Anda di halaman 1dari 7

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan sebagaimana yang disebutkan dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah Republik Indonesia telah


menetapkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam uraian ini disampaikan mengenai:

 Pengertian Sistem Pendidikan Nasional


 Fungsi dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional
o Fungsi Pendidikan Nasional
o Tujuan Pendidikan Nasional
 Prinsip Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional

Pengertian Sistem Pendidikan Nasional


Sebelum menguraikan lebih lanjut, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu
pengertian pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan pengertian pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.

Jadi Pengertian sistem pendidikan nasional itu sendiri menurut Pasal 1 angka 3 Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.

Fungsi dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional


Fungsi Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan Pendidikan Nasional


Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis.
Demikian disebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Prinsip Penyelenggaraan Sistem Pendidikan
Nasional
Prinsip penyelenggaraan pendidikan menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif


dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka
dan multimakna.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat
melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pngendalian mutu layanan pendidikan.

Fungsi dan tujuan pendidikan, serta prinsip penyelenggaraan pendidikan tersebut di atas
menimbulkan hak dan kewajiban bagi warga negara, orang tua, masyarakat dan
pemerintah. Hak dan kewajiban ini akan diuraikan pada artikel berikutnya. (RenTo)(060419)

Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional


A.    Jalur pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri
dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Penyelenggaraan Sisdiknas dilaksanakan melalui dua jalur yaitu:


1)            Jalur Pendidikan Sekolah
Merupakan pendidikan yang diselenggarakan disekolah melalui kegiatan belajar mengajar
secara berjenjang dan bersinambungan (pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi). Sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah dan mempunyai
keseragaman pola yang bersifat nasional.

2)      Jalur Pendidikan Luar Sekolah


Merupakan pendidikan yang bersifat kemayarakatan yang diselenggarakan diluar sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang dan tidak besinambungan, seperti
kepramukaan, berbagai kursus, dan lain-lain. PLS memberikan kemungkinan perkembangan
sosial, kultural seperti bahasa dan kesenian, keagamaan, dan ketrampilan yang dapat
dimanfaatkan oleh anggota masyarakat untuk mengembangkan dirinya dan membangun
masyarakatnya.
   Pendidikan luar sekolah sifatnya tidak formal dalam arti tidak ada keseragaman pola yang
bersifat nasional. Modelnya sangat beragam. Dalam hubungan ini pendidikan dalam keluarga
merupakan bagian dari jalu pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang
fungsi utamanya menanamkan keyakinan agama, nila budaya dan moral, serta ketrampilan
praktis.

B.     Jenjang pendidikan
     Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

1.      Pendidikan anak usia dini


Mengacu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2.      Pendidikan dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama
masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
3.      Pendidikan menengan
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. yang
harus dilaksanakan minimal 9 tahun

 4. Pendidikan tinggi


Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi. Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan
tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA.

C.    Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.

1. Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

2. Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).jenis ini termasuk ke dalam pendidikan formal.

3. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana
yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

4. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
Salah satu yang dikembangkan dalam pendidikan tinggi dalam keprofesian adalah yang
disebut program diploma, mulai dari D1 sampai dengan D4 dengan berbagai konsentrasi bidang
ilmu keahlian. Konsentrasi pendidikan profesi dimana para mahasiswa lebih diarahkan kepada
minat menguasai keahlian tertentu.

5. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara
dengan program sarjana (strata 1).

6. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan /atau menjadi ahli ilmu agama.

7. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara
inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

Republik Indonesia. Demikian definisi SNP jika berpedoman


Ketentuan Umum dalam Pasal 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Secara umum, SNP di Indonesia terbagi dalam 8 (delapan) standar.
Delapan standar tersebut antara lain standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Berikut ini
penjelasan definitif delapan standar tersebut berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Pertama, standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi
dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kedua, standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
Ketiga, standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
Keempat, standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria
mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental,
serta pendidikan dalam jabatan.
Kelima, standar sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai
ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.
Keenam, standar pengelolaan adalah kriteria mengenai perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten atau kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Ketujuh, standar pembiayaan adalah kriteria mengenai komponen
dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama
satu tahun.
Kedelapan, standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik.
Delapan standar tersebut harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala. Hal ini didasari pemikiran dalam Pasal 3 Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan yang menyatakan bahwa SNP berfungsi sebagai dasar
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Lebih lanjut yaitu dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah tersebut juga
dinyatakan SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Dari dua ketentuan Pasal tersebut jelas bahwa delapan SNP harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala. Peningkatan secara
berencana harus dilakukan karena SNP berfungsi sebagai dasar
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sementara yang menilai peningkatan standar ini adalah Badan
Standar Nasional Pendidikan.
Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP
adalah badan mandiri dan independen yang bertugas
mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar
nasional pendidikan. Menurut Pasal 76 Ayat 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005, BSNP bertugas membantu Menteri dalam
mengembangkan, memantau, dan mengendalikan standar nasional
pendidikan.
Dalam Ayat 2 pada Pasal di atas juga ditegaskan standar yang
dikembangkan BSNP berlaku efektif dan mengikat semua satuan
pendidikan secara nasional. Sedangkan wewenang BNSP secara rinci
adalah sebagai berikut.
Pertama, mengembangkan Standar Nasional Pendidikan. Kedua,
menyelenggarakan ujian nasional. Ketiga, memberikan rekomendasi
kepada Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan. Keempat, merumuskan kriteria
kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Sekedar tambahan, BSNP berkedudukan di ibu kota wilayah Negara
Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BSNP
bersifat mandiri dan profesional.
Menurut Pasal 74 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, keanggotaan BSNP berjumlah gasal, paling sedikit 11 (sebelas)
orang dan paling banyak 15 (lima belas) orang. Anggota BSNP
tersebut terdiri atas ahli-ahli di bidang psikometri, evaluasi
pendidikan, kurikulum, dan manajemen pendidikan yang memiliki
wawasan, pengalaman, dan komitmen untuk peningkatan mutu
pendidikan.
Demikian gambaran umum Standar Nasional Pendidikan. Semoga
delapan lingkup SNP yang telah disampaikan secara umum di atas
telah ditingkatkan secara berencana dan berkala oleh semua lembaga
pendidikan di Indonesia termasuk lembaga formal sekolah sesuai
kriteria minimal yang telah dikembangkan, direkomendasikan, dan
dirumuskan BNSP.

Anda mungkin juga menyukai