Abstrak
Latar Belakang: Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Serang Kota merupakan kasus tertinggi pada
tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Serang Kota tahun 2019.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah case control. Populasi penelitian ini sebagai kasus adalah
pasien TB Paru dan populasi kontrol adalah orang yang bukan penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 74 responden terdiri dari 37 kasus dan 37 kontrol. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner, lembar observasi, meteran dan thermometer. Data dianalisis secara univariat dan
bivariat dengan uji chi square.
Hasil: Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian (Pv=0,018
dan OR=4,364), dan riwayat kontak serumah (Pv=0,011) dengan kejadian TB Paru, sedangkan tidak ada
hubungan antara jenis lantai (Pv=0,115), suhu (Pv=0,778), dan kebiasaan merokok (Pv=0,416) dengan
kejadian TB Paru.
Kesimpulan: disarankan bagi masyarakat lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah
penyakit TB Paru. Bagi petugas kesehatan perlu ditingkatkan upaya penjaringan penemuan suspek maupun
skrining TB.
Kata kunci: Tuberkulosis Paru, Kepadatan Hunian, Riwayat Kontak
Abstract
Background: Pulmonary tuberculosis in Serang City Public Health Center was the highest case in 2018. This
study aims to determine the factors associated with the incidence of pulmonary TB in the working area of Serang
City Public Health Center in 2019.
Method: This study used a case control design. The study population as a case is a pulmonary TB patient and
the control population is a person who is not a sufferer of pulmonary TB in the working area of Public Health
Center. The sample in this study amounted to 74 respondents consisting of 37 cases and 37 controls. The
instruments used were questionnaire, observation sheet, roll meter and thermometer. Data were analyzed
univariable and bivariable with chi square test.
Result: The results showed that there was a significant relationship between occupancy density (P=0,018 and
OR=4,364), and home contact history (P=0,011) and pulmonary TB events, whereas there was no relationship
between floor type (P=0,115), temperature (P=0,778), and smoking habits (P=0,416) with pulmonary TB
events.
Conclusion: The advice given to the community further enhances clean and healthy living behavior to prevent
pulmonary TB disease. Health workers need to be increased efforts to screen suspicion discovery and TB
screening.
Keywords: Pulmonary tuberculosis, Occupancy Density, Contact History
Alamat korespondensi:
Puji Eka Mathofani
Universitas Faletehan
Email: pujimathofani@gmail.com
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Hasil analisis tabel silang antara kepadatan
menggunakan uji chi square diperoleh nilai hunian dengan kejadian penyakit tuberkulosis
P=0,416 maka dapat disimpulkan secara statistik paru diperoleh pada kelompok kasus lebih
pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan banyak responden yang memiliki kepadatan
antara kebiasaan merokok dengan kejadian hunian tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu
penyakit tuberkulosis paru di Wilayah Kerja sebesar 86,5% dibandingkan pada kelompok
Puskesmas Serang Kota tahun 2019. kontrol yaitu sebesar 59,5%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Hasil analisis tabel silang antara jenis
penelitian berjudul Hubungan Faktor lantai dengan kejadian penyakit tuberkulosis
Lingkungan Fisik Rumah terhadap Kejadian TB paru diperoleh pada kelompok kasus responden
Paru dimana pada kelompok kasus kepadatan yang memiliki jenis lantai tidak memenuhi
hunian yang tidak memenuhi syarat kesehatan syarat sedikit lebih banyak yaitu sebesar 10,8%
lebih besar yaitu 64% dibandingkan kelompok dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu
kontrol sebesar 14%. Diperoleh nilai P=0,000 sebesar 0%. Berdasarkan analisis bivariat
yang artinya ada hubungan antara kepadatan dengan menggunakan uji chi square dipreoleh
hunian dengan kejadian TB Paru dengan nilai nilai P=0,115 maka tidak ada hubungan yang
OR sebesar 10,92 yang menunjukan bahwa signifikan antara jenis lantai dengan kejadian
responden yang memiliki kepadatan hunian penyakit tuberkulosis paru di Wilayah Kerja
tidak memenuhi syarat kesehatan berisiko 10,92 Puskesmas Serang Kota Tahun 2019.
kali lebih besar dibandingkan dengan responden
yang memiliki kepadatan hunian memenuhi Penelitian ini sejalan dengan hasil
syarat kesehatan.8 Hasil penelitian di wilayah penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas
kerja Puskesmas Kertapati Palembang Kasemen Kota Serang yang menyatakan bahwa
menyatakan bahwa ada hubungan antara tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
kepadatan hunian dengan kejadian penyakit lantai dengan kejadian penyakit tuberkulosis
tuberkulosis paru (P=0,002).15 Sama halnya paru (P=0,437).18
penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tikala
Baru Kota Manado yang menyatakan bahwa ada Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian Mawardi dkk yang
hubungan antara kepadatan hunian dengan
kejadian penyakit (P=0,049).16 menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara jenis lantai dengan kejadian
Dari hasil kunjungan lapangan yang penyakit tuberkulosis paru (P=0,015). Sama
dilakukan melalui wawancara dan pengukuran halnya dengan hasil penelitian Oktavia dkk
pada luas kamar tidur dan jumlah penghuni dengan judul Analisis Faktor Risiko Kejadian
diketahui hampir sebagian responden memiliki TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati
kepadatan hunian kamar tidak memenuhi syarat Palembang yang menyatakan bahwa ada
sebesar 73% dibandingkan dengan jumlah hubungan antara jenis lantai dengan kejadian
responden yang kepadatan hunian kamarnya penyakit tuberkulosis paru (P=0,001).9
memenuhi syarat sebesar 27%. Berdasarkan
Berdasarkan hasil analisis bahwa jenis
hasil observasi sebagian besar responden kasus
lantai menunjukkan tidak ada hubungan dengan
kamar tidurnya tidak terpisah dengan anggota
keluarganya yang sehat bahkan ada responden kejadian penyakit tuberkulosis paru.
Dikarenakan pada observasi yang dilakukan
kasus yang tidak memiliki kamar, hal tersebut
hanya dengan melihat jenis lantainya saja tanpa
disebabkan karena keterbatasan lahan.
Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa memerhatikan kebersihannya. Meskipun
lantainya terbuat dari yang kedap air namun
kepadatan hunian ada hubungan dengan
kebersihan lantainya tidak terjaga maka lantai
kejadian penyakit tuberkulosis paru. Hal ini
menjadi lembab dan menjadi media yang baik
dapat dilihat dari data sebagian besar luas kamar
untuk berkembangbiaknya bakteri. Faktor
tidur responden dan jumlah penghuni tidak
lainnya juga yang mempengaruhi kejadian
memenuhi syarat karena kurang dari 8 m2/orang.
penyakit tuberkulosis seperti tidak adanya
6 Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Volume 12 Edisi 1, 2020
Berdasarkan hasil analisis bahwa suhu
ventilasi atau ventilasi yang tidak memenuhi menunjukkan tidak ada hubungan dengan
syarat dan jendela tidak pernah dibuka. Faktor kejadian penyakit tuberkulosis paru. Hasil
tersebut menyebabkan kelembaban dan pengukuran ini dapat dipengaruhi oleh suhu
pencahayaan yang kurang, karena tidak ada udara luar. Selain itu, juga dipengaruhi
jalan masuk untuk pertukaran udara dan sinar kelembaban rumah, jendela yang tidak dibuka
matahari langsung yang berfungsi sebagai dan ventilasi yang tertutup kaca. Berdasarkan
pencahayaan alami maupun membunuh bakteri teori suhu ruangan tergantung dari suhu udara
secara langsung. luar, pergerakan udara, kelembaban udara, dan
suhu benda di sekitarnya. Keterbatasan dalam
penelitian ini adalah tidak dilakukan pengukuran
suhu udara luar dan pergerakan udara. Penyebab
Hubungan Antara Suhu Dengan Kejadian
hasil penelitian tidak berhubungan dapat
Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah disebakan karena faktor lain, seperti
Kerja Puskesmas Serang Kota Tahun 2019 kelembaban, pencahayaan, luas ventilasi, dan
Suhu ruangan sangat dipengaruhi oleh keberadaan jendela.
suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban
udara, dan suhu benda-benda yang ada di
sekitarnya. Keberadaan suhu sangat berperan Hubungan Antara Riwayat Kontak Serumah
pada pertumbuhan basil Mycobacterium Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis
tuberculosis, dimana laju pertumbuhan basil Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Serang
tersebut ditentukan berdasarkan suhu udara yang Kota Tahun 2019
berada di sekitarnya.11
Dalam etiologi penyakit tuberkulosis,
Hasil analisis tabel silang antara suhu bakteri mycobacterium tuberculosis Sumber
dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru penular adalah penderita TB BTA positif. Pada
diperoleh pada kelompok kasus responden yang saat batuk atau bersin menyebarkan bakteri
memiliki suhu tidak memenuhi syarat lebih melalui udara dalam bentuk droplet. Droplet
banyak yaitu 81,1% dibandingkan pada yang mengandung bakteri dapat bertahan pada
kelompok kontrol yaitu 75,7%. Berdasarkan suhu kamar dalam beberapa jam. Seseorang
analisis bivariat dengan menggunakan uji chi dapat terinfeksi bakteri TB apabila droplet
square diperoleh nilai P=0,778 maka tidak ada tersebut terhirup ke dalam saluran napas.20
hubungan yang signifikan antara suhu dengan
kejadian penyakit tubekulosis paru di Wilayah Hasil analisis tabel silang antara riwayat
Kerja Puskesmas Serang Kota Tahun 2019. Dan kontak serumah dengan kejadian penyakit
dari hasil analisis diperoleh nilai OR=1,376 tuberkulosis paru diperoleh pada kelompok
yang artinya responden yang memiliki suhu kasus sedikit lebih banyak responden yang ada
tidak memenuhi syarat kesehatan berisiko 1 kali riwayat kontak serumah sebesar 18,9%
lebih besar terkena penyakit tuberkulosis paru dibandingkan pada kelompok kontrol yaitu 0%.
dibandingkan dengan responden yang memiliki
suhu memenuhi syarat kesehatan. Hasil Berdasarkan analisis bivariat dengan
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian menggunakan uji chi square diperoleh nilai
Susanti dengan judul Hubungan Antara Kondisi P=0,011 maka ada hubungan yang signifikan
Fisik Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian antara riwayat kontak serumah dengan kejadian
Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas penyakit tubekulosis paru di Wilayah Kerja
Sangkrah Kota Surakarta yang menyatakan tidak Puskesmas Serang Kota Tahun 2019.
ada hubungan antara suhu dengan kejadian
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penyakit tuberkulosis paru (P=0,212).19
penelitian Amalaguswan, dkk (2017) dengan
Namun penelitian ini tidak sejalan judul Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit
dengan hasil penelitian Prihartanti, dkk dengan Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota
judul Hubungan Lingkungan Fisik Rumah Kendari yang menyatakan bahwa ada hubungan
Dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja yang signifikan antara riwayat kontak serumah
Puskesmas Mirit Kabupaten Kebumen yang dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru
menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis (P=0,000). Dan diperoleh hasil OR sebesar
lantai dengan kejadian penyakit tuberkulosis 9,333 artinya responden yang ada riwayat
paru (P=0,003).11 kontak serumah berisiko 9 kali lebih besar
terkena penyakit tuberkulosis paru dibandingkan
Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat Vol. 12 Edisi 1, 2020
7
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
dengan responden yang tidak ada riwayat penelitian Banu dkk dengan judul Faktor Risiko
kontak serumah.12 Kejadian TB Paru di Puskesmas Hutarakyat
Sidikalang yang menyatakan ada hubungan yang
Dari hasil kunjungan lapangan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan
dilakukan melalui wawancara langsung dengan
kejadian penyakit tuberkulosis paru (p=0,001)13.
responden diperoleh sebanyak 7 responden ada
kontak dengan penderita TB Paru positif yang Berdasarkan hasil analisis bahwa
tinggal dalam satu rumah yang masih dalam kebiasaan merokok menunjukkan tidak ada
pengobatan atau kurun waktu 6 bulan terakhir. hubungan dengan kejadian penyakit tuberkulosis
Keberadaan kontak serumah mempengaruhi paru. Dari hasil lapangan diperoleh sebagian
proses penularan kepada anggota keluarga yang besar responden memiliki kebiasaan merokok
lain. Pada umumnya penularan terjadi dalam sebesar 75,7%. Pada kelompok kasus diketahui
ruangan dimana droplet (percikan dahak) ada lebih banyak responden yang menderita TB Paru
dalam waktu yang lama. Bakteri yang ada dalam dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 22
droplet dapat bertahan beberapa jam dalam (59,5%) responden dibandingkan dengan jenis
kondisi gelap dan lembab. Anggota keluarga kelamin perempuan sebanyak 15 (40,5%). Dari
dapat terinfeksi jika terus-menerus menghirup 22 responden laki-laki diketahui sebanyak 18
droplet yang kemudian masuk ke dalam saluran (81,8%) responden memiliki kebiasaan
pernapasan. Dikarenakan penderita TB paru merokok. Hal ini sesuai menurut survei
lebih lama dan sering melakukan kontak kepada prevalensi tuberkulosis pada laki-laki 3 kali
anggota keluarga sehingga risiko penularan lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.
penyakit lebih besar. Dengan demikian adanya Walaupun merokok bukan merupakan faktor
riwayat kontak serumah menjadi pemicu yang berhubungan dengan kejadian penyakit TB
terjadinya penularan bakteri mycobacterium Paru namun sebagai faktor pemicu. Penyakit
tuberkulosis pada anggota keluarga yang tinggal lain seperti HIV/AIDS juga merupakan faktor
dalam serumah. pemungkin terjadinya penyakit TB Paru karena
status imun menjadi lemah sehingga mudah
untuk terkena penyakit lainnya. Penemuan kasus
Hubungan Antara Kebiasaan Merokok TB tidak selalu terdiagnosa di awal, beberapa
Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis ada yang terlebih dulu diketahui penyakit lain
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Serang seperti HIV/AIDS dan kemudian barulah TB
Kota Tahun 2019 Paru.
19. Susanti, L. I. (2016). Hubungan Antara 23. Puskesmas Serang Kota. (2019).
Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku Laporan Register Bulanan Penderita TB
Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Paru. Serang.
Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah
Kota Surakarta Tahun 2016. Publikasi
Ilmiah, 1-14.