Anda di halaman 1dari 22

3.

Sebutkan dan berikan penjelasan mengenai peran pihak yang


terlibat dalam berbagai jenis seminar!
PETUGAS FUNGSI
SEMINAR
Pembawa acara  Mengumumkan bahwa seminar akan dimulai dan
mempersilahkan para hadirin untuk menempati tempat duduk
yang telah disediakan.
 Membacakan susunan acara dan mempersilakan penanggung
jawab seminar untuk menyampaikan sambutan atau
laporannya.
 Jika seminar akan dibuka oleh seseorang tertentu (misalnya
keynote speaker), maka Pembawa Acara mempersilakan
kepada yang bersangkutan untuk membuka seminar (dan
juga nantinya pada waktu penutupan).
 Menyampaikan pengumuman-pengumuman atau informasi
yag perlu diketahui oleh hadirin, misalnya lokasi tempat
ibadah, kamar kecil, dan sebagainya.
 Mempersilakan Moderator, Pemakalah, Pembanding, dan
Notulis untuk menempati tempat duduk mereka pada waktu
acara suatu sesi akan dimulai.
 Membacakan bio data atau CV singkat Moderator pada saat
Moderator akan memimpin jalannya seminar.
 Menyerahkan acara sepenuhnya kepada Moderator sampai
selesainya satu sesi.

Moderator  Menaiki panggung bersama Pemakalah dan Pembanding


(kalau ada) begitu dipersilakan oleh Pembawa Acara dan
dilanjutkan dengan pembacaan CV Moderator oleh Pembawa
Acara.
 Memperkenalkan diri dan mengucapkan salam serta
memberikan sedikit ulasan pengantar materi dan hal-hal apa
saja yang diharapkan dari peserta seminar.
 Membacakan tata tertib seminar.
 Memperkenalkan dan membacakan biodata atau Curriculum
Vitae Pemakalah/Pembanding.
 Mengatur waktu dan arus tanya jawab Peserta dengan
Pemakalah.
 Meluruskan pembicaraan pada saat terjadi diskusi jika
sekiranya hal itu ke luar dari konteks.
 Memberitahukan Pemakalah mengenai sisa waktu yang
tersedia (misalnya dengan menggunakan secarik kertas kecil
yang bertuliskan, misalnya “Waktu Anda Tinggal 5 Menit
Lagi”.
 Mengingatkan Pemakalah dan /atau Peserta jika terlihat ada
kecenderungan merugikan jalannya seminar, misalnya
meminta memerhatikan waktu, mempersingkat pertanyaan.
 Membuat dan membacakan kesimpulan sementara hasil
diskusi.

Notulis  Notulis berfungsi merekam jalannya seminar dan diskusi


secara tertulis dan Notulis juga harus siap memberikan
informasi kepada Moderator.
 Notulis juga mencatat semua butir pertanyaan yang penting
dari semua Pembicaraan, mencatat nama-nama Peserta yang
berbicara dan butir-butir pembicaraan maupun pertanyaan
peserta dan jawaban Pemekalah atau Pembanding. Hasil
tulisan dari Notulis disebut Notulen, yang merupakan bagian
dokumen dari suatu seminar.

Pengamat  Sesuai dengan namanya, maka seseorang pengamat hanya


bertugas mengamati jalannya seminar termasuk diskusi kalau
ada.
 Pada kesempatan lain sangat dibutuhkan seorang pengamat
mengambil bagian untuk tampil, misalnya pada saat ada
sesuatu yang tidak terpecahkan atau menemui jalan butuh
(stagnant).

Pemakalah  Pemakalah juga sering disebut sebagai Penceramah, hal ini


dikarenakan Pemakalah adalah orang yang membuat atau
menyiapkan sebuah makalah dan sekaligus memaparkannya
dalam bentuk ceramah di depan peserta seminar.
 Kata lain untuk Pemakalh adalah Pembicara (Speaker),
Panelis (Panelist), Narasumber atau Pemrasaran (orang yang
memberikan saran).
 Tugas Pemakalah adalah menyajikan makalah yang
dibuatnya serta menjawab dari peserta seminar tentang
materi yang disampaikan melalui Moderator.

Penyanggah  Tugas Pembanding adalah menyampaikan penjelasan atau


tanggapan terhadap makalah Pemakalah Utama dan
menjawab pertanyaan dari peserta tentang materi yang
disampaikan.Pembanding kadang-kadang juga disebut
Penyanggah, karena dia bisa menyanggah pendapat atau
materi dari Pemakalah Utama.

Audience  Audience merupakan salah satu pihak yang harus ada dalam
setiap acara seminar. Audience biasanya berperan sebagai
orang yang mendengar dan memberikan tanggapan (berupa
kritik, saran, atau pun komentar) terhadap apa yang
disampaikan oleh penyaji. Dalam memberikan tanggapan,
audience harus mengikuti peraturan dan juga panduan yang
diberikan oleh moderator.

Tim Perumus Dalam sebuah seminar, adakalanya di bentuk suatu Tim Perumus
yang bekerja pada akhir seminar. Tim Perumus biasanya diketuai
oleh Moderator atau peserta yang dianggap sangat berpengalaman
untuk bersama-sama merumuskan hasil seminar. Tim Perumus harus
bekerja ekstra cepat, karena hasil rumusan mereka akan segera
dibacakan pada saat penutupan seminar dan kalau mungkin, hasil
rumusan yang sudah dicetak dapat dibagikan kepada peserta seminar
bersama-sama dengan pembagian sertifikat kepesertaan seminar.

4. Jelaskan tujuan mata kuliah Seminar bagi mahasiswa, bagaimana


susunan proses seminarnya dan lengkapi dengan penjelasan siapa saja
pihak yang terlibat!

Tujuan Mata kuliah Seminar:


Mata kuliah seminar dimaksudkan untuk memberikan bekal mahasiswa untuk dapat
mengemukakan pendapat dan menyelesaikan masalah akademik secara ilmiah, dan
menguasai teknik penyelenggaraan seminar sebagai suatu bentuk pertemuan ilmiah.

Susunan Proses Seminar:

1) Pembukaan
Acara seminar akan dibuka oleh moderator selaku pembawa acara. Pembukaan
dapat berisi kalimat sapa dan salam.
2) Presentasi
Setelah sesi pembuka, selanjutnya adalah presentasi proposal yang akan
dilakukan oleh pemateri. Disini pemateri akan membacakan slide ppt sebanyak 5-
10 halaman.
3) Tanya jawab
Setelah penyampaian materi selesai, moderator akan membuka sesi tanya jawab.
Disini audiance berhak bertanya kepada pemateri tentang hasil dari seminar
proposalnya. Kemudian setiap pertanyaan dari audiance akan dicatat oleh
nutulen.
4) Kritik dan saran
Setelah menutup sesi tanya jawab. Selanjutnya moderator akan memberikan
kesempatan kepada dosen pembimbing dan dosen penguji untuk memberikan
kritikan dan saran yang membangun kepada pemateri.
5) Kesimpulan
Selanjutnya, notulen akan menyimpulkan kegiatan seminar porosal.
6) Penutup
Selanjutnya adalah penutupan. Penutupan dilakukan oleh moderator. Dengan
adanya penutupan, maka berakhirlah sudah rangkaian acara pada seminar proosal.

5. Bagaimana membuat proposal dan berikan penjelasan secara rinci!


Cara membuat proposal diawali dengan adanya suatu permasahalan yang
nantinya akan di bahas di dalam proposal tersebut. Penulisan karya ilmiah ini terdiri
dari 3 bab. Yaitu Bab I pendahuluan. Bab II Kajian teoritis dan Bab III Metodologi
penelitian. Dimana tiap bab nya akan membahas hal yang berbeda, dengan penjelasan
sebgai berikut.
3.1 Bagian Awal
Bagian awal mencakup sampul depan (cover), lembar judul, lembar
pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar
lampiran.
3.1.1. Sampul depan
Sampul depan memuat judul proposal, lambang Universitas
Airlangga, nama mahasiswa, nama fakultas tempat penyusunan
proposal, serta tahun penilaian proposal, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Judul proposal harus memenuhi kriteria singkat, jelas, dan
menunjukkan masalah yang diteliti, serta tidak membuka
peluang penafsiran yang beragam. Di atas judul ditulis kata
PROPOSAL.
b. Lambang Universitas dengan diameter 6 cm.
c. Nama mahasiswa harus ditulis lengkap (tanpa nomor
mahasiswa).
d. Nama fakultas mencakup nama program studi, departemen,
Fakultas, Universitas, yang disusun urut ke bawah.
e. Tahun yang dimaksud adalah tahun pelaksanaan penilaian
Proposal.
f. Sampul depan Proposal harus terbuat dari kertas bufallo,
berwarna coklat muda, dengan ukuran sama dengan naskah
Proposal (kertas ukuran A-4).
g. Semua huruf pada sampul depan ditulis dengan huruf besar,
Times New Roman, ukuran 14, dan dicetak tebal.

3.1.2. Lembar judul


Lembar judul sama seperti sampul depan, namun
menggunakan kertas HVS ukuran A-4, warna putih.

3.1.3. Lembar pengesahan


Lembar pengesahan memuat tulisan LEMBAR
PENGESAHAN PROPOSAL, judul Proposal, nama penyusun, nomor
induk mahasiswa, nama pembimbing, tanggal penilaian, kolom
persetujuan untuk dosen pembimbing I dan II, serta kolom pengesahan
untuk Ketua Program Studi dan Ketua Departemen.

3.1.4. Kata pengantar


Kata pengantar memuat uraian singkat mengenai maksud
penyusunan Proposal, dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang berjasa pada keberhasilan penyusunan Proposal. Kata pengantar
tidak memuat hal-hal yang ilmiah. Di pojok kanan bawah paragraf kata
pengantar ini ditulis kata Surabaya (bulan, tahun) dan nama penyusun.

3.1.5. Daftar isi


Daftar isi memberi informasi secara menyeluruh mengenai isi
Proposal, mulai dari lembar judul hingga lampiran. Daftar isi
dilengkapi dengan nomor halaman untuk menemukan hal-hal yang
diinformasikan.

3.1.6. Daftar tabel


Daftar tabel memuat urutan tabel yang terdapat dalam naskah
Proposal. Urutan tabel dibuat dengan angka Arab dalam kaitan dengan
urutan bab, sub-bab dalam bagian utama. Setelah nomor tabel
kemudian ditulis judul tabel, dan halaman tabel dalam naskah
proposal.

3.1.7. Daftar gambar


Daftar gambar memuat urutan gambar (grafik, diagram, peta,
dan lain-lain yang termasuk kategori gambar) yang terdapat dalam
naskah Proposal. Cara penulisan daftar gambar sama seperti daftar
tabel.
3.1.8. Daftar lampiran
Daftar lampiran memuat urutan lampiran yang terdapat dalam
naskah Proposal. Setelah nomor urut lampiran kemudian ditulis
lampiran. Daftar Lampiran tidak mencantumkan nomor halaman.

3.2. Bagian Utama


Bagian utama memuat:
3.2.1. Pendahuluan
Pendahuluan memuat: latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, hipotesis (bila ada), tujuan, dan manfaat penelitian. a) Latar
belakang permasalahan memuat alasan-alasan penting dan perlunya
meneliti masalah. Pada latar belakang permasalahan juga dijelaskan
kedudukan masalah yang diteliti dalam lingkup permasalahan yang
lebih luas. b) Rumusan masalah memuat pernyataan singkat tentang
masalah yang diteliti, batasan masalah yang diteliti, yang dapat disusun
dalam kalimat pertanyaan. c) Hipotesis (bila ada) memuat pernyataan
singkat sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi
yang masih harus dibuktikan kebenarannya. d) Tujuan penelitian
memuat sasaran yang akan diperoleh dalam penelitian. e) Manfaat
penelitian memuat manfaat yang akan diperoleh dari penelitian, baik
untuk pengembangan ilmu, teknologi, metodologi, atau pembangunan
nasional.
3.2.2. Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka memuat uraian mengenai landasan teori dan
landasan empiris yang mendukung pendekatan pemecahan masalah.
Tingkat kedalaman dan keluasan aspek-aspek yang diteliti, tergantung
pada ketajaman analisis permasalahan. Selain teori, hasil-hasil
penelitian lain yang relevan, dapat juga disajikan dengan menyebutkan
sumber referensinya.
3.2.3. Metode penelitian
Metode penelitian memuat tempat dan waktu penelitian, bahan
dan alat penelitian, jenis dan variabel penelitian, cara kerja atau cara
pengumpulan data, dan cara analisis data. a) Tempat dan waktu,
memuat tempat pelaksanaan penelitian, baik penelitian yang
dilaksanakan di laboratorium atau di lapangan (dijelaskan wilayah
administratifnya). Kalau perlu diberi deskripsi singkat mengenai lokasi
penelitian beserta petanya. Waktu artinya waktu pelaksanaan
penelitian. b) Bahan dan alat, memuat uraian bahan dan alat yang
digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Misalnya, bahan: kimia,
hayati, atau bahan-bahan lain yang digunakan, dapat pula dijelaskan
spesifikasinya. Demikian juga alat yang digunakan dapat dijelaskan
tingkat kehandalan, kesahihan, dan ketelitiannya. Untuk penelitian
yang menggunakan hewan, tumbuhan, dan mikroba harus disertai nama
ilmiahnya. c) Cara kerja, memuat uraian rinci mengenai urutan
pelaksanaan penelitian, mulai dari persiapan hingga pengujiannya,
termasuk prosedur analisis kimia, fisika, dan hayati. Untuk penelitan
eksperimental dapat dikemukakan jenis rancangan percobaan, jumlah
perlakuan, dan replikasinya. Variabel penelitian memuat
variabel/parameter yang diamati dan diukur, termasuk variabel yang
dikendalikan. Di samping jenis-jenis data penelitian (nominal, ordinal,
interval dan rasio) dapat pula dijelaskan satuan pengukurannya. d) Cara
analisis data memuat cara-cara pendekatan pengujian hipotesis (jika
ada), baik melalui analisis statistik deskriptif, inferensi, atau cara
analisis lainnya. e) Untuk proposal yang tidak dapat menggunakan
aturan tersebut di atas, maka diatur oleh program studi masing-masing.

3.3. Bagian Akhir


Bagian akhir memuat jadwal pelaksanaan penelitian, anggaran, daftar
pustaka dan lampiran.
3.3.1. Jadwal pelaksanaan penelitian
Memuat perkiraan lamanya persiapan dan pelaksanaan penelitian
dalam penyusunan skripsi.
3.3.2. Daftar pustaka
Daftar pustaka, disusun secara vertikal menurut urutan abjad dan
secara horizontal.
3.3.3. Lampiran
Lampiran-lampiran diberi nomor dengan angka Arab, tanpa nomor
halaman.
6. Sebutkan gejala permasalahan pada proposal anda dan rumuskan masalahnya!
Gejala permasalahan dari proposal saya yang berjudul Meningkatkan Kompetensi
Belajar Membuat Pola Melalui Model Active Learning Tipe Small Group Work
Berbantuan Jobsheet Di SMK N 1 Stabat adalah :
o Penggunaan model pembelajaran tutor sebaya yang belum maksimal dan
masih kurang efektif dan efisien dalam mengembangkan keaktifan dan
kemandirian anak karena belum diterapkan dengan baik dan sesuai dengan
prosedur.
o Siswa kurang aktif dalam pembelajaran, karena siswa masih terlalu tergantung
dengan tutor atau guru dalam mengerjakan tugas yang diberikan, jarang
bertanya pada guru apabila mengalami kesulitan sedangkan tutor yang dipilih
tidak semuanya mampu menjelaskan dengan baik atau hanya menjelaskan
seadanya, siswa tidak berusaha untuk memahami materi yang diajarkan
sehingga apabila diberi materi, siswa masih merasa kesulitan.
o Kurangnya motivasi belajar siswa untuk memahami materi membuat pola
yaitu siswa masih bermalah-malasan dan menunda-nunda untuk mengerjakan
tugas yang diberikan sehingga tugas yang dikerjakan asal jadi saja.
o Guru belum memanfaatkan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan,
sehingga ketertarikan siswa menjadi kurang dalam pembelajaran.
Rumusan masalah:
o Bagaimanakah pelaksanaan model active learning tipe small group work
dengan berbantuan jobsheet pada proses belajar membuat pola di SMK N 1
Stabat?
o Bagaimanakah peningkatan kompetensi membuat pola di SMK N 1 Stabat
melalui model active learning tipe small group work dengan berbantuan
jobsheet?
7. Jelaskan kerangka berfikirnya, hipotesis dan tinjauan Pustaka!

KERANGKA BERFIKIR
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di SMK Negeri 1 Stabat
terdapat beberapa permasalahan yang timbul pada kompetensi membuat pola busana
anak dengan teknik konstruksi, diantaranya adalah kurangnya motivasi belajar siswa,
kondisi lingkungan belajar yang kurang kondusif, ketidakaktifan siswa, selain itu
adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
ajar adalah model tutor sebaya, model ini masih dirasa kurang menyeluruh dalam
menyampaikan isi pesan pelajaran karena belum diterapkan secara maksimal dimana
guru hanya milih tutor berdasarkan kepandaian siswa, padahal siswa yang pandai
belum tentu dapat menjelaskan materi dengan baik kepada siswa yang lainnya dan
siswa yang ditutor belum tentu memahami. Dalam pembelajaran ini guru juga tidak
menjelaskan terlebih dahulu didepan kelas. Hal ini diikuti pula dengan kompetensi
belajar siswa yang belum dapat dicapai secara maksimal.Oleh karena itu untuk
meningkatkan kompetensi belajar siswa Kelas XI Busana Butik di SMK Negeri 1
Stabat pada mata diklat busana anak, dibuat rancangan penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan model pembelajaran active learning tipe small group work
berbantuan jobsheet.

HIPOTESIS TINDAKAN
 Model Active Learning Tipe Small Group Work berbantuan media Jobsheet dapat
berjalan sesuai perencanaan dengan langkah : Pendidik menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi peserta didik, Pendidik menyajikan materi secara
klasikal, Pembentukan kelompok ( 3-5 orang per kelompok), siswa mengerjakan tugas
dalam satu kelompok, Arahan dan bimbingan dari pendidik, Evaluasi dan umpan
balik. Dengan langkah – langkah tersebut kompetensi belajar siswa dapat meningkat
akibat dari dampak pelaksanaan model Active Learning Tipe Small Group Work.
 Model Active LearningTipe Small Group Work berbantuan Jobsheetyang diterapkan
dalam proses pembelajarandapat meningkatkan kompetensi belajar membuat pola
dasar anak di kelas XI SMK Negeri 1 Stabat.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. kompetensi belajar
Kata kompetensi biasanya diartikan kecakapan yang memadai untuk
melakukan suatu tugas yang telah disyaratkan. Menurut Rusman, (2010 :
70) kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan kata lain
kompetensi dapat dipahami sebagai kecakapan atau kemampuan.
Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, danbertindak
secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dimiliki peserta didik (Sosialisasi dan Pelatihan KTSP
SMK, 2007 : 71). Menurut Mulyasa (2006:36) kompetensi adalah
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi adalah kemampuan / kecakapan yang diperoleh siswa dalam
suatu proses belajar mengajar yang memenuhi tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Tiga ranah tersebut harus dimiliki oleh siswa
sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu
atau mencakup keahlian tertentu.

2. Ranah kompetensi
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkenaan
dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran.Tujuan ranah kognitif
berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan
dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan
perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan
penalaran.Tujuan dari ranah afektif yaitu berhubungan dengan
perhatian, sikap, perasaan dan emosi.

c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan kemampuan yang
mengutamakan keterampilan jasmani, atau kemampuan yang
berkaitan dengan keterampilan (skill).
3. Pola Konstruksi
Pola konstruksi merupakan pola yang dibuat berdasarkan ukuran dari
bagian-bagian badan yang diperhitungkan secara matematis dan digambar
pada kertas sehingga tergambar bentuk badan muka dan belakang, rok,
lengan, kerah dan sebagainya (Widjiningsih Dkk, 1994: 3).Sedangkan
menurut Darminingsih dan Sunaryati (1985) pola konstruksi adalah pola
yang dibuat berdasarkan ukuran perorangan, pola-polanya dibuat dengan
cara menggambar pola secara matematik.
Ernawati Dkk (2008:246) menjelaskan pola konstruksi merupakan
pola yang dibuat berdasarkan ukuran sipemakai dan digambar dengan
perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi
masing-masing. Pola adalah potongan kertas yang dipakai sebagai contoh
untuk membuat busana, pada saat kain digunting. Potongan kertas tersebut
mengikuti ukuran bentuk badan dan model tertentu (Djati Pratiwi dkk,
2001:3).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola
konstruksi merupakan pola yang dibuat berdasarkan ukuran bagianbagian
badan perorangan dan dibuat dengan cara digambar pada kertas sehingga
tergambar bentuk bagian badan muka dan belakang, lengan, kerah, rok dan
sebagainya
4. Pembelajaran
Menurut Mulyasa (2006:100) pembelajaran merupakan proses
interaksi antara guru dan peserta didik serta lingkungannya sehingga terjadi
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran merupakan
suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan
satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode,
media dan evaluasi (Wina Sanjaya, 2011:13).
Pembelajaran adalah proses penyampaian pengetahuan oleh guru yang
dilaksanakan dengan metode tertentu, dengan cara menuangkan
pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008:25). Menurut Krisna
(2009) Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik
dengan tujuan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan yang dilaksanakan dengan berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lainnya.
5. Model Pembelajaran
Menurut Soekamto dalam Trianto (2010:5) mengemukakan maksud
dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Menurut Himi Shuqolbu (2011) Model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi
pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan model pembelajaran
adalah langkah awal hingga akhir yng harus dirancang oleh guru dalam
proses belajar mengajar secara keseluruhan untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir. Selain itu model
pembelajaran berfungsi juga sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar
(Agus Suprijono, 2010:46). Dalam penelitian ini model yang digunakan
adalah model active learning. Karena model pembelajaran ini dirasa sesuai
dengan pembelajaran membuat pola.

6. Model Active Learning


Menurut Joel Wien (1997:1) dalam Winaswan Gora dan Sunarto
(2010:11) active learning adalah suatu pendekatan untuk mendidik para
siswa dengan memberikan peran yang lebih aktif dalam proses
pembelajaran. dalam pembelajaran ini guru dipindahkan peran
kedudukannya, dari yang paling berperan di dalam kelas dan
mempresentasikan suatu materi pelajaran, menjadi para siswalah yang
berada pada posisi pengajaran diri mereka sendiri, dan guru diubah menjadi
seorang pelatih atau penolong di dalam proses itu.
Sedangkan menurut Agus suprijono (2009), Pembelajaran aktif
adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta
didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir
ide itu dengan dunia relitas yang dihadapinya.Pembelajaran aktif (Active
Learning) adalah pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan belajar secara optimal dengan menggunakan potensi
yang dimilikinya sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang
memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimilikinya (Ari
Samadi, 2009:1).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa active learning adalah
suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
semua potensi yang dimilikinya baik dalam bentuk interaksi antarpeserta
didik maupun peserta didik dengan pendidik dengan menyediakan
lingkungan belajar yang menyenangkan yang tidak membuat siswa tertekan
dan senang melaksanakan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka
miliki.
8. Jelaskan metode yang dipilih pada penelitian anda untuk seminar proposal!
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Classroom
Action Research (Penelitian Tindakan Kelas), yaitu salah satu penelitian tindakan
yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya
(Pardjono, 2007:12).

9. Bagaimana etika berseminar?

Kegiatan berbicara dapat dilakukan dengan beragam tujuan. Jika


memperhatikan tujuan, tentu pembicara akan menempatkan dirinya sebagai penyampai
informasi, menghibur, atau memotivasi. Kegiatan itu akan berpengaruh terhadap gaya
dan teknik penyampaiannya. Jika bertujuan untuk menyampaikan informasi,
pembicara dapat bersuara datar dan tidak terlalu sering melakukan gerakan kinestetik
lainnya. Jika bertujuan untuk menghibur, pembicara diwajibkan untuk dapat
menampilkan sikap empati dan simpati melalui raut muka dan gerakan anggota tubuh.
Jika bertujuan untuk memotivasi, pembicara harus bersuara lantang, jelas, dan sarat
makna. Dan itu memerlukan kemahiran tersendiri. Karena kegiatan itu dilaksanakan di
depan public atau banyak orang, pembicara perlu mengetahui etika sebagai pembicara.
Etika adalah kesantunan atau batasan norma untuk menghormati lawan tutur atau
lawan bicara. Ada beberapa etika dalam semianar
1. Etika Menjaga Konsistensi Materi
Banyak pembicara gagal menyampaikan materi kepada pendengar
karena ketidakkonsistenannya. Maksudnya, pembicara suka berbicara
secara serampangan atau tidak terpola. Jadi, pembicara sekadar berbicara.
Maka, keasyikan berbicara itu berakibat kepada terjadinya penyimpangan
materi. Etika ini terlalu sering terjadi. Dari mana kita mengetahuinya?
Cukup dari reaksi peserta atau pendengar. Jika para pendengar itu kurang
bergairah mengikuti pembicaraannya, pembicara harus cepat bersikap.
Pembicara harus berintrospeksi secara spontan: mengapa pendengar
mengantuk dan tidak memperhatikanku? Jika pembicara tidak
menanggapi kondisi ini, pendengar pun akan mengasyikkan diri seraya
melakukan aktivitas menyimpang dari materi.

2. Etika Bersikap Jujur


Dalam sebuah kegiatan seminar atau diskusi, tentu akan diadakan
forum atau session tanya jawab. Pada kesempatan seperti ini, pembicara
sering gagap atau kurang siap menerima pertanyaan dari peserta.
Bagaimana kita mengetahui bahwa pembicara bersikap demikian? Tentu
dari cara menjawab pertanyaan yang sering mbulet atau berbelit-belit. Ini
adalah sikap yang tidak baik. Pembicara harus bersikap jujur. Jika memang
pertanyaan itu dirasa berat dan mungkin kurang pas, pembicara sebaiknya
menyiasatinya dengan menunda jawaban. Pembicara dapat meminta nomor
HP atau email penanya. Itu tentu lebih diapresiasi atau dihargai pendengar
daripada jawaban yang berbelit-belit tadi. Pendengar itu berasal dari tataran
setting yang berbeda-beda: akademisi, pengusaha, atau mungkin
masyarakat awam. Jadi, pembicara tidak boleh menyamaratakan kondisi
jika peserta memang bertanya. 

3. Etika bagi Ketua Sidang


Ketua sidang berperan sebagai penengah ketika seminar
berlangsung dan memberikan gambaran mengenai permasalahan saat
peserta seminar mengalami kesulitan. Ketua siding bukan penguji jadi tidak
diperkenankkan menguji makalah. Ketua sidang bertanggung jawab atas
kelancaran sidang. Bersama sekretaris menyusun tata tertib sidang,
pembagian kelompok, menetapkan tim perumus dan menghimpun hasil
seminar.

4. Etika bagi Penyaji Makalah


Penyaji makalah dalam seminar mempunyai tugas yang berat yaitu
menyajikan makalah dengan baik dan dapat diterima dengan baik oleh
peserta seminar, maka seorang penyaji harus mempunyai etika dalam
menyajikan makalah dalam sebuah seminar yaitu menguasai masalah yang
disajikan dengan berbagai argumen dari berbagai sumber. Mau menyimak
dan mencatat tanggapan peserta. Dapat menyugesti peserta untuk
mengemukakan pendapat. Dapat mengajukan keberatan terhadap pendapat
peserta dengan argumentasi yang meyakinkan. Dapat memanfaatkan media
visual yang disiapkannya dalam penyajiannya dengan baik. Dapat
menghindari pembicaraan yang berbelit-belit dan menunjukkan solidaritas
yang tinggi.

5. Etika bagi Moderator


Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan seorang lektor
di dalam kuliah. Ia bukanlah seorang yang memberikan pelajaran,
melainkan orang yang mengarahkan jalannya seminar. Seorang moderator
adalah orang yang paling senior dalam tema yang akan diseminarkan. Ini
bukan berarti pendapatnyalah yang paling benar. Senioritas dalam
penguasaan materi semata-mata untuk mengarahkan seminar, karena ia
mestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema yang diseminarkan.
Peran seorang moderator ada dua: mengarahkan (directing) dan
memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar
tidak melenceng dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada
satu orang atau satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar
sehingga seluruh tema seminar tidak tereksplorasi dengan baik. Sebelum
seminar, seorang moderator harus telah membaca tema yang akan
diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema tersebut, menentukan kata-
kata kunci, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci yang nantinya akan
ditanyakan di dalam seminar. Di awal seminar ia dapat menuliskan terlebih
dahulu poin-poin yang akan didiskusikan atau menggambarkan sebuah
diagram yang mencerminkan ide yang akan didiskusikan. Seorang
moderator yang baik haruslah seorang pendengar dan pembicara yang baik.
Ia mampu menangkap maksud sebuah pembicaraan dan membuatnya lebih
jelas. Ia mampu memparafrasekan sebuah pertanyaan menjadi pertanyaan
lain yang lebih jelas. Mengingat beratnya tugas seorang moderator,
sebaiknya seorang moderator tidak memimpin sebuah seminar lebih dari
satu kali dalam sehari.
6. Etika bagi Peserta
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua peserta
adalah bukan kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah.
Mereka harus sudah membaca tentang tema yang akan diseminarkan.
Mereka bisa membuat sebuah esei pendek tentang tema yang diseminarkan.
Bila yang diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca
secara analitis, ditandai, disertai tanggapan dan kritik. Dengan terlebih
dahulu membaca tentang tema yang akan diseminarkan, mereka telah
mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan
akan apa yang diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema
yang diseminarkan menurut masing-masing peserta, akan memandu mereka
nantinya di dalam seminar.

10. Bagaimana tips dan trik presentasi seminar dan jelaskan!

1. Pahami materi yang akan di presentasikan


Tips pertama yang harus dikuasai adalah memahami materi yang aakn
disampaikan. Tentunya tidak mungkin seseorang bisa mempresentasikan
suatu materi tanpa memahaminya, bukan?
Menjelang seminar proposal, kamu bisa mencatat poin-poin penting yang ada
di proposal seminar kamu. Sembari memcatatnya, kamu bisa menambahkan
beberapa data yang sekiranya kamu butuhkan, sehingga kamu tidak kesulitan
saat ditanya oleh dosen penguji.

2. Perkiraan pertanyaan yang muncul dari dosen penguji ataupun audiens


Selain dihadiri dosen penguji, umumnya seminar proposal didatangi oleh
audiens juga yakni sesama mahasiswa. Nah, usai kamu mempresentasikan
proposal skripsi, dosen penguji dan audiens akan melemparkan pertanyaan
terkait proposalmu. Sebagai persiapan, kamu bisa menulis beberapa perkiraan
pertanyaan dan menyusun jawabannya.

3. Buatlah slide presentasi secara jelas, padat dan menarik


Presentasi menjadi aspek yang penting harus dipersiapkan untuk
menghadapi seminar proposal. Segala pemahamanmu tentang materi akan sia-
sia kalau kamu tidak membuat presentasi dengan jelas, padat, dan menarik.
Selain menyampaikan nya secara lisan, kamu juga harus membuat versi
visualnya agar dosen penguji dan audiens semakin mudah memahami.
Sebelum membuat slide presentasi, kamu harus menyiapkan terlebih dahulu
poin-poin yang disampaikan. Kemudian kamu bisa memasukkan poin-poin
tersebut ke dalam slide presentasi berupa powerpoint. Bila kamu merasa tak
cukup kreatif membuat slide powerpoint, kamu bisa memanfaatkan template
slide powerpoint.

4. Latihan presentasi secara rutin

Setelah itu tips menghadapi seminar proposal adalah latihan. Dengan


semakin banyak latihan, kamu bisa menyampaikan materi dengan lancar.
Latihan ini membantu kamu semakin mahir dalam menyampaikan poin-poin
proposal skripsi. Kamu juga memperkirakan mana bagian presentasi yang
perlu disampaikan atau tidak untuk mempersingkat waktu. Jadi ada batasan
waktu dalam seminar proposal. Biasanya mahasiswa hanya diberikan waktu
maksimal 15 menit.

5. Ambil waktu sejenak untuk menyegarkan otak


Ada baiknya sebelum melakukan seminar proposal, kamu mengambil waktu
sejenak untuk bersantai. Setelah menyiapkan dengan giat, kamu bisa
meluangkan waktu tertentu untuk menjernihkan pikiran. Cara ini dipilih
sekaligus untuk memulihkan energi. Sehingga saat hari H tiba, kamu otakmu
penat dan lelah.

6. Kuatkan diri agar siap secara mental dan fisik


Selain persiapan materi, kamu juga perlu mempersiapkan mental dan fisik.
Dua hal ini nggak boleh ketinggalan dipersiapkan. Kalau sampai kamu abai
tidak menutup kemungkinan kamu justru sakit saat seminar proposal.
Tentunya kamu tidak ingin hal itu terjadi kan? Nah, untuk menghindarinya,
kamu bisa istirahat yang cukup, makan makanan yang sehat dan bergizi, dan
sesekali mencari hiburan. Dengan begitu kamu bisa hadapi seminar proposal
dengan kondisi yang fit dan bugar.

7. Berdoa
Jika semua tips 1-6 sudah kamu lakukan, kini tinggal tips menghadapi
seminar proposal yang terakhir adalah berdoa. Segala upaya tidak berguna
kalau tidak diiringi dengan doa. Untuk itu, jangan lupa memanjatkan doa kepada
Pemberi Kehidupan ini, ya. Ungkapkan keinginanmu agar seminar proposal nanti
berjalan lancar.

Anda mungkin juga menyukai