Disusun Oleh :
Kelompok : 4
Kesimpulan :
1
aman karena dimiliki oleh bak Inggris dan tidak secara langsung dimiliki oleh
Uni Soviet.
Sejarah Perkembangan Sistem Moneter Internasional Beberapa penulis
mempunyai pendapat yang berbeda mengenai dimulainya sistem moneter
internasional, tetapi sebelum standar emas digunakan secara luas padaera
tahun 1870-an telah dikenal standar bimetallic pada periode tahun 1815
hinggatahun 1873. Pada standar ini, emas dan perak digunakan sebagai dasar
dari cadanganaset dari uang yang yang diedarkan.
Pada era tahun 1870- an sistem ini ditinggalkan karena standar ini dapat
menimbulkan deflasi yang disebabkan terjadinya demonetisasi terhadap mata
uang perak yang cenderung lebih rendah. Penetapan tanggal yang tepat
mengenai sistem moneter internasional terdapat berbagai versi dari beberapa
penulis, tetapi penggunaan secara luas standar emas pada era tahun 1870-an
dan 1880-an dapat dijadikan titik awal untuk pembahasan sejarah singkat
sistem moneter internasional.
Periode Standar Emas: 1880-1914 Pada sistem standar emas, nilai tukar
uang domestik terhadap emas ditetapkan berdasarkan harga resmi yang tetap.
Prinsip standar emas adalah uang beredar harus dijamin dengan cadangan
emas sehingga sistem ini mendorong terjadinya stabilitas nilai tukar dan
harga. Selain itu, besarnya kebutuhan pembiayaan untuk perang pada negara-
negara yang terlibat perang, seperti Perancis, mendorong pemerintah
mencetak uang lebih banyak sehingga uang tersebut tidak sepenuhnya lagi
dapat dijamin dengan cadangan emas nasional.
Sementara dari tahun 1925 hingga tahun 1931, sejalan dengan perbaikan
standar emas, banyak negara menggunakan sistem nilai tukar tetap dengan
mengaitkan cadangan emas dan valuta asing yang dimiliki atau sering disebut
gold exchange standard. Dengan mekanisme sistem nilai tukar mengambang,
nilai mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar dan pemerintah tidak
perlu lagi menjamin uang dalam peredaran sebesar emas tertentu. Namun,
pengalaman setelah perang menunjukkan bahwa pencetakan uang yang
berlebihan tanpa didasarkan atas cadangan emas yang tersedia telah
2
mendorong terjadinya laju inflasi yang sangat tinggi pada negara-negara yang
berperang, khususnya di Eropa.
Dalam standar emas baru ini, nilai tukar suatu negara tidak hanya
dikaitkan dengan cadangan emas, tetapi juga dikaitkan valuta asing yang
dimiliki. Dengan menggunakan standar emas berarti ruang gerak pemerintah
untuk melakukan pengeluaran fiskal yang ekspansif untuk menggerakkan
ekonomi menjadi terbatas karena pencetakan uang baru tidak dapat dilakukan
sebagai akibat terbatasnya cadangan emas yang dimiliki. Setelah pecah PD II
pada tahun 1939, beberapa negara menggunakan sistem nilai tukar tetap
dengan tidak mendasarkan lagi pada standar emas, tetapi pada mata uang
tertentu.
Sistem Bretton Woods Pemikiran untuk menerapkan suatu sistem
moneter internasional yang baru sudah diawali selama PD II, dengan harapan
untuk menghindari kekacauan ekonomi yang terjadi setelah Perang Dunia I.
Pemerintah Inggris dan Amerika pada awal tahun 1940-an mulai membentuk
suatu tim yang terdiri dari pejabat pemerntah, akademisi, dan para pakar
dengan tugas untuk meneliti, menjajagi, dan mulai memikirkan aturan main
serta kelembagaan yang tepat untuk mewujudkan pemikiran tersebut setelah
selesainya perang.
Perubahan tersebut tidak menyebabkan semua negara beralih ke sistem
nilai tukar mengambang, melainkan banyak juga ditemukan negara menganut
sistem nilai tukar tetap ataupun variasi dari kedua jenis sistem nilai tukar
mengambang dan sistem nilai tukar tetap.
Sistem ini mendapat krisis yang hebat pada tahun 1992 dan sistem ini
masih berlaku hingga tahun 1993 dan secara formal masih ada sebelum
dibentuknya Masyarakat Ekonomi Eropa (European Monetary Union/EMU)
pada 1 Januari 1999.
Krisis nilai tukar di beberapa negara tersebut tidak saja telah
menggoyahkan perekonomian negara tersebut, tetapi juga telah menimbulkan
gejolak sosial dan politik, sebagaimana yang terjadi di Meksiko dan Brazil,
serta di beberapa negara Asia, seperti Indonesia, Thailand, dan Korea Selatan
pada tahun 1997/ 1998. Sementara itu, beberapa negara justru sebaliknya
3
menggunakan sistem nilai tukar tetap, misalnya, Hongkong dan Argentina
menggunakan Currency Board System (CBS) dan Malaysia beralih ke sistem
nilai tukar tetap pada tahun 1998.
Pertayaan :
4
arbitrase, membeli di tempat yang lebih murah dan menjualnya di
tempat yang lebih mahal. Begitu mata uang tunggal mulai digunakan,
harga-harga tersebut akan mulai menyatu. Inflasi dan deflasi harga
akan terjadi dan harga pasar yang wajar akan tercapai. Secara
fundamental, mata uang tunggal dapat meningkatkan efisiensi ekonomi
bagi negara-negara penggunanya.
Seperti yang kita ketahui Pada tahun 1880, standar emas telh
digunakan oleh empat negara yaitu Inggris, Jerman, Jepang dan Amerika
Serikat. Dimana Standar emas pada masa itu sangat mempermudah
kegiatan perdagangan internasional. US$ 1 dihargai dengan 23,22 grain
emas murni. Perbandingan antara grain emas dan emas murni ialah 480
grain emas sama dengan 1 ons emas murni. Tiap US$ 20,67 setara
dengan nilai dari 1 ons emas.
Saat Perang Dunia I berlangsung, standar emas tidak lagi
diberlakukan. Perbandingan mata uang ditetapkan secara berbeda atas
dasar emas atau mata uang lainnya. Setelah Perang Dunia I usai, beberapa
usaha kembali dilakukan agar sistem keuangan dunia kembali ke standar
emas. Namun sistem ini tidak berhasil dan perdagangan emas hanya
dilakukan oleh bank sentral di masing-masing negara dan tidak menjadi
properti pribadi. Emas tidak digunakan kembali sebagai standar nilai
tukar mata uang dunia sejak tahun 1934 dan setelah Perang Dunia II usai.
Hal ini dikarenakan adanya Depresi Besar yang dialami oleh dunia
selama perioda 1930 hingga 1931. Banyak negara yang tidak dapat
mempertahankan posisi devisa melalui mekanisme perubahan harga.
Selain itu, negara-negara juga mulai melakukan kendali nilai tukar
terhadap mata uangnya. Hal lain yang menyebabkan standar emas tidak
5
lagi digunakan adalam kerumitan dalam pengaturan neraca pembayaran.
Negara yang memberi utang ke negara lain kesulitan untuk menagih
piutang.
Dan kekurangan dari standar emas dimana jika Sistem moneter
dapat mengalami kerusakan dan pelaku ekonomi yang menyatakan emas
sebagai standar mulai berbuat curang dengan memalsukan atau
mengurangi kadar emas. Cadangan emas dunia juga terbatas, sehingga
tidak dapat mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang semakin rumit.
Selain itu, biaya standar emas sangat tinggi, serta tidak dapat melayani
transaksi yang nilainya kecil.
6
pembayarannya. Maka, rupiah yang dikumpulkan untuk melakukan
pembayaran utang beserta bunganya tersebut juga akan mempengaruhi
ekonomi dalam negeri, karena permintaan dolar pun naik dan rupiah
justru melemah.
5) Menguatnya Ekonomi AS. Inilah aspek yang mungkin tidak bisa kita
kendalikan. Bila ekonomi Amerika Serikat sedang kuat maka wajib
untuk diwaspadai. Karenanya menguatnya ekonomi Amerika Serikat,
akan berimbas menguatnya nilai Dolar dan dapat menyebabkan rupiah
melemah.
6) Melemahnya Ekonomi Tiongkok. Negara kita adalah salah satu mitra
ekonomi Tiongkok. Tingginya permintaan dari tirai bambu itu
terhadap barang-barang dari Indonesia tentu akan mendorong
penguatan terhadap nilai rupiah. Namun, situasi tersebut dapat berubah
apabila ekonomi dari Tiongkok mengalami penurunan. Tiongkok juga
akan menurunkan impor dari negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Akibatnya, penukaran Yuan ke Rupiah akan menurun.
7
DOKUMENTASI