Anda di halaman 1dari 4

ABDULLAH HUSSEIN – 202180022

TUGAS ANALISA KASUS MENEGEMENT SDM

Kasus 1

Pro Kontra Menuju Disahkannya Omnibus Law Cipta Kerja

Rancangan Undang-undang Cipta Kerja yang akan disahkan dalam Rapat Paripurna 8
Oktober nanti, masih menimbulkan sejumlah pro dan kontrak di masyarakat.
Pemerintah dan DPR telah menyepakati Omnibus Law Rancangan Undang-Undang (RUU)
Cipta Kerja untuk disahkan menjadi Undang-Undang pada Rapat Paripurna, 8 Oktober nanti.
Dalam Rapat Panitia Kerja yang telah berlangsung Sabtu (03/10) lalu, tujuh fraksi menyetujui
RUU Cipta Kerja menjadi UU dan dua faksi menyatakan menolak. RUU Cipta Kerja hanya
salah satu dari Omnibus Law. Dalam Omnibus Law sendiri terdapat tiga RUU yang siap
diundangkan, antaranta RUU Cipta Kerja, RUU Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk
Penguatan Perekonomian, dan RUU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan.
Namun, Omnibus Law Cipta Kerja menjadi RUU yang paling banyak menimbulkan pro
kontra di tengah masyarakat dan dari berbagai kalangan.
Pihak pemerintah sendiri mengklaim bahwa Omnibus Law RUU Cipta Kerja akan bermanfaat
besar untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, sebagaimana yang dikatakan oleh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, bahwa Omnibus Law RUU
Cipta Kerja juga membawa Indonesia memasuki era baru perekonomian global. “RUU Cipta
Kerja akan mendorong reformasi regulasi dan debirokratisasi, sehingga pelayanan
Pemerintahan akan lebih efisien, mudah, dan pasti, dengan adanya penerapan Norma, Standar,
Prosedur, dan Kriteria (NSPK) dan penggunaan sistem elektronik,” kata Airlangga dalam
keterangan resminya.
Lebih lanjut Airlangga menjelaskan, RUU Cipta Kerja ditujukan untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang menghambat peningkatan investasi dan pembukaan lapangan
kerja. Yang mana dilakukan melalui penyederhanaan sistem birokrasi dan perizinan,
kemudahan bagi pelaku usaha terutama UMKM, ekosistem investasi yang kondusif, hingga
penciptaan lapangan kerja untuk menjawab kebutuhan angkatan kerja yang terus bertambah
serta kemudahan dan kepastian dalam proses perizinan melalui OSS (Online Single
Submission).
Disisi lain, Serikat buruh menganggap sejumlah pasal dari RUU Omnibus Law ini akan
merugikan posisi tawar pekerja. Salah satu yang jadi sorotan yakni penghapusan skema upah
minimum UMK yang diganti dengan UMP yang bisa membuat upah pekerja lebih rendah.
Lalu, buruh juga mempersoalkan Pasal 79 yang menyatakan istirahat hanya 1 hari per minggu.
Ini artinya, kewajiban pengusaha memberikan waktu istirahat kepada pekerja atau buruh makin
berkurang dalam Omnibus Law RUU Cipta Kerja. Jika disahkan, pemerintah dianggap
memberikan legalitas bagi pengusaha yang selama ini menerapkan jatah libur hanya sehari
dalam sepekan. Sementara untuk libur dua hari per minggu, dianggap sebagai kebijakan
masing-masing perusahaan yang tidak diatur pemerintah. Hal ini dinilai melemahkan posisi
pekerja.
Kemudian, kontra RUU Cipta kerja datang pula dari berbagai kalangan, Ketua Kongres
Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), Nining Elitos, mendesak DPR dan pemerintah
membatalkan pengesahan RUU Cipta Kerja pada Rapat Paripurna, Kamis, 8 Oktober nanti.
Sementara itu, Direktur Pusat Studi Konstitusi dari Universitas Andalas, Feri Amsar—yang
tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Omnibus Law—mengatakan pihaknya siap
membawa RUU Cipta Kerja untuk diuji ke Mahkamah Konstitusi (MK) jika akhirnya disahkan
oleh DPR dan pemerintah.

Sumber: Pro Kontra Menuju Disahkannya Omnibus Law Cipta Kerja | KlikLegal

ANALISA KASUS 1:
• Omnibus Law adalah gabungan sejumlah peraturan yang sudah berlaku sebelumnya, yang
kemudian beberapa pasalnya diubah atau dihapuskan agar menjadi lebih sederhana dan
komprehensif. Tujuan utama dari undang-undang ini adalah untuk menaikkan investasi
sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia

• Kasus diatas merupakan kasus yang disebabkan oleh pemerintah dan dpr yang
menyepakati omnimbus law rancangan undang-undang cipta kerja. Bisa diketahui
kesapakatan ini akan menimbulkan kontervensi dikalangan masyarakat.
• Di kasus menimbulkan banyak pro dan kontra dari berbagai kalangan bahkan banyak
masyarakat yang turun ke jalan untuk melakukan aksi demonstrasi penolakan Undang-
Undang Cipta Kerja ini.

• Jika dilihat dari sudut pandang pemerintah rancangan undang undang ini akan bermanfaat
besar untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional. Sebagaimana yang dikatakan oleh
menteri koordinator bidang perekonomian dikasus tersebut, bahwa RUU Cipta Kerja
ditujukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang menghambat peningkatan
investasi dan pembukaan lapangan kerja.

• Tetapi jika dilihat dari sisi yang kontra yaitu masyarakat, RUU Omnibus Law ini akan
merugikan posisi tawar mereka yang sebagian besar adalah pekerja, sebagai contoh yakni
penghapusan skema upah minimum UMK yang diganti dengan UMP yang bisa membuat
upah pekerja lebih rendah. Hal-hal ini akan membuat masyarakat menilai bahwa
pengesahan RUU Cipta Kerja akan mengancam hak asasi manusia (HAM) dan tidak
demokratis. Mereka juga menilai hal ini bertentangan dengan dasar negara kita, yaitu
Pancasila.

• Dari point point diatas bisa disimpulkan bahwa undang undang omnimbus law ini
memiliki kelebihan dan kekurang. Dsini saya juga menyarankan seharusnya undang-
undang ini dipikirkan dengan matang dan bisa dirumuskan kembali dengan melihat
kelebihan dan kekuranagn yang terjadi di semua kalangan. Kita sebagai masyarakat
seharusnya harus lebih berpikir matang dan mengumpulkan informasi sebelum
berpendapat. Dan juga untuk pemerintah hendaknya lebih terbuka dan menerima semua
pendapat yang disampaikan oleh masyarakat
Kasus 2

Pro-Kontra JHT Baru Bisa Cair di Usia 56 Tahun


Jakarta - Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) No 2 Tahun 2022 mengenai manfaat
Jaminan Hari Tua (JHT) baru bisa dicairkan di masa pensiun 56 tahun, menuai banyak pro dan kontra.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Ristadi berpendapat Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan (Permenaker) No 2 Tahun 2022 tentang Cara dan Persyaratan Pembayaran Jaminan
Hari Tua (JHT) sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.

"Filosofi JHT kan memang untuk mengcover ketika peserta memasuki masa tua, atau pensiun," kata
Ristadi, Senin (14/2/2022).

Menurut Ristadi Permenaker 2/2022 yang baru akan berlaku pada 4 Mei 2022 ini, sebenarnya perintah
dari pasal 37 UU 40/2004. Dalam pasal itu disebutkan bahwa manfaat jaminan hari tua berupa uang
tunai dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau
mengalami cacat total tetap.

"Secara yuridis dan filosofis pemerintah tidak salah, situasinya saja yang belum tepat," imbuhnya.

Sebaliknya, Presiden ASPEK Indonesia, Mirah Sumirat mendesak pemerintah untuk membatalkan
Permenaker 2/2022 ini. Menurutnya, aturan ini merugikan para pekerja karena hak JHT merupakan
milik pekerja dan pemberi kerja bukan pemerintah.

"Pemerintah jangan semena-mena menahan hak pekerja! Karena faktanya, banyak korban PHK
dengan berbagai penyebabnya, yang membutuhkan dana JHT miliknya untuk memenuhi kebutuhan
hidup atau memulai usaha setelah berhenti bekerja. Banyak juga pekerja yang di-PHK tanpa
mendapatkan pesangon, antara lain karena dipaksa untuk mengundurkan diri dari perusahaan.
Sehingga pekerja sangat berharap bisa mencarikan JHT yang menjadi haknya.", tegas Mirah Sumirat
dalam keterangan tertulis Senin (14/02/2022).
Ia juga menambahkan, bahwa dana pensiun JHT ini dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan yang
merupakan dana milik nasabah yaitu pekerjanya yang dipotong dari gaji sebesar 2% setiap bulannya,
dan 3,7% dari upah oleh pemberi kerja atau perusahaan.

Akhirnya, ASPEK Indonesia pun mendesak pemerintah untuk membatalkan aturan Permenaker No. 2
tahun 2022, dan kembali pada Permenaker No. 19 tahun 2015 yaitu JHT dapat dicairkan untuk
pekerja yang berhenti kerja, baik karena mengundurkan diri atau resign maupun karena terkena PHK.

sumber : https://finance.detik.com/moneter/d-5942102/pro-kontra-jht-baru-bisa-cair-di-usia-56-tahun.
ANALISA KASUS 2 :

• Jaminan Hari Tua (JHT) adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib dengan tujuan untuk
menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami
cacat total tetap, atau meninggal dunia.

• Kasus diatas berisi tentang Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) No 2 Tahun


2022 mengenai manfaat Jaminan Hari Tua (JHT) baru bisa dicairkan di masa pensiun 56
tahun, hal ini menimbulkan banyak pro dan kontra.

• Bisa dilihat dari kasus diatas pihak yang mendukung sebagian besar mengatakan kalau
jaminan hari tua ini adalah untuk mengcover ketika pekerja memasuki masa tua atau
pensiun. Yang dimana tertera dalam pasal 37 UU 40/2004 yang berisi bahwa manfaat
jaminan hari tua berupa uang tunai dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia
pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.

• Dari sisi yang menolak peraturan tersebut beranggapan bahwa aturan ini merugikan para
pekerja karena hak JHT merupakan milik pekerja dan pemberi kerja bukan pemerintah.

• Namun di sisi lain, alasan penolakan selain karena aturan baru mengenai JHT tersebut
dinilai merugikan pekerja, JHT dinilai sebagai hak pekerja yang pensiun dini. Mereka
beranggapan bahwa JHT merupakan hak rakyat, sehingga dapat digunakan kapanpun
serta negara tidak berhak mengatur penggunaannya.

• Sudah seharusnya pemerintah dan pihak berwajib kembali memikirkan tentang


pengeluaran atauran Permenaker No. 2 tahun 2022 ini dikarenakan masih banyak
menuaikan pro dan kontra dikalangan masyarakat terutama para pekerja, terlebih lagi
disaat situasi pandemi sekarang ini pasti akan semakin banyak kontroversi atas peraturan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai