajar ?

4 Apakah kalian merasa lebih menyenangkan 25 5 80 20


mengikuti pembelajaran IPS tentang materi
sumber daya alam dan kegiatan ekonomi
menggunakan media lingkungan sebagai
sumber belajar ?

5 Apakah menurut kalian media/sumber 20 10 72 18


belajar yang digunakan di sekolah dalam
pembelajaran IPS sudah digunakan dengan
efektif dan efesien ?

Sumber : Hasil angket respon para guru dan data diolah


b. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data pada tabel tersebut diatas, ditunjukkan bahwa para


siswa menganggap bahwa pola pembinaantentang pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) dengan menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar termasuk hal baik yang perlu terus dikembangkan.
Pelaksanaan model ini mengadaptasi model sebelumnya yang pernah
dilaksanakan pada beberapa pembelajaran, sehingga beberapa para siswa
tidak terlihat mengalami kesulitan dalam beraktifitas selama
pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu beberapa para siswa merasa
bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) dengan menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar cukup membantu dalam memahami tentang
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) dengan menggunakan
media audio visual, hal ini ditunjukkan dari sekitar 88 % menyatakan
demikian sedang sisanya tidak. Beberapa hal yang menyebabkan para
siswa tidak kesulitan cukup menunjukkan bahwa tahapan pembelajaran
ini tidak sesulit yang dibayangkan namun perlu kesungguhan.

Faktor lain yang menyebabkan hal diatas adalah disebabkan kondisi


pembelajaran yang menyenangkan bagi para guru, hal ini dinyatakan
sekitar 80 %, oleh sebab itulah sekitar 80 % para siswa merasa bahwa
fasilitas pembelajaran cukup memadai sehingga menumbuhkan sikap
senang selama pembelajaran berlangsung. Iklim kolaboratif yang dari
awal ditumbuhkan merupakan latar belakang mengapa hal ini terjadi.

Sekitar 80 % para siswa merasakan bahwa alokasi waktu yang


diberikan dalam mengikuti pembelajaran cukup memadai. Hal ini turut
ditunjang dengan setting forum yang baik sehingga 80 % para siswa
membenarkan hal ini, dan beberapa para siswa menyatakan bahwa
suasana ruang pembelajaran demikian menyenangkan. Hal ini
menunjukkan bahwa pembinaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (
IPS ) dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar ini
mampu menciptakan iklim yang kondusif.

Dalam aspek penguasaan materi dan metode fasilitator dinyatakan


oleh para guru terkategori baik dengan berturut 80 % dan 80 %
menyatakan hal ini. Berkaitan dengan aspek kesesuaian metode dan
media yang digunakan sekitar 80 % dan 88 % menyatakan hal tersebut.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa


kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar, sangat membantu siswa dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Namun demikian, pembelajaran
dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar membutuhkan
persiapan mengajar dan manajemen waktu dan kelas dengan baik guna
mencapai efektivitas hasil pada setiap aktivitas pembelajaran di kelas.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) dengan menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan motivasi guru
dan mendapat respon positif dari para siswa.

2. Saran

a. Saran bagi guru

Untuk mencapai hasil yang maksimal, seorang guru dalam mengajar


Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) sebaiknya dengan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar;

b. Saran bagi sekolah

Pihak Sekolah tentunya harus menyediakan sarana dan prasarana


seperti televise, lingkungan sebagai sumber belajar/DVD player.
LCD proyektor serta alat bantu mengajar yang dibutuhkan oleh guru
serta menyiapkan buku panduan macam-macam metode pengajaran
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :


Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian dalam Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka


Cipta

Sudjana Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


PT. Remaja Rosda Karya

Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda


Karya

W.S. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai