Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka


Pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sabputra
(2011) yang melakukan penelitian terhadap susut energi non teknis di PLN UPJ
Kendal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara pendekatan rumus empiris serta melakukan simulasi menggunakan software
etap 4.0. Dari hasil perhitungan dan simulasi tersebut didapatkan hasil bahwa
penyebab dominan susut non teknis pada PLN UPJ Kendal terjadi karena
pencurian listrik.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Kurniati, F. (2016) yang


melakukan penelitian terhadap pemakaian energi pelanggan daya di atas 41.500
VA dengan menggunakan AMR (Automatic Meter Reading) di PLN Area
Bangka. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
cara membaca dan membandingkan load profile pada pelanggan sehingga
didapatkan waktu kejadian terjadinya kelainan dengan menggunakan metode
statistik.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Putri, A.T. (2016) yang


melakukan penelitian terhadap susut energy non teknis pada jaringan distribusi
PLN Rayon Koba. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan melakukan simulasi perhitungan susut energi menggunakan Formula
Jogja sehingga didapatkan komposisi susut teknis dan non teknis pada jaringan
distribusi di PLN Rayon Koba.

Penelitian selanjutnya pernah dilakukan oleh Zulkarnain (2016) yang


meneliti tentang permasalahan teknis dan tingkat kepuasan pelanggan pengguna
kwh meter prabayar di PLN Area Bangka. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitan ini adalah dengan menganalisa penyebab kerusakan dari meter
prabayar yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan survey untuk mengetahui

7
tingkat kepuasan pelanggan dalam menggunakan meter prabayar.

Selain itu ada penelitian yang dilakukan oleh Agustina, E. (2017) yang
meneliti tentang penurunan susut non teknis pada jaringan distribusi
menggunakan sistem AMR (Automatic Meter Reading ). Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan identifikasi terhadap
kelainan – kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya susut antara lain arus,
tegangan dan kesalahan pada saat pengawatan.

Metode penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
melakukan analisis kewajaran pemakaian energi listrik pelanggan pada titik
transaksi pengukuran melalui monitoring arus, tegangan dan faktor daya sehingga
dapat diketahui konsumsi pemakaian energi listrik pada pelanggan dalam periode
waktu tertentu. Batas waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini
adalah dari Triwulan I 2018 sampai dengan Triwulan IV 2018. Hal ini diambil
karena untuk kemudahan perbandingan perhitungan susut non teknis sebelum dan
sesudah dilakukannya analisa kewajaran pemakaian energi listrik untuk
menemukan potensi energi listrik yang hilang akibat pencurian dan kelainan pada
titik transaksi pengukuran. Beberapa metode inilah yang membedakan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T)


Merupakan sistem aplikasi terpusat yang dibuat secara online (web-based
application) dan mencakup keseluruhan proses bisnis dan administrasi bagi
pelanggan PLN. Hingga saat ini, sistem aplikasi tersebut melayani kebutuhan
pelayanan pelanggan yang meliputi : online imaging, ERP PLN, Listrik prabayar,
pembayaran non tagihan listrik dan pengelolaan contact center.

8
2.2.2. Susut (losses)
Di dalam sistem distribusi tenaga listrik terdapat faktor yang dinamakan
susut (losses) yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
431/KMK.06/2002 didefinisikan sebagai suatu bentuk kehilangan energi listrik
yang berasal dari selisih sejumlah energi listrik yang dibeli dengan sejumlah
energi listrik yang terjual atau jumlah energi yang hilang atau menyusut, terjadi
karena sebab-sebab teknik maupun non teknik pada waktu penyediaan dan
penyaluran energi.
Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 217-1.JK/DIR/2005
tentang Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi (kWh), Jenis Susut (losses)
energi listrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Berdasarkan sifatnya :
1. Susut teknis, yaitu hilangnya energi listrik pada saat penyaluran
mulai dari pembangkit hingga ke pelanggan karena berubah
menjadi panas. Susut teknis ini tidak dapat dihilangkan karena
merupakan kondisi bawaan atau susut yang terjadi karena alasan
teknik dimana energi menyusut berubah menjadi panas pada
jaringan
2. Susut non teknis, yaitu hilangnya energi listrik yang dikonsumsi
pelanggan maupun non pelanggan karena tidak tercatat dalam
penjualan.
b. Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Susut transmisi yaitu hilangnya energi listrik yang dibangkitkan
pada saat disalurkan melalui jaringan transmisi ke gardu induk atau
susut teknik yang terjadi pada jaringan transmisi yang meliputi
susut pada jaringan Tegangan Tinggi (JTT) dan pada Gardu Induk
(GI)
2. Susut Distribusi yaitu hilangnya energi listrik yang didistribusikan
dari gardu induk melalui jaringan distribusi ke pelanggan atau susut
teknik dan non teknik yang terjadi pada jaringan distribusi yang
meliputi susut pada Jaringan menengah (JTM) Gardu Distribusi

9
(GD) Jaringan Tengangan Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR)
serta Alat Pembatas dan Pengukur (APP) pada pelanggan TT, TM
dan TR.

2.2.3. Formula Jogja


Formula Jogja merupakan program di Excel yang diperuntukan untuk
menghitung susut teknis berdasarkan asset yang dimiliki pada satu waktu tertentu,
dimana formula ini secara tersirat merupakan alat bantu yang diharapkan
Shareholder PLN melalui Perdirjen N0. 1257 K/20/DJL.3/2013 untuk menghitung
susut teknis. Secara alamiah susut akan bertambah besar seiring dengan
peningkatan arus beban akibat adanya peningkatan pemakaian listrik oleh
pelanggan PLN di asset jaringan yang sama. Dalam perhitungan Formula Jogja
susut teknis terdiri dari susut yang terjadi pada Jaringan Tegangan Menengah
(JTM), Trafo Distribusi, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan
Rumah (SR) yang dihitung berdasarkan dengan nilai aset yang ada sedangkan
susut non teknis merupakan selisih pengurangan susut total dengan susut teknis.
Rumus yang digunakan di dalam Formula Jogja adalah rumus umum secara
elektris dengan logika berfikir sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Logika berfikir rumus Formula Jogja

NO URAIAN HASIL

1 Tegangan naik Susut turun


2 kWh Jual Pelanggan TT,TM naik Susut turun
3 Luas penampang nak/R turun Susut turun
4 kWh Jual pelangan TR naik Susut naik
5 kWh produksi turun Susut turun
6 Daya rata – rata trafo turun Susut naik
7 Faktor kerja naik Susut turun
8 Panjang penyulang rata – rata turun / R turun Susut turun
9 Panjang jurusan rata – rata trafo turun Susut turun

10
2.2.4. Alat Pembatas dan Pengukur
Pembatasan yang dimaksud adalah menentukan pembatas pemakaian daya
sesuai daya tersambung guna mengamankan alat ukur juga jaringan yang
terhubung, pembatas sendiri mempunyai kegunaan dan jenisnya sendiri sesuai
dengan arus beban yang terhubung, yang termasuk pembatas diantaranya : MCB,
MCCB, NFB, Fuse , OCR + PMT.

Pembatasan didasarkan pada arus yang besarnya adalah :


Arus Nominal :
𝑆
𝐼𝑛 = 𝐸 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 untuk fasa tunggal…………(2.1)
𝑆
𝐼𝑛 = 𝐴𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒 untuk fasa tiga…………...(2.2)
√3 . 𝐸

Keterangan :
S = daya terpasang ………………. VA
E = tegangan nominal …………… Volt

Pengukuran yang dimaksud adalah pengukuran besarnya pemakaian daya


listrik yang digunakan pada saat itu dan dikalikan dengan jumlah waktu yang
dipakai yang biasa disebut dengan energi listrik yang nantinya akan
diakumulasikan dengan harga tarif yang digunakan. Alat pengukuran tersebut
diantaranya adalah kWh meter, kVARh Meter, voltmeter ataupun ampere meter
yang disesuakan dengan macam dan tipe yang digunakan pelanggan.

2.2.4.1. Pengertian APP


APP (alat pembatas dan pengukur) merupakan alat milik PT.PLN (Persero)
yang digunakan untuk membatasi daya listrik yang dipakai dan digunakan untuk
mengukur dan membatasi pemakaian energi listrik oleh konsumen. Alat pengukur
adalah suatu benda yang digunakan untuk mengukur pemakaian energi dan daya
yang terpakai oleh konsumen. Sedangkan alat pembatas adalah suatu benda yang
digunakan untuk membatasi pemakaian daya sesuai yang tersambung di alat
pembatas. APP terdiri dari beberapa komponen yaitu Trafo arus (CT), Meter
energi (kWh meter dan kVARh meter), Timer Switch, Mini circuit Breaker

11
(MCB), Beberapa komponen tersebut, khususnya meter energi dipasang dalam
suatu kotak, yang dinamakan kotak APP

2.2.5. Prinsip Kerja Alat Ukur Energi Listrik


Alat ukur energi listrik atau yang biasa disebut dengan kwh meter
merupakan alat yang digunakan oleh pihak PLN untuk menghitung besar
pemakaian energi listrik pada pelanggan dengan menggunakan satuan kilo watt
hours (kWh). Dalam penggunaannya kWh meter terdiri dari dua jenis yaitu kWh
meter analog dan kWh meter digital.

2.2.5.1. kWh Meter Analog

Gambar 2. 1 kWh Meter Analog (Wahyudi Sarimun,2011)

Gambar 2.1 merupakan gambar dari kWh meter analog salah satu salah satu
kWh meter yang biasa dipakai pada tarif listrik reguler/pascabayar. Bagian utama
dari sebuah kWh meter analog adalah kumparan tegangan koil yang diameternya
tipis, kumparan arus koil yang diameternya tebal, piringan aluminium, dan
magnet tetap. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet
dimana medan magnet tersebut menggerakkan piringan yang terbuat dari
aluminium kemudian magnet tetap yang tugasnya menetralkan piringan
aluminium dari induksi medan magnet yang memutarkan piringan alumunium dan
gear mekanik yang mencatat jumlah perputaran piringan aluminium. Putaran
12
piringan tersebut akan menggerakkan counter digit sebagai tampilan jumlah kWh.
Besar tagihan listrik berdasarkan pada angka-angka yang tertera pada kWh meter
setiap bulannya. Konstruksi dari kWh meter analog dapat digambarkan pada
gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Konstruksi kWh Meter (Wahyudi Sarimun,2011)

Bagian-bagian kWh meter dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Diantara piringan kWh Meter ditempatkan dengan dua buah bantalan


(atas dan bawah) yang berfungsi agar piringan dapat berputar dengan
mendapat gesekan sekecil mungkin.
2. Rem magnet terbuat dari magnet permanen, mempunyai satu pasang
kutub (utara dan selatan) yang berfungsi untuk
mengerem/menetralkan ayunan perputaran piringan.
3. Roda gigi dan alat pencatat (register), sebagai media transmisi
perputaran piringan, sehingga alat pencatat merasakan adanya
perputaran untuk mencatat jumlah energi yang diukur oleh kWh
meter.
4. Kumparan tegangan terdiri atas kWh meter 1 phasa sebanyak 1 set,
kWh meter 3 phasa 3 kawat sebanyak 2 set dan kWh meter 3 phasa
4 kawat sebanyak 3 set.
5. Kumparan arus sama jumlah setnya dengan kumparan tegangan. Pada
kumparan arus dilengkapi dengan kawat tahanan atau lempengan besi
yang berfungsi sebagai pengatur cosinus phi (faktor kerja).

13
Medan magnet memutar piringan alumunium, arus listrik yang melalui
kumparan arus mengalir sesuai dengan perubahan arus terhadap waktu. Hal ini
menimbulkan adanya medan di permukaan kawat tembaga pada koil kumparan
arus. Kumparan tegangan membantu mengarahkan medan magnet agar menerpa
permukaan alumunium sehingga terjadi suatu gesekan antara piringan alumunium
dengan medan magnet disekelilingnya. Dengan demikian maka piringan tersebut
mulai berputar dan kecepatan putarnya dipengaruhi oleh besar kecilnya arus listrik
yang melalui kumparan arus. Koneksi kWh meter dimana ada empat buah
terminal koneksi dari kWh meter yang terdiri dari dua buah terminal masukan dari
jala-jala listrik PLN dan dua buah terminal keluaran yang akan menyuplai tenaga
listrik ke rumah. Dua terminal masukan di hubungkan ke kumparan tegangan
secara paralel dan antara terminal masukan dan keluaran di hubungkan ke
kumparan arus.
kWh meter berarti kilo watt hour meter dan kalau diartikan menjadi n ribu
watt dalam satu jamnya. Jika membeli sebuah kWh meter maka akan tercantum x
putaran per kWh, artinya untuk mencapai 1 kWh dibutuhkan putaran sebanyak x
kali putaran dalam setiap jamnya. Contohnya jika 1200 putaran per kWh, maka
harus ada 1200 putaran setiap jamnya untuk dikatakan sebesar satu kWh. Pada
umumnya setiap kWh meter mempunyai spesifikasi dari meteran listrik tersebut.
Konstanta kWh meter selalu diikuti satuan PUTARAN/ kWh atau PUT/ kWh.
Sebagai contoh adalah konstanta 1200 Put/ kWh. Maksudnya, untuk
menghasilkan angka 1 kWh di stand meter piringan kWh harus berputar sebanyak
1200 kali. Jumlah kWh itu secara kumulatif dihitung dan pada akhir bulan dicatat
oleh petugas, besarnya pemakaian lalu dikalikan dengan tarif dasar listrik atau
TDL ditambah dengan biaya abodemen dan pajak menghasilkan jumlah tagihan
yang harus dibayarkan setiap bulannya.
𝑊 = 𝑉. 𝐼𝑡 = 𝐼². 𝑅𝑡 ………………………………………………(2.3)
W = Energi yang digunakan berbanding lurus dengan Waktu, maka :
𝑊 = 𝑃. 𝑡 …………………………………………………………(2.4)
Jadi untuk menghitung besarnya energi listrik yang digunakan pada kWh meter
yaitu menggunakan formulasi sebagai berikut :

14
𝑛 = 𝐶𝑧 . 𝑃 ……………………………………………………….(2.5)
𝑃 = 𝑛⁄𝐶𝑧 ……………………………………………………….(2.6)
𝑊 = 𝑃. 𝑡 …………………………………………………….…...(2.7)
𝑛
𝑊= 𝑡 …………………………………………………….….(2.8)
𝐶𝑧
3600 𝑥 𝑛
𝑃 = ……………………………………………………..(2.9)
𝐶𝑧 𝑥 𝑡

Keterangan :

P = Daya listrik (watt)


3600 = Konversi jam ke detik
n = Putaran Piringan (put/detik)
Cz = Konstanta Meter (put/kWh)
W = Konsumsi Energi (kWh)
T = Waktu Putaran kWh meter (detik)

2.2.5.2. KWh Meter Digital


kWh meter digital merupakan kWh meter yang dirancang dengan
menggunakan komponen elektronik sebagai pemroses utama. kWh meter digital
dalam penggunaannya terdapat dua jenis yaitu pascabayar dan prabayar. Cara
kerja kWh meter digital pascabayar sama dengan kWh meter analog. Sedangkan
kWh meter digital prabayar dilengkapi dengan display informasi, keypad untuk
memasukkan angka kode token/Stroom atau perintah lainnya. Secara teknis
operasional sistem listrik prabayar dikenal ada 2 sistem yaitu sistem 1 (satu) arah
dan sistem 2 (dua) arah, perbedaan yang mendasar pada operasionalnya untuk
listrik prabayar 1 (satu) arah adalah komunikasi antara meter prabayar dengan
vending sistem adalah melalui media token berupa 20 digit angka yang
dimasukkan pada keypad kWh meter prabayar, sedangkan pada sistem 2 arah
komunikasi antara vending sistem dengan meter prabayar melalui media Smart
card/smart key yang di isi ulang melalui card charger kemudian dimasukkan pada
kWh meter prabayar.
15
Gambar 2. 3 kWh Meter Digital (Wahyudi Sarimun,2011)

Fitur Teknis kWh meter digital :


1. Satu fasa 2-kawat, yaitu 1 kawat fasa dan 1 kawat netral
2. Range voltage : 230V 50Hz atau 120V 60Hz
3. Range arus Imin = 10A dan Imax = 60A
Cara kerja kWh meter digital secara umum adalah dengan menghitung
secara digital jumlah penggunaan energi listrik pelanggan. Untuk mendeteksi atau
mengukur tegangan dan arus listrik digunakan sensor arus. Keluaran dari sensor
tersebut akan dikonversi menjadi data digital yang kemudian akan diolah pada
bagian mikrokontroler untuk menghasilkan harga atau jumlah pemakaian listrik
pelanggan yang kemudian akan ditampikan pada LCD. Selain ditampilkan pada
LCD, data juga disimpan pada memori. Data yang tersimpan pada memori tidak
hanya data dari kWh meter saja, tetapi juga nilai dari besaran pulsa. Besaran pulsa
didefinisikan dengan angka-angka tertentu sebagai kode voucher. Apabila kode
voucher yang dimasukkan itu benar, maka besar pulsa kWh akan bertambah dan
akan berkurang seiring dengan pemakaian daya PLN. Kode voucher dimasukkan
melalui keypad dan kode yang telah dimasukkan tidak dapat digunakan lagi. Data-

16
data ini tidak boleh hilang saat tidak ada supply, oleh karena itu diperlukan sebuah
mikrokontroler yang memiliki EEPROM internal. Relay digunakan untuk
memutuskan daya PLN bila pulsa prabayar habis.

2.2.6. Arus Listrik


Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan
yang mengalir dalam satuan waktu dengan simbol i, dengan kata lain arus adalah
muatan yang bergerak. Selama muatan tersebut bergerak maka akan muncul arus
tetapi ketika muatan tersebut diam maka arus pun akan hilang. Muatan akan
bergerak jika ada energi luar yang memepengaruhinya. Muatan adalah satuan
terkecil dari atom atau sub bagian dari atom. Dimana dalam teori atom modern
menyatakan bahwa atom terdiri dari partikel inti (proton bermuatan positif (+) dan
neutron bersifat neutral) yang dikelilingi oleh muatan elektron (-), normalnya
atom bermuatan neutral. Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan positif dan
muatan negatif. Arah arus searah dengan arah muatan positif (arah arus listrik)
atau berlawanan dengan arah aliran elektron. Suatu partikel dapat menjadi muatan
positif apabila kehilangan elektron dan menjadi muatan negatif apabila menerima
elektron dari partikel lain. Coulomb adalah unit dasar dari International System of
Units (SI) yang digunakan untuk mengukur muatan listrik.

Simbol : Q = muatan konstan, q = muatan tergantung satuan waktu dan


muatan 1 elektron = -1,6021 x 10-19 coulomb.
1 𝑐𝑜𝑢𝑙𝑜𝑚𝑏 = −6,24 𝑥 1018 𝑒𝑙𝑒𝑘𝑡𝑟𝑜𝑛 ………………………….(2.10)

2.2.6.1. Arus searah (Direct Current/DC)


Arus DC adalah arus yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap
satuan waktu, artinya jika ditinjau arus tersebut di mana pun dan pada waktu
berbeda akan mendapatkan nilai yang sama.

17
Gambar 2. 4 Grafik perubahan arus searah terhadap waktu (Diktat PLN,2016)

2.2.6.2. Arus bolak-balik (Alternating Current/AC)


Arus AC adalah arus yang mempunyai nilai yang berubah terhadap satuan
waktu dengan karakteristik akan selalu berulang untuk perioda waktu tertentu
(mempunyai perioda waktu : T).

Gambar 2. 5 Grafik perubahan arus bolak balik terhadap waktu (Diktat


PLN,2016)

2.2.7. Tegangan
Tegangan atau beda potensial adalah kerja yang dilakukan untuk
menggerakkan satu muatan (sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen

18
dari satu terminal/kutub ke terminal/kutub lainnya, atau pada kedua
terminal/kutub akan mempunyai beda potensial jika terjadi perubahan, baik itu
pergerakan atau pemindahan muatan sebesar satu Coulomb dari satu terminal ke
terminal lainnya. Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah
energi yang dikeluarkan, sehingga pengertian diatas dapat di persingkat bahwa
tegangan adalah energi persatuan muatan. Terminal/kutub (+) mempunyai
potensial lebih tinggi daripada potensial di terminal/kutub (-). Maka ada dua
istilah yang seringkali dipakai pada rangkaian listrik, yaitu:
a. Tegangan turun (voltage drop)
Jika dipandang dari potensial lebih tinggi ke potensial lebih rendah
dalam hal ini dari terminal A ke terminal B.
b. Tegangan naik (voltage rise)
Jika dipandang dari potensial lebih rendah ke potensial lebih tinggi
dalam hal ini dari terminal B ke terminal A.

2.2.8. Daya dan Energi Listrik


Daya yang diberikan kepada suatu alat diberikan oleh perkalian tegangan
sesaat yang melintasi alat tersebut dan arus sesaat yang melaluinya dapat dilihat
secara matematis.
𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼 atau.............................................................................. (2.11)
1 𝑤𝑎𝑡𝑡 = 1 𝑣𝑜𝑙𝑡 𝑥 1 𝑎𝑚𝑝𝑒𝑟𝑒
Keterangan :
P = daya (watt)
I = arus (ampere);
V = tegangan (volt)

Sedangkan untuk energi listrik adalah banyaknya energi yang terserap


(terpakai) oleh hambatan atau beban. Sebagai parameter adalah besarnya daya
terpakai terhadap waktu (joule = watt detik).
𝑊 = 𝑉 𝑥 𝐼 𝑥 𝑡 = 𝑃 𝑥 𝑡 ................................................................ (2.12)

19
Keterangan :
W = energi listrik (joule)
V = tegangan (volt)
I = arus (ampere)
t = waktu (detik)
P = daya (watt).

2.2.9. Segitiga Daya


2.2.9.1. Daya Aktif
Daya aktif adalah daya yang sebenarnya kita gunakan, energi ini akan
berubah menjadi energi lain misalnya energi panas, cahaya dll. Daya ini
dilambangkan dengan huruf P dengan satuan Watt, untuk beban resistif maka
faktor daya (cos φ) yang terjadi sama dengan 1. Rumus untuk menghitung daya
aktif ini adalah :
𝑃 = 𝑉. 𝐼. cos 𝜑 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃 = √3. 𝑉. 𝐼 cos 𝜑 (3 Fasa)…………...(2.13)
Keterangan :
P = Daya Aktif (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir (Ampere)
Cos φ = Faktor daya

2.2.9.2. Daya Reaktif


Daya Reaktif adalah daya yang digunakan untuk pembentukan medan
magnet pada beban yang memiliki karakteristik induktif, seperti motor, pompa,
lampu TL dll, daya ini memiliki simbol Q dengan satuannya Var (Volt Ampere
Reaktif) atau kVAR, biasnya beban ini akan menurunkan factor daya (cos φ)
kurang dari 1, daya reaktif ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

20
𝑄 = 𝑉. 𝐼. sin 𝜑 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 = √3. 𝑉. 𝐼 sin 𝜑 (3 Fasa) ……….….(2.14)
Keterangan :
Q = Daya Reaktif (Var)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir (Ampere)
Sin φ = Faktor daya

2.2.9.3. Daya Semu


Daya semu dilambangkan dengan simbol S dengan satuannya VA (Volt
Ampere). Daya ini terbentuk dari penjumlahan vektor daya aktif dan daya
reaktif. Hubungan dari tiga jenis daya ini dapat dilihat dari segitiga daya berikut:

𝑆 = √𝑃2 + 𝑄 2 , 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑆 = 𝑉. 𝐼 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆 = √3. 𝑉. 𝐼 ……….(2.15)


Keterangan :
S = Daya Semu (VA)
Q = Daya reaktif (Var)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir (Ampere)

2.2.9.4. Faktor Daya (Power Factor)


Faktor daya (pf) yang dilambangkan oleh cos φ adalah perbandingan yang
menyatakan besarnya daya nyata (P) di bandingkan daya semu (S) :
𝑃 [𝑤𝑎𝑡𝑡]
cos 𝜑 = ……………………………………………(2.16)
𝑆 [𝑉𝐴]

21
2.2.10. Kewajaran Konsumsi Energi Listrik
Kewajaran konsumsi energi listrik adalah tingkat kewajaran pada jam nyala
pelanggan, dimana jam nyala pelanggan merupakan rasio dari pemakaian energi
listrik pelanggan (kWh) dalam satu bulan dibagi dengan daya tersambung (kVa).
Dengan melakukan perhitungan jam nyala pelanggan maka akan diperoleh
kesimpulan sementara terkait besar atau kecilnya konsumsi energi listrik dari
pelanggan. Berikut ini merupakan contoh tabel kewajaran konsumsi energi listrik
pelanggan :

Tabel 2. 2 Contoh kewajaran konsumsi energi listrik pelanggan

2.2.11. Analisa Kewajaran Konsumsi Energi Listrik


Analisa kewajaran konsumsi energi listrik merupakan studi ketergantungan
atau hubungan korelasi antara jumlah energi listrik yang diproduksi dengan
jumlah energi listrik yang terjual. Dengan asumsi bahwa energi yang tidak terjual
tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya pencurian listrik atau kelainan pada
titik transaksi pengukuran yaitu alat pengukur dan pembatas. Dasar penentuan
kriteria kewajaran konsumsi energi listrik dapat dilihat pada tabel berikut :

22
Tabel 2. 3 Rekapitulasi target operasi pemeriksaan pelanggan

NO KRITERIA KETERANGAN
1 Pembelian Token Listrik - Lebih dari 3 bulan sejak menjadi pelanggan
tidak membeli token
- Lebih dari 3 bulan (sejak pembelian token
terakhir) tidak membeli token
2 Pemakaian minimum Kemungkinan terjadi anomali pada kWh meter
dibawah 40 Jam Nyala atau penyalahgunaan penggunaan listrik

Gambar 2. 6 Kategori kewajaran konsumsi energi listrik prabayar (Aplikasi


AP2T,2018)

Gambar 2. 7 Kategori kewajaran konsumsi energi listrik paskabayar (Aplikasi


AP2T,2018)

23
Gambar 2. 8 Skema analisa kewajaran konsumsi energi listrik (Data Pengusahaan
PLN,2018)

Data – data yang digunakan untuk melakukan kegiatan analisa dan evaluasi
kewajaran pemakaian energi listrik antara lain :
1. Data trend pemakaian energi listrik
2. Profil dan karakteristik pelanggan
3. Data usia alat ukur
4. Data pemeriksaan arus dan tegangan
5. Data pemeriksaan fisik alat ukur pada pelanggan

2.2.12. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL)


2.2.12.1. Pengertian P2TL
Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut P2TL adalah
rangkaian kegiatan meliputi perencanaan, pemeriksaan, tindakan teknis dan/atau

24
hukum dan penyelesaian yang dilakukan oleh PLN terhadap instalasi PLN
dan/atau instalasi Pemakai Tenaga Listrik dari PLN. Tujuan dari pelaksanaan
P2TL adalah sebagai berikut :

a. Menghindari bahaya listrik bagi masyarakat


b. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan calon pelanggan
c. Menekan susut atau efisiensi

2.2.12.2. Teknis Pemeriksaan P2TL


Dalam pelaksanaan pemeriksaan pada pelanggan, terdapat beberapa tahapan
yang harus di kerjakan meliputi :

1. Menetukan Target Operasi


2. Menyusun jadwal pemeriksaan
3. Melakukan Pemeriksaan pada Alat Pengukur dan Pembatas (APP)
a. Pemeriksaan visual dilakukan untuk memeriksa kondisi fisik meter
dan kondisi instalasi. Pemeriksaan meliputi nomor meter (ID
Meter), kondisi body meter, lampu indikator, segel (segel
metrologi dan segel PLN) dan instalasi / pengawatan dalam kondisi
baik
b. Melakukan uji akurasi meter dengan menggunakan alat uji akurasi
meter portable atau tang ampere (clamp on) dan stop watch untuk
memastikan akurasi pengukuran meter masih sesuai dengan
standar.
c. Melakukan pemeriksaan arus dan tegangan pada sambungan
masuk pelayanan sebelum dan sesudah Alat Pengukur dan
Pembatas (APP) secara bersamaan
d. Melakukan perbandingan hasil pengukuran arus dan tegangan pada
Alat Pengukur dan Pembatas (APP) dengan hasil pengukuran
menggunakan tang ampere (clamp on)

25
2.2.12.3. Jenis dan Golongan Pelanggaran dan Kelainan
Terdapat 4 (empat) golongan pelanggaran pemakaian tenaga listrik yaitu :

1. Pelanggaran golongan I (P I) merupakan pelanggaran yang


mempengaruhi batas daya tetapi tidak mempengaruhi pengukuran
energi. Termasuk P I yaitu apabila pada APP yang terpasang di
pelanggan di temukan 1 (satu) atau lebih fakta yang dapat
mempengaruhi batas daya tetapi tidak mempengaruhi pengukuran
energi sebagai berikut :
a. Alat pembatas hilang, rusak atau tidak sesuai aslinya
b. Kemampuan alat pembatas diatur menjadi lebih besar atau tidak
berfungsi
2. Pelanggaran golongan II (P II) merupakan pelanggaran yang
mempengaruhi pengukuran energi tetapi tidak mempengaruhi batas
daya. Termasuk P II yaitu apabila pada APP yang terpasang di
pelanggan di temukan 1 (satu) atau lebih fakta yang dapat
mempengaruhi pengukuran energi tetapi tidak mempengaruhi batas
daya sebagai berikut :
a. Segel tera dan/atau segel milik PLN pada alat pengukur dan/atau
perlengkapannya salah satu atau semuanya hilang/tidak lengkap
atau tidak sesuai dengan aslinya
b. Alat pengukur dan/atau perlengkapannya hilang atau tidak
sesuai aslinya
c. Alat pengukur dan/atau perlengkapannya tidak berfungsi
sebagaimana mestinya yaitu dengan mempengaruhi kerja
piringan alat pengukur, mempengaruhi kerja register, mengubah
pengawatan pada APP
3. Pelanggaran golongan III (P III) merupakan pelanggaran yang
mempengaruhi batas daya dan mempengaruhi pengukuran energi.
Termasuk P III yaitu apabila pada APP dan instalasi yang terpasang di
pelanggan di temukan 1 (satu) atau lebih fakta yang dapat

26
mempengaruhi pengukuran batas daya dan mempengaruhi pengukuran
energi sebagai berikut :
a. Pelanggaran yang merupakan gabungan pada P I dan P II
b. Menyambung langsung dari instalasi PLN sebelum APP
4. Pelanggaran golongan IV (P IV) merupakan pelanggaran yang
dilakukan oleh bukan pelanggan yang menggunakan tenaga listrik tanpa
alas hak yang sah. Termasuk pelanggaran P IV antara lain :
a. Menyambung langsung dari Jaringan Tenaga Listrik ke instalasi
milik pelanggan
b. Pelanggan yang tidak sesuai anatara identitas pelanggan (ID
Pel) dengan kode kedudukan akibat APP dipindahkan tanpa ijin
PLN
5. Ketidaksesuaian rekening Kategori I (K-I) yaitu apabila terjadi
ketidaksesuain parameter yang menyebabkan kelebihan maupun
kekurangan tagih pada pelanggan
6. Ketidaksesuaian rekening Kategori II (K-II) yaitu apabila terjadi
ketidaksesuaian pada APP dan/atau perlengkapan APP sehingga
menyebabkan kelebihan maupun kekurangan tagih
7. Ketidaksesuaian rekening Kategori III (K-III) yaitu apabila terjadi
ketidaksesuaian pada APP dan/atau perlengkapan APP karena kondisi
alam

2.2.13. Perhitungan Energi Listrik Kedapatan


Energi listrik yang tidak terjual akibat adanya pelanggaran atau kelainan
pada alat pengukur dan pembatas di hitung berdasarkan peraturan direksi PT PLN
(Persero) No.088-Z.P/DIR/2016 tentang Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik
(P2TL) dengan perhitungan sebagai berikut :

1. Pelanggaran Golongan I (P I) :
TS1 = 6 x {2 x Daya Tersambung (kVA)} x Biaya Beban (Rp/kVA)
2. Pelanggaran Golongan I (P II) :
TS2 = 9 x 720 jam x Daya Tersambung x 0,85 x harga per kWh
27
3. Pelanggaran Golongan I (P III) : TS3 = TS1 + TS2
4. Pelanggaran Golongan I (P IV) :
a. Untuk daya kedapatan sampai dengan 900 VA
TS4 = {(9 x (2 x (daya kedapatn (kVA)) x Biaya Beban (Rp/kVA)))} +
{(9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA)) x 0,85 x tarif tertinggi
b. Untuk daya kedapatan lebih besar dari 900 VA
TS4 = {(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatn (kVA)) x Tarif tertinggi )}
+ {(9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA)) x 0,85 x tarif tertinggi
Berdasarkan perhitungan menggunakan formula tersebut pada Aplikasi
Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di dapat jumlah energi
kedapatan sebesar 844.453 kWh selama kurun waktu pemeriksaan
Februari – April 2019. Energi kedapatan tersebut dapat menambah
peningkatan energi listrik yang terjual sehingga dapat menurunkan
susut non teknis.

28

Anda mungkin juga menyukai