Darah 3 - Partner 4a
Darah 3 - Partner 4a
DARAH 3
Disusun Oleh:
Partner 4A
Nama NIM
Bill Roy E. Hutauruk 200805005
Nurul Sakinah 200805079
Windi Tesalonika Turnip 200805091
Fathi Amalia Saida 200805100
Silmy Kaffah Nasution 200805106
DARAH 3
Disusun Oleh:
Partner 4A
Nama NIM
Bill Roy E. Hutauruk 200805005
Nurul Sakinah 200805079
Windi Tesalonika Turnip 200805091
Fathi Amalia Saida 200805100
Silmy Kaffah Nasution 200805106
sejajar a. Dapat membandingkan beberapa sel darah merah dari beberapa jenis hewan.
b. Dapat mengamati waktu pembekuan darah.
c. Dapat menentukan golongan darah dengan sistem ABO.
d. Dapat menghitung jumlah sel darah memrah (eritrosit)
e. Dapat menghitung jumlah sel darah putih (leukosit)
f. Dapat menghitung kadar Hb (hemoglobin)
g. Dapat melihat kristal hemin.
h. Dapat melihat proses hemolisa dan krenasi.
i. Dapat menghitung nilai hematokrit.
j. Dapat mengamati laju endap darah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Darah
Darah merupakan bagian dari cairan ekstra sel yang berfungsi untuk
mengambil Oksigen (O2) dari paru-paru, bahan-bahan nutrisi dari saluran cerna dan
mengangkut hormon dari kelenjar endokrin. Bahan-bahan tersebut diangkut
keseluruh sel dan jaringan dimana bahan-bahan tersebut akan berdifusi dan masuk
kedalam sel dan selanjutnya akan dipergunakan untuk semua aktivitas sel, bahan-
bahan yang dihasilkan dari proses metabolisme sel akan dikeluarkan dan diangkut
oleh darah untuk diekskresi. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh yang
diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh, Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi dan mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai
bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan
karena adannya hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang
mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-
molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti
darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa
karbion dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu
dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke
seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke
seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang mana saluran tersebut disebut dengan
pembuluh kapiler (Dekayana, 2019).
Darah adalah cairan dan digolongkan sebagai jaringan penghubung karena
darah memiliki sel-sel (sel darah merah dan putih) yang dikelilingi oleh suatu
komponen matriks ekstraselular yang luas yang dikenal sebagai plasma. Meskipun
banyak jaringan ikat lainnya memiliki peranan penting dalam struktur dan
perlindungan, fungsi darah untuk membagi-bagikan beraneka ragam zat yang sangat
penting bagi kehidupan. Jika kita mengambil sampel darah utuh dan memutarnya ke
dalam mesin pemusing untuk memisahkan komponen-komponen utamanya, Di
bagian atas sampel darah yang disentrifuged adalah cairan yang disebut plasma yang
mewakili sekitar 55% dari total volume (Whittenore, 2004).
2.4 Fibrinogen
Fibrinogen merupakan glikoprotein tertentu yang terlarut dan dapat
ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul 340 kDa. Sebagai faktor
pembekuan, fibrinogen merupakan komponen utama dalam sistem koagulasi dan
merupakan prekursor fibrin. Plasma fibrinogen merupakan komponen penting dalam
koagulasi dan juga merupakan penentu utama dalam hal kekentalan darah dan juga
pengalirannya. Di beberapa telitian didapatkan peningkatan kejadian tingkat plasma
fibrinogen yang dapat dihubungkan dengan peningkatan kebahayaan penyakit
kardiovaskular, termasuk juga strok, penyakit jantung iskemik dan tromboemboli
lainnya. Peningkatan tingkat plasma fibrinogen dapat menghasilkan kondisi
protrombotik atau kondisi kemampuan pembekuan darah berlebihan tertentu dan
merupakan bagian penting dalam menjelaskan kebahayaan dari strok dan kondisi
tromboemboli lainnya seperti atrial fibrilasi. Fibrinogen merupakan salah satu faktor
pembekuan, yang dapat meningkat ke pembekuan dan dapat juga sebagai petanda
inflamasi.1,2 Peningkatan tingkat plasma fibrinogen merupakan salah satu
kebahayaan untuk terjadi strok iskemik (Dalimunthe et al., 2015).
Saat kulit dipotong, darah mengalir ke permukaan. Trombosit (sel darah
kecil) menumpuk di tempat cedera. Sebuah enzim yang disebut tromboplastin adalah
dilepaskan ke dalam darah. Ini mengaktifkan serangkaian reaksi untuk menghasilkan
protein disebut trombin. Trombin berinteraksi dengan fibrinogen (protein larut), juga
ada dalam darah, untuk membuat protein fibrin yang tidak larut. Fibrin membentuk
benang mikroskopis, yang menjebak sel darah merah dan putih dan trombosit untuk
membentuk bekuan yang menyegel pembukaan luka. Gumpalan baru adalah 99
persen air tetapi itu segera berkontraksi dan mengering. Jaring benang fibrin dan
darah mati sel mengeras membentuk keropeng. Ini mencegah kehilangan darah lebih
lanjut dan membantu menghentikan bakteri dan kuman lainnya dari menginfeksi
luka. Di bawah keropeng, sel-sel baru terbentuk. Setelah sel-sel tua yang rusak telah
diganti, keropengnya terlepas. Jika keropeng dihapus sebelum proses ini selesai,
perdarahan lebih lanjut dapat terjadi dan keropeng baru dapat terbentuk untuk
menutup dan melindungi luka (Bender et al., 2005).
bold
Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa sel darah dari beberapa
jenis hewan serupa yait tidak memilikii inti sel, bentuk bikonveks, dan ukuran
yang kecil. Perbedaan yang dapat dilihat pada warna sel. Pada sel darah Golongan
Darah A Homo sapiens, Golongan Darah B Homo sapiens , Golongan Darah O
Homo sapiens, Bos sp 1, Bos sp 2 dan Cavia cobaya sp 1 memiliki warna sel darah
merah pucat.. Pada sel darah Golongan Darah AB Homo sapiens, Rattus
novergicus sp 1, Rattus novergicus sp 2 dan Cavia cobaya sp 2 memiliki warna
sel darah merah cerah.
Menurut Dekayana (2019), Darah itu berbentuk cairan dan berada pada
jaringan tubuh yang fungsi utamanya mengangkut oksigen yang dibutuhkan oleh
sel-sel di seluruh tubuh, Darah juga jaringan tubuh dengan nutrisi dan zat-zat
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem yang bertujuan
mempertahankan tubuh tubuh, yg berwarna antara merah terang dan gelap, apabila
kaya oksigen sampai merah tua itu pertanda kekurangan oksigen.
Menurut Bender (2005), Darah merupakan pengangkut jarak jauh,
transportasi massal bahan-bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau diantara
sel itu sendiri. Transportasi ini penting untuk mempertahankan homeostasis. Darah
terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen-elemen seluler yaitu eritrosit,
leukosit, dan trombosit berada. Eritrosit atau sel darah merah secara esensial
merupakan membran plasma kantong tertutup hemoglobin yang mengangkut O2 di
dalam darah. Eritrosit pada dasarnya memiliki jumlah paling banyak dibandingkan
sel-sel darah lainnya. Dalam satu milimeter darah, terdapat kira-kira 4,5-6 juta
eritrosit, itu sebabnya darah berwarna merah.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa pada sampel yang telah diuji
melalui sistem ABO yaitu Golongan Darah A Homo sapiens bergolongan darah A,
Golongan Darah B Homo sapiens bergolongan darah B, Golongan darah AB Homo
sapiens bergolongan darah AB. sedangkan untuk Golongan Darah O Homo sapiens
dan hewan lainnya memiliki golongan darah O.
Menurut Whittemore (2004), Ada empat golongan darah ABO yang berbeda
pada populasi manusia secara umum: A, B, AB, dan O. Penunjukan ini mengacu
pada apakah seseorang memiliki protein spesifik dengan atau tanpa polisakarida
tertentu, juga dikenal sebagai antigen, pada permukaan sel darah merahnya.
Seseorang dengan golongan darah A memiliki antigen A pada permukaan sel darah
merahnya. Individu tipe B memiliki versi B dari antigen ini. Baik antigen A dan B
terdapat pada sel darah merah seseorang dengan golongan darah AB. Tipe O
mengacu pada tidak adanya antigen A dan B.
Menurut Bender et al. (2005), Golongan darah ABO Dalam sistem ABO, gen
yang menentukan golongan darah seseorang memiliki tiga alel utama: A, B, dan O.
Masing-masing alel ini berisi kode untuk penanda kimia, atau antigen, yang muncul
di permukaan sel darah. (Dalam kasus O, ini mengkode kekurangan antigen.)
Manusia mewarisi dua alel ini dan ini menentukan golongan darah mereka: A, B,
AB, atau O. Darah dari satu kelompok tidak dapat dicampur dengan yang lain karena
itu akan menyebabkan pembekuan.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa jumlah sel darah merah
(eritrosit) terbanyak terdapat pada Bos sp 1 yaitu 14.500.000 sel/mm3 dan jumlah sel
darah merah paling sedikit terdapat pada Cavia cobaya sp 1 yaitu 63.000 sel/mm3.
Jumlah eritrosit yang berbeda pada masing-masing spesies bisa disebabkan karena
faktor lingkungan.
Menurut Theml et al (2004), Eritrosit adalah pembawa oksigen untuk semua
reaksi metabolisme yang bergantung pada oksigen dalam organisme. Mereka adalah
satu-satunya sel darah tanpa inti, karena ini memungkinkan mereka untuk mengikat
dan menukar jumlah terbesar dari molekul O2. Bentuk cakram bikonkaf fisiologis
mereka dengan tepi tebal memberikan plastisitas optimal.
Menurut Whittemore (2004), Karena sel darah merah tidak dapat menjalani
reproduksi seluler atau perbaikan, mereka biasanya hidup selama 120 hari. Ketika sel
darah merah mulai aus, dikeluarkan dari sirkulasi oleh limpa. Akibatnya, setiap hari
manusia harus menghasilkan 250 miliar sel pengganti dari sumsum tulangnya.
Proses pembentukan sel darah disebut hematopoiesis dan terjadi di sumsum tulang.
Pluripoten (mampu membentuk sebagian besar jaringan) sel punca hematopoietik
adalah sel yang tidak berdiferensiasi, hadir di sumsum tulang, yang memiliki
kapasitas untuk menjadi dari jenis sel darah yang berbeda. Ketika dirangsang untuk
membagi dengan faktor pertumbuhan tertentu, sel punca ini dapat menggantikan diri
mereka sendiri dengan dua sel induk pluripoten anak yang identik, atau mereka dapat
menjadi berkomitmen pada jalur perkembangan tertentu.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa jumlah sel darah putih
(leukosit) terbanyak terdapat pada Bos sp 1 yaitu 20.000-25.000 sel/mm3 dan jumlah
sel darah putih paling sedikit terdapat pada Rattus novergiccus sp 2 yaitu 220
sel/mm3. Jumlah leukosit yang berbeda pada masing-masing spesies bisa disebabkan
karena aktivitas hewan tersebut.
Menurut Maheshwari et al (2017), Leukosit adalah unit yang aktif dari sistem
pertahanan tubuh individu. Leukosit berfungsi sebagai pertahanan tubuh, melawan
infeksi secara langsung dan toksin yang dihasilkan akan dinetralisir oleh antibodi
yang berada dalam plasma darah. Jumlah leukosit di dalam tubuh setiap individu
berbeda dan berubah sesuai dengan kondisi tubuh. Perubahan komposisi leukosit
dapat terjadi pada keadaan stres, umur, status gizi, dan aktivitas fisiologis. Eosinofil
sendiri merupakan leukosit granulosit yang paling banyak ditemukan dan berkumpul
pada jaringan yang mengalami reaksi alergi. Eosinofil berperan aktif dalam mengatur
alergi, proses perdarahan, mengatur investasi parasit dan memfagosit bakteri. Basofil
merupakan leukosit yang memiliki jumlah paling sedikit dalam aliran darah (0.5 % -
0.15 %) dan termasuk leukosit agranulosit. Fungsi utama basofil adalah
membangkitkan reaksi hipersensitifitas dengan mengsekresikan mediator yang
bersifat vasoaktif. Basofil merupakan prekursor bagi sel mast dan melepaskan
histamin pada reaksi peradangan jaringan dan reaksi alergi.
Menurut Effendi et al (2014), Injeksi suatu substansi asing ke dalam binatang
yang mampu membuat respon imun akan menghasilkan antibody spesifik yang
muncul dalam serum sesudah beberapa waktu berlangsung. Imunogen tersebut akan
menyebabkan pengiriman sinyal pada sel-sel yang bertugas untuk membuat antibodi.
Antibodi tersebut disebut spesifik jika hanya bereaksi dengan antigen yang
merangsang produksinya. Gumpalan yang terbentuk antara antigen dan antiserum
spesifik akan bersatu dan akhirnya mengendap sebagai gumpalan-gumpalan besar
dan mudah terlihat dengan cairan di atasnya tetap jernih. Hal ini
terjadi karena pada umumnya antibody memiliki lebih dari satu reseptor pengikat.
Golongan Darah B
2. Homo sapiens Ada -
Golongan Darah AB
3. Homo sapiens Ada
Golongan Darah O
4. Homo sapiens Ada
5. Bos sp 1. Ada
6. Bos sp 2. Ada
1,5% Krenasi
7 Rattus novergicus 1 0% Hemolisa
0,1% Krenasi
0,3% Hemolisa
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi
1,5% Krenasi
8 Rattus novergicus 2 0% Krenasi
0,1% Krenasi
0,3% Krenasi
0,6% Hemolisa
0,9% Hemolisa
1,2% Hemolisa
1,5% Hemolisa
9 Cavia cobaya 1 0% Hemolisa
0,1% Hemolisa
0,3% Hemolisa
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi
1,5% Krenasi
10 Cavia cobaya 2 0% Hemolisa
0,1% Hemolisa
0,3% Hemolisa
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi
1,5% Krenasi
Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa proses hemolisa dan krenasi
didalam sel darah merah dari beberapa hewan diatas antara lain jumlah penentuan
antara hemolisa dan krenasi memiliki persentase yang seimbang.
Menurut Oktiyani (2017), Pengambilan sampel, pengenceran dan pemipetan
yang kurang tepat dapat menyebabkan darah dan larutan pengencer tidak homogen
sehingga hitung jumlah eritrosit tidak menjadi representatif dan hasil yang
didapatkan tidak akurat. Kesalahan lain yang dapat terjadi adalah berkaitan dengan
kamar hitung dan teknik menghitung sel eritrosit. Hitung jumlah sel harus sesuai
dengan aturan agar eritrosit tidak terhitung berulang. Terhitung berulang kali.
Menurut Apriliyanti et al (2007), Menyatakan bahwa absorbsi toksikan
melalui saluran cerna, toksikan yang masuk akan menuju ke lambung
yangmerupakan tempat penyerapan penting, kemudian terikat dalam plasma dan
diangkut lalu diserap di usus dengan sistem transport carrier.
Berdasarkan tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa laju endap darah pada
semua hewan membutuhkan waktu 1 jam yang berisi sel darah dan plasma darah.
Peningkatan laju endap darah akan meningkat apabila jumlah eritrosit bertambah
sebaliknya bila jumlah eritrosit menurun maka laju endap darah akan lebih lambat.
Menurut Hoffman (2017), Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu
pemeriksaan yang dapat dipakai sebagai penunjang diagnosis yang berkaitan
dengan terapi dan prognosis, diantaranya ialah tes laju endap darah. Tes laju endap
darah ialah tes yang mengukur kecepatan pengendapan eritrosit dan meng-
gambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit dan plasma.
Laju endap darah dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta
garavitasi bumi.
Menurut Dekayana (2019), Dalam darah normal nilai laju endap darah
relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat gaya gravitasi diimbangi oleh
tekanan ke atas akibat perpindahan plasma. Prinsip dari pengukuran laju endap
darah dengan menggunakan metode westergreen adalah darah vena dengan
penambahan antikoagulan yang dimasukkan kedalam tabung westergren secara
vertikal sehingga menghasilkan pengendapan eritrosit dengan endapan tertentu.
Faktor Faktor yang mengurangi penurunan laju endap darah ialah Pe-nurunan
fibrinogen (bayi baru lahir), pengaruh obat, gula darah tinggi, albumin serum,
fosfolipid serum, kelebihan antikoagulan dan penurunan suhu, sedangkan faktor
yang meningkatkan laju endap darah ialah ke-hamilan, menstruasi, pengaruh obat,
keberadaan kolesterol, peningkatan suhu, globulin dan kemiringan tabung.
Penurunan LED terjadi pada penderita polisitemia vera, gagal jantung kongesti,
anemia sel sabit, infeksi mononukleus, defisiensi faktor V pembekuaan, arthritis
degeneratif, dan angina pektoris.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
a. Perbandingan sel darah merah dari berbagai jenis hewan sangat bervariasi,
dengan ada tidaknya inti sel, bentuk, warna, dan ukuran sel. Pada Golongan
Darah A Homo sapiens yang tidak memiliki inti sel, bentuk bikonkaf, warna
merah pucat, dan ukuran kecil. Pada Golongan Darah B Homo sapiens tidak
memiliki inti sel, bentuk bikonkaf, warna merah pucat, dan ukuran kecil.
Pada Golongan Darah AB Homo sapiens tidak memiliki inti sel, bentuk
bikonkaf, warna merah cerah, dan ukuran kecil. Pada Golongam Darah O
Homo sapiens tidak memiliki inti sel, bentuk bikonkaf, warna merah pucat,
ukuran kecil. Pada Bos sp., tidak memiliki inti sel, bentuk bikonkaf, warna
merah pucat, ukuran kecil. Pada Bos sp 2., tidak memiliki inti sel, bentuk
bikonkaf, warna merah pucat, ukuran kecil. Pada Rattus novergicus sp 1.,
tidak memiliki inti sel, bentuk bikonveks, warna merah cerah, ukuran kecil.
Pada Rattus novergicus sp 2., tidak memiliki inti sel, bentuk bikonveks,
warna merah cerah. Pada Cavia cobaya sp 1., tidak memiliki inti sel, bentuk
bikonveks, warna merah pucat, ukuran kecil. Dan pada Cavia cobaya sp 2.,
tidak memiliki inti sel, bentuk bikonveks, warna lebih terang, ukuran kecil.
b. Waktu pembekuan darah tercepat terdapat pada Golongan Darah A Homo
sapiens dan Bos sp 1., yang hanya membutuhkan waktu 15 menit. Waktu
beku darah terlama terdapat pada Rattus novergicus sp 2., yang
membutuhkan waktu terlama terdapat pada Golongan Darah B Homo
sapiens selama 1 jam 3 menit, pada Golongan Darah O Homo sapiens -,
Golongan Darah AB Homo sapiens selama 35 menit,pada Bos sp 2., selama
1 jam, pada Rattus novergicus sp 1., selama 1 jam, Rattus novergicus sp 2.,
selama 25 menit pada Cavia cobaya sp 1., selama 40 menit dan pada Cavia
cobaya sp 2.,selama 20 menit.
c. Golongan darah dengan sistem ABO dari Golongan Darah A Homo sapiens
bergolongan darah A, pada Golongan Darah B Homo sapiens bergolongan
darah B, pada Golongan darah AB Homo sapiens bergolongan darah
AB,sedangkan untuk Golongan Darah O Homo sapies, Bos sp 1., Bos sp 2.,
Rattus novergicus sp 1., Rattus novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan
Cavia cobaya sp 2., bergolongan darah O.
d. Jumlah sel darah merah (eritrosit) paling banyak di peroleh oleh Bos sp 1.,
sebesar 14.5000.000 sel/mm3, dan untuk jumlah sel eritrosit paling sedikit di
peroleh pada Cavia cobaya sp 1., sebesar 63.000 sel/mm3, pada Golongan
Darah A Homo sapiens sebesar 150.000 sel/mm3, pada Golongan Darah B
sebesar 1.310.000 sel/mm3, pada Golongan Darah AB Homo sapiens sebesar
4.260.000 sel/mm3 , pada Golongan Darah O Homo sapiens sebesar
3.8000.000-4.800.000 sel/mm3 , pada Bos sp 2., sebesar 560.000 sel/mm3 ,
pada Rattus novergicus sp 1., sebesar 1.117.000 sel/mm3 , pada Rattus
novergicus sp 2, sebesar 600.000 sel/mm3, dan pada Cavia cobaya sp 2.,
sebesar 150.000 sel/mm3 .
e. Jumlah sel darah putih terbanyak di peroleh oleh Bos sp 1., sebesar 20.0000-
25.000 sel/mm3, dan untuk jumlah sel leukosit paling sedikit di peroleh pada
Rattus novergicus sp 2., sebesar 220 sel/mm3, pada Golongan Darah A
Homo sapiens sebesar 1,0000 sel/mm3, pada Golongan Darah B sebesar
5.600 sel/mm3, pada Golongan Darah AB Homo sapiens sebesar 4.000
sel/mm3 , pada Golongan Darah O Homo sapiens sebesar 4.000-11.000
sel/mm3 , pada Bos sp 2., sebesar 6.750 sel/mm3 , pada Rattus novergicus sp
1., sebesar 5.500 sel/mm3 , Cavia cobaya sp 1., sebesar -sel/mm3, dan pada
Cavia cobaya sp 2., sebesar 950 sel/mm3 .
f. Kadar Hb (hemoglobin) paling banyak terdapat pada Bos sp 1 sebanyak
64%, pada Golongan Darah A Homo sapiens sebanyak 14,25%, pada
Golongan Darah B Homo sapiens sebanyak 37%, pada Golongan Darah AB
sebanyak 40%, pada Golongan Darah O Homo sapiens sebanyak 12,9%,
pada Bos sp 1., sebanyak 64%, pada Bos sp 2., sebanyak 58%, pada Rattus
novergicus sp., sebanyak-, pada Rattus novergicus sp 2., sebanyak 14,83%,
pada Cavia cobaya sp 1., sebanyak 57%, dan pada Cavia cobaya sp 2 l.,
sebanyak 13%.
g. Kristal hemin terlihat pada semua sampel sel darah dari Golongan Darah A
Homo sapiens, Golongan Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB
Homo sapiens, Golongan Darah O Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2.,
Rattus novergicus sp 1., Rattus novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan
Cavia cobaya sp 2., dapat dilihat dengan jelas.
h. Pada Golongan Darah O Homo sapiens paling banyak mengalami hemolisa
dan pada Bos sp 1 paling banyak mengalami krenasi yaitu dalam konsentrasi
NaCl 0%, 0,1%, 0,3%, 0,6%, dan 0,9%. . oleh sebab itu di sekitar eritrosit
menjadi hipotonis karena dengan penambahan NaCl melalui membran
semipermeabel menyebabkan proses hemolisis sebaliknya bila cairan
eritrosit menjadi hipertonis akan mengalami proses krenasi.
i. Nilai hematokrit (% volume dari BDM) paling banyak yaitu pada Rattus
novergicus sp 1 sebesar 78% dan nilai hematokrit paling sedikit terdapat
pada Golongan Darah AB Homo sapiens dan Bos sp 1 hanya 5%. Pada
Golongan Darah A Homo sapiens sebesar 40%, pada Golongan Darah B
Homo sapiens sebesar 37%, pada Golongan Darah O Homo sapiens sebesar
50%, pada Bos sp 2 sebesar 42%, pada Rattus novergicus sp 2 sebesar 35%,
pada Cavia cobaya sp 1 sebesar 23% dan pada Cavia cobaya sp 2 sebesar
47%.
j. Laju endap darah pada Homo sapiens A dan Rattus novergicus sp. 1 adalah
80% sel darah dan 20% plasma darah. Pada Rattus novergicus sp.1 adalah
40% sel darah dan 60% plasma darah. Pada Homo sapiens B, AB, O , Bos sp
1, Cavia cobaya sp 1 dan Cavia cobaya sp 2 adalah 20% sel darah dan 80%
plasma darah. Pada Bos sp 2 adalah 10% sel darah dan 90% plasma darah.
Laju endap darah dipengaruhi oleh jumlah eritrosit.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah:
a. Sebaiknya, Praktikan lebih sering aktif dan bertanya pada saat kegiatan
diskusi dengan asisten.
b. Sebaiknya, Praktikan lebih bersemangat lagi dalam melaksanakan praktikum
daring.
c. Sebaiknya, Praktikan memahami materi sebelum masuk praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Cavia cobaya
Lampiran 3. Flowsheet.
1. Perbandingan Beberapa Sel Darah Dari Beberapa Jenis Hewan
Darah
Hasil
Darah
Hasil
Darah
Diteteskan diatas objek glass
Ditambahkan dengan Anti A dan Anti B
Dihomogenkan
Ditentukan Golongan darah
Hasil
4. Menghitung Jumlah Eritrosit
Darah
Hasil
Darah
Dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda angka
0,5 atau 1,0 lalu ujung pipet dibersihkan dengan tissue
Dihisap larutan pengencer (Turk) sampai tanda 11 dengan cepat
dan tanpa menimbulkan gelembung udara
Dilepaskan pipa penghisap (aspirator)
Dilakukan gerakan mengaduk sampai bagian yang tercampur
hanya bagian yang membesar dari pipetCairan pada ujung pipet
yang tidak ikut terkocok dibuang
Siapkan kamar hitung dan miroskop listrik
Diteteskan Suspensi darah pada bagian pinggir gelas penutup
Dihitung dibawah mikroskop
Hasil
6. Menghitung Kadar Hb (Hemoglobin)
Tabung Sahli
Diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 10 (garis paling
bawah pada tabung)
Dihisap darah dengan aspirator sampai batas angka 20 mm
Dibersihkan ujung pipet dan segera dimasukkan darah ke dalam
tabung Sahli
Diaduk dengan batang pengaduk batang
Dicocokkan warna yang terjadi dengan warna standar setetes demi
setetes aquadest
Dibaca kadar Hb dinding tabung Sahli ( dalam g% atau gr dalam
100 ml).
Hasil
Darah
Hasil
8. Melihat Proses Hemolisa dan krenasi
Tabung Reaksi
Diisi tabung 1 dengan NaCl 0% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 2 dengan NaCl 0,1% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 3 dengan NaCl 0,3% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 4 dengan NaCl 0,6% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 5 dengan NaCl 0,9% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 6 dengan NaCl 1,2% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 7 dengan NaCl 1,5% (aquadest) 5mL
Diteteskan 3 tetes darah ke dalam setiap tabung
Dibiarkan 30 menit
Diamati warna dan keruhan dalam masing-masin tabung
Hasil
Darah
Dimasukkan kedalam pipa kapiler
Ditutup 1 sisi pipa denan lilin
Dimasukkan kedalam mikrosentrifugge selama 5 menit dengan
1000 Rpm
Dihitung persentase hematokrit
Hasil
Darah
Dimasukkan kedalam tabung EDTA
Didiamkan selama 1 jam
Diukur laju endap darah
Hasil