Anda di halaman 1dari 24

Pendidikan Kewarganegaraan, Landrawan 2021

Materi 5. DEMOKRASI, HAK ASASI MANUSIA,


RULE OF LAW,
DAN MASYARAKAT MADANI

1. STANDAR KOMPETENSI:
Menguasai substansi dasar demokrasi, hak asasi manusia, rule of law, dan masyarakat
madani untuk membentuk mahasiswa menjadi warga negara yang demokratis dan sadar
hukum.

2. KOMPETENSI DASAR :
Memahami esensi dan pentingnya nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, rule of law,
dan masyarakat madani

3. INDIKATOR PENCAPAIAN :
1) MenJelaskan pengertian demokrasi sebagai sebuah system pemerintahan
2) Menguraikan asas-asas demokrasi
3) Menjelaskan cirri-ciri Negara demokrasi
4) Menjelaskan sepuluh pilar demokrasi
5) Menjelaskan pengertian hak asasi manusia
6) Menguraiakan hubungan antara hak asasi manusia dengan demokrasi
7) Menjelaskan pengertian Negara hukum
8) Menguraikan cirri-ciri Negara hokum
9) Menjelaskan pengertian masyarakat madani
10) Menguraikan hubungan antara hak asasi manusia dengan demokrasi
11) Menguraikan hubungan antara demokrasi, negara hukum dan masyarakat
madani

4. URAIAN MATERI

4.1. URAIAN MATERI


Demokrasi saat ini dipandang sebagai system pemerintahan yang terbaik sebagai lawan
dari system pemerintahan lama yang bersifat totaliter atau otokrasi yang juga disebut
otoriter. Oleh karena itu, hampir semua Negara di dunia menyebut dirinya sebagai Negara

Page | 51
demokrasi, Negara-negara komunis misalnya menyebut dirinya sebagai Negara demokrasi
rakyat, bahkan pemerintahan suatu Negara dengan praktek pemerintahannya yang otoriter
secara formal menyebut dirinya sebagai negara demokrasi. Namun tidak semua negara
menterjemahkan dan mengaktualisasi makna demokrasi yang pada dasarnya adalah
member perlindungan terhadap hak asasi manusia, menjunjung tinggi hukum, dan tunduk
terhadap kemauan orang banyak tanpa mengabaikan hak golongan kecil sehingga tidak
menimbulkan dictator mayoritas, oleh karenanya saat ini banyak negara melaksanakan
pemerintahan demokrasi yang semu (pseudo demkrasi). Esensi demokrasi adalah
menempatkan rakyat sebagai subjek dalam pemerintahan, rakyat sebagai pemegang
kekuasaan pemerintahan. Demokrasi bertolak dari suatu pemikiran bahwa manusia harus
ditempatkan sesuai dengan harkat dan martabatnya karena merupakan mahluk Tuhan yang
paling tinggi derajatnya. Kekuasaan pemerintahan pada dasarnya bersumber dari rakyat,
sehingga pemerintah harus mengikuti keinginan dari pemilik kekuasaan itu sendiri yaitu
rakyat. Aktualisasi pemerintahan demokrasi dapat berbentuk pengakuan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia, adanya supremasi aturan-aturan hukum, dan kesamaan
kerdudukan rakyat didepan hukum (equelity before the law), sehingga tercipta masyarakat
terbuka, masyarakat yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, masyarakat
yang kritis dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan negara serta masyarakat egaliter, yang
disebut masyarakat madani (civic society ).

4.1. Demokrasi.
(1). Pengertian demokrasi
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata : demos dan cratein atau
cratos, kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris “ democracy” - hari.Demos berarti
rakyat, cratein berarti pemerintahan (cartos = pemerintah). Jadi Demokrasi diartikan :
Pemerintahan Rakyat, yaitu pemerintahan, dimana rakyat memegang peranan didalamnya.
Atau pemerintahan, dimanan kedaulatan ada ditangan rakyat. Kata demokrasi kini sudah
menjadi kosa kata umum yang sudah biasa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Demokrasi sebagai system pemerintahan pertama kali dilaksanakan di negara
Yunani kuno 4-5 SM (pada City State, Athena : demokrasi langsung). Sistyem ini
mendapat reaksi keras dari negara – negara dijamannya (monarchi) karena dianggap
melahirkan anarchi. Sehingga sebagai system pemerintahan buakn merupakan suatu
system yang popular.
Istilah demokrasi baru muncul kembali dalam politik pemerintahan setelah Revolusi
Amerika (1776) dan revolusi Prancis (1789). Lewat revolusi Amerika diumumkan, bahwa
system pemerintahan yang baru adalah The Govermant By The People,yang berbeda
dengan monarchi absolute. Namun demikian , menurut Winataputra (2005) demokrasi

Page | 52
merupakan konsep yang masih disalah pahami dan disalah gunakan manakala rezi-rezim
totaliter dan dictator militer beruaaha memperoleh dukungan rakyat dengan menempelkan
label demokrasi pada diri mereka sendiri.
Demokrasi, berdasarkan makna harfiahnya, berarti pemerintahan rakyat. Maksudnya
adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk kepentingan rakyat ( Government
from the people, by the people, and for the people ). Jika demikian makna demokrasi,
sungguhkah pemerintahan demokrasi itu bisa benar – benar ada ? Sungguhkah
pemerintahan bisa benar – benar dilaksanakan oleh rakyat ? Lantas, siapa yang harus
diperintah ? Makna seperti diatas tentu tidak dapat sungguh – sungguh dilaksanakan,
karena ini akan bertentangan dengan kodrat kehidupan masyarakat bahwa kenyataannya
orang yang memerintah itu tidak benar – benar oleh seluruh rakyat, melainkan melalui
perwakilan. Jadi pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan dari dan untuk rakyat serta
oleh rakyat melalui sistem perwakilan J.J. Rousseau ( dalam Sri Soemantri , 1994 )
mengemukakan : “ kalau dipegang arti kata seperti diartikan umum, maka demokrasi yang
sungguh – sungguh tidak pernah ada dan tidak akan ada. Adalah berlawanan dengan kodrat
alam, bahwa yang berjumlah terbesar memerintah, sedang yang paling sedikit jumlahnya
harus diperintah “. Jadi sesungguhnya pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan
perwakilan dari, oleh, dan untuk kepentingan rakyat.
Apakah Indonesia merupakan negara demokrasi ? Secara tegas Indonesia
menyatakan diri sebagai negara demokrasi, karena Indonesia merupakan salah satu negara
di dunia ini yang melaksanakan prinsip-prinsip atau azas demokrasi dalam pelaksanaan
sistem pemerintahannya. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dikatakan berdasarkan
Pancasila, karena itu demokrasi di Indonesia sering disebut dengan Demokrasi Pancasila.
Apakah sesungguhnya makna sistem pemerintahan demokrasi dan sistem demokrasi
Pancasila ? Inilah pertanyaan pertama yang perlu disimak dalam ringkasan ini.

(2). Parameter demokrasi


Pengertian demokrasi di atas menunjukkan pada makna demokrasi dari dimensi
politik dan pemerintahan. Artinya demokrasi menyangkut pengertian politik dan
pemerintahan yang demokratis. Bertolak dari pengertian di atas maka hakekat demokrasi
adalah: adanya partisipasi rakyat dalam pemerintahan, baik secara tidak langsung atau
mungkin langsung. Seberapa jauh partisipasi rakyat, hal itu sangat tergantung berbagai
factor. Pada dasranya ada dua asas demokrasi :
1. Adanya pengakuan akan partisipasi rakyat dalam pemerintahan. dan
2. Adanya pengakuan akan harkat dan martabat manusia , bentuknya berupa
perlindungan hak – hak asasi manusia demi kepentingan bersama.

Page | 53
Suatu negara dikatakan demokratis bila dalam mekanisme pemerintahannya
mewujudkan asas-asas demokrasi atau. prinsif-prinsif demokrasi. Menurut Masyukri
Abdullah ( dalam azyumardi azra, 2003:122) prinsip-prinsip demokrasi terdiri atas : prinsip
persamaan, kebebasan, dan pluralisme. Sedangkan dalam pandangan Robert A.Dahl
(Azyumardi Azra, 2003) terdapat enam prinsip yang harus ada dalam sistem demokrasi,
yaitu : (1).kontrol atas keputusan pemerintah,(2).pemilihan yang teliti dan jujur, (3) adanya
hak memilih dan dipilih, (4) adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman, (5)
adanya kebebasan mengakses informasi,dan (6)kebebasan berserika.
. Sebagai sistem pemerintahan demokrasi bersifat dinamis. Sehingga suatu cirri –
cirri negara yang melaksanakan sistem politik dan pemerintahan demokratis juga
berkembang. Saat ini cirri-ciri itu dikonsepsikan :
1. Pengakuan atas kedaulatan rakyat
2. Adanya sistem perwakilan dalam pemerintahan, artinya pemerintah adalah
perwakilan dari rakyat
3. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan pemerintahan negara agar tidak
terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan dan memungkinkan terjadinya
keseimbangan kekuasaan ( balance of power ) ke dalam kekuasaan legislative,
eksekutif, dan yudikatif.
4. Adanya sistem pemilu untuk memilih wakil – wakil rakyat
5. Negara dan pemerintahan diatur secara konstitusional (demokrasi dengan rule of
law)
6. Adanya sistem peradilan yang independent
7. Adanya pengakuan terhadap partisipasi rakyat secara cerdas dalam pemerintahan
8. Adanya pengakuan dan perlindungan atas hak – hak asasi manusia ( termasuk
hak dan kewajiban warga negara )
9. Menjamin adanya otonomi daerah
10. Menjamin terwujudnya kemakmuran dan keadilan sosial.
Memperhatikan asas-asas dan prinsip-prisip serta kesepuluh cirri negara dan
pemerintahan yang demokratis diatas, Indonesia yang melaksanakan sistem pemerintahan
demokrasi pancasila adalah juga negara dengan pemerintahan demokrasi. Demokrasi
Pancasila dalam hal ini merupakan demokrasi yang berdasarkan kedaulatan rakyat serta
berasas kerakyatan yang dipimpin oleh hidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan. Jadi demokrasi pancasila adalah paham demokrasi yang dijiwai atau yang
disemangati oleh jiwa dan nilai–nilai kepribadian pancasila, yaitu demokrasi yang dijiwai oleh
ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan serta menjiwai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hingga kini

Page | 54
pelaksanaan demokrasi pancasila terus mengalami proses perkembangan makna baik
dalam implikasinya pada bidang politik pemerintahan, ekonomi, maupun sosial budaya,
bahkan dalam bidang hankam.
Dalam sejarah perkembangannya Indonesia pernah melaksanakan paham
demokrasi liberal melalui sistem demokrasi parlementer. Tidak mengherankan jika di era
orde lama dengan sistem demokrasi parlementer ini tumbuh dan berkembang sistem multi
partai. Tetapi tampaknya ini tidak memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk
menciptakan pemerintahan yang kuat. Sistem demokrasi parlementer ini telah membuat
pemerintahan jatuh bangun hingga akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan untuk
melaksanakan sistem demokrasi terpimpin. Coba saudara lakukan penelitian kajian pustaka,
mengapa pelaksanaan sistem demokrasi parlementer di Indonesia pada era 1950-1959
tidak dapat berjalan sebagaimana diharapkan dan membuat pemerintahan jatuh bangun ?
Dengan diputuskannya melalui kekuatan Dekrit 5 Juli 1959 bahwa Indonesia
kembali menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi negara, maka era demokrasi terpimpin
berlaku di Indonesia. Demokrasi terpimpin disini sesungguhnya semula dimaksudkan
sebagai demokrasi yang dipimpin oleh sila – sila Pancasila dan UUD 1945. Sayangnya,
dalam pelaksananya cenderung terjadi penyimpangan – penyimpangan dan penyelewengan
– penyelewengan terhadap pancasila dan UUD 1945 itu sendiri yang berakibat terjadinya
stagnasi di dalam menjalankan roda pemerintahan demokrasi dengan diwarnai oleh adanya
kultus individu terhadap pemimpin negara serta tidak berfungsinya peran lembaga –
lembaga perwakialn dan permusyawaratan seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945, yang
pada akhirnya berpuncak pada terjadinya tragedy nasional pembrontakan G-30S/PKI. Coba
saudara lakukan kaji telik penyimpangan/ penyelewengan apa saja yang terjadi dalam
pelaksanaan roda pemerintahan demokrasi di era demokrasi terpimpin 1959-1966.
Dengan lahirnya periode pemerintahan orde baru mulai tahun 1966 yang bertekad
dan bersemboyan untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen, maka era demokrasi terpinpin di Indonesia mulai ditinggalkan dan memasuki era
paham demokrasi Pancasila. Dengan paham demokrasi Pancasila pemerintahan orde baru
bermaksud melaksanakna asas kedaulatan rakyat sebagaimana diamanatkan oleh sila
keempat Pancasila dan UUD 1945. Sayangnya juga, dalam pelaksanaannya Negara
mempergunakan sistem NBO (Negara Birokratik otoriter). Sistem demokrasi Pancasila
dapat berjalan sebagaimana mestinya, pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi cendrung
hanya bersifat retorika politik dan menjadi jargon-jargon politik saja, karena dalam
prakteknya tidak pernah bermuara kepada pemberdayaan kedaulatan dan partisipasi rakyat,
melainkan hanya diarahkan bagi kepentingan memperkuat kedudukan dan melindungi
kepentingan penguasa dan kroni-kroninya. Pertanyaan akan muncul, mengapa di era orde
baru yang telah memiliki P4 dan bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD 1945, justru

Page | 55
paham demokrasi Pancasila tidak dapat terlaksana dengan baik bahkan terjadi
penyelewengan terhadap nilai-nilai demokrasi Pancasila itu sendiri ?
Kini Indonesia memasuki era Reformasi, yang salah satunya bertujuan
melaksanakan prinsip – prinsip demokrasi dalam seluruh aspek kehidupan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat Indonesia. Era baru dalam pelaksanaan demokrasi di
Indonesia adalah adanya pemilu yang sukses dilaksanakan dengan sistem multi partai yang
yang dalam pelaksanaannya disamping berlaku asas luber juga lebih bersifat jujur dan adil,
terbentuknya lembaga – lembaga perwakilan rakyat yang lebih representative
mencerminkan kedaulatan rakyat, pemilihan presiden yang benar – benar berlandaskan
mekanisme prinsip – prinsip demokrasi, pembentukan komite pemilihan umum yang lebih
bersifat independen, upaya amandemen UUD 1945 yang dapat berjalan dengan mekanisme
yang demokratis tanpa goncangan terhadap stabilitas nasional, serta terbukanya kran
demokrasi yang lebih luas bagi upaya partisipasi masyarakat. Namun harus disadari bahwa
demokrasi bukanlah sebuah produk jaman sehingga ia akan berakhir pada suatu era
tertentu. Diakui oleh para negarawan dan para ahli bahwa demokrasi adalah sebuah proses
eksperimen dalam masyarakat dalam rangka proses menjadi, sehingga ia akan terus
berkembang mengikuti dinamika bahkan dialektika masyarakat. Isu yang muncul di
masyarakat, ada kecendrungan bahwa banyak orang menilai demokrasi di era reformasi
cenderung kebablasan, sehingga tidak mampu menciptakan negara dan pemerintahan yang
kuat karena tidak adanya stabilitas nasional. Menurut saudara bisakah diterima penilaian
seperti diatas.
Konsep demokrasi tidak hanya mencakup pengertian dalam bidang politik dan
pemerintahan, tetapi juga mencakup bidang ekonomi dan sosial budaya. Dalam bidang
ekonomi aplikasi konsep demokrasi membutuhkan pengaturan atau penataan penggunaan
asset atau sumber – sumber ekonomi potensial baik yang menyangkut asset dan modal
sumber daya alam maupun sumber daya manusia oleh para pelaku – pelaku ekonomi.
Semua ini untuk menghindarkan terjadinya penguasaan negara atas sumber – sumber
ekonomi yang cenderung memunculkan konsep etatisme ekonomi atau sebaliknya
menghindarkan terpusatnya capital pada orang – orang tertentu sebagai pemilik modal
besar yang akan menerapkan prinsip kapitalisme ekonomi. Untuk menghindari kedua gejala
yang ekstrim tersebut maka dalam menerapkan prinsip demokrasi dalam bidang ekonomi
perlu dikembangkan konsep pemberdayaan ekonomi rakyat sebagai perwujudan asas
kedaulatan rakyat dan pengakuan atas partisipasi rakyat dalam bidang ekonomi. Di
Indonesia mekanisme pengaturan demokrasi ekonomi seperti di atas di atur di dalam pasal
33 UUD 1945 yang memberikan peluang yang adil pada pelaku – pelaku ekonomi untuk
memanfaatkan sumber – sumber ekonomi secara demokratis. Ketiga pelaku ekonomi
tersebut adalah usaha negara, usaha swasta, dan usaha koperasi. Masalahnya,

Page | 56
sudahkah selama ini mengelola sumber – sumber ekonomi untuk kepentingan sebesar –
besarnya kesejahteraan atau kemakmuran rakyat dan terciptanya keadilan sosial ?
Sudahkan pemberdayaan ekonomi rakyat dilakukan secara optimal ?
Usaha koperasi sebagai cerminan pemberdayaan ekonomi rakyat melalui usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong merupakan penerapan prinsip
– prinsip demokrasi dalam usaha ekonomi kerakyatan. Dua prinsip demokrasi yang
diterapkan dalam usaha ekonomi koperasi adalah pengakuan atas kedaulatan anggota
koperasi dan pengakuan atas partisipasi dan pemberdayaan anggota untuk memajukan
koperasi demi kesejahteraan dan kemakmuran bersama dengan tetap menerapkan prinsip
keadilan komutatif dan keadilan distributive dalam pembagian sisa hasil usaha. Masalahnya,
sudahkah usaha koperasi benar – benar dijalankan atas prinsip – prinsip ekonomi yang
memberdayakan secara optimal kemampuan setiap anggota untuk memajukan usaha
koperasi atas dasar nilai – nilai kekeluargaan dan gotong royong ?
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk atau masyarakat yang pluralistic
baik ditinju dari latar suku, ras, agama, bahasa, adat istiadat dan kebiasaan, nilai – nilai ,
status sosial, stratifikasi sosial, junis kelamin, dan sebagainya. Perbedaan – perbedaan ini
tidaklah membuat bangsa dan masyarakat Indonesia bercerai berai berdasarkan
kepentingan latar kehidupannya masing – masing. Penerapan prinsip dan nilai – nilai
demokrasi dapat menyatukan bangsa dan masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang
besar dan kuat dan kaya akan keberagamannya. Penerapan prinsip unity in diversity, nilai –
nilai toleransi dan keberagaman, menghargai persamaan kedudukan dan derajat,
kebebasan, kesamaan, kejujuran, dan keadilan, saling menghormati, tenggang rasa,
pengakuan atas hak – hak asasi manusia, pengambilan keputusan atas dasar musyarawah
dan voting, tanggung jawab untuk melaksanakan keputusan bersama, interaksi budaya atas
prinsip penghargaan atas keberadaan atau realitas multicultural adalah prinsip – prinsip dan
nilai – nilai yang dapat menyatukan bangsa Indonesia berdasarkan landasan Pancasila dan
UUD 1945 dalam perikehidupan masyarakat yang demokratis. Dengan kata lain perlu
diwujudkan nilai – nilai nasionalisme yang cerdas dan demokratis bagi tetap tegaknya
persatuan dan kesatuan Indonesia yang pluralistic. Sikap demokratis yang cerdas terutama
dalam pengambilan keputusan atau kebijakan bersama memberi peluang penghargaan atas
keberagaman masyarakat. Demikian pula pengakuan atas partisipasi seluruh unsur atau
komponen masyarakat atas dasar nilai kesamaan, kebebasan, dan keadilan akan
menciptakan suasana kerja sama yang demokratis untuk kepentingan bersama. Pencapaian
tujuan bersama yang dinikmati bersama atas dasar prinsip kesamaan dan keadilan akan
menciptakan sikap toleransi, tenggang rasa, perasaan senasib dan seperjuangan yang akan
mengokohkan rasa persatuan dan kesatuan secara demokratis. Nilai – nilai luhur demokrasi
seperti diatas harus tetap dapat diaktualisasikan yang disesuaikan dengan dinamika

Page | 57
kontekstual tempat, waktu, dan keadaan agar dapat berjalan seiring dengan dinamika
perkembangan masyarakat.
Untuk dapat mewujudkan tatanan demokrasi baik di bidang politik dan pemerintahan,
ekonomi, maupun sosial budaya seperti secara implisit diharapkan diatas, maka beberapa
pakar menganjurkan agar pilar – pilar demokrasi berikut dapat ditegakkan dan
diaktualisasikan dalam tatanan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat
Indonesia. Sepuluh pilar demokrasi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut;

(1). Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa


Demokrasi memberikan konsep kebebasan kepada setiap warga negara untuk
bersikap dan berprilaku atau bertindak sesuai dengan pilihan nilai – nilainya, untuk membuat
pilihan keimanan, pilihan keputusan dan sebagainya. Namun kebebasan tersebut perlu
dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai–nilai rokhaniah
akan keyakinan terhadap kebenaran ajaran Tuhan haruslah pula menjadi dasar sikap dan
tindakan setiap penyelenggara negara dan warga negara agar semua komponen negara
atau bangsa terhindar dari sikap dan prilaku batil dan selalu menuju pada kebajikan. Ini tidak
berarti bahwa Indonesia harus menjadi negara theokrasi yang mendasarkan kebenaran
hanya pada satu ajaran agama mayoritas. Yang dimaksud disini adalah bahwa segala
norma, perturan atau hukum yang menata hubungan structural dan fungsional antara
negara, penyelenggara negara, dan warga negara baik dalam dimensi kolektif maupun
perorangan hendaknya berkiblat kepada keyakinan manusia Indonesia akan kebenaran
ajaran Tuhan yang diyakini atau dipercayainya dapat menjadi dasar pencapaian tujuan
bersama seluruh rakyat atau masyarakat Indonesia. Isu dan masalahnya secara timbale
balik adalah sudahkah demokrasi di negeri kita berlandaskan Ketuhanan Ynag Maha Esa
atau sebaliknya sudahkah Ketuhanan kita benar – benar diyakini dan dilaksanakan secara
demokratis.

(2). Demokrasi dengan Kecerdasan


Walaupun demokrasi di Indonesia telah berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, ini
tidak berarti bahwa demokrasi Indonesia adalah sebuah produk akhir yang sudah jadi dan
siap digunakan dengan satu bahasa yang sama oleh segala lapisan masyarakat
pendukungnya yang perlu diterapkan dengan kekuatan otot, kekuatan uang, kekuasaan,
massa, atau senjata yang jika kemudian dilanggar akan menciptakan penghianat negara.
Demokrasi Indonesia, seperti juga makna demokrasi pada umumnya, pada dasarnya adalah
sebuah proses menjadi. Ia memang memiliki nilai – nilai dan kaidah – kaidah dasar untuk
mengatur kondisi supra struktur, struktur, dan infra-struktur sistem kehidupan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat Indonesia baik dalam tataran kepentingan domestic maupun

Page | 58
dalam kepentingan global. Tetapi ia memerlukan pengolahan lebih lanjut secara demokratis
dan cerdas dengan menggunakan seluruh aspek kecerdasan manusia, dimana kecerdasan
kehidupan berbangsa itu sekaligus juga merupakan salah satu tujuan membangun negara
republic Indonesia. Demokrasi harus dirancang dan dilaksanakan oleh segenap rakyat
dengan pengertian – pengertiannya yang jelas, dimana rakyat sendiri turut terlibat langsung
meruuskan substansinya, mengujicobakan desainnya, menilai dan menguji keabsahannya.
Sah rujukannya, sah operasionalnya, sah pula dampak kemasyarakatannya. Jelas bahwa
demokrasi menurut UUD 1945 itu bukanlah demokrasi katanya, atau demokrasi yang
dipaksakan oleh penguasa atau sebagai barang jadi yang ditawarkan dengan harga mati
oleh atasan.
Berbicara tentang kecerdasan dewasa ini kita makin memaklumi bahwa mengatur
dan menyelenggarakan demokrasi menurut UUD 1945 itu bukanlah terutama dengan
kekuatan naluri, kekuatan otot, kekuatan massa, kekuatan uang, pemilikan kekuasaan, atau
pemilikan senjata semata – mata. Adalah tidak cerdas dan sangat membahayakan jika
instrument – instrument itu dilakukan sebagai pola utama demokrasi sehari – hari.
Konseptualisasi demokrasi itu lebih lanjut secara fungsional dan kontekstual, perumusan
kebijakannya, perencanaannya, operasionalisasi, penilaian, dan feed back dari pelaksanaan
demokrasi itu justru lebih menuntut kecerdasan intelek / rasional, kecerdasan budi,
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan kewarganegaraan. Dan
kecerdasan demikian itu hendaknya yang meluas dimiliki oleh makin banyak lapisan dan
golongan dalam masyarakat. Isu dan masalahnya, sudahkah praktik demokrasi di negeri kita
menghargai kecerdasan yang datang dari segala penjuru yang diturunkan Tuhan untuk
memajukan negara, bangsa, dan masyarakat, atau demokrasi kita masih kental diwarnai
kekuatan otot, money politik, show force, kekuatan massa, penggunaan senjata, atau
mungkin banyak musang berbulu domba ?

(3). Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat


Demokrasi menurut UUD 1945 ialah demokrasi yang berkedaulatan rakyat., yaitu
kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah yang memiliki /
memegang kedaulatan itu. Kedaulatan rakyat itu dilaksanakan menurut UUD dan sebagian
kedaulatan dipercayakan kepada wakil – wakil rakyat yang dipilih melalui Pemilu.
Kedaulatan rakyat disini adalah yang konsisten dengan kaidah dan nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa dan bukan yang bersifat sekuler atau menekankan nilai – nilai materialistic
belaka. Kaedaulatan rakyat juga diselenggarakan secara cerdas, dan tidak semata – mata
mengandalkan keabsahan kebenaran yang mengandalkan jumlah suara terbanyak atau
mayoritas. Jadi kedaulatan rakyat yang dimaksud adalah yang bermoral Ketuhanan Yang
maha Esa dan yang dilaksanakan secara cerdas pemberdayaan rakyat, untuk meningkatkan

Page | 59
kecerdasannya, karena itu merupakan conditio sine qua non bagi demokrasi yang
berkedaulatan rakyat. Coba saudara kaji beberapa perubahan yang terjadi dalam
amandemen UUD 1945 berkaitan dengan perwujudan dan pelaksanaan asas kedaulatan
rakyat yang ditentukan dalam amandemen tersebut. Bagaimana penilaian saudara terhadap
perubahan tersebut ?

(4). Demokrasi dengan Rule of Law


Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rule of law ). Sebagai
suatu negara, negara Indonesia juga merupakan suatu organisasi kekuasaan yang dapat
memiliki kekuasaan dan menjalankan kekuasaan itu dengan paksa. Namun sebagai negara
hukum kekuasaan negara itu haruslah memiliki legitimasi hukum atau diatur secara hukum (
konstitusional ), sehingga kekuasaan negara adalah kekuasaan yang dibatasi oleh hukum.
Esensi dari demokrasi dengan rule of law ini ialah bahwa kekuasaan negara itu
harus mengandung, melindungi, serta mengembangkan kebenaran hukum ( legal truth )
bukan demokrasinya preman. Kekuasaan negara itu memberi keadilan hukum ( legal
justice ) dan bukan demokrasi dengan keadilan formal dan semu. Kekuasaan negara itu
menjamin kepastian hukum ( legal security ) dan bukan demokrasi yang membiarkan
kesemerawutan atau anarkhi. Kekuasaan negara itu mengembangkan manfaat atau
kepentingan hukum ( legal interest ) seperti kedamaian dan pembangunan dan bukan
demokrasi yang mempopulerkan fitnah dan hujatan, atau menciptakan perpecahan,
permusuhan dan kerusakan.
Esensi lainnya dari demokrasi dengan rule of law itu ialah bahwa semua warga
negara mempunyai kedudukan yang sama di muka hukum, punya akses dan hak yang
sama kepada layanan hukum, tanpa diskriminasi atas dasar apapun. Sebaliknya, semua
warga negara juga tanpa diskriminasi berkewajiban menjunjung tinggi dan mentaati semua
peraturan hukum dengan sepenuhnya.
Demokrasi dengan asas rule of law itu menuntut bahwa hukum itu dibangun dengan
kecerdasan, mencerminkan kedaulatan rakyat yang berKetuhanan yang Maha Esa. Hukum
demikian itu harus otonom dan berlapis – lapis atau berhirarki dalam otonominya. Hukum
tidak boleh dibawah kekuasaan atau bergantung pada kekuasaan atau dimanipulasi oleh
kekuasaan. Kekuasaan negara dan kekuasaan atas nama negara haruslah yang dibenarkan
oleh hukum, barulah ia sebagai kekuasaan yang sah. Kekuasaan yang sah atau lejitimate
kemudian hendaklah menciptakan peraturan hukum bahkan untuk dirinya, menegakkan
peraturan itu, dan memberikan keputusan atas dasar peraturan itu dan bukan atas dasar
kekuasaanya. Sekali – kali tidaklah boleh hukum itu merupakan alat untuk membela dan
membenarkan kekuasaan, kepentingan penguasa atau yang sedang berkuasa. Dasar
hukumnya harus sah, ruang lingkup dan batas – batas kekuasaan atau kewenangan itu

Page | 60
harus ditetapkan hukum. Cara menggunakan kekuasaan itu dan cara menguji keabsahan
menjalankan kekuasaan itu harus menuruti atau sesuai peraturan hukum. Demikian juga
identifikasi dan spesifikasi kekuasaan dan kewenangan serta tanggung jawab badan –
badan negara harus jelas secara hukum. Kewenangan dan tanggung jawab pejabat –
pejabat negara dan pemerintahan, serta pegawai negeri harus punya dasar hukum yang
sah, baik mengenai substansinya maupun prosedurnya. Tidak boleh ada pelanggaran nyata
– nyata atau tersembunyi terhadap peraturan hukum. Di dalam masyarakat, dipemerintahan
dan dipengadilan tidak boleh ada penyalahgunaan hukum. Tidak boleh ada perbuatan yang
melampui wewenang yang diberikan hukum. Hukum disini tidaklah semata – mata yang
bersifat formal tetapi termasuk juga yang memenuhi dasar berlakunya secara filosofis,
yuridis formal, sosiologis, dan sosio-psikologis. Dengan demikian kesadaran dan kepatuhan
hukum seluruh warga negara merupakan condition sine qua non bagi tegaknya demokrasi
dengan rule of law.

(5). Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan Negara


Kekuasaan negara, termasuk pemerintahannya, seperti yang diatur oleh hukum
dalam negara demokrasi Indonesia tidaklah terpusat pada satu tangan atau satu lembaga
pemegang kekuasaan saja, karena kekuasaan seperti itu dapat menciptakan kekuasaan
yang tidak terbatas atau kekuasaan yang absolute. Karena itu perwujudan kekuasaan
negara dalam negara demokrasi menggunakan sistem division and separation of power
(pembagian atau pemisahan kekuasaan ). Dengan sistem pembagian kekuasaan ini
kekuasaan negara pada umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu : kekuasaan legislative,
eksekutif, dan yudikatif. Di Indonesia kekuasaan legislative dipegang dan dijalankan oleh
DPR bersama presiden. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh presiden dan wakil
presiden dibantu oleh para menteri. Kekuasaan yudikatif dilaksanakan oleh MA.
Disamping itu MPR adalah pemegang kekuasaan negara tertinggi. Di Indonesia juga
terdapat dua kekuasaan negara lainnya, yaitu kekuasaan eksaminatif yang dipegang oleh
BPK dan kekuasaan konsultatif dipegang oleh DPA. Dengan pembagian kekuasaan ini,
jelas tidak terjadi pemusatan kekuasaan negara. Namun pada kenyataannya, ada
kecendrungan bahwa presiden pernah memegang kekuasaan negara yang luar biasa yang
melemahkan kekuasaan badan – badan negara lainnya bahkan kekuasaan MPR. Ini terjadi
pada masa pemerintahan orde lama dan orde baru. Faktor – faktor apakah yang
menyebabkannya ? Bagaimana pula peluang efektifitas pembagian kekuasaan negara
berdasarkan UUD 1945 setelah amandemen dalam menciptakan mekanisme check and
balance ?

Page | 61
(6).Demokrasi dengan Hak – hak Azasi Manusia
Sebagai konsekuensi dari asas kedaulatan rakyat maka hak – hak dan martabat
rakyat haruslah dilindungi dari kekuasaan negara terutama dari kekuasaan pemerintah yang
cenderung tak terbatas. Demokrasi berdasarkan UUD 1945 mengakui hak asasi manusia
yang tujuannya bukan saja menghormat hak – hak asasi itu, melainkan yang lebih penting
adalah untuk meningkatkan martabat dan derajat manusia seutuhnya.
Dengan pengakuan terhadap hak – hak asasi tersebut, maka semua orang baik
pejabat negara, elit politik, tokoh masyarakat, rakyat jelata, atau siapapun dia memiliki hak
asasi yang sama dan wajib pula menghormati hak – hak asasi orang lain. Tak seorang
dapat melanggar HAM orang lain termasuk presiden sekalipun. Siapa saja dapat diminta
pertanggungjawabannya jika ia melanggar HAM orang lain. Ketua dan anggota MPR, DPR,
Presiden/wakil presiden dan menteri – menterinya, ketua dan anggota hakim MA, panglima
dan anggota ABRI, serta pejabat lainnya dapat diminta dipengaruhi oleh siapapun juga
bahkan oleh presiden. Karena itu badan – badan peradilan bukanlah alat penguasa.
Masalahnya, sudahkah badan – badan peradilan kita benar – benar merdeka dari
kekuasaan, uang, yang haus prestise atau haus kehormatan, haus kekuasaan, haus jabatan
dengan janji – janji, dan sebagainya. Justru di sinilah masalahnya di negeri kita ini.

(7). Demokrasi dengan pengakuan adanya Partisipasi rakyat secara cerdas


Partisipasi rakyat merupakan salah satu unsur demokrasi yang sangat penting,
karena dalam sistem pemerintahan demokrasi rakyat adalah mepegang kedaulatan
tertinggi. Secara umum sistem demokrasi yang berlaku saat ini adalah demokrasi
perwakilan, dalam pengertian kekuasaan yang dimiliki rakyat dilaksanakan oleh wakil-wakil
rakyat yang duduk dalam lembaga perwakilan rakyat yang dipilih melalui pemilihan umum.
Pemerintah sebagai lembaga yang melaksanakan dan menyelenggarakan pemerintahan
negara pada dasarnya merupakan lembaga yang juga ditentukan oleh rakyat.
Untuk dapat terwujudnya lembaga perwakilan rakyat yang benar-benar mewakili
rakyat dan terwujudnya pemerintahan yang refresentatif dengan aspirasi rakyat maka rakyat
harus memiliki kecerdasan dalam proses penentuan wakil-wakilnya tersebut. Disamping itu,
partisipasi rakyat yang cerdas sangat diperlukan untuk melakukan kontrol ,mengkritisi dan
memberikan masukan terhadap wakil – wakil yang mereka pilih dan terhadap pelaksanaan
pemerintahan negara.

(8). Demokrasi dengan Otonomi Daerah


Sudah ditunggu – tunggu sejak lama adanya desentralisasi kekuasaan pemerintahan
yang dapat membatasi kekuasaan negara / pemerintah di tingkat pusat atau nasional. Hal ini
mewujudkan amanat UUD 1945 yang menghendaki terbentuknya daerah – daerah propinsi,

Page | 62
kabupaten, dan kota yang masing – masing memiliki pemerintahan daerahnya dengan
otonomi yang seluas – seluasnya berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemberian otonomi daerah ini bukanlah sekedar belas kasihan atau pemberian pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah, melainkan karena secara konstitusional dan pemenuhan
prinsip – prinsip otonomi daerah menurut UUD 1945 antara sebelum dan sesudah
amandemen.

(9). Demokrasi dengan Kemakmuran


Konsep demokrasi tidak saja bermakna politis tetapi juga bermakna sosial ekonomi.
Karena itu tugas demokrasi tidaklah semata – semata menjaga dan menegakkan
kedaulatan rakyat, menetapkan perwakilan, menegakkan hukum dan HAM, menciptakan
peradilan yang merdeka, merealisasikan otonomi daerah, dan mengatur pembagian
kekuasaan negara, melainkan juga bertugas memakmurkan rakyat; dari, oleh, dan untuk
rakyat. Ini tidak berarti bahwa demokrasi dengan kemakmuran dapat berdiri sendiri terlepas
dari demokrasi politik, melainkan merupakan kesatuan yang integral dan saling mendukung
satu sama lain untuk mencapai tujuan – tujuan negara demokrasi mensejahterakan seluruh
rakyat bersendikan prinsip – prinsip keadilan dan berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
Indonesia memiliki sumber – sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya
manusia yang sangat besar. Sumber daya manusia Indonesia perlu terus diberdayakan
untuk dapat secara optimal memanfaatkan sumber – sumber alam demi kepentingan
hidupnya baik secara individual, kelompok, masyarakat maupun sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa. Pemanfaatan sumber – sumber daya alam tersebut untuk tujuan – tujuan
sosial ekonomi perlu diatur mekanismenya secara demokratis agar tidak ada kekuasaan
tertentu baik atas dasar jabatan, kekuasaan negara, kekayaan, otot, massa, dukungan
internasional dan sejenisnya menguasai sumber – sumber daya alam itu untuk tujuan –
tujuan monopoli bagi kepentingannya sendiri atau kelompoknya. Pemanfaatan kekayaan
alam dan sumber daya manusia haruslah dapat digunakan sebesar – sebesarnya bagi
kemakmuran rakyat berdasarkan prinsip – prinsip keadilan. Disini mekanisme demokrasi
politik dan ekonomi haruslah terintegrasi untuk dapat menghasilkan sistem yang paling
optimal dapat memajukan kesejahteraan seluruh rakyat berdasarkan asas kebebasan,
kesamaan, dan keadilan. Masalahnya, sudahkah khususnya pihak pemerintah dan para
konglemerat melaksanakan dan mengintegrasi prinsip – prinsip demokrasi politik dan
ekonomi yang hanya menguntungkan kepentingan penguasa dan kroni – kroninya.

(10). Demokrasi yang Berkeadilan Sosial


Akhirnya demokrasi menurut UUD 1945 menggariskan keadilan sosial bagi seluruh
lapisan rakyat Indonesia. Keadilan sosial disini menegaskan sekali lagi bahwa makna

Page | 63
demokrasi memiliki perspektif sosial budaya yang luas, tidak semata – mata mengandalkan
makna keadilan hukum menurut undang undang saja. Berhubung dengan itu keadilan antar-
satuan sosial mengubur atau mengenyampingkan diskriminasi karena faktor ras, etnik,
keturunan, agama, kepercayaan, sekte, gender, dsb. Keadilan sosial itu mengandung
prinsip keadilan dalam hubungan kemasyarakatan yang wajar menurut akal sehat,
kepatutan, tradisi, dan kebiasaan.
Keadilan sosial itu pasti sama sekali bukan soal kesama-rataan dalam pembagian
output materi dari sistem kemasyarakatan. Sebaliknya, keadilan sosial itu justru lebih
merujuk pada keadilan peraturan dan tatanan kemasyarakatan yang tidak diskriminatif
karena faktor apapun untuk memperoleh kesempatan atau peluang hidup, tempat tinggal,
pendidikan, pekerjaan, politik, masuk ke administrasi pemerintahan, layanan birokrasi,
bisnis, dan lain – lain.

4.2. Hak Asasi Manusia


Koento Wibisono (2002:5) menyatakan, bahwa berbicara tentang HAM tidaklah
sesederhana sebagaimana kita bayangkan. Persolananya terletak pada bagaimana
pandangan ontologik yang kita jadikan dasar dan arah pandangan mengenai apa dan siapa
manusia itu sebagai subyek pendukung HAM tadi Menurut Koento, pandangan ontologik
yang spiritual disatu sisi dan pandangan materialistic disisi lain akan melahirkan konsep
mengenai HAM yang tidak saja berberbeda, bahkan bertentangan, yang implikasinya akan
berkembang dalam pertentangan dalam aplikasinya pada kehidupan masyarakat.
Bagi bangsa Indonesia makna dan arti HAM terletak pada manusia sebagai individu
yang secara kodrati diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan dikaruniai derajad,
harkat dan martabat yang sama bagi siapapun, sedemikian rupa sehingga tanpa terkecuali,
manusia manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama (Koento Wibisono, 2002:6).
Dengan demikian, Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada manusia secara
kodrati sebagai anugrah Tuhan Yang Maha esa. Karenanya hak ini harus dihormati,
dilindungi, dan tidak layak untuk dirampas oleh siapapun serta tidak dapat dipisahkan dari
pribadi manusia itu sendiri.
Hak yang paling mendasar dari manusia itu meliputi :
1. Hak Hidup
2. Hak kemerdekaan ( Kebebasan)
3. Hak memiliki sesuatu.
Diatas hak dasar inilah kemudian berkembang hak – hak lain sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia itu sendiri , seperti : hak pribadi, hak ekonomi, hak
pengayoman, hak politik, hak social budaya, dan hak atas peradilan yang bebas dan tidak
memihak. Selain hak asasi manusia, manusia juga mempunyai kewajiban dasar terhadap

Page | 64
manusia lain, masyarakat, bangsa dan negara. Apakah makna atau arti dari semua haka-
hak ini ? Bagaimana pandangan anda terhadap hak asasi yang dimiliki oleh manusi ?
apakah manusia sudah dapat menikmati hak-hak yang dimilikinya ?.
Jika dilihat dalam sejarah, kesadaran atas hak-hak asasi yang dimiliki manusia
tumbuh dan berkembang ketika hak-hak itu mendapat ancaman atau bahaya yang timbul
dari kekuasaan yang dimiliki oleh organisasi kekuasaan bentukan manusia itu sendiri, yaitu
negara. Oleh karenanya persoalan mengenai hak asasi itu berkisar pada perhubungan
antara manusia (individu) dan masyarakat. Sejak awal peradabannya manusia pada
dasarnya sudah memperjuangkan hak asasinya, Bentuk dari perjuangan itu berupa
pertentangan dan peperangan . Lihat zaman Mesir kuno(Firaun),yang berkuasa secara
sewenang-wenang bahkan menganggap dirinya Tuhan, demikian juga pada Zaman Jepang
kuno, zaman keakisaran Tiongkok, termasuk juga zaman kerajaan – kerajaan di Indonesia.
Bahkan samapi pada jaman penjajahan, sebagian besar rakyat di benua Asia, Afrika bahkan
dibagian benua Amerika tidak dapat menikmati kehidupan sebagaimana hak-hak yang
mereka miliki. Apakah saat ini umat manusia sudah dapat menikmati kehidupannya sesuai
dengan hak asasi yang dimiliki?
Sementara itu berbagai ajaran tentang pengakuan atas hak asasi manusia pada
dasarnya telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu. Socrates dan Plato pada abad 4 SM
misalnya mengajarkan, bahwa rakyat pada dasarnya memiliki hak untuk mengkritik
pemerintah yang berkuasa, karena pemerintah merupakan suatu lembaga yang dibentuk
oleh rakyat dan untuk kepentingan rakyat itu sendiri. Sementara itu Aristoteles dalam abad 3
Sm, yang mengajarkan bahwa pemerintah harus berdasarkan kemauan mayoritas
masyarakat. Jika dicermati, para filosuf Yunani pada dasrnya telah mengajarkan kepada
manusia mengenai hak dasar yang dimiliki, dan bagaimana melaksanakannya dalam
konteks berkehidupan berbangsa dan bernegara, yakni bahwa setiap orang, setiap
warganegara memiliki kebebasan yang asasi, yang bersumber dari kodratnya sebagai
manusia. Hak itu bukan pemberian negara atau pemberian pemerintah. Justru Negara atau
pemerintah itu merupakan perwujudan dari kehendak warganegara.
Dalam sejarah perjuangan hak asasi manusia juga tercatat, bahwa Pengakuan
terhadap Hak Asasi manusia tersebut melewati rentang waktu yang samgat panjang.
Bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya negara – negara modern, maka
kesadaran akan hubungan antara Negara/pemerintah dengan warganegara semakin tinggi.
Bersamaan dengan kesadaran tersebut, warganegara berupaya berjuang agar dalam
susunan negara modern hak-hak dan kebebasan azasi manusia itu dilindungi oleh undang-
undang dan menjadi hukum tertulis positif. Apakah artinya semua itu ? bagaimana peranan
negara dalam konteks hak asasi manusia ? Sementara itu sejarah telah mencatat bahwa,
kesadaran itu diawali di Inngris, ketidak puasan rakyat pada umumnya atas kekuasaan yang

Page | 65
dimiliki penguasa (Raja) diakomodir oleh kelompok bangsawan inggris. Melalui sebuah
musyawarah besar para bangsawan Ingris pada tanggal 15 juni 1215 dikeluarkan suatu
pernyataan tertulis dalam sebuah piagam yang terkenal dengan sebutan : Magna Charta.
Dalam piagam ini ditegaskan, Rak tidak punya hak untuk berkuasa secara absolut, maka
kekuasaan Raja harus dibatasi ; huikum dan Undang – undang lebih tinggi dari kekuasaan
raja. Piagam ini dipandang sebagai lambang kesadaran terhadap HAM , mengapa ? apakah
perjuangan kelompok bangsawan tersebut dipandang dapat mewakili perjuangan rakyat
atas hak asasinya ? Ataukah itu Cuma perjuangan para bangsawan ingris untuk dapat
menikmati kekuasaan yang secara turun temurun telah dinikmati.
Moment perjuangan hak asasi manusia juga dicatat oleh sejarah ketika revolusi
rakyat Amerika terjadi, yaitu pada 4 Juli 1776 , melalui revolusi ini rakyat Amerika Serikat
menyatakan kemerdekaannya/kebebasannya dari belenggu kekuasaan imperium Inggris.
Apa makna kemerdekaan bagi sebuiah bangsa ? adakah Revolusi itu dapat dipandang
sebagai piagam HAM rakyat Amerika . Tiga belas tahun kemudian rakyat Perancis berjuang
untuk menumbangkan kekuasaan absolutisme Louis XIV melalui suatu revolusi, yang
dikenal dengan revolusi Prancis 14 juli 1789. Revolusi ini pada dasarnya dimotori oleh para
pemikir besar prancis, seperti : JJ Rosseu, Voltaire, dan Montesqueu, melalui semboyan :
Liberte, Egalite, dan Praternite (kebebasan, persamaan dan persaudaraan) .
Sementara itu terjadi titik balik dalam sejarah perjuangan Hak asasi Manusi yaitu
dengan adanya Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Perang ini pada dasarnya telah
memberikan gambaran pada umat manusia, atas tindakan suatu bangsa untuk mengusai
bangsa lain didunia ini. Walaupun demikian ternyata Perang Dunia I dan II ini menjadi
pelajaran yang sangat berharga bagi umat manusia di dunia sehingga seluruh bangsa-
bangsa sepenuhnya sadar bagaimana pentingnya pengakuan Hak azazi manusia tersebut.
Majelis Umum PBB tanggal 10 desember 1948 dalam sebuah resolusinya mengumumkan
Deklarasi universal tentang Hak – Hak asasi Manusia. PBB menyatakan bahwa deklarasi
universal tentang hak asasi manusia merupakan suatu pelaksanaan umum yang berlaku
bagi semua Bangsa dan semua negara.
Dalam Mukadimah deklarasi Universal tentang Hak asasi Manusia yang telah
disetujui dan diumumkan oleh resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa Nomor
217 A (III) tanggal 10 desember 1948 terdapat pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang sama
dan tidak terasingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan, keadilan dan
perdamaian di duni.
2. Menimbang bahwa pengabaian dan memandang rendah rendah pada hak-hak asasi
manusia telah mengakibatkan perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan rasa

Page | 66
kemarahan dalam hati nurani umat manusia dan bahwa terbentuknya suatu dunia di
mana manusia kan mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan agama serta
kebebasan dari rasa takut dan kekurangan telah dinyatakan sebagai aspirasi
tertinggi dari rakyat jelata.
3. Menimbang bahwa hak-hak asasi manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum
supaya orang tidak akan terpaksa memilih pemberontakan sebagai usaha terakhir
guna menentang kelaliman dan penjajahan.
4. Menimbang bahwa persahabatan antara negara- negara perlu dianjurkan.
5. Menimbang bahwa bangsa-bangsa dari anggota PBB dalam piagam telah
menyatakan sekali lagi kepercayaan mereka atas hak-hak dasar dari manusia,
martabat serta penghargaan seorang manusia, dan hak-hak yang sama bagi laki-laki
maupun perempuan dan telah memutuskan akan lebih baik dalam kemerdekaan
yang lebih luas.
6. Menimbang bahwa negara-negara anggota telah berjanji akan mencapai perbaikan
penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan
asas dalam kerjasama dengna PBB
7. Menimbang bahwa pengertian umum terhadap hak-hak dan kebebasan ini adalah
penting sekali untuk pelaksanaan janji ini secara benar.
Coba anda analisis pertimbangan –pertimbangan di atas dalam kerangka Hak Asasi
Manusia ? dan apa makna masing-masing pertimbangan di atas ?
Bagi Indonesia pengakuan tantang HAM ini sebenarnya sudah ada bersamaan
dengan ditetapkannya UUD 1945. Prinsip - prinsip HAM secara jelas dapat kita lihat dalam
Undang – Undang Dasar 1945, yaitu:
1. Dalam Pembukaan UUD 1945 alenea I.
2. Pembukaan UUD 1945 alena 3
3. Pembukaan alenea 4Dalam penjelasan UUD 1945 (Dalam pembukaan UUD
1945 dengan tegas tersurat, bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa.
Pernyataan ini jelas merupakan pengakuan atas hak azaazi manusia terutama
kebebasan yang pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia, baik secara
individual maupun manusai dalam kerangka kelompok yang disebut bangsa.
Sementara itu, pernyataan dan pengakuan atas kemerdekaan bagi bangsa
Indonesia secara tegas juga dapat dilihat melalui pembukaan UUD 1945 alenea 3.
Lengkapnya dalah sbb: “ Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannnya “ Pernyataaan kemerdekaan ini
pada dasarnya mengandung konskuensi pengakuan atas kebebasan atau kemerdekaan

Page | 67
manusia atau warganegara yang dapat juga berarti, bahwa bangsa Indonesia menjamin
kebebasan warganegaranya.
Dalam pembukaan UUD 1945 secara tegas juga tersurat dan tersirat bahwa negara
pada dasarnya menjamin pelaksanaan hak-hak yang dimiliki rakyatnya. Hal ini dapat kita
pahami ketika kita membaca pernyataan “ …pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sebagai suatu negara yang mengakui dan memberi jaminan atas Hak azazi manusia
maka dalam penjelasan UUD 1945 , terutama pada sistem pemerintahan negara secara
tegas dinyatakan, bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (Mchsstaat) .
Pembukaan UUD 1945 beserta batang tubuh undang-undang dasar 1945 pada
hakekatnya telah merupakan dasar dan arah bagaimana HAM itu di Indonesia dibina dan
dikembangkan. Sejalan dengan itu dengan KEPPRES No. 129 Tahun 1998 Pemerintah
Indonesia telah menentukan sebuah “ rencana aksi nasional Haka-Hak asasi manusia
Indonesia” setahun dari KEPPRES tersebut keluar, Indonesia telah memiliki undang –
Undang Hak Azazi Manusia, yaitu UU No.39 Tahun 1999. Dalam Undang-undang ini
ditegaskan, bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa dan merupakan anugrah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,hukum,pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Apakah dengan dituangkannya prisip-prinsip HAM dalam UUD 1945 dan dengan telah
adanya UU di atas pengakuan atas Hak asasi Manusia Indonesia sudah dapat
dilaksanakan dengan baik ?
Menurut Koento Wibisono (2002:7) dengan nilai-nilai Pancasila yang digariskan
dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945, pandangan ontologik Pancasila tentang
apa dan siapa manusia itu ialah, bahwa manusia adalah mahluk pribadi dan sekaligus
mahluk sosial mahluk jasmani sekaligus mahluk rohani yang sering disebut sebagai mahluk
monodualistis. Sehingga dengan dasar filsafat Pancasila, maka bagi bangsa dan manusia
Indonesia baik hak maupun kewajiban merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dalam memahami dan menafsirkan apa yang dimaksud dengan HAM. Disini dikatakan
perbedaan kita dengan pandangan filsafat liberalisme yang menekankan hak asasi
individual dan kurang menegaskan adanya kewajiban-kewajiban asasi, sedangkan filsafat
komunisme lebih menekankan kewajiban daripada hak asasi manusia.

Page | 68
4.3. Negara Hukum (Rechtsstaat dan The Rule Of Law)
Dalam kepustakaan hukum di Indonesia istilah negara hukum sebagai terjemahan
dari rechtsstaat dan rule of law. Konsep negara hukum mengandung pengertian bahwa
negara memberi perlindungan hukum bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan
yang bebas dan tidak memihak dan menjamin hak asasi manusia. Menurutmahfud MD
(Azyumardi Azra, 2003) Istilah rechtsstaat dan rule of law yang diterjemahkan menjadi
negara hukum pada hakekatnya mempunyai makna yang berbeda.
Istilah rechtsstaat bannyak dianut di negara-negara Eropa Kontinental yang bertumpu pada
sistem civil law, sedangkan the rule of law banyak dikembangkan di negara-negara anglo
Saxon yang bertumpu pada common law, civil law menitik beratkan pada administration law,
sedangkan common law menitik beratkan pada judical.
Konsep negara rectsstaat mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: (1). Adanya
perlindungan terhadap Hak asasi manusia, (2). Adanya pemisahan dan pembagian
kekuasaan pada lembaga negara untuk menjamin perlindungan HAM, (3).Pemerintahan
berdasakan peraturan perundangan ; dan (4). Adanya peradilan administrasi. Adapun the
rule of law dicirikan oleh ; (1) adanya supremasi aturan-aturan hukum, (2). Adanya
kesamaan kerdudukan didepan hukum (equelity before the law), (3). Adanya jaminan
perlindungan HAM. Mahmud MD ( Azyumardi Azra, 2003:118) menekankan, Konsep negara
hukum Indonesia pada dasarnya merupakan gabungan dari konsep di atas, memilik cirri-ciri
sebagai berikut:
1. Adanya jaminan perlindungan terhadap HAM
2. Adnya supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan
3. adanya pemisahan dan pembagaian kekuasaan; dan
4. Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri
Sementara itu, dalam konfrensi international Commission of jurists di Bangkok
sebagaimana dikutip Mahnud MD (Azyumardi Azra,2003:118) bahwa cirri negara hukum
adalah sebagai berikut:
1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu
konstitusi juga harus juga menentukan cara procedural untuk memperoleh
atas hak-hak yang dijami (due process of law)
2. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Adanya pemilu yang bebas
4. adnya kebebasan menyatkan pendapat
5. Adanya kebebasan berserikat/berorganisasi/beroposisi
6. Adanya Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam tujuh kunci sistem pemerintahan negara (terutama dalam kunci yang
pertama) dinyatakan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rectsstaat), tidak

Page | 69
berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat). Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk
didalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang lain dalam melaksanakan
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum.Tekanan pada hukum (recht) disini dihadapkan sebagai lawan dari
kekuasaan (macht) prinsip dari sistem ini disamping akan tampak dalam rumusan pasal-
pasalnya, jelas sejalan dan merupakan pelaksanaan dari poko-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan oleh cita-cita hukum (rechtside)
yang menjiwai UUD 1945 dan hukum dasar tak tertulis.

4.4. Msyarakat Madani (Civil Society)


Winataputra (2005) dalam Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi menyatakan
bahwa gambaran ideal dari suatu masyarakat demokrasi adalah masyarakat yang dalam
kehidupannya mencerminkan tradiosi demokrasi dengan budaya kewarganregaraan sebagai
intinya, yang kemudain disebut sebagai civic community. Selain ada konsep yang dikenal
sebagai civic community, telah berkembang konsep civil society yang pada dasarnya
memiliki nuansa yang identik dengan civic community, yang menggambarkan model ideal
masyarakat yang demokratis.
Di Indonesia, konsep masyarakat madani ini terhitung masih baru dan masih banyak
dperdebatkan, baik istilah maupun karakteristiknya. Culla (Winataputra,2005) memandang
istilah masyarakat madani hanyalah salah satu dari berbagai istilah sebagai padanan kata
civil society, karena masih ada beberapa padanan istilah lainnya, seperti : masyarakat
warga, masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, masyarakat berdab, dan masyarakat
berbudaya. Istilah masyarakat madani sebagai padanan atau terjemahan dari civil
society merupakan rekomendasi dari “Tim Nasional Reformasi Menuju Masyarakat Madani”
(Winataputra,2005)
Masyarakat madani (civil society) dicirikan dengan masyarakat terbuka, masyarakat
yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, masyarakat yang kritis dan
berpartisipasi aktif serta masyarakat egaliter. Masyarakat madani merupakan elemen yang
sangat signifikan dalam membangun demokrasi, karena salah satu syarat penting
demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan
keputusan nyang dilakukan oleh negara atau pemerintah. (ICCI UIN,2003)
Dalam konteks Indonesia yang berdasarkan Pancasila, demikian ditegaskan oleh
Sudarsono (dalam Azyumardi Azra, 2003 ), civil society atau masyarakat madani Indonesia
yang baik secara kwalitatif ditandai oleh ….. true beliefs in and sacrifice for God, respect of
human rights, enforcement of rule of law, extention of participation of citizens in publiv
decision making at various levels, and implementation opf new form of civic education to
develop smart and good citizens ( Sudarsono, dalam Azyumardi Azra, 2003 ) yakni

Page | 70
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jaminan hak azasi manusia,
penegakan prinsip rule of law, partisipasi yang luas dari warganegara dalam pengambilan
keputusan public diberbagai tingkatan, dan pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan
untuk mengembangkan warganegara Indonesia yang cerdas dan baik. Di lain pihak Hikam,
seperti dikutip oleh Tilaar (dalam Azyumardi azra,2003) menekankan adanya empat cirri
utama masyarakat madani, yakni: “ kesukarelaan, keswasembadaan , kemandirian tinggi
terhadap negara, dan keterkaitan kepada nilai-nilai hukum yang disepakati bersama “. Atau
secara ;lebih lengkap cirri masyarakat madani tersebut dapat dikembalikan kepeda cirri
masyarakat Madinah di jaman Nabi Muhammad s.a.w , sebagai mana tertuang dalam
Piagam Madinah , seperti disarikan oleh Tilar (Azyumardi Azra,2003 ) , dengan sepuluh
prinsipnya, yakni : “kebebasan beragama, persaudaran seagama, persatuan politik dalam
meraih cita-cita bersama, saling membantu, persamaan hak dan kewajiban warganegara
terhadap negara , persamaan didepan hukum bagi setiap warganegara, penegakan hukum
demitegaknya keadilan dan kebenaran tanpa pandang bulu, pemberlakuan hukum adat
yang tetap berpedoman pada keadilan dan kebenaran , perdamain dan kedamaian , dan
pengakuan hak atas setiap orang atau individu”.
Secara khusus Tilar, menekankan bahwa pembangunan masyarakat madani dewasa
ini terkait erat dengan proses demokratisasi yang sedang melanda seluruh dunia. Selain itu,
Tilar juga menambahkan cari khas lain yang juga sama pentingnya adalah kebhinekaan
bangsa Indonesia. Dengan cara itu, masyarakat madani Indonesia yang demokratis justru
akan memperoleh dasar perkembangan yang sanagat relevan dengan adanya “kebhinekaan
masyarakat Indonesia”
Dari bahasan tersebut (Winataputra, 2005:24) menyatakan bahwa masyarakat
madani bagi Indonesia tidak sepenuhnya sama dengan “civil society” menurut konsep
liberalisme/komunitarianisme-nya barat. Yang menjadi ciri khasnya adalah adalah dalam
sifatnya yang harus tetap agamais/relegius dan adanya fasilitas yang lebih nyata dari negara,
khususnya dalam tiga(3) hal, yaitu: (1). Memberikan jaminan hukum dan dukungan politik
bagi kehadiran masyarakat madani; (2). Memupuk suasana cultural dan ideologis bagi lahir
dan tumbuhnya masyarakat madani; dan (3) menyediakan infrastruktur sosial yang
diperlukan serta memberi fasilitas bagi tersedianya infra struktur tersebut ( Tim Nasional
Reformasi, Dalam Winataputra,2005)
Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya. Komaruddin Hidayat dan
Azyumari Azr (2006) Terdapat unsur- unsur sosial yang menjadi prasayarat terwujudnya
tatanan masyarakat madani. Beberapa unsur pokok yang dimiliki oleh masyarakat madani
adalah:
(1) Adanya Wilayah Publik yang Luas Free Public Sphere adalah ruang publik yang
bebas sebagai sarana untuk mengemukakan pendapat warga masyarakat. Di

Page | 71
wilayah ruang publik ini semua warga Negara memiliki posisi dan hak yang sama
untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasa takut dan terancam oleh
kekuatan –kekuatan di luar civil society.
(2) Demokrasi; Demokrasi adalah prasayarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil
society yang murni (genuine).Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin
terwujud. Demokrasi tidak akan berjalan stabil bila tidak mendapat
dukungan riil dari masyarakat. Secara umum demokrasi adalah suatu tatanan sosial
politik yang bersumber dan dilakukan oleh, dari, dan untuk warga Negara.
(3) Toleransi; Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan
pendapat.
(4) Pluralisme; Kemajemukan atau pluralisme merupakan prasayarat lain bagi civil
society. Pluralisme tidak hanya dipahami sebatas sikap harus mengakui dan
menerima kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan sikap yang
tulus untuk menerima kenyataan perbedaan sebagai sesuatu yang alamiah dan
rahmat Tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
(5) Keadilan social; Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang
proporsional atas hak dan kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh
aspek kehidupan: ekonomi, politik, pengetahuan dan kesempatan. Dengan
pengertian lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah
satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongsn tertentu.
Pilar penegak masyarakat madani adalah institusiinstitusi yang menjadi bagian dari sosial
kontrol yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta
mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Pilar-pilar tersebut antara lain:
Komaruddin Hidayat dan Azyumari Azr (2006)
(1)Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi
sosial yang dibentuk oleh swadaya masyarakat yang tugas utamanya adalah
membantu dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang
tertindas. LSM dalam konteks masyarakat madani bertugas mengadakan
pemberdayaan kepada masyarakat mengenai hal-hal yang signifikan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya mengadakan pelatihan dan sosialisasi program-
program pembangunan masyarakat.
(2) Pers Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan menjadi bagian
dari sosial kontrol yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai
kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan warga negaranya. Selain itu,
pers juga diharapkan dapat menyajikan berita secara objektif dan transparan.
(3) Supremasi Hukum Setiap warga negara , baik yang duduk dipemerintahan atau
sebagai rakyat harus tunduk kepada aturan atau hukum. Sehingga dapat

Page | 72
mewujudkan hak dan kebebasan antar warga negara dan antar warga negara
dengan pemerintah melalui cara damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Supremasi hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala
bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar normanorma hukum
dan segala bentuk penindasan hak asasi manusia.
(4) Perguruan Tinggi Perguruan tinggi merupakan tempat para aktivis kampus
(dosen dan mahasiswa) yang menjadi bagian kekuatan sosial dan masyarakat
madani yang bergerak melalui jalur moral porce untuk menyalurkan aspirasi
masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah. Namun,
setiap gerakan yang dilakukan itu harus berada pada jalur yang benar dan
memposisikan diri pada real dan realitas yang betul-betul objektif serta
menyuarakan kepentingan masyarakat. Sebagai bagian dari pilar penegak
masyarakat madani, maka Perguruan Tinggi memiliki tugas utama mencari dan
menciptakan ide-ide alternatif dan konstruktif untuk dapat menjawab
problematika yang dihadapi oleh masyarakat.
(5) Partai Politik Partai Politik merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat
menyalurkan aspirasi politiknya. Partai politik menjadi sebuah tempat ekspresi
politik warga negara sehingga partai politik menjadi prasyarat bagi tegaknya
masyarakat madani.

5. RANGKUMAN
Demokrasi adalah suatu pemerintahan, dimana rakyat memegang peranan
didalamnya. Atau pemerintahan, dimanan kedaulatan ada ditangan rakyat. Pengertian
demokrasi ini menunjukkan makna demokrasi dari dimensi politik dan pemerintahan.
Bertolak dari pengertian di atas maka hakekat demokrasi adalah: adanya partisipasi rakyat
dalam pemerintahan, baik secara tidak langsung atau mungkin langsung. Seberapa jauh
partisipasi rakyat, hal itu sangat tergantung berbagai factor. Pada dasranya ada dua asas
demokrasi : (1). Adanya pengakuan akan partisipasi rakyat dalam pemerintahan; dan
(2).Adanya pengakuan akan harkat dan martabat manusia , bentuknya berupa
perlindungan hak – hak asasi manusia demi kepentingan bersama. Suatu negara dikatakan
demokratis bila dalam mekanisme pemerintahannya mewujudkan asas-asas demokrasi
atau. prinsif-prinsif demokrasi
Dlam perkembangannya konsep demokrasi tidak hanya mencakup pengertian
dalam bidang politik dan pemerintahan saja. tetapi juga mencakup bidang ekonomi dan
sosial budaya. Oleh karena itu gambaran ideal negara demokrasi pada dasarnya adalah
negara hukum, yaitu negara yang memberi perlindungan hukum bagi warga negara melalui
pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak dan menjamin hak asasi manusia

Page | 73
yang mewujudkan diri sebagai masyarakat madani ( civil society). Masyarakat madani (civil
society) dicirikan dengan masyarakat terbuka, masyarakat yang bebas dari pengaruh
kekuasaan dan tekanan negara, masyarakat yang kritis dan berpartisipasi aktif serta
masyarakat egaliter.

Daftar Pustaka
Anonim , 2002; Undang - Undang dasar negara Republik Indonesia Tahuin 1945, Jakarta,
Sekjen MPR RI
Azyumardi Azra, 2003; Pendidikan Kewarganegaan (Civic Education), Demokrasi, Hak asasi
manusia, Masyarakat Madani, Jakarta, Prenada Media
Hoeward E. Rhoda,2000; H A M, Penjelajahan Dalih Relativisme Budaya, Jakarta Graffiti.
Joeniarto, 1982; Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, Jakarta, Bina Aksara.
Koentjoro Purbopranoto, 1979 ; Hak – Hak Asasi Manusia dan Pancasila, Jakarta, Pradnya
Paramita.
Komaruddin Hidayat dan Azyumari Azra,2006. Demokrasi, Hak Asasi Manusai dan
Masyarakat Madani.Jakarta : ICCE UIN Hidayatullah Jakarta dan The Asia
Foundation
Lemhanas, 2000; Kewiraan, Buku Induk Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, Dirjen Dikti
– Lemhanas.
Soemarsono.s dkk, 2002; Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, PT. gramedia Pustaka
Utama.
Soly Lubis, 1982; Ilmu negara, Bandung, Alumni Bandung.
Soegito H.A.T, 2005 ; Rule Of Law, (makalah), Disampaikan Dalam pelatihan nasional
Dosen PKN di Makassar 29 september – 01 oktober 2005.
Winataputra S. Udin, 2005; Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi, (makalah), Disampaikan
Dalam pelatihan nasional Dosen PKN di Makassar 29 september – 01
oktober 2005.

Page | 74

Anda mungkin juga menyukai