Anda di halaman 1dari 5

Pro “Vaksin booster memperkuat imunitas manusia”

Vaksin booster terbukti meningkatkan daya tahan tubuh?


Pemberian vaksinasi diperlukan untuk merangsang sistem imun seseorang membentuk
kekebalan ataupun antibodi. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian vaksin booster mampu
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Terkait vaksinasi Covid-19, memang untuk mencapai kekebalan tubuh membutuhkan 2 dosis
vaksinasi, karena kekebalan akan muncul 2 minggu setelah vaksin kedua. Namun, berdasarkan
kajian penelitian, ternyata dalam waktu 6 bulan terdapat penurunan kekebalan tubuh. Oleh
karenanya waktu minimal 6 bulan setelah vaksin kedua menjadi pilihan tepat untuk
memberikan vaksin booster agar memperkuat atau mencapai sistem imun tinggi.
Paparan tersebut diungkapkan pakar Kesehatan Anak FK-KMK UGM yang juga menjabat sebagai
tim Satgas Imunisasi DIY, dr. Mei Neni Sitaresmi, PhD., SpA(K)., Sabtu (15/1) lalu.
“Memang vaksin booster ini bukan wajib namun justru menjadi hak warga negara untuk
mendapatkannya. Memang per 12 Januari 2022 itu ada edaran pemerintah yang menyebutkan
vaksin booster untuk usia 18 tahun ke atas, namun prioritasnya pada lansia dan yang memiliki
komorbid, karena mereka tergolong kelompok rentan. Jika mereka terpapar akan berisiko
memunculkan komplikasi,” terangnya.
Oleh karenanya, dr. Mei Neni juga menyebutkan jika suatu kabupaten, Provinsi maupun Kota
sudah memenuhi cakupan vaksin lebih dari 70% maka siapapun yang sudah berusia lebih dari
18 tahun bisa diberikan vaksin booster. “Jangan sampai suatu daerah yang cakupannya masih
rendah namun sudah berfokus pada vaksin booster. Jika hal tersebut terjadi tentu kelompok
rentan akan terabaikan,” imbuhnya.
Untuk DIY sendiri, dr. Mei Neni mengungkapkan bahwa cakupan vaksin sudah lebih dari 80%.
Sehingga untuk warga masyarakat yang berusia di atas 18 tahun bisa mengecek ketersediaan
vaksin booster.
“Jika vaksin pertama kedua menggunakan Sinovac maka vaksin booster bisa menggunakan
astrazeneca atau Pfizer dengan dosis setengah. Kalau vaksin pertama kedua menggunakan
Astrazeneca maka vaksin booster bisa menggunakan Moderna dengan dosis setengah juga.
Tentu pemberian vaksin booster itu harus dengan syarat telah memenuhi waktu 6 bulan
setelah vaksin kedua,” ungkapnya.
Pemberian vaksin booster setengah dosis memiliki beberapa pertimbangan. Pertama, hasil
penelitian membuktikan bahwa setengah dosis vaksin memiliki khasiat sama dengan dosis
penuh untuk meningkatkan kadar kekebalan tubuh. Kedua, akan lebih banyak warga
masyarakat yang bisa divaksin. Ketiga, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akan lebih ringan,
bahkan dari kajian penelitian sebelumnya tidak ada yang melaporkan adanya KIPI serius.
“Harapannya dengan vaksin booster ini bisa meningkatkan kekebalan tubuh warga masyarakat
sehingga mampu menahan virus. Sejauh ini kepatuhan terhadap protokol kesehatan dan juga
vaksinasi menjadi 2 hal yang penting untuk diperhatikan,” pungkas dr. Mei Neni.
Di sisi lain, pakar Mikrobiologi FK-KMK UGM, Prof. dr. Tri Wibawa, PhD., SpM(K)., Senin (17/1)
menambahkan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi calon penerima
vaksin booster. Pertama, apabila calon penerima vaksin sudah mendapatkan jadwal vaksinasi,
patuhi petunjuk dari petugas termasuk waktu dan pelaksanaannya. Kedua, ketahui tempat dan
tata cara kedatangan ke tempat vaksinasi. Ketiga, kenakan pakaian yang nyaman dan mudah
untuk dilakukan penyuntikan vaksin di lengan atas.
Keempat, persiapkan diri untuk selalu menjaga kesehatan dan vitalitas tubuh dengan istirahat
cukup, makan cukup dan berimbang. Kelima, patuhi protokol kesehatan dengan menggunakan
masker, jaga jarak, dan sering mencuci tangan. Keenam, Jika mengalami kejadian ikutan pasca
imunisasi atau efek samping, komunikasikan dengan baik ke petugas kesehatan terdekat dan
tidak perlu panik.
“Untuk meningkatkan perlindungan tubuh terhadap infeksi SARS-CoV-2 memang kita
memerlukan vaksinasi booster. Selain itu, vaksinasi tersebut juga untuk mempersiapkan kita
dari serangan varian baru yang akan datang,” tegas Prof. Tri.

Vaksin Booster Picu Super Immunity, Tingkatkan Kekebalan Tubuh?


Pemberian vaksin booster Covid-19 telah mulai dilakukan sejak pertengahan Januari sebagai
salah satu perlindungan dalam menghadapi varian Omicron. Selain itu, ahli mengungkapkan
terdapat manfaat utama dari vaksin booster. Apa itu?
Dokter spesialis paru Erlina Burhan mengungkapkan, vaksinasi booster Covid-19 dapat memicu
super immunity, yaitu kondisi yang membantu seseorang menjadi lebih kebal terhadap Covid-
19.
"Booster pada individu yang belum pernah terinfeksi atau yang naif bisa (membentuk hybrid
immunity). Kalau orang tidak ada riwayat (terinfeksi Covid-19) ditambah dengan vaksinasi
lengkap ini akan terbentuk super immunity," kata Erlina dalam sebuah acara daring.
Super immunity atau hybrid immunity merupakan kondisi kekebalan yang tinggi terhadap
semua varian virus corona, termasuk varian yang akan datang. Kondisi ini diketahui muncul
pada individu yang memiliki riwayat terinfeksi Covid-19 dan sudah melakukan vaksinasi dosis
lengkap.
Kesimpulan :
Kita memerlukan vaksin booster untuk memperkuat daya tahan tubuh kita dan dengan adanya
berbagai kasus covid yang semakin bertambah di Indonesia, vaksin booster dapat memperkecil
kemungkinan untuk terjangkit covid 19 karena vaksin booster dapat menahan virus dan
merangsang sistem imun yang bisa meningkatkan kadar imun tubuh.

Kontra “Vaksin booster memperkuat imunitas manusia”


Efek Samping Muncul Setelah Vaksinasi Booster
Pemerintah terus menggenjot pelaksanaan vaksinasi booster bagi masyarakat Indonesia.
Namun, banyak warga yang masih ragu karena khawatir mengalami reaksi atau Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI). KIPI ini juga kerap disebut efek samping yang dirasakan setelah
mendapatkan vaksinasi Covid-19.
1. Vaksin CoronoVac atau Vaksin Covid-19 Bio Farma.
Vaksin CoronaVac atau Vaksin COVID-19 Bio Farma merupakan vaksin pertama yang
memperoleh izin sebagai booster/dosis lanjutan homolog, diberikan sebanyak 1 dosis minimal
setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap Coronavac/ Vaksin COVID-19 Bio Farma
pada usia 18 tahun ke atas dengan peningkatan titer antibodi netralisasi hingga 21-35 kali
setelah 28 hari pemberian booster/dosis lanjutan pada subjek dewasa. Adapun efek samping
vaksin CoronoVac adalah:

 Menimbulkan reaksi lokal atau efek samping nyeri pada lokasi suntikan.
 Umumnya tingkat keparahannya grade satu atau dua

2. Vaksin Comirnaty dari Pfizer

Vaksin Comirnaty dari Pfizer sebagai dosis lanjutan homolog dapat diberikan sebanyak 1 dosis
minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap Comirnaty/Pfizer pada usia 18
tahun ke atas, dengan peningkatan nilai titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan pemberian
booster/dosis lanjutan dibandingkan 28 hari setelah vaksinasi primer sebesar 3,29 kali. Efek
samping vaksin Comirnaty adalah:

 Nyeri otot
 Demam
 Nyeri sendi

3. Vaksin AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac)

Vaksin AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac) sebagai booster homolog dapat diberikan
sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap AstraZeneca
(Vaxzevria dan Kconecavac) pada usia 18 tahun ke atas, dengan peningkatan nilai rata-rata titer
antibodi IgG setelah pemberian booster/dosis lanjutan dari 1792 (sebelum pemberian
booster/dosis lanjutan) menjadi 3746. Efek samping vaksin AstraZeneca adalah:
 nyeri
 kemerahan
 gatal
 pembengkakan
 kelelahan
 sakit kepala
 meriang
 mual

4. Vaksin Moderna

Vaksin Moderna sebagai booster homolog dan heterolog (dengan vaksin primer AstraZeneca,
Pfizer, atau Janssen) dengan dosis setengah (half dose) dapat diberikan pada usia 18 tahun
keatas. Penggunaan dilakukan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah mendapatkan dosis lengkap
vaksinasi primer. Kenaikan respons imun antibodi netralisasi sebesar 12,99 kali setelah
pemberian dosis booster homolog vaksin Moderna.

Efek samping vaksin Moderna antara lain:

 lemas
 sakit kepala
 menggigil
 demam
 mual
5. Vaksin Zifivax
Vaksin Zifivax sebagai booster heterolog dengan full dose untuk usia 18 tahun atau lebih dapat
diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah mendapatkan dosis lengkap vaksinasi primer
(Sinovac atau Sinopharm). Peningkatan titer antibodi netralisasi lebih dari 30x pada subjek
yang telah mendapatkan dosis primer Sinovac atau Sinopharm. Hasil evaluasi dari aspek
keamanan kelima vaksin booster/dosis lanjutan tersebut menunjukan bahwa frekuensi, jenis,
dan keparahan dari Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) yang dilaporkan setelah pemberian booster
umumnya bersifat ringan dan sedang.
Efek samping dari vaksin Zifivax adalah:

 timbul nyeri pada tempat suntikan


 sakit kepala
 kelelahan
 demam
 nyeri otot (myalgia)
 batuk mual (nausea)
 diare dengan tingkat keparahan grade satu dan dua

Kesimpulan :
Vaksin booster memiliki berbagai jenis dan berbagai efek samping. Apabila kita menyuntikkan
vaksin booster kepada tubuh kita sendiri apakah ada kemungkinan bahwa kita juga bisa
terjangkit penyakit yang berasal dari vaksin tersebut. Yang mana tadi kita telah mengetahui
berbagai efek samping di berbagai macam vaksin booster, bagaimana jika efek tersebut dapat
bertambah parah dan berbahaya bagi kita? maka dari itu kami menyimpulkan booster bisa
dijadikan berbahaya jika efek samping dari vaksinnya tidak kunjung reda atau bertambah
berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai