Anda di halaman 1dari 41

Laporan Resmi Praktikum Fisiologi Hewan

DARAH 3

Disusun Oleh:
Partner 4A

Nama NIM
Bill Roy E. Hutauruk 200805005
Nurul Sakinah 200805079
Windi Tesalonika Turnip 200805091
Fathi Amalia Saida 200805100
Silmy Kaffah Nasution 200805106

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN


PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
Lembar Pengesahan

DARAH 3

Disusun Oleh:
Partner 4A

Nama NIM
Bill Roy E. Hutauruk 200805005
Nurul Sakinah 200805079
Windi Tesalonika Turnip 200805091
Fathi Amalia Saida 200805100
Silmy Kaffah Nasution 200805106

Medan, Maret 2022


Asisten,

(Fitria Sohibatul Aslamiah)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel dan fragmen sel yang
tersuspensi dalam matriks cairan ekstraseluler yang disebut plasma. Sel darah merah
merupakan sekitar 45% dari volume keseluruhan darah. Bentuk bikonkafnya
memberikan luas permukaan yang besar untuk difusi oksigen. Sel-sel ini dikemas
dengan hemoglobin, protein respiratorik yang mengikat dan mengangkut oksigen ke
jaringan pernapasan. Sel darah putih melawan infeksi, dan trombosit berfungsi dalam
pembekuan darah. Semua sel darah berasal dari batang sel di sumsum tulang. Darah
mengangkut banyak zat ke seluruh tubuh, seperti oksigen, nutrisi, hormon, dan
limbah seluler. Dia mengangkut oksigen dari paru-paru dan nutrisi dari sistem
pencernaan dan organ lain ke jaringan. Hormon adalah molekul pembawa pesan
kimia yang diangkut ke jaringan target mereka oleh darah. Darah menghilangkan
limbah seluler produk untuk eliminasi. Ini mendistribusikan panas, air, dan elektrolit
ke seluruh tubuh. Tidak ada jaringan tubuh lain dapat memberikan keragaman
informasi tentang kesehatan kita (Whittemore, 2004).
Darah merupakan cairan yang dipompa ke seluruh tubuh dalam sistem
peredaran darah. Kebanyakan orang dewasa memiliki sekitar 10 liter (4,7 l) darah,
yang membentuk sekitar tujuh hingga sembilan persen dari total berat badan mereka.
Fungsi utama darah adalah transportasi zat, pengaturan suhu, kadar air, dan pH
(keseimbangan asam basa), dan perlindungan tubuh terhadap "penyerbu" dan
penyakit berbahaya. Bagian darah yang cair bening, kekuningan, cairan encer yang
disebut plasma yang mengandung terlarut gula, garam, limbah, protein tubuh,
hormon, dan bahan kimia lainnya. Tersuspensi dalam plasma berwarna merah sel
darah, sel darah putih dan trombosit, yang bersama-sama membentuk "elemen yang
terbentuk" dari darah. Warna merah darah di arteri karena protein yang disebut
hemoglobin dibawa oleh sel darah merah. Hemoglobin berwarna merah cerah bila
mengangkut oksigen di arteri dan warna merah kebiruan yang lebih gelap di
pembuluh darah ketika ia telah melepaskan oksigennya (Bender et al., 2005).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
a. Untuk membandingkan beberapa sel darah merah dari beberapa jenis hewan.
b. Untuk mengamati waktu pembekuan darah.
c. Untuk menentukan golongan darah dengan sistem ABO.
d. Untuk menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit)
e. Untuk menghitung jumlah sel darah putih (leukosit)
f. Untuk menghitung kadar Hb (hemoglobin)
g. Untuk melihat kristal hemin.
h. Untuk melihat proses hemolisa dan krenasi.
i. Untuk menghitung nilai hematokrit.
j. Untuk mengamati laju endap darah.

1.3 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat praktikum ini adalah :

sejajar a. Dapat membandingkan beberapa sel darah merah dari beberapa jenis hewan.
b. Dapat mengamati waktu pembekuan darah.
c. Dapat menentukan golongan darah dengan sistem ABO.
d. Dapat menghitung jumlah sel darah memrah (eritrosit)
e. Dapat menghitung jumlah sel darah putih (leukosit)
f. Dapat menghitung kadar Hb (hemoglobin)
g. Dapat melihat kristal hemin.
h. Dapat melihat proses hemolisa dan krenasi.
i. Dapat menghitung nilai hematokrit.
j. Dapat mengamati laju endap darah.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah
Darah merupakan bagian dari cairan ekstra sel yang berfungsi untuk
mengambil Oksigen (O2) dari paru-paru, bahan-bahan nutrisi dari saluran cerna dan
mengangkut hormon dari kelenjar endokrin. Bahan-bahan tersebut diangkut
keseluruh sel dan jaringan dimana bahan-bahan tersebut akan berdifusi dan masuk
kedalam sel dan selanjutnya akan dipergunakan untuk semua aktivitas sel, bahan-
bahan yang dihasilkan dari proses metabolisme sel akan dikeluarkan dan diangkut
oleh darah untuk diekskresi. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh yang
diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh, Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi dan mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai
bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen
sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan
karena adannya hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang
mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-
molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti
darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah
dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa
karbion dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu
dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke
seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke
seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang mana saluran tersebut disebut dengan
pembuluh kapiler (Dekayana, 2019).
Darah adalah cairan dan digolongkan sebagai jaringan penghubung karena
darah memiliki sel-sel (sel darah merah dan putih) yang dikelilingi oleh suatu
komponen matriks ekstraselular yang luas yang dikenal sebagai plasma. Meskipun
banyak jaringan ikat lainnya memiliki peranan penting dalam struktur dan
perlindungan, fungsi darah untuk membagi-bagikan beraneka ragam zat yang sangat
penting bagi kehidupan. Jika kita mengambil sampel darah utuh dan memutarnya ke
dalam mesin pemusing untuk memisahkan komponen-komponen utamanya, Di
bagian atas sampel darah yang disentrifuged adalah cairan yang disebut plasma yang
mewakili sekitar 55% dari total volume (Whittenore, 2004).

2.2 Pembagian Sel Darah


Sel darah merah tidak dapat mengalami sel reproduksi atau perbaikan, sel ini
biasanya hidup selama 120 hari. Ketika sel darah merah mulai rusak, itu dikeluarkan
dari peredaran oleh limpa. Akibatnya, setiap hari seorang manusia harus
menghasilkan 250 miliar sel pengganti dari sumsum tulang. Proses pembentukan sel
darah disebut hematoesis dan terjadi dalam sumsum tulang. Pluripotent (sanggup
membentuk kebanyakan jaringan) sel-sel induk hematopoietik adalah sel-sel yang
tidak berdiferensiasi, yang sekarang ada di dalam sumsum tulang, yang memiliki
kapasitas untuk menjadi salah satu dari jenis sel darah yang berbeda. Apabila
dirangsang untuk membagi oleh faktor-faktor pertumbuhan tertentu, sel-sel induk ini
dapat mengganti diri mereka dengan dua sel induk yang identik, atau mereka dapat
berkomitmen pada jalur perkembangan tertentu, setelah sel induk yang tidak terikat
diferensiasi menjadi mieloelogi. Dalam sumsum tulang, sel-sel darah merah yang
tidak matang melingkarinya pada semua organ tubuh yang pada umumnya berisi sel-
sel. Selama proses pematangan, sel-sel darah merah kehilangan banyak organ utama
mereka sebelum mereka memasuki sistem sirkulasi. Produksi sel darah merah
dirangsang oleh hormon eritropoietin. Hormon ini dibuat melalui ginjal dan bergerak
melewati aliran darah menuju sumsum tulang, lalu terikat pada reseptor hormon dan
meningkatkan produksi sel darah merah dewasa. Semua sel membutuhkan energi
dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) untuk menjalankan fungsinya. Karena sel
darah merah dewasa tidak memiliki nukleus, ribosom, atau mitokondria, sel itu tidak
dapat menghasilkan ATP seperti sel lainnya. Darah merah (Whittenore, 2004).
Leukosit adalah unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh individu.
Leukosit berfungsi sebagai pertahanan tubuh, melawan infeksi secara langsung dan
toksin yang dihasilkan akan dinetralisir oleh antibodi yang berada dalam plasma
darah. Jumlah leukosit di dalam tubuh setiap individu berbeda dan berubah sesuai
dengan kondisi tubuh. Perubahan komposisi leukosit dapat terjadi pada keadaan
stres, umur, status gizi, dan aktivitas fisiologis. Stres panas meningkatkan sekresi
kortikosteroid dari kelenjar adrenal menyebabkan atrofi organ limfoid sehingga
menekan jumlah limfosit, sebaliknya, kortikosteroid meningkatkan pelepasan
heterofil dari sumsum tulang. Hal ini berimplikasi pada tingginya rasio H/L yang
menjadi indikasi utama stres hewan (Maheswari et al., 2017).

2.3 Fungsi Darah


Darah memainkan peran penting dalam banyak fungsi sistem peredaran
darah. Ini mengangkut nutrisi dari tempat penyerapannya di saluran pencernaan ke
sel-sel yang membutuhkan nutrisi ini. Darah membawa produk limbah dari aktivitas
sel ke ginjal untuk dibuang dari tubuh. Ini mendistribusikan hormon ke organ yang
digunakan sistem endokrin untuk mengoordinasikan fungsi fisiologis dalam tubuh
kita. Sel darah merah mengangkut oksigen dari paru-paru kita ke sel-sel kita,
sementara sel darah putih penting dalam memerangi infeksi. Darah kita membawa
faktor pembekuan dan trombosit untuk membantu mencegah kehilangan darah yang
sering terjadi dengan cedera. Darah juga membawa panas yang dihasilkan di inti
tubuh ke bagian lain dari tubuh, dan mendistribusikan air dan elektrolit ke semua
jaringan kita. Darah dapat menyampaikan banyak informasi tentang seseorang. Ini
berisi profil genetik unik seseorang. Ini bisa menandakan adanya penyakit tertentu,
seperti kanker, dan menunjukkan kekurangan atau ketidakseimbangan kimia dalam
tubuh, seperti kekurangan zat besi. Risiko seseorang menderita penyakit jantung dan
apakah seseorang telah terpapar zat beracun atau tidak dapat ditentukan dari sampel
darah. Kadar alkohol atau obat-obatan lain dalam darah dapat menunjukkan tingkat
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Darah juga
memiliki klasifikasi sebagai jaringan ikat karena memiliki sel (Whittemore, 2004).
Secara umum darah memiliki fungsi diantaranya ialah, Sebagai alat transport
makanan yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan keseluruh tubuh, sebagai alat
transport Oz yang diambil dari paru-paru untuk dibawa ke seluruh tubuh. Sebagai alat
transport bahan buangan dari jaringan ke alat-alat ekskresi seperti paru-paru (gas),
ginjal dan kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk diteruskan kedalam empedu
dan saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut dalam air), sebagai alat
transport antar jariangan dari bahan-bahan yang di-perlukan oleh suatu jaringan
dibuat oleh jaringan lain. Misalnnya dalam transport lipoprotein seperti lipoprotein
densitas tinggi atau High Density Lipoprotein (DHL), lipoprotein densitas rendah
atau Low Density lipo-protein (LDL) dan hormon. Darah juga dipergunakan sebagai
alat untuk mempertahankan keseimbangan dinamis (homeostastis) dalam tubuh,
termasuk didalamnya ialah mempertahan- kan suhu tubuh, mengatur keseimbangan
asam basa sehingga pH darah keadaan normal (Dekayana, 2019).

2.4 Fibrinogen
Fibrinogen merupakan glikoprotein tertentu yang terlarut dan dapat
ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul 340 kDa. Sebagai faktor
pembekuan, fibrinogen merupakan komponen utama dalam sistem koagulasi dan
merupakan prekursor fibrin. Plasma fibrinogen merupakan komponen penting dalam
koagulasi dan juga merupakan penentu utama dalam hal kekentalan darah dan juga
pengalirannya. Di beberapa telitian didapatkan peningkatan kejadian tingkat plasma
fibrinogen yang dapat dihubungkan dengan peningkatan kebahayaan penyakit
kardiovaskular, termasuk juga strok, penyakit jantung iskemik dan tromboemboli
lainnya. Peningkatan tingkat plasma fibrinogen dapat menghasilkan kondisi
protrombotik atau kondisi kemampuan pembekuan darah berlebihan tertentu dan
merupakan bagian penting dalam menjelaskan kebahayaan dari strok dan kondisi
tromboemboli lainnya seperti atrial fibrilasi. Fibrinogen merupakan salah satu faktor
pembekuan, yang dapat meningkat ke pembekuan dan dapat juga sebagai petanda
inflamasi.1,2 Peningkatan tingkat plasma fibrinogen merupakan salah satu
kebahayaan untuk terjadi strok iskemik (Dalimunthe et al., 2015).
Saat kulit dipotong, darah mengalir ke permukaan. Trombosit (sel darah
kecil) menumpuk di tempat cedera. Sebuah enzim yang disebut tromboplastin adalah
dilepaskan ke dalam darah. Ini mengaktifkan serangkaian reaksi untuk menghasilkan
protein disebut trombin. Trombin berinteraksi dengan fibrinogen (protein larut), juga
ada dalam darah, untuk membuat protein fibrin yang tidak larut. Fibrin membentuk
benang mikroskopis, yang menjebak sel darah merah dan putih dan trombosit untuk
membentuk bekuan yang menyegel pembukaan luka. Gumpalan baru adalah 99
persen air tetapi itu segera berkontraksi dan mengering. Jaring benang fibrin dan
darah mati sel mengeras membentuk keropeng. Ini mencegah kehilangan darah lebih
lanjut dan membantu menghentikan bakteri dan kuman lainnya dari menginfeksi
luka. Di bawah keropeng, sel-sel baru terbentuk. Setelah sel-sel tua yang rusak telah
diganti, keropengnya terlepas. Jika keropeng dihapus sebelum proses ini selesai,
perdarahan lebih lanjut dapat terjadi dan keropeng baru dapat terbentuk untuk
menutup dan melindungi luka (Bender et al., 2005).

2.5 Antibodi Imunoglobulin


Antibodi merupakan protein immunoglobulin yang disekresi oleh sel B yang
terfiksasi oleh antigen. Semua molekul antibodi terdiri dari dua untaian peptida
pendek yang sama yang dikenal dengan light chain, kappa dan lambda yang terdiri
dari 230 asam amino, sedang yang terdiri dari untaian peptida yang panjang disebut
heavy chain (immunoglobulin) yang terdiri dari lima jenis yaitu IgG, IgA. IgM. IgD
dan IgE. Memelihara daya tahan tubuh tidak cukup hanya dengan keseimbangan gizi
yang dilengkapi dengan vitamin, mineral dan asam amino (Effendi dan Widiastuti,
2014). tanbahi
Seperti yang tersirat dari namanya, domain imunoglobulin (Ig) adalah yang
pertama dikenali dalam antibodi. Proyek genom manusia telah mengidentifikasi
menetapkan superfamili Ig (IgSF) sebagai superfamili terbesar di manusia genom,
karena penggunaannya yang luas dalam pengembangan yang lebih baru sistem
kekebalan pada vertebrata. Faktanya, domain Ig adalah evolusi unit struktural kuno
yang dapat ditemukan di Caenorhabditis elegan. Meskipun domain mirip Ig juga ada
di beberapa intraseluler protein, mereka ditemukan terutama di ruang ekstraseluler
dan merupakan unit struktural paling melimpah yang ditemukan di reseptor
permukaan sel, melayani fungsi pengenalan kunci baik di kekebalan dan saraf sistem.
Bersama dengan beberapa domain modular lainnya seperti domain fibronektin tipe
III dan faktor pertumbuhan epidermal (EGF) domain, mereka membentuk struktur
modular dari sebagian besar molekul reseptor pada permukaan sel Domain Ig terdiri
dari sekitar 100 residu, terlipat menjadi dua -lembar pengepakan tatap muka,
membentuk -barel. Ini berbeda- struktur yang terlipat umumnya dikenal sebagai
imunoglobulin lipat. Antibodi IgG utuh terdiri dari dua rantai berat dan dua rantai
ringan. Setiap rantai berat mengandung empat domain Ig, satu domain "variabel",
dan tiga domain "konstan"; sedangkan masing-masing rantai ringan mengandung dua
domain Ig, satu konstan dan satu variabel (Hoffman, 2017).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Darah III dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Maret 2022, pukul
14.00 WIB sampai dengan selesai di rumah masing-masing praktikan.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak bedah, disetting
set, object glass, spuit, mikroskop, tabung reaksi, pipa kapiler, haemometer, tabung
sahli, counter, aspirator/penghisap, tabung EDTA, mikrosentrifugge dan pipet tetes.
naikkan keatas
Adapun bahan yang digunakan adalah larutan Hayem, Antigen A, Antigen B,
larutan Turk, asam cuka glassial, larutan HCL 0,1 N larutan fisiologis bertingkat
NaCl 0%, 0,1% , 0,3% , 0,6% , 0,9%, 1,2%, 1,5%, darah Bos sp. 1, Bos sp. 2 , darah
Rattus sp. 1, Rattus sp. 2, darah Homo sapiens golongan A, darah Homo sapiens
golongan B, darah Homo sapiens golongan AB, darah Homo sapiens golongan O.

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Perbandingan Beberapa Sel Darah Dari Beberapa Jenis Hewan
Darah diteteskan diatas objek glass yang telah disediakan, larutan Fisiologi
(NaCl 0,9%) diberikan, larutan dihomogenkan, objek diamati dibawah mikroskop,
objek dibandingkan dengan sel darah hewan di atas.

3.3.2 Mengamati Waktu Pembekuan Darah


Darah dihisap menggunakan pipa kapiler, dan ditutup ujung pipa kapiler
menggunakan Ibu jari dan jari telunjuk, Tunggu sampai terbentuk benang fibrin lalu
patahkan pipa kapiler, didapatkan hasil, dicatat waktu beku darah.

3.3.3 Menentukan Golongan Darah dengan sistem ABO


Darah diteteskan diatas objek glass, lalu ditambahkan dengan Anti A dan
Anti B, kemudian larutan dihomogenkan, Golongan darah ditentukan.
3.3.4 Menghitung Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit)
Darah dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda angka 0,5
atau 1,0, lalu ujung pipet dibersihkan dengan tissue, larutan pengencer (Hayem)
dihisap sampai tanda 101 dengan cepat dan tanpa menimbulkan gelembung udara,
pipa penghisap (Aspirator) dilepaskan, Aduk sampai bagian yang tercampur hanya
bagian yang membesar dari pipet, Cairan pada ujung pipet yang tidak ikut terkocok
dibuang, Siapkan kamar hitung dan miroskop listrik, Suspensi darah diteteskan pada
bagian pinggir gelas penutup, dihitung dibawah mikroskop.

3.3.5 Menghitung Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)


Darah dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda angka 0,5
atau 1,0, lalu ujung pipet dibersihkan dengan tissue, Dihisap larutan pengencer
(Turk) sampai tanda 11 dengan cepat dan tanpa menimbulkan gelembung udara,
Dilepaskan pipa penghisap (Aspirator), Pipa aspirator dilakukan gerakan mengaduk
sampai bagian yang tercampur hanya bagian yang membesar dari pipet Cairan pada
ujung pipet yang tidak ikut terkocok dibuang, Siapkan kamar hitung dan miroskop
listrik, bagian yang tercampur diteteskan Suspensi darah pada bagian pinggir gelas
penutup, Dihitung dibawah mikroskop.

3.3.6 Menghitung kadar Hb ( Hemoglobin)


Darah ditetesi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 10 (garis paling
bawah pada tabung), Dihisap darah dengan aspirator sampai batas angka 20 mm,
Dibersihkan ujung pipet dan segera dimasukkan darah ke dalam tabung Sahli, Darah
Diaduk dengan batang pengaduk batang, Dicocokkan warna yang terjadi dengan
warna standar setetes demi setetes aquadest, Dibaca kadar Hb dinding tabung Sahli (
dalam g% atau gr dalam 100 ml).

3.3.7 Melihat Kristal Hemin


Darah diteteskan diatas objek glass, Darah dibiarkan sampai kering, Darah
dipanaskan dengan beberapa tetes asam cuka glassial, lalu diberi sedikit NaCl,
Diamati kristal hemin yang terbentuk berwarna kuning.
3.3.8 Menentukan Proses Hemolisa dan Krenasi
Darah diisi tabung 1 dengan NaCl 0% (aquadest) 5mL, tabung 2 dengan NaCl
0,1% (aquadest) 5mL, tabung 3 dengan NaCl 0,3% (aquadest) 5mL, tabung 4 dengan
NaCl 0,6% (aquadest) 5mL, tabung 5 dengan NaCl 0,9% (aquadest) 5mL, tabung 6
dengan NaCl 1,2% (aquadest) 5mL, tabung 7 dengan NaCl 1,5% (aquadest) 5mL,
darah diteteskan 3 tetes ke dalam setiap tabung, Dibiarkan selama 30 menit, diamati
warna dan keruhan dalam masing-masing tabung.

3.3.9 Menghitung Nilai Hematokrit


Darah dimasukkan kedalam pipa kapiler, darah ditutup 1 sisi pipa dengan
lilin, darah dimasukkan kedalam mikrosentrifugge selama 5 menit dengan 1000
Rpm, kemudian dihitung persentase hematokrit.

3.3.10 Mengamati Laju Endap Darah


Darah dimasukkan kedalam tabung EDTA, Darah didiamkan selama 1 jam,
Diukur laju endap darah.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Perbandingan Sel Darah Merah Beberapa Jenis Hewan


Perbandingan sel darah dari Golongan Darah A Homo sapiens, Golongan
Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens, Golongan Darah O
Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1., Rattus novergicus sp
2., Cavia cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2.,dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
ini.

No. Sampel Gambar Keterangan

- Inti sel tidak ada


Golongan Darah A - Warna pucat
1.
Homo sapiens - Bentuk bikonkaf
- Ukuran kecil

- Inti sel tidak ada


Golongan Darah B - Warna pucat
2. Homo sapiens - Bentuk bikonkaf
- Ukuran kecil

- Inti sel tidak ada


Golongan Darah AB - Warna merah cerah
3.
Homo sapiens - Bentuk bikonkaf
- Ukuran kecil
- Inti sel tidak ada
Golongan Darah O - Warna pucat
4.
Homo sapiens - Bentuk bikonkaf
- Bentuk bulat

- Inti sel tidak ada


- Bikonkaf
5. Bos sp 1.
- Warna merah pucat
- Ukuran kecil

- Inti sel tidak ada


- Bikonkaf
6. Bos sp 2.
- Warna merah pucat
- Ukuran kecil

- Inti sel tidak ada


- Bikonveks
7. Rattus novergicus sp 1.
- Warna merah cerah
- Ukuran kecil
- Inti sel tidak ada
8. Rattus novergicus sp 2. - Bikonveks
- Warna cerah

- Inti sel tidak ada


- Bikonveks
9. Cavia cobaya sp 1.
- Warna cerah
- Ukuran kecil

- Inti sel tidak ada


- Bikonkaf
10. Cavia cobaya sp 2.
- Warna pucat
- Ukuran kecil

bold
Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa sel darah dari beberapa
jenis hewan serupa yait tidak memilikii inti sel, bentuk bikonveks, dan ukuran
yang kecil. Perbedaan yang dapat dilihat pada warna sel. Pada sel darah Golongan
Darah A Homo sapiens, Golongan Darah B Homo sapiens , Golongan Darah O
Homo sapiens, Bos sp 1, Bos sp 2 dan Cavia cobaya sp 1 memiliki warna sel darah
merah pucat.. Pada sel darah Golongan Darah AB Homo sapiens, Rattus
novergicus sp 1, Rattus novergicus sp 2 dan Cavia cobaya sp 2 memiliki warna
sel darah merah cerah.
Menurut Dekayana (2019), Darah itu berbentuk cairan dan berada pada
jaringan tubuh yang fungsi utamanya mengangkut oksigen yang dibutuhkan oleh
sel-sel di seluruh tubuh, Darah juga jaringan tubuh dengan nutrisi dan zat-zat
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem yang bertujuan
mempertahankan tubuh tubuh, yg berwarna antara merah terang dan gelap, apabila
kaya oksigen sampai merah tua itu pertanda kekurangan oksigen.
Menurut Bender (2005), Darah merupakan pengangkut jarak jauh,
transportasi massal bahan-bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau diantara
sel itu sendiri. Transportasi ini penting untuk mempertahankan homeostasis. Darah
terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen-elemen seluler yaitu eritrosit,
leukosit, dan trombosit berada. Eritrosit atau sel darah merah secara esensial
merupakan membran plasma kantong tertutup hemoglobin yang mengangkut O2 di
dalam darah. Eritrosit pada dasarnya memiliki jumlah paling banyak dibandingkan
sel-sel darah lainnya. Dalam satu milimeter darah, terdapat kira-kira 4,5-6 juta
eritrosit, itu sebabnya darah berwarna merah.

4.2 Mengamati Waktu Pembekuan Darah.

Menghitung waktu beku darah dari Golongan Darah A Homo sapiens,


Golongan Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens, Golongan
Darah O Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1., Rattus
novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2.,dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut ini.
No. Sampel Waktu Beku
Darah
1. Golongan Darah A Homo sapiens 15 menit
2. Golongan Darah B Homo sapiens 1 jam 3 menit
3. Golongan Darah AB Homo sapiens 35 menit
4. Golongan Darah O Homo sapiens -
5. Bos sp 1. 15 menit
6. Bos sp 2. 1 jam
7. Rattus novergicus sp 1. 1 jam
8. Rattus novergicus sp 2. 25 menit
9. Cavia cobaya sp 1. 40 menit
10. Cavia cobaya sp 2. 20 menit
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa setiap sampel membutuhkan
waktu beku darah yang berbeda-beda. Waktu beku darah terlama terdapat pada
Golongan Darah AB Homo sapiens yang membutuhkan waktu 1 jam 3 menit
sedangkan waktu beku darah tercepat terdapat pada Golongan Darah A Homo
sapiens dan Bos sp 1 yang hanya membutuhkan waktu 15 menit.
Menurut Dalimunthe et al (2015), Fibrinogen merupakan glikoprotein
tertentu yang terlarut dan dapat ditemukan di dalam plasma, dengan berat molekul
340 kDa. Sebagai faktor pembekuan, fibrinogen merupakan komponen utama dalam
sistem koagulasi dan merupakan prekursor fibrin. Plasma fibrinogen merupakan
komponen penting dalam kaskade koagulasi dan juga merupakan penentu utama
dalam hal kekentalan darah dan juga pengalirannya. ainnya seperti atrial fibrilasi.
Fibrinogen juga merupakan salah satu faktor pembekuan, yang dapat meningkat ke
pembekuan dan dapat juga sebagai petanda inflamasi.
Menurut Whittemore (2004), Salah satu reaksi kunci yang terlibat dalam
pembentukan bekuan adalah konversi protrombin menjadi trombin. Trom bin adalah
enzim plasma yang mengaktifkan pembentukan jalinan seperti jaring dari untaian
protein yang membentuk perancah struktural untuk bekuan. Untaian protein ini, yang
disebut fibrin, dihasilkan dari protein fibrinogen yang bersirkulasi dengan adanya
trombin. Enzim plasma lainnya memperkuat jaringan fibrin, yang, setelah stabil,
mulai menjebak sel darah untuk menyelesaikan proses pembentukan bekuan.

4.3 Menentukan Penggolongan Darah dengan Sistum ABO


Penggolangan darah dengan sistem ABO dari Golongan Darah A Homo
sapiens, Golongan Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens,
Golongan Darah O Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1.,
Rattus novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2.,dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut ini.
No. Sampel Golongan Darah
1. Golongan Darah A Homo sapiens A
2. Golongan Darah B Homo sapiens B
3. Golongan Darah AB Homo sapiens AB
4. Golongan Darah O Homo sapiens O
5. Bos sp 1. O
6. Bos sp 2. O
7. Rattus novergicus sp 1. O
8. Rattus novergicus sp 2. O
9. Cavia cobaya sp 1. O
10. Cavia cobaya sp 2. O

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa pada sampel yang telah diuji
melalui sistem ABO yaitu Golongan Darah A Homo sapiens bergolongan darah A,
Golongan Darah B Homo sapiens bergolongan darah B, Golongan darah AB Homo
sapiens bergolongan darah AB. sedangkan untuk Golongan Darah O Homo sapiens
dan hewan lainnya memiliki golongan darah O.
Menurut Whittemore (2004), Ada empat golongan darah ABO yang berbeda
pada populasi manusia secara umum: A, B, AB, dan O. Penunjukan ini mengacu
pada apakah seseorang memiliki protein spesifik dengan atau tanpa polisakarida
tertentu, juga dikenal sebagai antigen, pada permukaan sel darah merahnya.
Seseorang dengan golongan darah A memiliki antigen A pada permukaan sel darah
merahnya. Individu tipe B memiliki versi B dari antigen ini. Baik antigen A dan B
terdapat pada sel darah merah seseorang dengan golongan darah AB. Tipe O
mengacu pada tidak adanya antigen A dan B.
Menurut Bender et al. (2005), Golongan darah ABO Dalam sistem ABO, gen
yang menentukan golongan darah seseorang memiliki tiga alel utama: A, B, dan O.
Masing-masing alel ini berisi kode untuk penanda kimia, atau antigen, yang muncul
di permukaan sel darah. (Dalam kasus O, ini mengkode kekurangan antigen.)
Manusia mewarisi dua alel ini dan ini menentukan golongan darah mereka: A, B,
AB, atau O. Darah dari satu kelompok tidak dapat dicampur dengan yang lain karena
itu akan menyebabkan pembekuan.

4.4 Menghitung Jumlah Sel Darah Merah (Eritrosit)


Jumlah sel darah merah (eritrosit) dari Golongan Darah A Homo sapiens,
Golongan Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens, Golongan
Darah O Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1., Rattus
novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2., dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut ini.
No. Sampel Eritrosit (A x 104)
1. Golongan Darah A Homo sapiens 150.000 sel/mm3
2. Golongan Darah B Homo sapiens 1.310.000 sel/mm3
3. Golongan Darah AB Homo sapiens 4.260.000 sel/ mm3
4. Golongan Darah O Homo sapiens 3.800.000-4.800.000 sel/mm3
5. Bos sp 1. 14.500.000 sel/mm3
6. Bos sp 2. 560.000 sel/mm3
7. Rattus novergicus sp 1. 1.117.000 sel/mm3
8. Rattus novergicus sp 2. 600.000 sel/mm3
9. Cavia cobaya sp 1. 63.000 sel/mm3
10. Cavia cobaya sp 2. 150.000 sel/mm3

Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa jumlah sel darah merah
(eritrosit) terbanyak terdapat pada Bos sp 1 yaitu 14.500.000 sel/mm3 dan jumlah sel
darah merah paling sedikit terdapat pada Cavia cobaya sp 1 yaitu 63.000 sel/mm3.
Jumlah eritrosit yang berbeda pada masing-masing spesies bisa disebabkan karena
faktor lingkungan.
Menurut Theml et al (2004), Eritrosit adalah pembawa oksigen untuk semua
reaksi metabolisme yang bergantung pada oksigen dalam organisme. Mereka adalah
satu-satunya sel darah tanpa inti, karena ini memungkinkan mereka untuk mengikat
dan menukar jumlah terbesar dari molekul O2. Bentuk cakram bikonkaf fisiologis
mereka dengan tepi tebal memberikan plastisitas optimal.
Menurut Whittemore (2004), Karena sel darah merah tidak dapat menjalani
reproduksi seluler atau perbaikan, mereka biasanya hidup selama 120 hari. Ketika sel
darah merah mulai aus, dikeluarkan dari sirkulasi oleh limpa. Akibatnya, setiap hari
manusia harus menghasilkan 250 miliar sel pengganti dari sumsum tulangnya.
Proses pembentukan sel darah disebut hematopoiesis dan terjadi di sumsum tulang.
Pluripoten (mampu membentuk sebagian besar jaringan) sel punca hematopoietik
adalah sel yang tidak berdiferensiasi, hadir di sumsum tulang, yang memiliki
kapasitas untuk menjadi dari jenis sel darah yang berbeda. Ketika dirangsang untuk
membagi dengan faktor pertumbuhan tertentu, sel punca ini dapat menggantikan diri
mereka sendiri dengan dua sel induk pluripoten anak yang identik, atau mereka dapat
menjadi berkomitmen pada jalur perkembangan tertentu.

4.5 Menghitung Jumlah Sel Darah Putih (Laukosit)


Jumlah sel darah putih (leukosit) dari Golongan Darah A Homo sapiens,
Golongan Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens, Golongan
Darah O Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1., Rattus
novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2.,dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut ini.
No. Sampel Leukosit (B x 50)
1. Golongan Darah A Homo sapiens 1000 sel/mm3
2. Golongan Darah B Homo sapiens 5.600 sel/mm3
3. Golongan Darah AB Homo sapiens 4.000 sel/mm3
4. Golongan Darah O Homo sapiens 4.000-11.000 sel/mm3
5. Bos sp 1. 20.000- 25.000sel/mm3
6. Bos sp 2. 6.750 sel/mm3
7. Rattus novergicus sp 1. 5.500 sel/mm3
8. Rattus novergicus sp 2. 220 sel/mm3
9. Cavia cobaya sp 1. sel/mm3
10. Cavia cobaya sp 2. 950 sel/mm3

Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa jumlah sel darah putih
(leukosit) terbanyak terdapat pada Bos sp 1 yaitu 20.000-25.000 sel/mm3 dan jumlah
sel darah putih paling sedikit terdapat pada Rattus novergiccus sp 2 yaitu 220
sel/mm3. Jumlah leukosit yang berbeda pada masing-masing spesies bisa disebabkan
karena aktivitas hewan tersebut.
Menurut Maheshwari et al (2017), Leukosit adalah unit yang aktif dari sistem
pertahanan tubuh individu. Leukosit berfungsi sebagai pertahanan tubuh, melawan
infeksi secara langsung dan toksin yang dihasilkan akan dinetralisir oleh antibodi
yang berada dalam plasma darah. Jumlah leukosit di dalam tubuh setiap individu
berbeda dan berubah sesuai dengan kondisi tubuh. Perubahan komposisi leukosit
dapat terjadi pada keadaan stres, umur, status gizi, dan aktivitas fisiologis. Eosinofil
sendiri merupakan leukosit granulosit yang paling banyak ditemukan dan berkumpul
pada jaringan yang mengalami reaksi alergi. Eosinofil berperan aktif dalam mengatur
alergi, proses perdarahan, mengatur investasi parasit dan memfagosit bakteri. Basofil
merupakan leukosit yang memiliki jumlah paling sedikit dalam aliran darah (0.5 % -
0.15 %) dan termasuk leukosit agranulosit. Fungsi utama basofil adalah
membangkitkan reaksi hipersensitifitas dengan mengsekresikan mediator yang
bersifat vasoaktif. Basofil merupakan prekursor bagi sel mast dan melepaskan
histamin pada reaksi peradangan jaringan dan reaksi alergi.
Menurut Effendi et al (2014), Injeksi suatu substansi asing ke dalam binatang
yang mampu membuat respon imun akan menghasilkan antibody spesifik yang
muncul dalam serum sesudah beberapa waktu berlangsung. Imunogen tersebut akan
menyebabkan pengiriman sinyal pada sel-sel yang bertugas untuk membuat antibodi.
Antibodi tersebut disebut spesifik jika hanya bereaksi dengan antigen yang
merangsang produksinya. Gumpalan yang terbentuk antara antigen dan antiserum
spesifik akan bersatu dan akhirnya mengendap sebagai gumpalan-gumpalan besar
dan mudah terlihat dengan cairan di atasnya tetap jernih. Hal ini
terjadi karena pada umumnya antibody memiliki lebih dari satu reseptor pengikat.

4.6 Menghitung kadar Hb ( Hemoglobin)


Jumlah kadar Hb dari Golongan Darah A Homo sapiens, Golongan Darah B
Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens, Golongan Darah O Homo
sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1., Rattus novergicus sp 2., Cavia
cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2., dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
No. Sampel Kadar Hb
1. Golongan Darah A Homo sapiens 14.25 g%
2. Golongan Darah B Homo sapiens 37 g%
3. Golongan Darah AB Homo sapiens 40 g%
4. Golongan Darah O Homo sapiens 12,9 g%
5. Bos sp 1. 64 g%
6. Bos sp 2. 58 g%
7. Rattus novergicus sp 1. g%
8. Rattus novergicus sp 2. 14,83 g%
9. Cavia cobaya sp 1. 56 g%
10. Cavia cobaya sp 2. 13 g%

Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa jumlah kadar hemoglobin


paling banyak terdapat pada Bos sp 1 sebanyak 64% sedangkan jumlah kadar
hemoglobin paling sedikit terdapat pada Golongan Darah O Homo sapiens sebanyak
12,9%.
Menurut Whittemore (2004), Setiap sel darah merah diperkirakan
menampung sekitar 280 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin terdiri dari protein
komponen, yang disebut globin, dan komponen pigmen, yang disebut heme. Setiap
globin terdiri dari empat rantai polipeptida yang terpisah yang terikat bersama. Setiap
rantai memiliki gugus heme yang melekat padanya. Dua dari rantai polipeptida
terdiri dari rantai alfa dan dua rantai adalah rantai beta yang identik. Rantai itu
disatukan oleh ikatan kimia untuk menstabilkan struktur hemoglobin.
Menurut Theml et al (2004), Hemoglobin dioksidasi menjadi
sianmethemoglobin dengan penambahan sianida, dan sianmethemoglobin kemudian
ditentukan secara spektrofotometri dengan pencacah otomatis. Pada defisiensi
hemoglobin berat (< 8 g/dl, setara dengan 4,96 mmol/l) hemoglobin residu sebagian
besar ditemukan di tepi perifer eritrosit, memberikan penampilan eritrosit berbentuk
cincin.

4.7 Melihat Kristal Haemin


Melihat Kristal hemin Golongan Darah A Homo sapiens, Golongan Darah B
Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens, Golongan Darah O Homo
sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1., Rattus novergicus sp 2., Cavia
cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2. dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
No. Sampel Kristal Hemin Gambar

1. Golongan Darah A Ada


Homo sapiens

Golongan Darah B
2. Homo sapiens Ada -

Golongan Darah AB
3. Homo sapiens Ada
Golongan Darah O
4. Homo sapiens Ada

5. Bos sp 1. Ada

6. Bos sp 2. Ada

7. Rattus novergicus Ada


sp 1
8. Rattus novergicus Ada
sp 2

9. Cavia cobaya sp 1 Ada

10. Cavia cobaya sp 2 Ada

Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa dari Golongan Darah A


Homo Sapiens,Golongan Darah B Homo Sapiens ,Golongan Darah AB Homo
Sapiens, Golongan Darah O Homo Sapiens ,Bos sp 1.,Bos sp 2.,Rattus novergicus sp
1.,Rattus novergicus sp 2.,Cavia cobaya sp 1.,dan Cavia cobaya sp2.,Kristal hemin
dapat dilihat jelas.
Menurut Puspitati (2016), Media paparan air tawar didapatkan kristal
hematin utuh yang berarti tes Teichmann dapat mengidentifikasi bercak darah
dengan paparan air tawar setelah 20 menit. Pada 1x24 jam setelah paparan air tawar,
didapatkan kristal hematin utuh yang berarti tes Teichmann dapat mengidentifikasi
bercak darah. Pada 2x24 jam dan 3x24 jam setelah paparan air tawar, didapatkan
kristal hematin utuh yang berarti tes Teichmann dapat mengidentifikasi bercak darah.
Pada 4x24 jam setelah paparan air tawar, didapatkan kristal hematin yang tidak utuh
yang berarti tes Teichmann tidak dapat mengidentifikasi bercak darah. Pada 5x24
jam setelah paparan air tawar, didapatkan kristal hematin yang utuh yang berarti tes
Teichmann dapat mengidentifikasi bercak darah walaupun ditemukan 1 kelompok
yang menunjukkan bentukan kristal yang tidak utuh.
Menurut Bender (2005), Pemeriksaan konfirmasi yang spesifik terhadap
darah yaitu pemeriksaan mikrokristalin atau disebut kristal hemoglobin. Pemeriksaan
kristal hemoglobin merupakan pemeriksaan konfirmasi darah atau bercak darah
secara kimiawi yang didasarkan atas terbentuknya kristal-kristal hemoglobin dan
dapat dilihat dengan mikroskop.

4.8 Menentukan Proses Hemolisa dan Krenasi


Menghitung proses hemolisa dan krenasi dari Golongan Darah A Homo
sapiens, Golongan Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens,
Golongan Darah O Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1.,
Rattus novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2.,dapat dilihat
pada tabel 4.8 berikut ini.

No. Sampel Konsentrasi NaCl Keterangan


Gol darah A Homo
1 0% Hemolisa
sapiens
0,1% Hemolisa
0,3% Hemolisa
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi
1,5% Krenasi
Gol darah B Homo
2 sapiens 0% Hemolisa
0,1% Hemolisa
0,3% Hemolisa
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi
1,5% Krenasi
Gol darah AB
3 0% Hemolisa
Homo sapiens
0,1% Hemolisa
0,3% Hemolisa
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi
1,5% Krenasi
Gol darah O Homo
4 sapiens 0% Hemolisa
0,1% Hemolisa
0,3% Hemolisa
0,6% Hemolisa
0,9% Hemolisa
1,2% Hemolisa
1,5% Hemolisa
5 Bos sp 1. 0% Krenasi
0,1% Krenasi
0,3% Krenasi
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Hemolisa
1,5% Hemolisa
6 Bos sp 2. 0% Hemolisa
0,1% Hemolisa
0,3% Hemolisa
0,6% Hemolisa
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi

1,5% Krenasi
7 Rattus novergicus 1 0% Hemolisa
0,1% Krenasi
0,3% Hemolisa
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi
1,5% Krenasi
8 Rattus novergicus 2 0% Krenasi
0,1% Krenasi
0,3% Krenasi
0,6% Hemolisa
0,9% Hemolisa
1,2% Hemolisa
1,5% Hemolisa
9 Cavia cobaya 1 0% Hemolisa
0,1% Hemolisa
0,3% Hemolisa
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi
1,5% Krenasi
10 Cavia cobaya 2 0% Hemolisa
0,1% Hemolisa
0,3% Hemolisa
0,6% Krenasi
0,9% Krenasi
1,2% Krenasi
1,5% Krenasi

Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa proses hemolisa dan krenasi
didalam sel darah merah dari beberapa hewan diatas antara lain jumlah penentuan
antara hemolisa dan krenasi memiliki persentase yang seimbang.
Menurut Oktiyani (2017), Pengambilan sampel, pengenceran dan pemipetan
yang kurang tepat dapat menyebabkan darah dan larutan pengencer tidak homogen
sehingga hitung jumlah eritrosit tidak menjadi representatif dan hasil yang
didapatkan tidak akurat. Kesalahan lain yang dapat terjadi adalah berkaitan dengan
kamar hitung dan teknik menghitung sel eritrosit. Hitung jumlah sel harus sesuai
dengan aturan agar eritrosit tidak terhitung berulang. Terhitung berulang kali.
Menurut Apriliyanti et al (2007), Menyatakan bahwa absorbsi toksikan
melalui saluran cerna, toksikan yang masuk akan menuju ke lambung
yangmerupakan tempat penyerapan penting, kemudian terikat dalam plasma dan
diangkut lalu diserap di usus dengan sistem transport carrier.

4.9 Menghitung Nilai Hematokrit


Menghitung nilai hematokrit dari Golongan Darah A Homo sapiens,
Golongan Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens, Golongan
Darah O Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1., Rattus
novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2., dapat dilihat pada
tabel 4.9 berikut ini.
No. Sampel Hematokrit
1. Golongan Darah A Homo sapiens 40 %
2. Golongan Darah B Homo sapiens 37 %
3. Golongan Darah AB Homo sapiens 5%
4. Golongan Darah O Homo sapiens 50 %
5. Bos sp 1. 5%
6. Bos sp 2. 42 %
7. Rattus novergicus sp 1. 78 %
8. Rattus novergicus sp 2. 35%
9. Cavia cobaya sp 1. 23%
10. Cavia cobaya sp 2. 47%

Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa nilai hematokrit paling


banyak terdapat pada Rattus novergicus sp 1 sebanyak 78% sedangkan nilai
hematokrit paling sedikit terdapat pada Golongan Darah AB Homo sapiens dan
Bos sp 1 sebanyak 5%.
Menurut Jamil (2019), Hematokrit dipergunakan untuk menghitung jumlah
darah dan untuk mengecek jumlah sel darah merah. Nilai hematokrit merupakan
salah satu unsur yang dapat digunakan untuk menentukan derajat anemia selain
jumlah eritrosit dan konsentrasi hemoglobin. Jumlah eritrosit yang rendah dan
ukuran eritrosit yang kecil akan menyebabkan nilai hematokrit menjadi rendah.
Menurut Whittemore (2004), Hematokrit dinyatakan sebagai persentase
dari total volume darah yang ditempati oleh sel darah merah yang dikemas.
Kedalaman lapisan ini menunjukkan kesehatan atau penyakit. Lapisan sel darah
merah sangat tebal pada penyakit polycythemia dan terlalu tipis pada anemia
defisiensi besi. Sel darah putih terlalu banyak pada leukemia. Akhirnya, plasma
berwarna kuning tua pada penyakit kuning (sering disebabkan oleh penyakit hati).
Hematokrit adalah salah satu yang paling umum digunakan dari semua prosedur
diagnostik laboratorium.

4.10 Mengamati Laju Endap Darah


Mengamati laju endap darah dari Golongan Darah A Homo sapiens,
Golongan Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB Homo sapiens, Golongan
Darah O Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2., Rattus novergicus sp 1., Rattus
novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan Cavia cobaya sp 2., dapat dilihat pada
tabel 4.10 berikut ini.
No. Sampel Waktu Keterangan
1. Homo sapiens A 1 jam 80% sel darah, 20% plasma darah
2. Homo sapiens B 1 jam 20% sel darah, 80% plasma darah
3. Homo sapiens AB 1 jam 20% sel darah, 80% plasma darah
4. Homo sapiens O 1 jam 20% sel darah, 80% plasma darah
5. Bos sp 1. 1 jam 20% sel darah, 80% plasma darah
6. Bos sp 2. 1 jam 10% sel darah, 90% plasma darah
7. Rattus novergicus sp 1. 1 jam 40% sel darah, 60% plasma darah
8. Rattus novergicus sp 2. 1 jam 80% sel darah, 20% plasma darah
9. Cavia cobaya sp 1. 1 jam 20% sel darah, 80% plasma darah
10. Cavia cobaya sp 2. 1 jam 20% sel darah, 80% plasma darah

Berdasarkan tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa laju endap darah pada
semua hewan membutuhkan waktu 1 jam yang berisi sel darah dan plasma darah.
Peningkatan laju endap darah akan meningkat apabila jumlah eritrosit bertambah
sebaliknya bila jumlah eritrosit menurun maka laju endap darah akan lebih lambat.
Menurut Hoffman (2017), Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu
pemeriksaan yang dapat dipakai sebagai penunjang diagnosis yang berkaitan
dengan terapi dan prognosis, diantaranya ialah tes laju endap darah. Tes laju endap
darah ialah tes yang mengukur kecepatan pengendapan eritrosit dan meng-
gambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit dan plasma.
Laju endap darah dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas permukaan sel serta
garavitasi bumi.
Menurut Dekayana (2019), Dalam darah normal nilai laju endap darah
relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat gaya gravitasi diimbangi oleh
tekanan ke atas akibat perpindahan plasma. Prinsip dari pengukuran laju endap
darah dengan menggunakan metode westergreen adalah darah vena dengan
penambahan antikoagulan yang dimasukkan kedalam tabung westergren secara
vertikal sehingga menghasilkan pengendapan eritrosit dengan endapan tertentu.
Faktor Faktor yang mengurangi penurunan laju endap darah ialah Pe-nurunan
fibrinogen (bayi baru lahir), pengaruh obat, gula darah tinggi, albumin serum,
fosfolipid serum, kelebihan antikoagulan dan penurunan suhu, sedangkan faktor
yang meningkatkan laju endap darah ialah ke-hamilan, menstruasi, pengaruh obat,
keberadaan kolesterol, peningkatan suhu, globulin dan kemiringan tabung.
Penurunan LED terjadi pada penderita polisitemia vera, gagal jantung kongesti,
anemia sel sabit, infeksi mononukleus, defisiensi faktor V pembekuaan, arthritis
degeneratif, dan angina pektoris.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
a. Perbandingan sel darah merah dari berbagai jenis hewan sangat bervariasi,
dengan ada tidaknya inti sel, bentuk, warna, dan ukuran sel. Pada Golongan
Darah A Homo sapiens yang tidak memiliki inti sel, bentuk bikonkaf, warna
merah pucat, dan ukuran kecil. Pada Golongan Darah B Homo sapiens tidak
memiliki inti sel, bentuk bikonkaf, warna merah pucat, dan ukuran kecil.
Pada Golongan Darah AB Homo sapiens tidak memiliki inti sel, bentuk
bikonkaf, warna merah cerah, dan ukuran kecil. Pada Golongam Darah O
Homo sapiens tidak memiliki inti sel, bentuk bikonkaf, warna merah pucat,
ukuran kecil. Pada Bos sp., tidak memiliki inti sel, bentuk bikonkaf, warna
merah pucat, ukuran kecil. Pada Bos sp 2., tidak memiliki inti sel, bentuk
bikonkaf, warna merah pucat, ukuran kecil. Pada Rattus novergicus sp 1.,
tidak memiliki inti sel, bentuk bikonveks, warna merah cerah, ukuran kecil.
Pada Rattus novergicus sp 2., tidak memiliki inti sel, bentuk bikonveks,
warna merah cerah. Pada Cavia cobaya sp 1., tidak memiliki inti sel, bentuk
bikonveks, warna merah pucat, ukuran kecil. Dan pada Cavia cobaya sp 2.,
tidak memiliki inti sel, bentuk bikonveks, warna lebih terang, ukuran kecil.
b. Waktu pembekuan darah tercepat terdapat pada Golongan Darah A Homo
sapiens dan Bos sp 1., yang hanya membutuhkan waktu 15 menit. Waktu
beku darah terlama terdapat pada Rattus novergicus sp 2., yang
membutuhkan waktu terlama terdapat pada Golongan Darah B Homo
sapiens selama 1 jam 3 menit, pada Golongan Darah O Homo sapiens -,
Golongan Darah AB Homo sapiens selama 35 menit,pada Bos sp 2., selama
1 jam, pada Rattus novergicus sp 1., selama 1 jam, Rattus novergicus sp 2.,
selama 25 menit pada Cavia cobaya sp 1., selama 40 menit dan pada Cavia
cobaya sp 2.,selama 20 menit.
c. Golongan darah dengan sistem ABO dari Golongan Darah A Homo sapiens
bergolongan darah A, pada Golongan Darah B Homo sapiens bergolongan
darah B, pada Golongan darah AB Homo sapiens bergolongan darah
AB,sedangkan untuk Golongan Darah O Homo sapies, Bos sp 1., Bos sp 2.,
Rattus novergicus sp 1., Rattus novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan
Cavia cobaya sp 2., bergolongan darah O.
d. Jumlah sel darah merah (eritrosit) paling banyak di peroleh oleh Bos sp 1.,
sebesar 14.5000.000 sel/mm3, dan untuk jumlah sel eritrosit paling sedikit di
peroleh pada Cavia cobaya sp 1., sebesar 63.000 sel/mm3, pada Golongan
Darah A Homo sapiens sebesar 150.000 sel/mm3, pada Golongan Darah B
sebesar 1.310.000 sel/mm3, pada Golongan Darah AB Homo sapiens sebesar
4.260.000 sel/mm3 , pada Golongan Darah O Homo sapiens sebesar
3.8000.000-4.800.000 sel/mm3 , pada Bos sp 2., sebesar 560.000 sel/mm3 ,
pada Rattus novergicus sp 1., sebesar 1.117.000 sel/mm3 , pada Rattus
novergicus sp 2, sebesar 600.000 sel/mm3, dan pada Cavia cobaya sp 2.,
sebesar 150.000 sel/mm3 .
e. Jumlah sel darah putih terbanyak di peroleh oleh Bos sp 1., sebesar 20.0000-
25.000 sel/mm3, dan untuk jumlah sel leukosit paling sedikit di peroleh pada
Rattus novergicus sp 2., sebesar 220 sel/mm3, pada Golongan Darah A
Homo sapiens sebesar 1,0000 sel/mm3, pada Golongan Darah B sebesar
5.600 sel/mm3, pada Golongan Darah AB Homo sapiens sebesar 4.000
sel/mm3 , pada Golongan Darah O Homo sapiens sebesar 4.000-11.000
sel/mm3 , pada Bos sp 2., sebesar 6.750 sel/mm3 , pada Rattus novergicus sp
1., sebesar 5.500 sel/mm3 , Cavia cobaya sp 1., sebesar -sel/mm3, dan pada
Cavia cobaya sp 2., sebesar 950 sel/mm3 .
f. Kadar Hb (hemoglobin) paling banyak terdapat pada Bos sp 1 sebanyak
64%, pada Golongan Darah A Homo sapiens sebanyak 14,25%, pada
Golongan Darah B Homo sapiens sebanyak 37%, pada Golongan Darah AB
sebanyak 40%, pada Golongan Darah O Homo sapiens sebanyak 12,9%,
pada Bos sp 1., sebanyak 64%, pada Bos sp 2., sebanyak 58%, pada Rattus
novergicus sp., sebanyak-, pada Rattus novergicus sp 2., sebanyak 14,83%,
pada Cavia cobaya sp 1., sebanyak 57%, dan pada Cavia cobaya sp 2 l.,
sebanyak 13%.
g. Kristal hemin terlihat pada semua sampel sel darah dari Golongan Darah A
Homo sapiens, Golongan Darah B Homo sapiens, Golongan Darah AB
Homo sapiens, Golongan Darah O Homo sapiens, Bos sp 1., Bos sp 2.,
Rattus novergicus sp 1., Rattus novergicus sp 2., Cavia cobaya sp 1., dan
Cavia cobaya sp 2., dapat dilihat dengan jelas.
h. Pada Golongan Darah O Homo sapiens paling banyak mengalami hemolisa
dan pada Bos sp 1 paling banyak mengalami krenasi yaitu dalam konsentrasi
NaCl 0%, 0,1%, 0,3%, 0,6%, dan 0,9%. . oleh sebab itu di sekitar eritrosit
menjadi hipotonis karena dengan penambahan NaCl melalui membran
semipermeabel menyebabkan proses hemolisis sebaliknya bila cairan
eritrosit menjadi hipertonis akan mengalami proses krenasi.
i. Nilai hematokrit (% volume dari BDM) paling banyak yaitu pada Rattus
novergicus sp 1 sebesar 78% dan nilai hematokrit paling sedikit terdapat
pada Golongan Darah AB Homo sapiens dan Bos sp 1 hanya 5%. Pada
Golongan Darah A Homo sapiens sebesar 40%, pada Golongan Darah B
Homo sapiens sebesar 37%, pada Golongan Darah O Homo sapiens sebesar
50%, pada Bos sp 2 sebesar 42%, pada Rattus novergicus sp 2 sebesar 35%,
pada Cavia cobaya sp 1 sebesar 23% dan pada Cavia cobaya sp 2 sebesar
47%.
j. Laju endap darah pada Homo sapiens A dan Rattus novergicus sp. 1 adalah
80% sel darah dan 20% plasma darah. Pada Rattus novergicus sp.1 adalah
40% sel darah dan 60% plasma darah. Pada Homo sapiens B, AB, O , Bos sp
1, Cavia cobaya sp 1 dan Cavia cobaya sp 2 adalah 20% sel darah dan 80%
plasma darah. Pada Bos sp 2 adalah 10% sel darah dan 90% plasma darah.
Laju endap darah dipengaruhi oleh jumlah eritrosit.

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah:
a. Sebaiknya, Praktikan lebih sering aktif dan bertanya pada saat kegiatan
diskusi dengan asisten.
b. Sebaiknya, Praktikan lebih bersemangat lagi dalam melaksanakan praktikum
daring.
c. Sebaiknya, Praktikan memahami materi sebelum masuk praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Bender L, Harding D, Kennedy D, Lee G, Stokes J, Taylor B. 2005. The Facts On


File Illustrated Guide to the Human Body Heart and Circulatory System. New
York: Fact On File, Inc
Dalimunthe HS, Aman AK, Anwar Y. 2015. Fibrinogen Dan Transcranial Doppler
Di Strok Iskemik Akut. Indonesian Journal Of Clinical Pathology And
Medical Laboratory. 21(3): 281-283.
Dekayana Arlita. 2019. Hitung Laju Endap Darah (LED). Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia

Effendi,Nurmaya.,Harti Widiastuti. 2014. Identifikasi Aktivitas Imunoglobulin M


Ekstrak Etanolik Daun Ceplukan (Physalis Minima Linn.) Pada Mencit.
Jurnal Kesehatan. 7(2) : 353-354
Hoffman, Ronald. 2017. Hematology : Basic Principle and Practice.United States of
America : Elsevier
Jamil A, Pangestu E, Muktiani A. 2019. Profil Leukosit dan Eritrosit Sapi Perah
Laktasi dengan Suplementasi Probiotik Komersial (Saccharomyches
cerevisiae). Agromedia. 37(2): 1-7.

Maheshwari H, Sasmita AN, Farajallah A, Achmadi P, Santoso K. 2017. Pengaruh


Suhu Terhadap DIferensial Leukosit Serta Kadar Malondialdehide (MDA)
Burung Puyuh (Coturnix japonica).Jurnal Bioma. 13(2)
Theml, Harald., Heinz D., Torsten H. 2004. Color Atlas of Hematology Practical
Microscopic and Clinical Diagnosis. USA : Thieme
Whittemore S. 2004. The Human Body How It Works The Circulatory System. New
York: Chelsea House.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Alat

Mikroskop Object glass

Disseting set Counter

Jarum Frank Gelas ukur


Bak bedah Pipa penghisap/aspirator

Pipet tetes Haemositometer

Lampiran 2. Foto Bahan

Larutan Turk Larutan Hayem


Larutan HCL 0,1 N Larutan NaCL

Alkohol 70% Aquadestilata

Darah Hewan Darah Manusia


Kapas Tissue

Bos sp Rattus novergicus

Cavia cobaya
Lampiran 3. Flowsheet.
1. Perbandingan Beberapa Sel Darah Dari Beberapa Jenis Hewan

Darah

Diteteskan diatas objek glass


Ditambahkan beberapa tetes larutan fisiologi (NaCL 0,9%)
Dihomogenkan
Diamati dibawah mikroskop
Dibandingkan dengan sel darah hewan di atas

Hasil

2. Mengamati Waktu pembekuan Darah

Darah

Dihisap menggunakan pipa kapiler


Ditututup bagian ujung pipa dengan ibu jari dengan ibu jari dan
telunjuk
Tunggu sampai terbentuk benang fibrin lalu patahkan pipa kapiler
Dicatat Waktu beku darah

Hasil

3. Menentukan Golongan Darah dengan Sistem ABO

Darah
Diteteskan diatas objek glass
Ditambahkan dengan Anti A dan Anti B
Dihomogenkan
Ditentukan Golongan darah

Hasil
4. Menghitung Jumlah Eritrosit

Darah

Dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda angka


0,5 atau 1,0 lalu ujung pipet dibersihkan dengan tissue
Dihisap larutan pengencer (Hayem) sampai tanda 101 dengan
cepat dan tanpa menimbulkan gelembung udara
Dilepaskan pipa penghisap (aspirator)
Dilakukan gerakan mengaduk sampai bagian yang tercampur
hanya bagian yang membesar dari pipet Cairan pada ujung pipet
yang tidak ikut terkocok dibuang
Siapkan kamar hitung dan miroskop listrik
Diteteskan Suspensi darah pada bagian pinggir gelas penutup
Dihitung dibawah mikroskop

Hasil

5. Menghitung Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit)

Darah
Dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit sampai tanda angka
0,5 atau 1,0 lalu ujung pipet dibersihkan dengan tissue
Dihisap larutan pengencer (Turk) sampai tanda 11 dengan cepat
dan tanpa menimbulkan gelembung udara
Dilepaskan pipa penghisap (aspirator)
Dilakukan gerakan mengaduk sampai bagian yang tercampur
hanya bagian yang membesar dari pipetCairan pada ujung pipet
yang tidak ikut terkocok dibuang
Siapkan kamar hitung dan miroskop listrik
Diteteskan Suspensi darah pada bagian pinggir gelas penutup
Dihitung dibawah mikroskop

Hasil
6. Menghitung Kadar Hb (Hemoglobin)

Tabung Sahli
Diisi dengan larutan HCL 0,1 N sampai tanda 10 (garis paling
bawah pada tabung)
Dihisap darah dengan aspirator sampai batas angka 20 mm
Dibersihkan ujung pipet dan segera dimasukkan darah ke dalam
tabung Sahli
Diaduk dengan batang pengaduk batang
Dicocokkan warna yang terjadi dengan warna standar setetes demi
setetes aquadest
Dibaca kadar Hb dinding tabung Sahli ( dalam g% atau gr dalam
100 ml).
Hasil

7. Melihat Kristal Hemin

Darah

Diteteskan diatas objek glass

Dibiarkan sampai kering

Dipanaskan dengan beberapa tetes asam cuka glassial, lalu diberi


sedikit NaCl
Diamati kristsl hemin yang terbentuk berwarna kuning

Hasil
8. Melihat Proses Hemolisa dan krenasi

Tabung Reaksi
Diisi tabung 1 dengan NaCl 0% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 2 dengan NaCl 0,1% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 3 dengan NaCl 0,3% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 4 dengan NaCl 0,6% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 5 dengan NaCl 0,9% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 6 dengan NaCl 1,2% (aquadest) 5mL
Diisi tabung 7 dengan NaCl 1,5% (aquadest) 5mL
Diteteskan 3 tetes darah ke dalam setiap tabung
Dibiarkan 30 menit
Diamati warna dan keruhan dalam masing-masin tabung
Hasil

9. Menghitung Nilai Hematokrit

Darah
Dimasukkan kedalam pipa kapiler
Ditutup 1 sisi pipa denan lilin
Dimasukkan kedalam mikrosentrifugge selama 5 menit dengan
1000 Rpm
Dihitung persentase hematokrit

Hasil

10. Mengamati Laju Endap Darah

Darah
Dimasukkan kedalam tabung EDTA
Didiamkan selama 1 jam
Diukur laju endap darah

Hasil

Anda mungkin juga menyukai