Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERNIKAHAN MENURUT ISLAM

DOSEN PENGAMPU
LYDIA MARGARETHA

DISUSUN OLEH
HASANAH MAWARNI

NPM. 21040105

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas anugrah-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah Pernikahan Menurut Islam. Kami mengucapkan terimakasih
kepada Dosen yang telah membimbing dan mencurahkan ilmu kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Tetapi sangat dimungkinkan dalam penyusunannya masih banyak kekurangan, baik dalam
penyajian materi maupun dalam penulisan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat kami harapkan, demi lebih baiknya karya yang selanjutnya. Kami
berharap, mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Maret 2022

Penulis

2 MAKALAH Pernikahan Menurut Islam – Hasanah Mawarni


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pernikahan 5
B. Hukum Pernikahan 5
C. Peminangan (khitbah) 5
D. Syarat Pernikahan 6
E. Tujuan Pernikahan 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 9
B. Saran 9

DAFTAR PUSTAKA

3 MAKALAH Pernikahan Menurut Islam – Hasanah Mawarni


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam
dirinya. Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia.
Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan
memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt.
Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain.
Namun di masyarakat kita, hal ini tidak banyak diketahui orang. Menikah merupakan
perintah dari Allah Swt. Seperti dalil berikut ini:
ِ َ‫ت ۚ َأفَبِ ْالب‬
ِ ‫ونَ َوبِنِ ْع َم‬GGُ‫اط ِل يُْؤ ِمن‬
‫ت‬ ِ ‫َوهَّللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ْز َواجًا َو َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْز َوا ِج ُك ْم بَنِينَ َو َحفَ َدةً َو َرزَ قَ ُك ْم ِمنَ الطَّيِّبَا‬
َ‫هَّللا ِ هُ ْم يَ ْكفُرُون‬

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang
baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”(An-
Nahl;72). Adapun secara Islam pernikahan itu sendiri mempunyai tatacara, syarat, tujuan,
hukum, serta hikmahnya tersendiri. Berdasarkan dalil dibawah ini merupakan salah satu
tujuan dari pernikahan:

ِ ‫ت فِي النِّ َك‬


‫اح‬ ُّ ‫فَصْ ُل َما بَ ْينَ ْال َحالَ ِل َو ْال َح َر ِام ال ُّد‬
ُ ْ‫ف َوالصَّو‬

“Pemisah antara apa yang halal dan yang haram adalah duff dan shaut (suara) dalam
pernikahan.” (HR. An-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896. Dihasankan Al-Imam Al-
Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1994). Berdasarkan dalil-dalil diatas jelas
sekali Allah Swt. Telah mengatur sedemikian rupa permasalahan mengenai pernikahan.
Adapun pernyempurnaan dari wahyu yang diturunkan oleh Allah swt. Telah
disempurnakan oleh ahli tafsir dengan mengeluarkan dalil yang dapat memperjelas
mengenai pernikahan tanpa mengubah ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.

B. Rumusan Masalah
Beberapa Permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Pernikahan ?
2. Bagaimana Hukum Pernikahan di Indonesia ?
3. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam Peminangan (Khitbah) ?
4. Apa sajakah Syarat dalam Pernikahan ?
5. Apa saja Tujuan dari dilakukannya Pernikahan ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui :
1. Yang dimaksud dengan Pengertian Pernikahan
2. Bagaimana Hukum Pernikahan di Indonesia
3. Yang perlu diperhatikan dalam Peminangan (Khitbah)
4. Syarat dalam Pernikahan
5. Tujuan dari dilakukannya Pernikahan

4 MAKALAH Pernikahan Menurut Islam – Hasanah Mawarni


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah terkumpul dan menyatu.
Menurut istilah lain juga dapat berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang menghalalkan
pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan
hak dan kewajiban diantara keduanya yang diucapkan oleh kata-kata , sesusai peraturan
yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah
pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan, Allah
SWT menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan pernikahan dan
mengharamkan zina.

B. HUKUM PERNIKAHAN
Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya
boleh dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika
tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Hukum pernikahan dapat berubah menjadi
sunnah, wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah
tersebut. Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani,
mental maupun meteriil dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera
menikah. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :

“Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk
menikah, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan
mata dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak mampu
menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi penjaga baginya.” (HR.
Bukhari Muslim)

Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan
jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah
ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah. Hukum
menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun meteriil
dalam menafkahi keluarganya kelak. Hukum menikah akan berubah menjadi haram
apabila orang yang ingin melakukan pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti
salah satu pihak dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun
menyakiti secara materiil.

C. PEMINANGAN (KHITBAH)
Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan
perempuan untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh
kedua pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah
dihalalkan oleh Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum
peminangan adalah harus dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri,
tidak dalam iddah, dan bukan tunangan orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita
semasa peminangan merupakan tanda ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji
yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian tidak perlu dikembalikan dan jika
disebabkan oleh wanita, maka hendaknya dikembalikan, namun persetujuan hendaknya

5 MAKALAH Pernikahan Menurut Islam – Hasanah Mawarni


dibuat semasa peminangan dilakukan. Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat,
karena tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan
untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.

D. SYARAT PERNIKAHAN

1. Rukun nikah
- Pengantin laki-laki
- Pengantin perempuan
- Wali
- Dua orang saksi laki-laki
- Mahar
- Ijab dan kabul (akad nikah)
2. Syarat calon suami
- Islam
- Laki-laki yang tertentu
- Bukan lelaki muhrim dengan calon istri
- Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut
- Bukan dalam ihram haji atau umroh
- Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
- Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu
- Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah dijadikan istri
3. Syarat calon istri
- Islam
- Perempuan yang tertentu
- Bukan perempuan muhrim dengan calon suami
- Bukan seorang banci
- Bukan dalam ihram haji atau umroh
- Tidak dalam iddah
- Bukan istri orang
4. Syarat wali
- Islam, bukan kafir dan murtad
- Lelaki dan bukannya perempuan
- Telah pubertas
- Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
- Bukan dalam ihram haji atau umroh
- Tidak fasik
- Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya
- Merdeka
- Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan hartanya
5. Jenis-jenis wali

Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang mempunyai hak mewalikan
pernikahan anak perempuannya atau cucu perempuannya dengan persetujuannya (sebaiknya
perlu mendapatkan kerelaan calon istri yang hendak dinikahkan)

Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak menjadi wali

Wali ab’ad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali, jikalau wali aqrab
berkenaan tidak ada. Wali ab’ad ini akan digantikan oleh wali ab’ad lain dan begitulah
seterusnya mengikut susunan tersebut jika tidak ada yang terdekat lagi.

Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau pihak berkuasa pada
negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab tertentu.

6 MAKALAH Pernikahan Menurut Islam – Hasanah Mawarni


6. Syarat-syarat saksi
- Sekurang-kurangya dua orang
- Islam
- Berakal
- Telah pubertas
- Laki-laki
- Memahami isi lafal ijab dan qobul
- Dapat mendengar, melihat dan berbicara
- Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak melakukan
dosa-dosa kecil)
- Merdeka
7. Syarat ijab
- Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
- Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
- Diucapkan oleh wali atau wakilnya
- Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(nikah kontrak atau
pernikahan (ikatan suami istri) yang sah dalam tempo tertentu seperti yang
dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
- Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafalkan)

Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada calon suami:"Aku nikahkan Anda dengan
Mawar Binti Agus dengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai".

8. Syarat qobul
- Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
- Tidak ada perkataan sindiran
- Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
- Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti nikah kontrak)
- Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul dilafalkan)
- Menyebut nama calon istri
- Tidak ditambahkan dengan perkataan lain

Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal suami):"Aku terima nikahnya dengan Mawar
Binti Agusdengan mas kawin berupa seperangkap alat salat dibayar tunai" ATAU "Aku terima
Mawar Binti Agussebagai istriku".

Setelah qobul dilafalkan Wali/wakil Wali akan mendapatkan kesaksian dari para hadirin
khususnya dari dua orang saksi pernikahan dengan cara meminta saksi mengatakan lafal "SAH"
atau perkataan lain yang sama maksudya dengan perkataan itu. Selanjutnya Wali/wakil Wali
akan membaca doa selamat agar pernikahan suami istri itu kekal dan bahagia sepanjang
kehidupan mereka serta doa itu akan diAminkan oleh para hadirin. Bersamaan itu pula, mas
kawin/mahar akan diserahkan kepada pihak istri dan selanjutnya berupa cincin akan dipakaikan
kepada jari cincin istri oleh suami sebagai tanda dimulainya ikatan kekeluargaan atau simbol
pertalian kebahagian suami istri.Aktivitas ini diteruskan dengan suami mencium istri.Aktivitas
ini disebut sebagai "Pembatalan Wudhu".Ini karena sebelum akad nikah dijalankan suami dan
isteri itu diminta untuk berwudhu terlebih dahulu. Suami istri juga diminta untuk salat sunat
nikah sebagai tanda syukur setelah pernikahan berlangsung. Pernikahan Islam yang memang
amat mudah karena ia tidak perlu mengambil masa yang lama dan memerlukan banyak aset-aset
pernikahan disamping mas kawin,hantaran atau majelis umum (walimatul urus)yang tidak perlu
dibebankan atau dibuang.

7 MAKALAH Pernikahan Menurut Islam – Hasanah Mawarni


E. TUJUAN PERNIKAHAN
1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi
kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan
dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang
ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain
sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan


Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya
adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang
dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang
pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara
pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami


Dalam Al-Qur-an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya thalaq
(perceraian), jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas
Allah, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam ayat berikut:

‫ا‬GGَ‫ْري ٌح بِِإحْ َسا ٍن ۗ َواَل يَ ِحلُّ لَ ُك ْم َأ ْن تَْأ ُخ ُذوا ِم َّما آتَ ْيتُ ُموه َُّن َش ْيًئا ِإاَّل َأ ْن يَخَ اف‬ ِ ‫ُوف َأوْ تَس‬ٍ ‫ك بِ َم ْعر‬ ٌ ‫ق َم َّرتَا ِن ۖ فَِإ ْم َسا‬ُ ‫الطَّاَل‬
ۚ ‫دُوهَا‬Gَ‫ دُو ُد هَّللا ِ فَاَل تَ ْعت‬G‫ك ُح‬ َ G‫ ِه ۗ تِ ْل‬Gِ‫َت ب‬
ْ ‫د‬Gَ‫َأاَّل يُقِي َما حُ دُو َد هَّللا ِ ۖ فَِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َأاَّل يُقِي َما ُحدُو َد هَّللا ِ فَاَل جُ نَا َح َعلَ ْي ِه َما فِي َما ا ْفت‬
َ‫َو َم ْن يَتَ َع َّد ُحدُو َد هَّللا ِ فَُأو ٰلَِئكَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬

“Thalaq (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan
dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil
kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya
(suami dan isteri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika
kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum
Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh
isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah
orang-orang zhalim.” [Al-Baqarah : 229]

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah

Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk mengabdi dan beribadah


hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada sesama manusia.
Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi
peribadahan dan amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain,
bahkan berhubungan suami isteri pun termasuk ibadah (sedekah)

5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih

Tujuan pernikahan di antaranya adalah untuk memperoleh keturunan yang


shalih, untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, sebagaimana firman
Allah ‘Azza wa Jalla:

ِ َ‫ت ۚ َأفَبِ ْالب‬


َ‫اط ِل يُْؤ ِمنُون‬ ِ ‫َوهَّللا ُ َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ْز َواجًا َو َج َع َل لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْز َوا ِج ُك ْم بَنِينَ َو َحفَ َدةً َو َر َزقَ ُك ْم ِمنَ الطَّيِّبَا‬
َ‫ت هَّللا ِ هُ ْم يَ ْكفُرُون‬
ِ ‫َوبِنِ ْع َم‬

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah?” [An-Nahl : 72]

8 MAKALAH Pernikahan Menurut Islam – Hasanah Mawarni


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan yang
bukan muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban dan hak di antara keduanya
melalui kata-kata secara lisan, sesuai dengan peraturan-peraturan yang diwajibkan
secara Islam. Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Rasulullah:
“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah umatku ”.
Hadis lain Rasulullah Bersabda: “Nikah itu adalah setengah iman”.
Pernikahan dianjurkan kepada ummat Rasulullah, tetapi pernikahan yang
mengikuti aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun cangkupan
pernikahan yang dianjurkan dalam Islam yaitu adanya Rukun Pernikahan, Hukum
Pernikahan, Syarat sebuah Pernikahan, Perminangan, dan dalam pemilihan calon
suami/istri. Islam sangat membenci sebuah perceraian, tetapi dalam pernikahan itu sendiri
terkadang ada hal-hal yang menyebabkan kehancuran dalam sebuah rumah tangga. Islam
secara terperinci menjelaskan mengenai perceraian yang berdasarkan hukumnya. Dan
dalam Islam pun dijelaskan mengenai fasakh, khuluk, rujuk, dan masa iddah bagi kaum
perempuan.

B. SARAN

Berdasarkan apa yang telah saya jelaskan dalam makalah mengenai pernikahan
ini pasti ada kekurangan maupun kelebihannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan dapat menambah wawasan pembaca mengenai pernikahan berdasarkan
Islam. Penulis mengharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah yang
telah dibuat.

9 MAKALAH Pernikahan Menurut Islam – Hasanah Mawarni


DAFTAR PUSTAKA

http://syahadat.blogspot.com/2011/03/hukumpernikahan.htmp

Abdullah, Samsul. Tatacara Pernikahan, Jakarta: PT. Gramedia,2011

http://madinatulilmi.com/index.php?prm=posting&kat=1&var=detail&id=79

Suhaimi.Diktat Pendidikan Agama Islam. Banda Aceh: Unsyiah,2013

Ais, Chatamarrasjid,dkk. Proses Pernikahan.Solo: PT. Anugerah,2000

http://Islamiyah.blogspot.com/2010/02/syaratpernikahanIslam/index.phpm?=posting.htmp

10 MAKALAH Pernikahan Menurut Islam – Hasanah Mawarni

Anda mungkin juga menyukai