7
tingkat kepuasan pelanggan dalam menggunakan meter prabayar.
Selain itu ada penelitian yang dilakukan oleh Agustina, E. (2017) yang
meneliti tentang penurunan susut non teknis pada jaringan distribusi
menggunakan sistem AMR (Automatic Meter Reading ). Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan identifikasi terhadap
kelainan – kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya susut antara lain arus,
tegangan dan kesalahan pada saat pengawatan.
Metode penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
melakukan analisis kewajaran pemakaian energi listrik pelanggan pada titik
transaksi pengukuran melalui monitoring arus, tegangan dan faktor daya sehingga
dapat diketahui konsumsi pemakaian energi listrik pada pelanggan dalam periode
waktu tertentu. Batas waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini
adalah dari Triwulan I 2018 sampai dengan Triwulan IV 2018. Hal ini diambil
karena untuk kemudahan perbandingan perhitungan susut non teknis sebelum dan
sesudah dilakukannya analisa kewajaran pemakaian energi listrik untuk
menemukan potensi energi listrik yang hilang akibat pencurian dan kelainan pada
titik transaksi pengukuran. Beberapa metode inilah yang membedakan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
8
2.2.2. Susut (losses)
Di dalam sistem distribusi tenaga listrik terdapat faktor yang dinamakan
susut (losses) yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
431/KMK.06/2002 didefinisikan sebagai suatu bentuk kehilangan energi listrik
yang berasal dari selisih sejumlah energi listrik yang dibeli dengan sejumlah
energi listrik yang terjual atau jumlah energi yang hilang atau menyusut, terjadi
karena sebab-sebab teknik maupun non teknik pada waktu penyediaan dan
penyaluran energi.
Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 217-1.JK/DIR/2005
tentang Pedoman Penyusunan Laporan Neraca Energi (kWh), Jenis Susut (losses)
energi listrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Berdasarkan sifatnya :
1. Susut teknis, yaitu hilangnya energi listrik pada saat penyaluran
mulai dari pembangkit hingga ke pelanggan karena berubah
menjadi panas. Susut teknis ini tidak dapat dihilangkan karena
merupakan kondisi bawaan atau susut yang terjadi karena alasan
teknik dimana energi menyusut berubah menjadi panas pada
jaringan
2. Susut non teknis, yaitu hilangnya energi listrik yang dikonsumsi
pelanggan maupun non pelanggan karena tidak tercatat dalam
penjualan.
b. Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Susut transmisi yaitu hilangnya energi listrik yang dibangkitkan
pada saat disalurkan melalui jaringan transmisi ke gardu induk atau
susut teknik yang terjadi pada jaringan transmisi yang meliputi
susut pada jaringan Tegangan Tinggi (JTT) dan pada Gardu Induk
(GI)
2. Susut Distribusi yaitu hilangnya energi listrik yang didistribusikan
dari gardu induk melalui jaringan distribusi ke pelanggan atau susut
teknik dan non teknik yang terjadi pada jaringan distribusi yang
meliputi susut pada Jaringan menengah (JTM) Gardu Distribusi
9
(GD) Jaringan Tengangan Rendah (JTR), Sambungan Rumah (SR)
serta Alat Pembatas dan Pengukur (APP) pada pelanggan TT, TM
dan TR.
NO URAIAN HASIL
10
2.2.4. Alat Pembatas dan Pengukur
Pembatasan yang dimaksud adalah menentukan pembatas pemakaian daya
sesuai daya tersambung guna mengamankan alat ukur juga jaringan yang
terhubung, pembatas sendiri mempunyai kegunaan dan jenisnya sendiri sesuai
dengan arus beban yang terhubung, yang termasuk pembatas diantaranya : MCB,
MCCB, NFB, Fuse , OCR + PMT.
Keterangan :
S = daya terpasang ………………. VA
E = tegangan nominal …………… Volt
11
(MCB), Beberapa komponen tersebut, khususnya meter energi dipasang dalam
suatu kotak, yang dinamakan kotak APP
Gambar 2.1 merupakan gambar dari kWh meter analog salah satu salah satu
kWh meter yang biasa dipakai pada tarif listrik reguler/pascabayar. Bagian utama
dari sebuah kWh meter analog adalah kumparan tegangan koil yang diameternya
tipis, kumparan arus koil yang diameternya tebal, piringan aluminium, dan
magnet tetap. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet
dimana medan magnet tersebut menggerakkan piringan yang terbuat dari
aluminium kemudian magnet tetap yang tugasnya menetralkan piringan
aluminium dari induksi medan magnet yang memutarkan piringan alumunium dan
gear mekanik yang mencatat jumlah perputaran piringan aluminium. Putaran
12
piringan tersebut akan menggerakkan counter digit sebagai tampilan jumlah kWh.
Besar tagihan listrik berdasarkan pada angka-angka yang tertera pada kWh meter
setiap bulannya. Konstruksi dari kWh meter analog dapat digambarkan pada
gambar 2.2.
13
Medan magnet memutar piringan alumunium, arus listrik yang melalui
kumparan arus mengalir sesuai dengan perubahan arus terhadap waktu. Hal ini
menimbulkan adanya medan di permukaan kawat tembaga pada koil kumparan
arus. Kumparan tegangan membantu mengarahkan medan magnet agar menerpa
permukaan alumunium sehingga terjadi suatu gesekan antara piringan alumunium
dengan medan magnet disekelilingnya. Dengan demikian maka piringan tersebut
mulai berputar dan kecepatan putarnya dipengaruhi oleh besar kecilnya arus listrik
yang melalui kumparan arus. Koneksi kWh meter dimana ada empat buah
terminal koneksi dari kWh meter yang terdiri dari dua buah terminal masukan dari
jala-jala listrik PLN dan dua buah terminal keluaran yang akan menyuplai tenaga
listrik ke rumah. Dua terminal masukan di hubungkan ke kumparan tegangan
secara paralel dan antara terminal masukan dan keluaran di hubungkan ke
kumparan arus.
kWh meter berarti kilo watt hour meter dan kalau diartikan menjadi n ribu
watt dalam satu jamnya. Jika membeli sebuah kWh meter maka akan tercantum x
putaran per kWh, artinya untuk mencapai 1 kWh dibutuhkan putaran sebanyak x
kali putaran dalam setiap jamnya. Contohnya jika 1200 putaran per kWh, maka
harus ada 1200 putaran setiap jamnya untuk dikatakan sebesar satu kWh. Pada
umumnya setiap kWh meter mempunyai spesifikasi dari meteran listrik tersebut.
Konstanta kWh meter selalu diikuti satuan PUTARAN/ kWh atau PUT/ kWh.
Sebagai contoh adalah konstanta 1200 Put/ kWh. Maksudnya, untuk
menghasilkan angka 1 kWh di stand meter piringan kWh harus berputar sebanyak
1200 kali. Jumlah kWh itu secara kumulatif dihitung dan pada akhir bulan dicatat
oleh petugas, besarnya pemakaian lalu dikalikan dengan tarif dasar listrik atau
TDL ditambah dengan biaya abodemen dan pajak menghasilkan jumlah tagihan
yang harus dibayarkan setiap bulannya.
𝑊 = 𝑉. 𝐼𝑡 = 𝐼². 𝑅𝑡 ………………………………………………(2.3)
W = Energi yang digunakan berbanding lurus dengan Waktu, maka :
𝑊 = 𝑃. 𝑡 …………………………………………………………(2.4)
Jadi untuk menghitung besarnya energi listrik yang digunakan pada kWh meter
yaitu menggunakan formulasi sebagai berikut :
14
𝑛 = 𝐶𝑧 . 𝑃 ……………………………………………………….(2.5)
𝑃 = 𝑛⁄𝐶𝑧 ……………………………………………………….(2.6)
𝑊 = 𝑃. 𝑡 …………………………………………………….…...(2.7)
𝑛
𝑊= 𝑡 …………………………………………………….….(2.8)
𝐶𝑧
3600 𝑥 𝑛
𝑃 = ……………………………………………………..(2.9)
𝐶𝑧 𝑥 𝑡
Keterangan :
16
data ini tidak boleh hilang saat tidak ada supply, oleh karena itu diperlukan sebuah
mikrokontroler yang memiliki EEPROM internal. Relay digunakan untuk
memutuskan daya PLN bila pulsa prabayar habis.
17
Gambar 2. 4 Grafik perubahan arus searah terhadap waktu (Diktat PLN,2016)
2.2.7. Tegangan
Tegangan atau beda potensial adalah kerja yang dilakukan untuk
menggerakkan satu muatan (sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen
18
dari satu terminal/kutub ke terminal/kutub lainnya, atau pada kedua
terminal/kutub akan mempunyai beda potensial jika terjadi perubahan, baik itu
pergerakan atau pemindahan muatan sebesar satu Coulomb dari satu terminal ke
terminal lainnya. Keterkaitan antara kerja yang dilakukan sebenarnya adalah
energi yang dikeluarkan, sehingga pengertian diatas dapat di persingkat bahwa
tegangan adalah energi persatuan muatan. Terminal/kutub (+) mempunyai
potensial lebih tinggi daripada potensial di terminal/kutub (-). Maka ada dua
istilah yang seringkali dipakai pada rangkaian listrik, yaitu:
a. Tegangan turun (voltage drop)
Jika dipandang dari potensial lebih tinggi ke potensial lebih rendah
dalam hal ini dari terminal A ke terminal B.
b. Tegangan naik (voltage rise)
Jika dipandang dari potensial lebih rendah ke potensial lebih tinggi
dalam hal ini dari terminal B ke terminal A.
19
Keterangan :
W = energi listrik (joule)
V = tegangan (volt)
I = arus (ampere)
t = waktu (detik)
P = daya (watt).
20
𝑄 = 𝑉. 𝐼. sin 𝜑 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑄 = √3. 𝑉. 𝐼 sin 𝜑 (3 Fasa) ……….….(2.14)
Keterangan :
Q = Daya Reaktif (Var)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir (Ampere)
Sin φ = Faktor daya
21
2.2.10. Kewajaran Konsumsi Energi Listrik
Kewajaran konsumsi energi listrik adalah tingkat kewajaran pada jam nyala
pelanggan, dimana jam nyala pelanggan merupakan rasio dari pemakaian energi
listrik pelanggan (kWh) dalam satu bulan dibagi dengan daya tersambung (kVa).
Dengan melakukan perhitungan jam nyala pelanggan maka akan diperoleh
kesimpulan sementara terkait besar atau kecilnya konsumsi energi listrik dari
pelanggan. Berikut ini merupakan contoh tabel kewajaran konsumsi energi listrik
pelanggan :
22
Tabel 2. 3 Rekapitulasi target operasi pemeriksaan pelanggan
NO KRITERIA KETERANGAN
1 Pembelian Token Listrik - Lebih dari 3 bulan sejak menjadi pelanggan
tidak membeli token
- Lebih dari 3 bulan (sejak pembelian token
terakhir) tidak membeli token
2 Pemakaian minimum Kemungkinan terjadi anomali pada kWh meter
dibawah 40 Jam Nyala atau penyalahgunaan penggunaan listrik
23
Gambar 2. 8 Skema analisa kewajaran konsumsi energi listrik (Data Pengusahaan
PLN,2018)
Data – data yang digunakan untuk melakukan kegiatan analisa dan evaluasi
kewajaran pemakaian energi listrik antara lain :
1. Data trend pemakaian energi listrik
2. Profil dan karakteristik pelanggan
3. Data usia alat ukur
4. Data pemeriksaan arus dan tegangan
5. Data pemeriksaan fisik alat ukur pada pelanggan
24
hukum dan penyelesaian yang dilakukan oleh PLN terhadap instalasi PLN
dan/atau instalasi Pemakai Tenaga Listrik dari PLN. Tujuan dari pelaksanaan
P2TL adalah sebagai berikut :
25
2.2.12.3. Jenis dan Golongan Pelanggaran dan Kelainan
Terdapat 4 (empat) golongan pelanggaran pemakaian tenaga listrik yaitu :
26
mempengaruhi pengukuran batas daya dan mempengaruhi pengukuran
energi sebagai berikut :
a. Pelanggaran yang merupakan gabungan pada P I dan P II
b. Menyambung langsung dari instalasi PLN sebelum APP
4. Pelanggaran golongan IV (P IV) merupakan pelanggaran yang
dilakukan oleh bukan pelanggan yang menggunakan tenaga listrik tanpa
alas hak yang sah. Termasuk pelanggaran P IV antara lain :
a. Menyambung langsung dari Jaringan Tenaga Listrik ke instalasi
milik pelanggan
b. Pelanggan yang tidak sesuai anatara identitas pelanggan (ID
Pel) dengan kode kedudukan akibat APP dipindahkan tanpa ijin
PLN
5. Ketidaksesuaian rekening Kategori I (K-I) yaitu apabila terjadi
ketidaksesuain parameter yang menyebabkan kelebihan maupun
kekurangan tagih pada pelanggan
6. Ketidaksesuaian rekening Kategori II (K-II) yaitu apabila terjadi
ketidaksesuaian pada APP dan/atau perlengkapan APP sehingga
menyebabkan kelebihan maupun kekurangan tagih
7. Ketidaksesuaian rekening Kategori III (K-III) yaitu apabila terjadi
ketidaksesuaian pada APP dan/atau perlengkapan APP karena kondisi
alam
1. Pelanggaran Golongan I (P I) :
TS1 = 6 x {2 x Daya Tersambung (kVA)} x Biaya Beban (Rp/kVA)
2. Pelanggaran Golongan I (P II) :
TS2 = 9 x 720 jam x Daya Tersambung x 0,85 x harga per kWh
27
3. Pelanggaran Golongan I (P III) : TS3 = TS1 + TS2
4. Pelanggaran Golongan I (P IV) :
a. Untuk daya kedapatan sampai dengan 900 VA
TS4 = {(9 x (2 x (daya kedapatn (kVA)) x Biaya Beban (Rp/kVA)))} +
{(9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA)) x 0,85 x tarif tertinggi
b. Untuk daya kedapatan lebih besar dari 900 VA
TS4 = {(9 x (2 x 40 jam nyala x (daya kedapatn (kVA)) x Tarif tertinggi )}
+ {(9 x 720 jam x (daya kedapatan (kVA)) x 0,85 x tarif tertinggi
Berdasarkan perhitungan menggunakan formula tersebut pada Aplikasi
Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) di dapat jumlah energi
kedapatan sebesar 844.453 kWh selama kurun waktu pemeriksaan
Februari – April 2019. Energi kedapatan tersebut dapat menambah
peningkatan energi listrik yang terjual sehingga dapat menurunkan
susut non teknis.
28