Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRESENTASI KELOMPOK 4

KURS MATA UANG NEGARA EROPA

Disusun Oleh :

Kelompok : 4

Anggota : 1. Msy Rohmatun Nazilah (1920602060)

2. Nota Afrianty (1920602067)

3. Riki Pornama (1920602068)

Kesimpulan :

Walaupun negara Uni Eropa yang masuk dalam perjanjian Schengen


telah banyak yang menggunakan Euro sebagai mata uang mereka, namun
beberapa negara masih menggunakan mata uang mereka sendiri.
Nama tersebut muncul pada abad pertengahan (sekitar abad 14 dan 15),
digunakan untuk semua jenis koin emas asing yang digunakan di Polandia,
Zloty modern dibagi menjadi 100 groszy, yang mana groszy adalah mata uang
terkecil Polandia.
Koruna adalah salah satu mata uang, dari 11 mata uang Uni Eropa, yang
secara hukum terikat untuk mengadopsi mata uang euro di masa depan.
Meskipun perekonomian Republik Ceko berada pada posisi yang baik untuk
mengadopsi mata uang Euro, namun dengan adanya krisis utang Eropa,
masyarakat ikut untuk mengadopsi mata uang tersebut.
Sehingga sejarah dari pasar Eurodollar dimana Berangsur-angsur setelah
masa perang dunia II, nilai dollar Amerika di luar Amerika mengalami
kenaikan secara pesat baik sebagai hasil dari Marshall Plan maupun sebagai
hasil dari kegiatan impor Amerika yang telah menjadikannya pasar konsumtif
terbesar setelah masa damai di benua Eropa.
Bank Inggris inilah yang kemudian menempatkan uang tersebut dalam
bentuk deposito di bank-bank Amerika, dengan demikian uang tersebut akan

1
aman karena dimiliki oleh bak Inggris dan tidak secara langsung dimiliki oleh
Uni Soviet.
Sejarah Perkembangan Sistem Moneter Internasional Beberapa penulis
mempunyai pendapat yang berbeda mengenai dimulainya sistem moneter
internasional, tetapi sebelum standar emas digunakan secara luas padaera
tahun 1870-an telah dikenal standar bimetallic pada periode tahun 1815
hinggatahun 1873. Pada standar ini, emas dan perak digunakan sebagai dasar
dari cadanganaset dari uang yang yang diedarkan.
Pada era tahun 1870- an sistem ini ditinggalkan karena standar ini dapat
menimbulkan deflasi yang disebabkan terjadinya demonetisasi terhadap mata
uang perak yang cenderung lebih rendah. Penetapan tanggal yang tepat
mengenai sistem moneter internasional terdapat berbagai versi dari beberapa
penulis, tetapi penggunaan secara luas standar emas pada era tahun 1870-an
dan 1880-an dapat dijadikan titik awal untuk pembahasan sejarah singkat
sistem moneter internasional.
Periode Standar Emas: 1880-1914 Pada sistem standar emas, nilai tukar
uang domestik terhadap emas ditetapkan berdasarkan harga resmi yang tetap.
Prinsip standar emas adalah uang beredar harus dijamin dengan cadangan
emas sehingga sistem ini mendorong terjadinya stabilitas nilai tukar dan
harga. Selain itu, besarnya kebutuhan pembiayaan untuk perang pada negara-
negara yang terlibat perang, seperti Perancis, mendorong pemerintah
mencetak uang lebih banyak sehingga uang tersebut tidak sepenuhnya lagi
dapat dijamin dengan cadangan emas nasional.
Sementara dari tahun 1925 hingga tahun 1931, sejalan dengan perbaikan
standar emas, banyak negara menggunakan sistem nilai tukar tetap dengan
mengaitkan cadangan emas dan valuta asing yang dimiliki atau sering disebut
gold exchange standard. Dengan mekanisme sistem nilai tukar mengambang,
nilai mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar dan pemerintah tidak
perlu lagi menjamin uang dalam peredaran sebesar emas tertentu. Namun,
pengalaman setelah perang menunjukkan bahwa pencetakan uang yang
berlebihan tanpa didasarkan atas cadangan emas yang tersedia telah

2
mendorong terjadinya laju inflasi yang sangat tinggi pada negara-negara yang
berperang, khususnya di Eropa.
Dalam standar emas baru ini, nilai tukar suatu negara tidak hanya
dikaitkan dengan cadangan emas, tetapi juga dikaitkan valuta asing yang
dimiliki. Dengan menggunakan standar emas berarti ruang gerak pemerintah
untuk melakukan pengeluaran fiskal yang ekspansif untuk menggerakkan
ekonomi menjadi terbatas karena pencetakan uang baru tidak dapat dilakukan
sebagai akibat terbatasnya cadangan emas yang dimiliki. Setelah pecah PD II
pada tahun 1939, beberapa negara menggunakan sistem nilai tukar tetap
dengan tidak mendasarkan lagi pada standar emas, tetapi pada mata uang
tertentu.
Sistem Bretton Woods Pemikiran untuk menerapkan suatu sistem
moneter internasional yang baru sudah diawali selama PD II, dengan harapan
untuk menghindari kekacauan ekonomi yang terjadi setelah Perang Dunia I.
Pemerintah Inggris dan Amerika pada awal tahun 1940-an mulai membentuk
suatu tim yang terdiri dari pejabat pemerntah, akademisi, dan para pakar
dengan tugas untuk meneliti, menjajagi, dan mulai memikirkan aturan main
serta kelembagaan yang tepat untuk mewujudkan pemikiran tersebut setelah
selesainya perang.
Perubahan tersebut tidak menyebabkan semua negara beralih ke sistem
nilai tukar mengambang, melainkan banyak juga ditemukan negara menganut
sistem nilai tukar tetap ataupun variasi dari kedua jenis sistem nilai tukar
mengambang dan sistem nilai tukar tetap.
Sistem ini mendapat krisis yang hebat pada tahun 1992 dan sistem ini
masih berlaku hingga tahun 1993 dan secara formal masih ada sebelum
dibentuknya Masyarakat Ekonomi Eropa (European Monetary Union/EMU)
pada 1 Januari 1999.
Krisis nilai tukar di beberapa negara tersebut tidak saja telah
menggoyahkan perekonomian negara tersebut, tetapi juga telah menimbulkan
gejolak sosial dan politik, sebagaimana yang terjadi di Meksiko dan Brazil,
serta di beberapa negara Asia, seperti Indonesia, Thailand, dan Korea Selatan
pada tahun 1997/ 1998. Sementara itu, beberapa negara justru sebaliknya

3
menggunakan sistem nilai tukar tetap, misalnya, Hongkong dan Argentina
menggunakan Currency Board System (CBS) dan Malaysia beralih ke sistem
nilai tukar tetap pada tahun 1998.

Pertayaan :

1. Pertanyaan dari : Yupita Maya Sari


Dalam makalah kelompok kalian mengenai kurs mata uang Negara eropa
sudah dijelaskan bahwasanya Negara uni soviet yang masuk dalam
perjanjian schengen. Sudah banyak yang menggunakan euro sebagai mata
uang mereka, jadi yang ingin saya tanyakan apa saya sih manfaat atau
fungsi dari mata uang tunggal euro tersebut ?

Penjawab : Msy Rohmatun Nazilah


1) Mempermudah perdagangan antar negara Ketika dua negara
melakukan transaksi perdagangan, transaksi biasanya dilakukan dalam
US Dollar (USD). Mereka kemudian harus menukarkan kembali USD
ini ke mata uang lokal mereka. Hal ini dapat menimbulkan resiko
kerugian akibat nilai tukar yang terus berubah-ubah. Dengan adanya
mata uang tunggal, transaksi akan dilakukan dengan menggunakan
mata uang tunggal tersebut sehingga pertukaran mata uang tidak lagi
diperlukan. Begitu pula bank akan mengangap transaksi ini sebagai
transaksi domestik sehingga biaya-biaya akan menjadi lebih rendah.
2) Suku bunga yang stabil Dengan menggunakan mata uang tunggal,
negara yang sebelumnya memiliki mata uang yang lemah akan
menikmati penurunan suku bunga mereka. Likuiditas dari mata uang
tunggal ini akan menurunkan suku bunga pinjaman sehingga
memungkinkan perusahaan, bank, maupun pemerintah untuk
meminjam dana dengan lebih murah dibandingkan sebelumnya.
3) Paritas Harga Efek lain dari mata uang tunggal adalah paritas harga-
harga barang maupun jasa diantara negara-negara pengguna mata uang
tersebut. Perbedaan harga memungkinkan seseorang untuk melakukan

4
arbitrase, membeli di tempat yang lebih murah dan menjualnya di
tempat yang lebih mahal. Begitu mata uang tunggal mulai digunakan,
harga-harga tersebut akan mulai menyatu. Inflasi dan deflasi harga
akan terjadi dan harga pasar yang wajar akan tercapai. Secara
fundamental, mata uang tunggal dapat meningkatkan efisiensi ekonomi
bagi negara-negara penggunanya.

2. Pertanyaan dari : Aulia Lidiany Putri


Kenapa sistem standar emas dalam sistem moneter internasional tidak lagi
dipergunakan Bukankah sistem tersebut sangat mudah diterapkan?

Penjawab : Nota Afrianty

Seperti yang kita ketahui Pada tahun 1880, standar emas telh
digunakan oleh empat negara yaitu Inggris, Jerman, Jepang dan Amerika
Serikat. Dimana Standar emas pada masa itu sangat mempermudah
kegiatan perdagangan internasional. US$ 1 dihargai dengan 23,22 grain
emas murni. Perbandingan antara grain emas dan emas murni ialah 480
grain emas sama dengan 1 ons emas murni. Tiap US$ 20,67 setara
dengan nilai dari 1 ons emas.
Saat Perang Dunia I berlangsung, standar emas tidak lagi
diberlakukan. Perbandingan mata uang ditetapkan secara berbeda atas
dasar emas atau mata uang lainnya. Setelah Perang Dunia I usai, beberapa
usaha kembali dilakukan agar sistem keuangan dunia kembali ke standar
emas. Namun sistem ini tidak berhasil dan perdagangan emas hanya
dilakukan oleh bank sentral di masing-masing negara dan tidak menjadi
properti pribadi. Emas tidak digunakan kembali sebagai standar nilai
tukar mata uang dunia sejak tahun 1934 dan setelah Perang Dunia II usai.
Hal ini dikarenakan adanya Depresi Besar yang dialami oleh dunia
selama perioda 1930 hingga 1931. Banyak negara yang tidak dapat
mempertahankan posisi devisa melalui mekanisme perubahan harga.
Selain itu, negara-negara juga mulai melakukan kendali nilai tukar
terhadap mata uangnya. Hal lain yang menyebabkan standar emas tidak

5
lagi digunakan adalam kerumitan dalam pengaturan neraca pembayaran.
Negara yang memberi utang ke negara lain kesulitan untuk menagih
piutang.
Dan kekurangan dari standar emas dimana jika Sistem moneter
dapat mengalami kerusakan dan pelaku ekonomi yang menyatakan emas
sebagai standar mulai berbuat curang dengan memalsukan atau
mengurangi kadar emas. Cadangan emas dunia juga terbatas, sehingga
tidak dapat mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang semakin rumit.
Selain itu, biaya standar emas sangat tinggi, serta tidak dapat melayani
transaksi yang nilainya kecil.

3. Pertanyaan dari : Ali Haidar


Apa yang menyebabkan kurs rupiah selalu melemah terhadap persaingan
kurs eropa ?

Penjawab : Riki Pornama


1) Melakukan Impor dan Menggunakan Jasa dari Luar Negeri
2) Melemah atau menguatnya rupiah tergantung dari kebutuhan dan
ketersediaan mata uang itu sendiri. Seperti contoh, jika orang-orang
lebih banyak yang menggunakan dolar rupiah, maka pasti nilai tukar
rupiah akan melemah. Karena itu, impor barang dan penggunaan jasa
dari luar negeri juga dapat menjadi penyebab melemahnya rupiah.
Impor barang yang tinggi juga dapat menyebabkan permintaan Dolar
meningkat.
3) Jika kita minim melakukan impor dan penggunaan jasa dari luar negeri
tentu dapat membuat Rupiah lebih stabil. Bahkan bukan tidak mungkin
membuat rupiah menguat terhadap nilai tukar terhadap Dolar.
4) Memiliki Utang yang Berlebihan Selain melakukan impor dan
penggunaan jasa atau produk luar negeri. Hal lain yang menjadi
penyebab melemahnya rupiah adalah banyaknya utang yang dimiliki
oleh negara tersebut. Saat melakukan pembayaran utang pun biasanya
Dolar AS kembali menjadi mata uang yang dipilih dalam

6
pembayarannya. Maka, rupiah yang dikumpulkan untuk melakukan
pembayaran utang beserta bunganya tersebut juga akan mempengaruhi
ekonomi dalam negeri, karena permintaan dolar pun naik dan rupiah
justru melemah.
5) Menguatnya Ekonomi AS. Inilah aspek yang mungkin tidak bisa kita
kendalikan. Bila ekonomi Amerika Serikat sedang kuat maka wajib
untuk diwaspadai. Karenanya menguatnya ekonomi Amerika Serikat,
akan berimbas menguatnya nilai Dolar dan dapat menyebabkan rupiah
melemah.
6) Melemahnya Ekonomi Tiongkok. Negara kita adalah salah satu mitra
ekonomi Tiongkok. Tingginya permintaan dari tirai bambu itu
terhadap barang-barang dari Indonesia tentu akan mendorong
penguatan terhadap nilai rupiah. Namun, situasi tersebut dapat berubah
apabila ekonomi dari Tiongkok mengalami penurunan. Tiongkok juga
akan menurunkan impor dari negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Akibatnya, penukaran Yuan ke Rupiah akan menurun.

7
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai