Anda di halaman 1dari 6

Lex Crimen Vol. VI/No.

4/Jun/2017

DELIK PERMUFAKATAN JAHAT DALAM KITAB mengancamkan pidana terhadap perbuatan-


UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DAN perbuatan yang sudah sepenuhnya selesai.
UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK Dalam hal ini ada suatu kepentingan hukum
PIDANA KORUPSI1 orang lain yang sudah dilanggar dan orang lain
Oleh: Claudio A. Kermite2 itu mengalami kerugian. Contohnya, Pasal 338
KUHPidana, tidank pidana pembunuhan,
ABSTRAK mengancamkan pidana terhadap perbuatan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk dengan sengaja merampas nyawa seorang lain.
mengetahui bagaimana luas cakupan delik-delik Dalam hal ini kepentingan hukum seorang lain,
permufakatan jahat (samenspannning) dalam yaitu yang berupa nyawanya, dirampas oleh
KUHPidana dan bagaimana luas pengertian pelaku tindak pidana.
permufakatan jahat dalam Pasal 15 Undang- Tetapi, KUHPidana dalam Buku I (Ketentuan
Undang Nomor 31 Tahun 1999 sesudah Umum) juga mengenal perluasan terhadap
putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU- tindak pidana (delik). Sekalipun tindak pidana
XIV/2016. Dengan menggunakan metode itu belum sepenuhnya selesai, pidana telah juga
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. diancamkan terhadap pelakunya. Contohnya
Cakupan delik permufakatan jahat perluasan berupa percobaan (Bld.: poging)
(samenspanning) sebagai perluasan tindak melakukan tindak pidana. Pasal 53 ayat (1)
pidana, tidak meliputi semua kejahatan dalam KUHPid v u v všµl v ZÁ U ^Mencoba
Buku II KUHPidana, melainkan hanya untuk melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk
delik-delik yang disebut hanyalah beberapa itu telah ternyata dari adanya permulaan
tindak pidana yang disebut dalam Pasal 110 pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan
(makar dan pemberontakan), Pasal 116 (surat itu, bukan semata-mata disebabkan karena
dan benda rahasia berkenaan dengan l Z v lvÇ • v ]Œ]X_3
pertahanan negara), Pasal 125 (memberi Contoh percobaan misalnya seseorang telah
bantuan kepada musuh dalam masa perang), melepaskan tembakan dengan maksud untuk
dan Pasal 139c KUHPidana (makar ditujukan membunuh seorang lain, tapi tembakan itu
kepada negara sahabat). 2. Putusan Mahkamah meleset dan tidak mengenai sasarannya.
Konstitusi Nomor 21/PUU-XIV/2016 telah Dalam hal ini si penembak diancam pidana
menegaskan pengertian permufakatan jahat karena percobaan pembunuhan. Dalam hal ini,
dalam Pasal 15 UU No. 31 Tahun 1999 juncto pelaku telah menunjukkan niat berupa adanya
UU No. 20 Tahun 2001 sebagai lebih spesifik permulaan pelaksanaan, yaitu melepaskan
dari Pasal 87 KUHPidana yaitu untuk tindak tembakasn ke arah seorang lain, tetapi tidak
pidana korupsi permufakatan jahat adalah bila selesai, yaitu tidak terjadi pembunuhan, di
dua orang atrau lebih yang mempunyai kualitas kuyar dari kehendak pelaku, yaitu tembakannya
yang sama saling bersepakat melakukan tindak meleset. Perbuatan pelaku telah benar-benar
pidana. membahayakan kepentingan hukum orang lain,
Kata kunci: Delik Permufakatan Jahat, Kitab hanya karena kebetuklan saja, misalnya karena
Undang-Undang Hukum Pidana Undang- pelaku kurang mahir menembak, sehingga
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. tujuan tidak tercapat.
Perluasan tindak pidana berupa percobaan
PENDAHULUAN melakukan kejahatan ini merupakan hal yang
A. Latar Belakang Penulisan dapat dimaklumi karena apa yang dilakukan
Rumusan-rumusan tindak pidana, antara pelaku telah benar-benar secara langsung
lain yang dapat ditemukan dalam Kitab membahayakan kepentingan hukum. Tidak
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana), selesainya tindak pidana (delik) tersebut
khususnya dalam Buku II (Kejahatan) dan Buku bukanlah karena si pelaku menyesal atas
III (Pelanggaran), pada umumnya perbuatannya melainkan karena faktor atau

1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Veibe V. Sumilat,
3
SH, MH; Nixon Wullur, SH, MH Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. (BPHN), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Sinar
120711260 Harapan, Jakarta, 1983, hlm. 33.

145
Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017

faktor-faktor di luar kehendak si pelaku itu Nomor 31 Tahun 1999 menentukam bahwa,
sendiri. ^^ š] ‰ }Œ vP Ç vP u o lµl v ‰ Œ } vU
Selain percobaan, dalam Buku I KUHPidana pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk
terdapat juga perluasan tindak pidana yang lain melakukan tindak pidana korupsi, dipidana
yang disebut permufakatan jahat (Bld.: dengan pidana yang sama sebagaimana
samenspanning). Dalam Pasal 88 KUHPidana dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai
]š všµl v ZÁ U ^ ]l š l v vP v W • o íðX_5 Dalam Pasal 15 ini ada
permufakatan jahat, apabila dua orang atau disebut tentang permufakatan jahat untuk
lebih telah sepakat akan melakukan melakukan tindak pidana akorupsi.
l i Z š v_X4 Belum lama berselang Mahkamah Konstitusi
Jika dalam percobaan telah ada permulaan dengan putusan Nomor 21/PUU-XIV/2016,
pelaksanaan dari pelaku, maka dalam tanggal 7 September 2016, telah memberikan
permufakatan jahat belum ada suatu putusan menyangkut istilah permufakatan jahat
permulaan pelaksanaan, malahan belum ada dalam Pasal 15 UU No. 31 Tahun 1999 dalam
perbuartan persiapan, melainkan baru ada hubungannya dengan istilah permufakatan
kesepakatan akan melakukan kejahatan. Dalam jahat dalam Pasal 88 KUHPidana.
sistem KUHPidana, pembentuk undang-undang Perkembangan berupa putusan Mahkamah
ternyata tidak selalu mau menunggu sampai Konstitusi tersebut menimbulkan pertanyaan
benar-benar ada permulaan pelaksanaan dari tentang pemahaman istilah permufakatan jahat
suatu perbuatan. Dalam hal-hal tertentu, dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak
dipandang sudah cukup alasan untuk Pidana Korupsi dan pengaruhnya terhadap
mengancamkan pidana jika telah ada pengertian permufakaan jahat dalam
permufakatan untuk melakukan kejahatan. KUHPidana.
Dengan demikian, pembentuk undang-undang Berdasarkan latar belakang tersebut maka
berpandangan bahwa adakalanya dalam rangka penulisan skriopsi telah diambil
permufakatan itu sendiri (an sich) sudah ‰}l}l ]v] µvšµl ] Z • ] Á Z iµ µo ^Delik
merupakan suatu hal yang berbahaya, sehingga Permufakatan Jahat dalam Kitab Undang-
sudah pantas untuk dijadikan delik selesai. Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang
Perbedaan lainnya yaitu percobaan berlaku Pemberantasan d]v l W] v <}Œµ‰•]_X
untuk semua kejahatan yang dirumuskan dalam
Buku II (Kejahatan), kecuali kalau dalam pasal B. Rumusan Masalah
KUHPidana itu ditentukan lain. Misalnya, untuk 1. Bagaimana luas cakupan delik-delik
penganiayaan, dalam Pasal 351 ayat (5) permufakatan jahat (samenspannning)
KUHPidana ditentukan bahwa, percobaan dalam KUHPidana?
untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. 2. Bagaimana luas pengertian permufakatan
Di pihak lain permufakatan jahat hanya jahat dalam Pasal 15 Undang-Undang
dberlakukan untuk tindak-tindak pidana yang Nomor 31 Tahun 1999 sesudah putusan
tertentu saja yang ditunjuk secara tegas oleh Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-
KUHPidana, jadi bukan berlaku untuk semua XIV/2016?
kejahatan.
Apa yang dikemukakan sebelumnya telah C. Metode Penelitian
menimbulkan pertanyaan tentang luas cakupan Penelitian untuk penulisan skripsi ini ini
dari tindak-tindak pidana permufakatan jahat merupakan suatu penelitian hukum normatif.
sebagaimana yang ditentukan dalam Dengan demikian, penelitian ini terutama
KUHPidana. Malahan lebih luas lagi, dalam merupakan penelitian yang bersifat hukum
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana positif yang meletakkan hukum positif dipusat
Korupsi (Undang-Undang Nomor 31 Tahun penelitian.
1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001) dikenal
pula permufakatan jahat untuk melakukan 5
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
tindak pidana korupsi. Pasal 15 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 nomor 140, Tambahan
4
Ibid., hlm. 45. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874).

146
Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017

PEMBAHASAN Untuk samenspanning perlu adanya


A. Delik Permufakatan Jahat Dalam persetujuan (overeenkomst) antara 2 orang
KUHPidana atau lebih untuk melakukan kejahatan.
Pengertian permufakatan jahat dalam Sudah barang tentu tidak perlu disyaratkan,
ditemukan dalam Pasal 88 yang terletak dalam bahwa persetujuan tersebut diadakan
µlµ / /y Ç vP Œiµ µo ^ Œš] Œ ‰ berdasarkan ketentuan pengertian
Istilah Yang Dipakai dalam Kitab Undang- (begripsbepaling) dalam hukum perdata
hv vP_X Pasal 88 KUHPidana, menurut ataupun persetujuan yang sah menurut
terjemahan Tim Penerjemah BPHN, berbunyi hukum, karena ini merupakan persetujuan
sebagai sebagai berikutU ^ ]l š l v yang tidak halal (ongeoorloofd). 8
permufakatan jahat, apabila dua orang atau Berdasarkan ketentuan dalam pasal 1320
lebih telah sepakat akan melakukan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
l i Z š v_X6 (Burgerlijk Wetboek), syarat-syarat sahnya
Dari rumusan Pasal 88 KUHPidana tampak suatu perjanjian adalah :
bahwa ada permufakatan jahat a. sepakat pihak yang mengikatkan diri;
(samenspanning) apabila: b. kecakapan membuat perjanjian;
1. Dua orang atau lebih; c. hal tertentu;
2. Telah sepakat; d. sebab (isi perjanjian) yang halal.9
3. Akan melakukan kejahatan. Menurut Moch.Anwar, perjanjian yang
Permufakatan jahat memerlukan setidak- membentuk permufakatan jahat tidaklah
tidaknya 2 (dua) orang, sebab paling sedikit tunduk pada pengertian perjanjian menurut
permufakatan itu dilakukan 2 (dua) orang. Jika hukum perdata (Pasal 1320 KUHPerdata),
hanya 1 (satu) orang saja, tidak mungkin ada sebab perjanjian untuk melakukan kejahatan
permufakatan, melainkan hanya berupa janji jelas-jelas adalah perjanjian yang tidak sah,
pada diri sendiri semata-mata. Cukup adanya 2 yaitu tidak memenuhi syarat sebab (isi
(dua) orang saja sudah memenuhi syarat untuk perjanjian) yang halal menurut Pasal 1320
terjadinya suatu permufakatan jahat, tidak huruf d KUHPerdata.
perlu harus 3 (tiga), 4 (empat) orang dan Dalam KUHPidana, istilah permufakatan
seterusnya. jahat (samenspanning) dapat ditemukan dalam
Dengan demikian, sudah ada permufakatan beberapa pasal, yaitu Pasal 88, 110, 116, 125,
jahat jika hal melakukan kejahatan telah 139c, 164, 457 dan 462. Di antara pasal-pasal
diperjanjikan (overeengekomen) oleh dua orang ini, Pasal 88 hanyalah memberikan penafsiran
atau lebih. Untuk adanya perjanjian melakukan }š vš]l š vš vP ]•š]o Z ^samenspanning_
kejahatan haruslah di antara mereka telah (permufakatan jahat); Pasal 164 berkenaan
terdapat kata sepakat. Dengan demikian sudah dengan orang yang mengetahui adanya
ada permufakatan jahat yang dapat dipidana, permufakatan jahat, jadi yang bersangkutan
sekalipun belum ada perbuatan percobaan sendiri tidak terlibat dalam permufakatan jahat
(poging) bahkan belum ada perbuatan itu; sedangkan pasal 457 dan 462 adalah
persiapan (voorbereiding).7 berkenaan dengan delik yang diawali dengan
Jadi, sudah cukup jika 2 (dua) orang atau permufakatan, jadi kegiatan mereka tidak
lebih itu setelah melalui suatu perundingan hanya sampai permufakatan semata-mata
akhirnya bersepakat untuk melakukan suaru melainkan dilanjutkan dengan perbuatan.
kejahatan yang tertentu. Tidak diperlukan
adanya tindakan lain lagi sebagai persiapan
untuk melakukan kejahatan.
Perjanjian untuk melakukan kejahatan di sini
bukanlah dalam arti perjanjian (overeenkomst)
menurut hukum perdata. Moch. Anwar
menulis, 8
H.A.K. Moch.Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus
(KUHP Buku II), Alumni, Bandung, 1979, hlm. 229.
6 9
Tim Penerjemah BPHN, loc.cit. R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang
7
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Hukum Perdata, cet.40, Pradnya Paramita, Jakarta, 2009,
Indonesia, loc.cit. hlm. 339.

147
Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017

B. Permufakatan Jahat dalam Undang- XIV/2016 tanggal 7-9-2016. Kasusnya


Undang Pemberantasan Tindak Pidana berkenaan dengan pemohon Setya Novanto,
Korupsi anggota DPR, di mana menurut Pemohon
Delik permufakatan jahat tidak hanya dirinya telah diperiksa dalam penyelidikan atas
dikenal dalam KUHPidana semata-mata, ^ µP v š]v l ‰] v l}Œµ‰•] ‰ Œuµ( l š v
melainkan juga dikenal dalam undang-undang jahat atau percobaan melakukan tindak pidana
pidana di luar KUHPidana. Sebagai contoh, korupsi dalam perpanjangan kontrak PT
yaitu Undang-Undang No.31 Tahun 1999 &Œ ‰}Œš /v }v •] _ karena Pemohon diduga
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, telah melakukan tindak pidana khusus berupa
yang telah dirubah dengan Undang-undang permufakatan jahat berujung korupsi dalam
No.20 Tahun 2001. pertemuannya dengan Presiden Direktur PT
Dalam Pasal 15 Undang-undang No.31 Freeport kala itu, Maroef Sjamsuddin dan
Tahun 1999 ditentukan bahwa setiap orang pengusaha Muhammad Riza Chalid pada Juni
yang melakukan percobaan, pembantuan, atau tahun 2015. Jadi Pemohon diposisikan sebagai
permufakatan jahat untuk melakukan tindak pelaku permufakatan jahat bersama dengan
pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang Muhammad Riza Halid untuk melakukan tindak
sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, pidana korupsi terkait perpanjangan
Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14. izin/kontrak PT Freeport Indonesia.10
Dengan demikian, delik permufakatan jahat Mahkamah Konstitusi memberikan
dalam tindak pidana korupsi diancam pidana ‰ Œš]u vP v ZÁ U ^• uµ l š všµ v o u
yang sama dengan delik pokoknya. Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14
Jika permufakatan jahat dalam KUHPidana UU Tipikor adalah merupakan tindak pidana
ditujukan terhadap perbuatan yang kualitatif yang memerlukan kualitas seseorang
membahayakan keamanan negara, makar baik sebagai pegawai negeri atau pejabat
kepada Presiden, wakil Presiden, negara untuk memenuhi unsur-µv•µŒ o]l_X11
pemberontakan, dam penggulingan, maka Untuk itu Mahkamah Konstitusi berpendapat
permufakatan jahat dalam UU No. 31 Tahun ZÁ ^W • o íñ juncto Pasal 12 huruf e UU
1999 merupakan delik khusus yang 31/1999 juncto UU 20/2001 hanya dapat
dimaksudkan untuk memberikan ancaman diterapkan terhadap kesepakatan antara dua
kepada upaya melakukan korupsi. orang atau lebih memiliki kualitas khusus
Permasalahan hukum muncul karena dalam sebagai pegawai negeri atau pejabat negara
UU No. 31 Tahun 1999 tidak diberikan sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 1 dan
penjelasan apa yang dimaksud permufakatan W • o í vPl î_X12
jahat dalam Pasal 15 UU No. 31 Tahun 1999. Sekalipun tidak disebutkan secara eksplist
Sedangkan Pasal 88 KUHPidana yang terletak dalam putusan Mahkamah Konstitusi jelas
dalam Buku I Bab IX KUHPidana hanya berlaku bahwa yang dimaksud di sini bahwa pengusaha
untuk KUHPidana saja dan tidak berlaku untuk Muhammad Riza Chalid yang turut serta
undang-undang pidana di luar KUHPidana. Ini dengan Pemohon dalam pertemua dengan
karena dalam Pasal 103 KUHPidana ditentukan Presieen Direktur PT Freeport, merupakan
bahwa ketentuan-ketentuan dalam Bab I seorang yang tidak memenuhi kualitas khusus
sampai Bab VIII buku ini juga berlaku bagi sebagai pegawai negeri atau pejabat negara,
perbuatan-perbuatan yang oleh peraturan sehingga Pemohon (Setya Novanto) tidak dapat
perundang-undangan lainnya diancam dengan dikatakan telah melakukan permufakatan jahat.
pidana, kecuaki jika oleh undang-undang Berdasarkan pertimbangan tersebut
ditentukan lain. Pasal 103 hanya menyebut Bab Mahkamah Konstitusi dalam Amar Putusan
I sampai Bab VIII dari Buku I KUHPIdana, yang telah memutuskan antara lain,
dengan begitu Bab IX di mana terletak Pasal 88
di dalamnya tidak berlaku untuk undang-
10
undang di luar KUHPidana. D Zl u Z <}v•š]šµ•] Z ‰µ o]l /v }v •] U ^Wµšµ• v
Nomor 21/PUU-y/slîìíò_U
Sehubungan dengan permufakatan jahat www.mahkamahkonstitusi.go.id, diakses tanggal
dalam Pasal 15 UU No. 31 Tahun 1999 telah ada 09/01/2017.
11
putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU- Ibid., hlm. 110-111.
12
Ibid., hlm. 112.

148
Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017

1. Mengabulkan permohonan Pemohon UU No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah


seluruhnya: diubah dengan UU No. 20 Tahun 2011.
1.1. Frasa ^‰ Œuµ( l š v i Z š_ dalam
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 31 PENUTUP
Tahun 1999 tentang Pemberantasan A. Kesimpulan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana 1. Cakupan delik permufakatan jahat
telah diubah dengan Undang- (samenspanning) sebagai perluasan
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tindak pidana, tidak meliputi semua
tentang Perubahan Satas Undang- kejahatan dalam Buku II KUHPidana,
Undang Nomor 31` Tahun 1999 melainkan hanya untuk delik-delik yang
tentang Pemberantasan Tindak disebut hanyalah beberapa tindak pidana
Pidana Korupsi (Lembaran Negara yang disebut dalam Pasal 110 (makar dan
Republik Indonesia Tahun 2001 pemberontakan), Pasal 116 (surat dan
Nomor 134, Tambahan Lembaran benda rahasia berkenaan dengan
Negara Republik Indonesia Nomor pertahanan negara), Pasal 125 (memberi
4150) bertentangan dengan bantuan kepada musuh dalam masa
Undang-Undang Dasar Negara perang), dan Pasal 139c KUHPidana
Republik Indonesia Tahun 1945 (makar ditujukan kepada negara
sepanjang tidak dimaknai, sahabat).
^Permufakatan jahat adalah bila 2. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
dua orang atrau lebih yang 21/PUU-XIV/2016 telah menegaskan
mempunyai kualitas yang sama pengertian permufakatan jahat dalam
saling bersepakat melakukan Pasal 15 UU No. 31 Tahun 1999 juncto
tindak pidana_V UU No. 20 Tahun 2001 sebagai lebih
1.2. &Œ • ^‰ Œuµ( l š v i Z š_ o u spesifik dari Pasal 87 KUHPidana yaitu
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 31 untuk tindak pidana korupsi
Tahun 1999 tentang Pemberantasan permufakatan jahat adalah bila dua
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana orang atrau lebih yang mempunyai
telah diubah dengan Undang- kualitas yang sama saling bersepakat
Undang Nomor 20 Tahun 2001 melakukan tindak pidana.
tentang Perubahan Satas Undang-
Undang Nomor 31` Tahun 1999 B. Saran
tentang Pemberantasan Tindak 1. Delik-delik permufakatan jahat hanyalah
Pidana Korupsi (Lembaran Negara beberapa tindak pidana yang disebut
Republik Indonesia Tahun 2001 dalam Pasal 110, Pasal 116, Pasal 125,
Nomor 134, Tambahan Lembaran dan Pasal 139c KUHPidana masih tetap
Negara Republik Indonesia Nomor relevan untuk masa sekarang karena
4150) tidak mempunyai kekuatan delik-delik itu membahayakan keamanan
hukum mengikat sepanjang tidak negara dan juga negara sshabat.
]u lv ]U ^Permufakatan jahat 2. Pengertian permufakatan jahat yang
adalah bila dua orang atrau lebih lebih spesifik untuk tindak pidana korupsi
yang mempunyai kualitas yang dalam Putusan Mahkamah Konstitusi
sama saling bersepakat melakukan Nomor 21/PUU-XIV/2016 perlu
tindak pidana_V13 dimasukkan ke dalam perubahan
Dalam putusan ini Mahkamah Konstitusi terhadap UU No. 31 Tahun 1999 tentang
š o Z u v u l v l š ^u u‰µvÇ ] lµ o]š • Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
yang sama saling bersepakat melakukan tindak
‰] v _ Ç ]šµ lµ o]š • lZµ•µ• P ]‰ P Á ] DAFTAR PUSTAKA
negri atau pejabat negara sebagaimana Anwar, H..K. Moch., Hukum Pidana Bagian
dimaksud Pasal 1 angka 1 dan Pasal 1 angka 2 Khusus (KUHP Buku II), Alumni, Bandung,
1979.
13
Ibid., hlm. 118-119.

149
Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017

Ali, Mahrus, Dasar-dasar Hukum Pidana, cet.2, Lembaran Negara Republik Indonesia
Sinar Grafika, Jakarta, 2012. Nomor 3874)
Bemmelen, J.M. van, Hukum Pidana 1. Hukum
Pidana Material Bagian Umum,
terjemahan Hasnan, Binacipta, Jakarta,
1984.
Hamzah, Andi, Kitab Undang-undang Hukum
Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986.
Jonkers, J.E., Buku Pedoman Hukum Pidana
Hindia Belanda, Bina Aksara, Jakarta,
1987.
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, cet.2,
Bina Aksara, Jakarta, 1984.
Prasetyo, Teguh, Hukum Pidana, cet,4, Rajawali
Pers, Jakarta, 2013.
Prodjodikoro, Wirjono, Prof.,Dr,SH, Asas-asas
Hukum Pidana di Indonesia, cet.3, PT
Eresco, Jakarta-Bandung, 1981.
______, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Indonesia, ed.3 cet.4, Refika Aditama,
Bandung, 2012.
Sianturi, S.R., Tindak Pidana di KUHP Berikut
Uraiannya, Alumni AHM-PTHM, Jakarta,
1983.
Soesilo, R., KUHP Serta Komentar-komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia,
Bogor, 1991.
Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, cet.40, Pradnya
Paramita, Jakarta, 2009.
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
Nasional (BPHN), Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Sinar Harapan, Jakarta,
1983.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ed.3 cet.2, Balai
Pustaka, Jakarta, 2002.
Widnyana, I Made, Asas-asas Hukum Pidana,
Fikahari Aneska, Jakarta, 2010.

Sumber Internet/Dokumen Elektronik:


Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
^Wµšµ• v E}u}Œ îílWhh-y/slîìíò_U
www.mahkamahkonstitusi.go.id, diakses
tanggal 09/01/2017.

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 nomor 140, Tambahan

150

Anda mungkin juga menyukai