Anda di halaman 1dari 16

Nama : Zulfikri

NIM : 1904104010036
Judul Tugas : Tugas 04 BAB Pengurusan Jenazah

BAB IV
PENGURUSAN JENAZAH

1. Pengertian Pengurusan Jenazah

Pengurusan Jenazah adalah proses yang di dalamnya termasuk memandikan,


mengkafani dan menyolatkan jenazah sebelum menguburkannya. Kata jenazah diambil
dari bahasa Arab  (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫جن ذ‬   yang berarti
menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup.
 Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,
khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.
Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang
harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
1.   Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.
2.   Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.
3.   Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya
mulutnya tidak menganga/terbuka.
4.   Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya
diselubungi dengan kain.
5.   Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai tolannya.
6.   Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.
7.   Segerakanlah fardu kifayahnya.

2. Tata Cara Memandikan Jenazah

 Hukum Memandikan Jenazah

Dalam Islam, hukum memandikan jenazah adalah fardhu kifayah dengan


keluarga mendapat prioritas utama. Fardhu kifayah adalah apabila satu orang sudah
melaksanakannya maka kewajiban yang lain gugur.
ً ‫ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ُملَبِّيا‬Oُ‫ا ْغ ِسلُوْ هُ بِ َما ٍء َو ِس ْد ٍر َو َكفِّنُوْ هُ فِ ْي ثَوْ بَ ْي ِه َوالَ تُ َخ ِّمرُوْ ا َرْأ َسهُ فَِإ َّن هللاَ يَ ْب َعثُه‬

Artinya: "Mandikanlah dirinya dengan air dan daun bidara. Serta kafanilah
dengan kedua lembar pakaiannya dan jangan kalian tutup kepalanya. Karena
sesungguhnya Allah akan membangkitkannya pada hari Kiamat dalam keadaan
bertalbiyah." (HR Muslim).

 Jenazah yang wajib dimandikan

Ada empat golongan jenazah yang wajib dimandikan untuk membersihkan najis


dan kotoran sebelum dikuburkan. Golongan tersebut adalah jenazah muslim atau
muslimah, ada tubuhnya, tidak kategori mati syahid, dan bukan bayi yang meninggal
karena keguguran. Namun jika janin yang meninggal telah berusia lebih dari empat
bulan wajib dimandikan, dibungkus kafan, dan disholatkan.

‫صلَّى َعلَ ْي ِه َويُ ْدعَى لِ َوالِ َد ْي ِه بِ ْال َم ْغفِ َر ِة َوالرَّحْ َم ِة‬


َ ُ‫ ال ِّس ْقطُ) ي‬:‫َو الطِّ ْف ُل (و في رواية‬

Artinya: "Seorang anak kecil (dan dalam satu riwayat, janin yang mati keguguran), dia
dishalatkan dan didoakan untuk kedua orang tuanya dengan ampunan dan rahmat. (HR
Abu Dawud dan At Tirmidzi).

 Jenazah yang tidak wajib dimandikan

Jenazah yang meninggal dalam kondisi berperang di jalan Allah SWT tidak
perlu dimandikan sebelum dikubur. Jenazah mereka yang terbunuh (syahid marakah)
bisa langsung dikuburkan meski masih ada bercak darahnya. Berikut hadistnya seperti
yang dinarasikan Jabir.

َ ُ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ َم َر بِ َد ْف ِن ُشهَدَا ِء ُأ ُح ٍد فِي ِد َماِئ ِه ْم َولَ ْم يُ َغ َّسلُوْ ا َولَ ْم ي‬
‫ص َّل َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫َأ َّن النَّبِ َي‬

Artinya: "Bahwasanya Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk mengubur para


syuhada' Uhud dalam (bercak-bercak) darah mereka, tidak dimandikan dan tidak
dishalatkan. (HR Al Bukhari).
 Syarat orang yang memandikan jenazah

Mereka yang hendak memandikan jenazah harus memenuhi syarat berikut yaitu


muslim, berakal, balik, jujur dan saleh, terpercaya dan amanah, tahu hukum
memandikan, adab, dan tata cara memandikan jenazah, seta menutup aib. Syarat ini
sempat disinggung Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya.

َ‫لِيَ ْغ ِسلْ َموْ تَا ُك ْم ْال َمْأ ُموْ نُوْ ن‬

Artinya: "Hendaklah jenazah-jenazah kalian dimandikan oleh orang yang dapat


dipercaya." (HR Ibnu Majah).

 Mereka yang bisa memandikan

Sesuai dengan sifatnya yang fardhu kifayah, maka muncul urutan mereka yang bisa
memandikan jenazah. Jika mereka yang diutamakan talah ikut memandikan jenazah,
maka kewajiban yang lain gugur. Berikut urutannya

a. Untuk jenazah laki-laki:


1. Laki-laki yang masih ada hubungan keluarga dengan jenazah misal kakak, adik,
keluarga, atau kakek
2. Istri
3. Laki-laki yang tidak ada hubungan kekerabatan
4. Perempuan yang masih muhrim

b. Untuk jenazah perempuan:


1. Suami
2. Perempuan yang masih ada hubungan keluarga dengan jenazah misal kakak, adik,
keluarga, atau nenek
3. Perempuan yang tidak ada hubungan kekerabatan
4. Laki-laki yang masih muhrim
 Tahap memandikan jenazah

Tata cara mengurus jenazah dari memandikan sampai menguburkan yang


pertama harus dipahami tentunya dalam memandikan. Sebagai cara yang pertama dalam
tata cara mengurus jenazah dari memandikan sampai menguburkan, memandikan
jenazah sangat penting dilakukan dengan benar.

Berikut tata cara memandikan jenazah:

1. Meletakkan jenazah dengan kepala agak tinggi di tempat yang disediakan


2. Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3. Ambil kain penutup dari jenazah dan ganti dengan kain basahan agar auratnya
tidak terlihat
4. Setelah itu bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya,
celah jari tangan dan kaki serta rambutnya.
5. Bersihkan kotoran jenazah baik yang keluar dari depan maupun dari belakang
terlebih dahulu. Caranya, tekan perutnya perlahan-lahan agar apa yang ada di
dalamnya keluar.
6. Siram atau basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun.
7. Kemudian siram dengan air yang bersih sambil berniat sesuai jenis kelamin
jenazah.

Niat memandikan jenazah perempuan:

Nawaitul ghusla adaa 'an hadzihil mayyitati lillahi ta'aalaa

Artinya: "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (wanita)
ini karena Allah Ta'ala."

Niat memandikan jenazah laki-laki:

Nawaitul ghusla adaa 'an hadzal mayyiti lillahi ta'aalaa

Artinya: "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (pria) ini
karena Allah Ta'ala."

8. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki dengan air bersih. Siram sebelah
kanan dan kiri masing-masing 3 kali.
9. Memiringkan jenazah ke kiri, basuh bagian lambung kanan sebelah belakang.
10. Memiringkan jenazah ke kanan, basuh bagian lambung kirinya sebelah
belakang.
11. Siram lagi dengan air bersih dari kepala hingga ujung kaki.
12. Siram dengan air kapur barus.
13. Jenazah kemudian diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat.
14. Perlakukan jenazah dengan lembut saat membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
15. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak
perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis tersebut.
16. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke
belakang. Setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang.
17. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak
membasahi kain kafannya.
18. Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus.

Begitulah cara memandikan jenazah sebagai salah satu bagian dari tata cara mengurus
jenazah dari memandikan sampai menguburkan.

Nabi Muhammad SAW sempat menyampaikan hadist seputar memandikan mayat


berikut penggunaan air bidara. Berikut hadistnya yang bisa menjadi panduan saat
memandikan mayat.

ً ‫ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ُملَبِّيا‬Oُ‫ا ْغ ِسلُوْ هُ بِ َما ٍء َو ِس ْد ٍر َو َكفِّنُوْ هُ فِ ْي ثَوْ بَ ْي ِه َوالَ تُ َخ ِّمرُوْ ا َرْأ َسهُ فَِإ َّن هللاَ يَ ْب َعثُه‬

Artinya: "Mandikanlah dirinya dengan air dan daun bidara. Serta kafanilah dengan
kedua lembar pakaiannya dan jangan kalian tutup kepalanya. Karena sesungguhnya
Allah akan membangkitkannya pada hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah." (HR
Muslim).

Memandikan mayat sebetulnya cukup dilakukan satu kali, namun bisa lebih jika
dipertimbangkan perlu. Bertikut hadist terkait berapa kali mayat sebaiknya dimandikan.

‫ا ْغ ِس ْلنَهَا ثَالَثا ً َأوْ خَ ْمسا ً َأوْ َسبْعا ً َأوْ َأ ْكثَ َر ِم ْن َذلِكَ ِإ ْن َرَأ ْيتُ َّن‬
Artinya: "Mandikanlah dia tiga, lima atau tujuh kali, atau lebih banyak dari itu jika
kalian memandangnya perlu." (HR Bukhari).

3. Tata Cara Mengafankan Jenazah


Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu
yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah
muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist
diriwayatkan sebagai berikut:
‫ها جر نا سع ر سو ل ا هلل صلى ا هلل عليه و سلم كلتمس و جه ا هلل فو قع ا جرنا على هللا فمنا من ما ت لم يأ كل من‬
‫ ا ذا غطينا بها ر أ سه خر جت ر جال‬,‫ا جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو م ا حد فلم نجد ما لكفنه ا ال بر د ة‬
‫ و ا ذا غطينا بها ر جليه حر ج ر أ سه فأ مر نا ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم ا ن نغطي ر أ سه و ا ن نجعل على‬,‫ه‬
)‫ر جليه من ا ال ذ خر (رواه ا لبخا ر ى‬
Artinya: “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah
SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada
yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya,
Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya
kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika
kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk
menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R Bukhari)

Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:


1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,
kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:
Untuk mayat laki-laki
1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan
luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
2. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain
kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
3. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan
cara yang lembut.
5. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga
atau lima ikatan.
6. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun
kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar
menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

Untuk mayat perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
1. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
2. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
3. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
4. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
5. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain
dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau
dengan kapur barus.
2. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4. Pakaikan sarung.
5. Pakaikan baju kurung.
6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7. Pakaikan kerudung.
8. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung
kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

4. Tata Cara Menshalatkan Jenazah


Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu
kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:

)‫صلو ا على مو تا كم (رواه ابن ما جه‬

Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”

Orang paling utana untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:

1. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah.
2. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.
3. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.
4. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.
5. Keluarga terdekat.
6. Kaum muslimim seluruhnya.

Rukun shalat jenazah ialah:

1. Berniat menshalatkan jenazah.


2. Takbir empat kali.
3. Berdiri bagi yang kuasa.

Adapun tata cara melakukan shalat jenazah adalah sebagai berikut:

1. Niat
“Ushalli ‘alaa haadzal mayyiti arba’a takbiirotin fardlal kifaayatin makmuuman lillaahi
ta’aalaa”

Setiap shalat dan ibadah lainnya kalo tidak ada niat dianggap tidak sah, termasuk
niat melakukan Shalat jenazah. Niat dalam hati dengan tekad dan menyengaja akan
melakukan shalat tertentu saat ini untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta’atan kepada-Nya dalam agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-
Bayyinah : 5).

Hadits Rasulullah SAW dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai
niatnya.” (HR. Muttafaq Alaihi)

2. Berdiri Bagi Yang Mampu


Shalat jenazah dilakukan dengan cara berdiri (seseorang mampu untuk berdiri dan tidak
ada uzurnya). Karena jika sambil duduk atau di atas kendaraan [hewan tunggangan],
Shalat jenazah dianggap tidak sah.

4. Takbir 4 kali
Dari Jabi ra bahwa Rasulullah SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib)
dan beliau takbir 4 kali. (HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355).

5. Setelah Takbir Pertama, membaca alfatihah


6. Setelah Takbir Kedua, Bersholawat kepada Nabi SAW

7. Setelah Takbir Keempat, Berdoa untuk Mayit


Sabda Rasulullah SAW : Bila kalian menyalati jenazah, maka murnikanlah doa
untuknya. (HR.
Abu Daud : 3199 dan Ibnu Majah : 1947).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain :

“Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa


wassi’madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi, wanaqqohi minal khotoya
kamaayunaqqottsaubu abyadhu minadanasi, waabdilhu daaron khoiron in daarihi,
waahlankhoiron min ahlihi, wazaujan khoiron minzaujihi, waqihi fitnatal qobri
wa’adaabinnar”.

8. Doa Setelah Takbir Keempat

“Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana walahu,


walilladiinasabaquuna biliimaani walaataj’al fii quluubinaa gillan lilladiina amanuu
robbanaa innakarouufurrohiim”.

9. Salam
“Assalamu’aliakum warahmatullohi wabarokaatuhu”. “kekanan dan kekiri”

Catatan:
· Doa yang saya berikan di atas adalah untuk mayit lelaki satu orang.
· Kalau dua orang laki-laki atau perempuan, diganti dengan: HUMA.
· Kalau perempuan satu orang, diganti dengan: HA.
· Kalau banyak mayit lelaki: HUM.
· Kalau banyak mayit wanita: HUNNA.
· Kalau gabung banyak mayat lelaki dan wanita, bisa pakai: HUM.
Contoh : Allahummaghfir lahum warhamhum, wa’aafihi wa’fu ‘anhum

5. Tata Cara Menguburkan Jenazah


Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di
atas pundak dari keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesa-


gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping
kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari jangkauan
binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.

Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq. Dalam masalah ini
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non
muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam
“Ahkamul Janaaiz” hal. 145)

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar


kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).
– Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.

– Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.


– Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang
lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika
tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

– Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah


mengucapkan: “BISMILLAHI WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan
menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam
posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan
kedua kaki.

– Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di bawah kepalanya, sebab
tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak perlu menyingkap wajahnya,
kecuali bila si mayit meninggal dunia saat mengenakan kain ihram sebagaimana yang
telah dijelaskan.
– Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

– Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.

– Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam
liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas
jenazah tersebut.

– Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
– Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini
terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu
diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.

– Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu
nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar
padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal
tersebut. (HR. Muslim)

– Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab


pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai
menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si
mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!).
Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan manfaat dari doa mereka.

6. Manfaat Takziah dan Mengantarkan Jenazah


1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa
atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya

Muslim, Abu Dawud, An Nasai, At Turmudzi, Ibnu Majah, Ath Thayalisiy, dan Ahmad,
dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, dari Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam,
“Barangsiapa menyaksikan jenazah (dari rumahnya). (Di dalam satu riwayat),"
Barangsiapa yang mengiringi jenazah seorang muslim dengan penuh keimanan dan
mengharapkan pahala sampai disholatkan maka ia akan mendapatkan pahala satu qirath.
Dan barangsiapa yang menyaksikannya sampai dikuburkan, (di dalam riwayat yang
lain, sampai selesai semua kepengurusannya) maka ia mendapatkan pahala dua qirath".

Ditanyakan, "Apakah pahala dua qirath itu?". Beliau menjawab, " Yaitu sebesar dua
gunung yang besar". (Di dalam riwayat yang lain), " Setiap satu qirath ukurannya itu
sebesar gunung Uhud". 

Anda mungkin juga menyukai