Anda di halaman 1dari 5

PENGANTAR OSEANOGRAFI

PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP PERIKANAN

Oleh :
RIMA STEFI EKARISKI
1304111957

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2014

PENDAHULUAN

A.    Latarbelakang
Laut adalah bagian dari bumi kita yang tertutup oleh air asin. Kata laut sudah
dikenal sejak dulu kala oleh kita dan bahkan oleh bangsa-bangsa di beberapa Negara di Asia
Tenggara seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura dan mungkin beberapa suku bangsa
lain di kawasan ini. Laut lepas yang dibatasi oleh benua-benua kita kenal sebagai samudera.
Lautan telah lama dikenal sebagai salah satu ekosistem yang paling besar, paling
kompleks dan paling dinamis di dunia. Terdapat berbagai macam interaksi antara faktor-
faktor penyusun komponen lingkungan laut yang berlangsung sangat cepat dan terus menerus
sehingga sangat menentukan kondisi ekosistem yang ada di lingkungan perairan tersebut.
Lebih dari 80% air yang yang berada di alam merupakan air laut. Air laut
menentukan iklim dan kehidupan di bumi. Sifat dari lingkungan kelautan adalah selalu
berubah dan dinamik. Kadang-kadang perubahan ini berlangsung dalam waktu yang relatif
cepat maupun lambat. Cepat atau lambatnya perubahan ini sama-sama mempunyai pengaruh,
yakni kedua sifat perubahan tersebut akan mengubah intensitas faktor-faktor lingkungan.
Perubahan apapun yang terjadi ada yang akan berdampak positif baik bagi suatu kehidupan
dan negatif bagi kehidupan yang lain. Karena terus berubahnya lingkungan, maka organisme
yang menempati kemungkinan juga akan berubah dan dapat merusak ekosistem tersebut.
Faktor-faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi perairan laut adalah gerakan air,
salinitas suhu dan cahaya. Salah satu gerakan air laut yang membawa pengaruh besar bagi
ekosistem laut adalah pasang surut.
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya
terhadap kehidupan biota laut, khususnya di wilayah pantai. Pasut adalah gerakan naik
turunnya permukaan laut secara beriramayang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari.
Bumi berputar bersama kolom air di permukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan
dua kali surut dalam 24 jam di banyak tempat di bumi.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dianggap sangat penting untuk
menyusun makalah mengenai Pasang Surut Air Laut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
lebih jelas proses terjadinya pasang surut tersebut.

B.    Rumusan masalah
1.      Apakah pengertian dari pasang surut?
2.      Apakah tipe-tipe dari pasang surut?
3.      Apakah pengaruh pasang surut terhadap ikan dan organisme laut?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari pasang surut.
2.      Untuk mengetahui tipe-tipe pasang surut.
3.      Untuk mengetahui pengaruh pasang surut terhadap ikan dan organisme laut.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasang Surut


Pasang surut adalah gerakan naik turunnya permukaan laut secara berirama yang
disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih
besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km).
Sedangkan bulan, sebagai satelit kecil, jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km).
(Nontji, 2005).
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. (Dronkers, 1964).

B. Tipe-Tipe Pasang Surut


Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi
air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi
terhadap gaya pembangkit pasang surut. Menurut Romimohtarto dan Juwana (2007), dilihat dari
pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1.            Pasut semi diurnal atau pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam),
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. misalnya di perairan selat Malaka;
2.           Pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali pasang dan satu kali surut dalam 24 jam),
Periode pasangsurut adalah 24 jam 50 menit, misalnya di sekitar selat Karimata;
3.              Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) merupakan
pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua
kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai
Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4.      Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) merupakan
pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu
kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di
Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung
pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni
oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora,kepiting,
landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang
maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.

C. Pengaruh Pasang Surut Terhadap Ikan dan Organisme


Terjadinya pasang surut memberikan pengaruh terhadap kondisi lingkungan perairan.
Misalnya Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi
oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa
berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat
sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut (Tidal current). Gerakan arus
pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang
mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman.
Arus yang terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari
permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh pasut. Arus
pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik
pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang pasut merambat memasuki perairan
dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi
dari perairan lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasar
laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya
lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah,
pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan
berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras dari perairan yang bercampur
dan terstratifikasi seringkali secara jelas didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang
ditandai dalam kepadatan air pada setiap sisi batas.
Zona intertidal adalah zona littoral yang secara reguler terkena pasang surut air laut,
tingginya adalah dari pasang tertinggi hingga pasang terendah. Didalam wilayah intertidal
terbentuk banyak tebing-tebing, cerukan, dan gua, yang merupakan habitat yang sangat
mengakomodasi organisme sedimenter. Morfologi di zona intertidal ini mencakup tebing berbatu,
pantai pasir, dan tanah basah/wetlands. Pengaruh pasang-surut terhadap organisme dan
komunitas zona intertidal paling jelas adalah kondisi yang menyebabkan daerah intertidal terkena
udara terbuka secara periodik dengan kisaran parameter fisik yang cukup lebar. Organisme
intertidal perlu kemampuan adaptasi agar dapat menempati daerah ini. Faktor-faktor fisik pada
keadaan ekstrem dimana organisme masih dapat menempati perairan, akan menjadi pembatas
atau dapat mematikan jika air sebagai isolasi dihilangkan.
Kombinasi antara pasang-surut dan waktu dapat menimbulkan dua akibat langsung yang
nyata pada kehadiran dan organisasi komunitas intertidal. Pertama, perbedaan waktu relatif
antara lamanya suatu daerah tertentu di intertidal berada diudara terbuka dengan lamanya
terendam air. Lamanya terkena udara terbuka merupakan hal yang sangat penting karena pada
saat itulah organisme laut akan berada pada kisaran suhu terbesar dan kemungkinan mengalami
kekeringan. Semakin lama terkena udara, semakin besar kemungkinan mengalami suhu letal atau
kehilangan air diluar batas kemampuan. Kebanyakan hewan ini harus menunggu sampai air
menggenang kembali untuk dapat mencari makan. Semakin lama terkena udara, semakin kecil
kesempatan untuk mencari makan dan mengakibatkan kekurangan energi. Flora dan fauna
intertidal bervariasi kemampuannya dalam menyesuaikan diri terhadap keadaan terkena udara,
dan perbedaan ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan distribusi organisme intertidal.
Pengaruh kedua adalah akibat lamanya zona intertidal berada diudara terbuka. Pasang-
surut yang terjadi pada siang hari atau malam hari memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
organisme. Surut pada malam hari menyebabkan daerah intertidal berada dalam kondisi udara
terbuka dengan kisaran suhu relatif lebih rendah jika dibanding dengan daerah yang mengalami
surut pada saat siang hari.
Pengaruh pasang-surut yang lain adalah karena biasanya terjadi secara periodik maka
pasang-surut cenderung membentuk irama tertentu dalam kegiatan organisme pantai, misalnya
irama memijah, mencari makan atau aktivitas organisme lainnya.
a.       Biota pada zona intertidal
Biota pada ekosistem pantai berbatu adalah salah satu daerah ekologi yang paling
familiar, habitat dan interaksinya sudah diketahui oleh ilmuan, penelitian diadakan di pulau cruger
yang pantai utaranya merupakan (freshwater) air tawar dan berbatu. Fauna pada pantai berbatu
pulau cruger berkarakteristik dominan pada binatang air tawar.
Dilingkungan laut khususnya di intertidal. Spesies yang berumur panjang cenderung terdiri dari
berbagai hewan inverbrata.
Pantai yang terdiri dari batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang sangat baik
bagi hewan-hewan atau tumbuhan-tumbuhan yang dapat menempelkan diri pada lapisan ini.

b.      Pola adaptasi organism intertidal


Bentuk adaptasi adalah mncakup adaptasi structural, adaptasi fisiologi, dan adaptasi
tingkah laku. Adaptasi structural merupakan cara hidup untuk menyesuaikan dirinya dengan
mengembangkan struktur tubuh atau alat-alat tubuh kearah yang lebh sesuai dengan keadaan
lingkungan dan keperluan hidup.
Adaptasi fisiologi adalah cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cara penyesaian proses-proses fisiologis dalam tubuhnya. Adaptasi tingkah laku adalah
respon-respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam bentuk perubahan tingkah laku.
Organisme intertidal memilki kemampuan untuk beradaptasi dngan kondisi lingkungan
yang dapat berubah secara signifikan, pola tersebut meliputi:
1.      Daya Tahan terhadap Kehilangan air
Organisme laut berpindah dari air ke udara terbuka, mereka mulai kehilangan air.
Mekanisme yang sederhana untuk menghindari kehilangan air terlihat pada hewan-hewan yang
bergerak seperti kepiting dan anemon. Hewan-hewan tersebut memiliki bentuk morfologi seperti
memiliki alat gerak yang baik untuk melakukan pergerakan yang cepat, serta struktur tubuh yang
ditutupi oleh zat kapur yang cukup kuat.
2.      Pemeliharaan Keseimbangan Panas
Organisme intertidal juga mengalami keterbukaan terhadap suhu panas dan dingin
yang ekstrim dan memperlihatkan adaptasi tingkah laku dan struktur tubuh untuk menjaga
keseimbangan panas internal. Contoh pada siput dan kerang-kerangan ketika pasang maka siput
tersebut akan mengeluarkan badannya dari cangkang untuk melakukan aktivitas, sedangkan
ketika keadaan surut yang mengakibatkan keberadaan siput tersebut terdedah dengan
mendapatkan suhu lingkungan yang ekstrim, maka tubuhnya akan dimasukkan ke dalam
cangkang, untuk tetap mempertahankan suhu tubuhnya yang stabil.
3.      Tekanan mekanik
Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda, pada pantai berbatu dan pada
pantai berpasir. Untuk mempertahankan posisi menghadapi gerakan ombak, organism intertidal
telah membentuk beberapa adaptasi.
4.      Pernapasan
Diantara hewan intertidal terdapat kecenderungan organ pernapasan yang
mempunyai tonjolan kedalam rongga perlindungan untuk mencegah kekeringan. Hal ini dapat
terlihat jelas pada berbagai moluska dimana insang terdapat pada rongga mantel yang dilindungi
cangkang. Contoh hewan ini adalah Bivalvia.
5.      Cara Makan
Pada waktu makan, seluruh hewan intertidal harusmengeluarkan bagian-bagian
berdaging dari tubuhnya. Karena ituseluruh hewan intertidal hanya aktif jika pasang naik dan
tubuhnyaterendam air. Hal ini berlaku bagi seluruh hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan
bahan-bahan tersaring, pemakan detritus maupun predator.
6.      Reproduksi
Kebanyakan organisme intertidal hidup menetap atau bahkan melekat, sehingga
dalam penyebarannya mereka mmenghasilkan telur atau larva yang terapung bebas sebagai
plankton. Hampir semua organisme mempunyai daur perkembangbiakan yang seirama dengan
munculnya arus pasang surut tertentu, seperti misalnya pada waktu pasang purnama.

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengaruh pasang surut terhadap organisme perairan laut adalah kombinasi antara
pasang surut dan waktu dapat menimbulkan bentuk adaptasi yang mencakup adaptasi
struktural, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.

B.     Saran
Saran yang dapat saya ajukan dalam penyusunan tugas pengantar oseanografi ini
adalah agar lebih menambah informasi-informasi atau literatur yang terbaru terhadap
pengaruh pasang surut terhadap ikan dan organisme di laut.

Anda mungkin juga menyukai