Anda di halaman 1dari 19

Bagian Obstetri dan Ginekologi LAPORAN KASUS

“SOLUSIO PLASENTA”

Disusun Oleh :
DESI DWI CAHYANTI
N 111 17 047

Pembimbing Klinik:
dr. John Abbas Kaput, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
DESEMBER
2018
LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksa : 06 Novenber 2018


Ruangan : Kamar Bersalin RSU Anutapura palu
Jam : 23.00 WITA

A. IDENTITAS
Identitas Pasien Identitas Suami
Nama : Ny. M Nama : Tn. E
Umur : 30 Tahun Umur : 35 Tahun
Alamat : Jl. Pekuburan cina No. 13 Alamat : Jl. Pekuburan cina No. 13
Desa Labuan Bajo Desa Labuan Bajo
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G2P1A0 gravid 25-26 minggu Masuk Rumah Sakit dengan keluhan
keluarnya darah dari jalan lahir sejak pukul 19.00 WITA SMRS, perdarahan
berupa darah berwarna kehitaman. Awalnya darah keluar sedikit-sedikit,
kemudian darah semakin banyak pada pukul 22.00 WITA. Pasien merasakan janin
dalam kandungannya kurang melakukan pergerakan, keluhan juga disertai dengan
nyeri perut (+)dan terasa tegang yang semakin memberat sejak pukul 14.00 WITA
setelah pemberian suntik TT di puskesmas serta ada riwayat sering diurut, pasien
juga merasakan kram pada bagian perutnya, pelepasan lendir (-), air (-), nyeri ulu
hati (-), mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), pusing (-), BAK (+) lancar, BAB (+)
biasa.
3. Riwayat pemeriksaan kehamilan
Pasien rutin dalam melakukan pemeriksaan kehamilan pada bidan. Tetapi,
pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan USG sebelumnya selama kehamilan.

4. Riwayat menstruasi
Haid pertama kali pada umur 10 tahun, lama 5-7 hari, siklus haid 28 hari,
teratur, banyaknya 2-3 pembalut perhari, tidak pernah merasakan nyeri yang
hebat selama haid. Hari Pertama Haid Terakhir yaitu pada 05 Juni 2018 dengan
Taksiran Persalinan 12 Maret 2019

5. Riwayat menikah
Pasien mengaku menikah satu kali. Usia Perkawinan ± 5 tahun.

1. Riwayat kehamilan dan persalinan: G2P1A0


1) Hamil pertama: Melahirkan di RS dibantu oleh dokterLahir tahun 2015, lahir
secara sc, penyulit karena hipertensi, jenis kelamin perempuan, BBL 2,8 kg
2) Kehamilan sekarang

7. Riwayat KB
Pasien menggunakan kontrasepsi dengan pil, terakhir mengkonsumsi 11
bulan yang lalu.

8. Riwayat penyakit dahulu


Pasien memiliki riwayat Hipertensi (+) dalam kehamilan saat anak pertama,
Riwayat operasi Sectio Caesaria 1 kali. Diabetes Mellitus (-)

9. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat yang sama

10. Riwayat Kebiasaan


Pasien tidak merokok. Tidak minum alkohol dan penggunaan obat-obatan.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah: 110/70 mmHg
- Frekuensi nadi: 94x/menit, reguler, kuat
- Pernapasan : 22 x/menit
- Suhu : 36,80C

 Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-), pembesaran
KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).

 Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-), Simetris bilateral
P : Vokal fremitus kanan=kiri
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni regular

 Ekstremitas :
o Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
o Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)

E. STATUS OBSTETRI
Abdomen :
Inspeksi : Tampak perut membuncit
Palpasi : Nyeri tekan (+) dan teraba tegang di Regio Umbilical
o Leopold I : TFU 4 jari dibawah proc.xyphoideus (23 cm)
o Leopold II : Teraba punggung dibagian dextra
o Leopold III : Presentasi kepala
o Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP.
BJF : 110 x/menit
 Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) : Tidak dilakukan

D. HASIL LABORATORIUM

Tanggal 6 November 2018


JenisPemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
WBC 22,1 103/uL (4,0 – 10)
RBC 2,36 106/uL (4,0 – 6,0)
HGB 8,4 g/dl (12 – 16)
PLT 253 103/uL (150 – 400)
HCT 25,0 % (37 – 47)
MCV 106 fL (80 – 100)
MCH 35,7 pg (27 – 32)
MCHC 33,7 g/dl (32 – 36)

Tanggal 6 November 2018


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HbSAG Non-Reaktif
Anti HIV Non-Reaktif
E. PEMERIKSAAN USG

Hasil USG Obstetri (07 November 2018):


- Gravid tunggal intrauterine, Denyut jantung janin (-)
- Plasenta pada corpus uteri posterior dengan ujung pada tepi OUI
- Estimasi usia kehamilan berdasarkan BPD 28 minggu
- Kesan: IUFD

F. RESUME
Pasien Ny. M G2P1A0 usia 30 tahun gravid 25-26 minggu Masuk Rumah
Sakit dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak pukul 19.00 WITA SMRS.
Perdarahan berupa darah berwarna kehitaman. Awalnya darah keluar sedikit-
sedikit, kemudian darah semakin banyak.Pasien merasakan janin dalam
kandungannya kurang melakukan pergerakan, keluhan juga disertai dengan nyeri
perut (+)dan terasa tegang yang semakin memberat sejak pukul 14.00 WITA
setelah pemberian suntik TT di puskesmas serta ada riwayat sering diurut, pasien
juga merasakan kram pada bagian perutnya, BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.
Pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan USG sebelumnya selama kehamilan.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dalam kehamilan saat anak pertama. Riwayat
operasi Sectio Caesaria 1 kali.
Pada pemeriksaan fisik, TD:110/70 mmHg, N:94 x/menit, RR:22 x/m, S:
36,80C. Konjungtiva anemis (+/+).Pada pemeriksaan abdomen pada palpasi : nyeri
tekan (+) dan teraba tegang di bagian umbilikus.
Pada pemeriksaan obstetrik: pada Palpasi,Leopold I : TFU 4 jari dibawah
proc.xyphoideus,Leopold II : Teraba punggung dibagian dextra, Leopold III :
Teraba bagian terbawah janin bulat keras, Leopold IV : Bagian terbawah janin
belum masuk PAP. Pada vaginal touche tidak dilakukan pemeriksaan. BJF :
110x/menit Hasil lab : WBC : 22,1 x 103/mm3, Hb : 8,4 g/dl. Hasil pemeriksaan
USG memberikan kesan IUFD (Intrauterine Fetal Death)

G. DIAGNOSIS
G2P1A0 gravid 25-26 minggu + kontraksi uterus + susp. Solusio plasenta +
bekas SC 1 kali + IUFD

H. PENATALAKSANAAN
 Intervensi perawatan :
 Rencana rawat inap
 Bed rest
 Observasi Keadaan Umum, Tanda-tanda vital, dan BJF
 Rencana transfusi 2 labu PRC hingga Hb 10 mg/dL
 Rencana USG
 Rencana SC jika Hb 10 mg/dL

 Intervensi pengobatan
 Oksigen 2-4 lpm
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam/iv
 Inj. Asam Traneksamat 1amp/ 8 jam/iv
 Inj. Dexamethason 1 amp/6 jam/IV
 Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/IV
 Inj. Ketorolac 30mg/8 jam/IV
 Drips Oxytocin 1 amp 24 tpm
 Pronalgest supp I / rectal
 Histolan 2x1 tablet

FOLLOW UP :
7/11/2018
S : PPV (+), nyeri perut (+), Nyeri ulu hati (+), Mual (-), Muntah (-), pusing (+),
sakit kepala (-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg
N : 76x/menit
R : 22x/menit
S : 36,7 derajat celcius
BJF : tidak terdengar
A :G2P1A0 gravid 25-26 minggu + kontraksi uterus + susp. solusioplasenta+ bekas
SC 1 kali + IUFD
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam/IV
- Inj. Ranitidine 1 amp/8 jam/IV
- Inj. Asam tranexamat 500mg/8 jam/IV
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam/IV
- Drips Oxytocin 1 amp 24 tpm
- Transfusi darah 2 bag
- Rencana USG
- Rencana SC Cito

I. LAPORAN OPERASI
1. Pasien baring dengan posisi supine di atas meja operasi dibawah pengaruh
spinal anestesi
2. Desinfeksi dan drapping prosedur dengan kasa steril dan betadine
3. Pasang dook steril
4. Insisi abdomen dengan metode pfannestiel, lapisan demi lapisan
menembus rongga perut secara tajam dan tumpul.
5. Eksplorasi cavum abdomen, tampak uterus membesar
6. Insisi segmen bawah rahim, lapis demi lapisan menembus plika
vesicouterina, miometrium, endometrium secara tajam dan tumpul,
kontrol perdarahan
7. Pecahkan ketuban, ketuban berwarna hijau, volume cukup
8. Bayi dilahirkan dengan presentasi bokong, BBL 900 gram, PBL 33 cm,
jenis kelamin perempuan
9. Plasenta dilahirkan secara manual dan lengkap
10. Eksplorasi cavum uteri dengan kasa streil dan betadine
11. Jahit uterus lapisan demi lapisan dengan benang chromic 2, kontrol
perdarahan
12. Jahit plika vesicouterina dengan benang chromic 1, kontrol perdarahan
13. Eksplorasi dan bersihkan abdomen, kontrol perdarahan
14. Jahit peritoneum dengan chromic 0, kontrol perdarahan
15. Jahit otot abdomen dengan benang chromic 2/0, kontrol perdarahan
16. Jahit fascia dengan benang demensorb 1, kontrol perdarahan
17. Jahit adiposa dengan jarum otot dengan benang chromic 2/0 secara
interuptud, kontrol perdarahan
18. Jahit kulit dengan jarum kulit dengan benang chromic 2/0 secara
subcuticular, kontrol perdarahan
19. Bersihkan luka dan tutup luka menggunakan dengan kasa steril dan
betadine.
20. Vagina toilet
21. Operasi selesai

J. DOKUMENTASI OPERASI

K. PENATALAKSANAAN POST OPERATIF


 Intervensi perawatan :
 Bed rest
 Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan post SC
 Rencana transfusi 2 labu PRC hingga Hb 10 mg/dL post SC

 Intervensi pengobatan
 RL : Dextrose 5% : NaCl 0,9% = 28 tpm
 Drips oxytocin 2 amp/kolf
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/ IV
 Drips Metronidazole 500mg/8 jam/IV
 Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV
 Inj. Ketorolac 1amp/8 jam /IV
 Inj. Ondansentron / amp / 8 jam / iv
 Inj. Asam traneksamat 250mg/8 jam/IV

L. FOLLOW UP POST OPERASI


08/11/2018
S : Nyeri luka bekas op (+), PPV (+), sakit kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah
(-), flatus (+), BAK (+), BAB (-)
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmHg
N : 88x/menit
R : 22x/menit
S : 37,2 derajat celcius
TFU : 2 jari dibawah pusat
ASI :-/-
A :P2A0 post SC a/i solusio plasenta + Anemia + IUFD
P:
- RL : Dextrose 5% : NaCl 0,9% = 28 tpm
- Drips oxytocin 2 amp/kolf
- Drips Metronidazole/8 jam/iv
- Inj.Ketorolac 1 amp/8 jam/iv
- Inj. Ranitidin 1 amp/8jam/iv
- Inj.Ceftriaxone 1g/12 jam/iv
- Cek HB, jika < 8 mg/dl lakukan transfusi
09/11/2018
S : Nyeri luka post op (+), PPV (+) sedikit, mual (-), muntah (-), pusing (-), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/60 mmHg
N : 72x/menit
R : 20x/menit
S : 36,6 derajat celcius
A : P2A0 post SC a/i solusio plasenta + Anemia + IUFD
P:
- Cefadroxil tab 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- SF tab 1x1
- Cek Hb, jika Hb<8 transfusi

10/11/2018
S : nyeri bekas op (+), ppv (+) sedikit, mual (-), muntah (-), BAK (+) lancar, BAB(+)
biasa
O:
KU : sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/60mmHg
N : 96x/menit
R : 18x/menit
S : 36,8 derajat celcius
A : P2A0 post sc a/i solusio plasenta + Anemia + IUFD
P:
- Cefadroxil 2x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg
- SF 1x1
- Rawat jalan
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, diagnosis pasca operasi solusio plasenta ditegakkan


berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pasien Ny. M G2P1A0 usia 30 tahun gravid 25-26 minggu Masuk Rumah
Sakit dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak pukul 19.00 WITA SMRS.
Perdarahan berupa darah berwarna kehitaman. Awalnya darah keluar sedikit-sedikit,
kemudian darah semakin banyak. Pasien merasakan janin dalam kandungannya
kurang melakukan pergerakan, keluhan juga disertai dengan nyeri perut (+) dan
terasa tegang yang semakin memberat sejak pukul 14.00 WITA setelah pemberian
suntik TT di puskesmas serta ada riwayat sering diurut, pasien juga merasakan kram
pada bagian perutnya, BAK (+) lancar, BAB (+) biasa. Pasien tidak pernah
melakukan pemeriksaan USG sebelumnya selama kehamilan. Pasien memiliki
riwayat hipertensi dalam kehamilan saat anak pertama. Riwayat operasi Sectio
Caesaria 1 kali.
Pada pemeriksaan fisik, TD:110/70 mmHg, N:94 x/menit, RR:22 x/m, S:
36,80C. Konjungtiva anemis (+/+).Pada pemeriksaan abdomen pada palpasi : nyeri
tekan (+) dan teraba tegang di bagian umbilikus.
Pada pemeriksaan obstetrik: pada Palpasi,Leopold I : TFU 4 jari dibawah
proc.xyphoideus,Leopold II : Teraba punggung dibagian dextra, Leopold III : Teraba
bagian terbawah janin bulat keras, Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk
PAP. Pada vaginal touche tidak dilakukan pemeriksaan. BJF : 110x/menit Hasil lab :
WBC : 22,1 x 103/mm3, Hb : 8,4 g/dl. Hal ini disebabkan karena perdarahan
pervaginam yang dialami oleh pasien. Hasil pemeriksaan USG memberikan kesan
IUFD (Intrauterine Fetal Death)
Pada kasus pasien datang dengan keluhan perdarahan pervaginam berupa
darah berwarna kehitanan dalam jumlah yang banyak disertai nyeri abdomen yang
hebat dan abdomen terasa tegang. Pada kasus ini pasien mengalami perdarahan
antepartum berupa solusio plasenta. Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian
atau keseluruhan plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan
20 minggu dan sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian
akan merembes anatara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di
bawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan
keluar melalui vagina (revealed hemorrhage). Dalam klinis solusio plasenta dibagi ke
dalam berat ringannya gambaran klinik sesuai dengan luasnya permukaan plasenta
yang terlepas, yaitu solusio plasenta ringan, solusio plasenta sedang dan solusio
plasenta berat.
Berdasarkan gejala klinik pada pasien berupa perdarahan hebat disertai
dengan nyeri dan tegang pada perut, dan kemungkinan terjadinya IUFD maka pasien
masuk dalam klasifikasi kelas III atau solusio plasenta berat. Pada kelas III gejala
yang ditemukan berat dan terdapat pada hampir 24% kasus, perdarahan pervaginam
dari tidak ada sampai berat; uterus tetanik dan sangat nyeri; syok maternal;
hipofibrinogenemi, koagulopati serta kematian janin. Pada solusio plasenta berat
kejadian terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan
janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Pada
keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan
darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.
Etiologi solusio plasenta belum diketahui dengan jelas, namun terdapat
beberapakeadaan tertentu yang dapat menyertai diantaranya adalah hipertensi,
riwayattrauma, kebiasaan merokok, usia ibu < 20 atau >35 tahun,multiparitas, tali
pusat yang pendek, defisiensi asam folat,perdarahan retroplasenta, penyalahgunaan
alkohol danobat-obatan.
Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus
berlangsung sehingga menimbulkan berbagai akibat pada ibu seperti anemia, syok
hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, ganguan pembekuan darah, gagal ginjal
mendadak, dan uterus Couvelaire disamping komplikasi sindroma insufiensi fungsi
plasenta pada janin berupa angka kematian perinatal yang tinggi.
Syok pada solusio plasenta diperkirakan terjadi akibat pelepasan
tromboplastin dari desidua dan plasenta masuk kedalam sirkulasi maternal dan
mendorong pembentukan koagulasi intravaskular beserta gambaran klinik lain
sindroma emboli cairan ketuban termasuk hipotensi.Sindroma Sheehan terdapat pada
beberapa penderita yang terhindar dari kematian setelah penderita syok yang
berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan nekrosis adenohipofisis sebagai
akibat solusio plasenta.
Fungsi plasenta akan terganggu apabila peredaran darah keplasenta
mengalami penurunan yang berarti. Sirkulasi darah keplasenta menurun manakala
ibu mengalami perdarahan banyak dan akut seperti pada syok.
Cara mengatasi syok diantaranya dengan pemberian infus NS/RL untuk
restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam
pertama. Serta pemberian transfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor
pembekuan akibat koagulopati.
IUFD (intrauterine fetal death) atau Kematian janin, kelahiran prematur dan
kematian perinatalmerupakan koplikasi yang paling sering terjadi pada solusio
plasenta. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yangterlepas dari dinding
uterus. Apabila sebagian besar atauseluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan
kematianjanin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidakberpengaruh
sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin.
Pada kasus ini pasien di terapi menggunakan terapi aktif yaitu
mempertimbangkan usia kehamilan dan perdarahan yang dialami oleh pasien,
sehingga dilakukan operasi sectio cesarea pada pasien ini untuk menghentikan
perdarahan.
Penanganan awal yang diberikan pada pasien yaitu dipasang infuse RL untuk
memperbaiki kondisi pasien, diberikan kalnex injeksi yang termasuk golongan obat
tranexamic acid digunakan untuk membantu menghentikan perdarahan. Diberikan
Hemafort untuk meningkatkan kadar hb karena hb pasien 8,4 g/dl. Kemudian
diberikan histolan untuk mencegah terjadinya persalinan premature karena usia
kehamilan pasien baru 25-26 minggu.
Setelah itu pasie n dipindahkan ke ruangan KB dan diberikan terapi berupa
oksigenasi, antibiotic, antiperdarahan (Asam Traneksamat), oxytocin drips untuk
merangsang/menginduksi persalinan dan bisa untuk menghentikan perdarahan
setelah persalinan, ketorolac injeksi untuk antinyeri dan diberikan ranitidine injeksi.
Kemudian pasien di transfuse PRC 2 labu karena kadar hb pasien 8,4 g/dl.
Setelah itu pasien direncanakan sc sito karena perdarahan yang belum
berhenti dan kondisi pasien yang semakin melemah untuk mencegah terjadinya
kematian ibu. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesaria adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan
untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanakan. Adapun tujuan dari seksio sesaria
adalah:
 Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
 Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika
janin dilahirkan pervaginam.
 Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga
serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain
itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan
korpus uteri.
 Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
 Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar.
Solusio plasenta ringan masih mempunyai prognosis yang baik bagi ibu dan
janin karena tidak ada kematian dan morbiditasnya rendah. Solusio plasenta sedang
mempunyai prognosis yang lebih buruk terutama terhadap janinnya karena
morbiditas ibuyang lebih berat. Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling
buruk terhadap ibu lebih-lebih terhadap janinnya. Umumnya pada keadaan yang
demikian janin telah mati dan mortalitas maternal meningkat akibat salah satu
komplikasi. Pada solusio plasenta sedang dan berat prognosisnya juga tergantung
pada kecepatan dan ketepatan bantuan medik yang diperoleh pasien. Transfusi darah
yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan tepat waktu sangat menurunkan
morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.4
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami
kematian. Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat
berkisar antara 50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang,
keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus,
lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari
2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus tertentu seksio
sesaria dapat mengurangi angka kematian janin.

Anda mungkin juga menyukai