Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING

Di susun oleh : Kelompok 3

1. Andiani Putri Julinar (C1017055)


2. Dwi Widyaningrum S (C1017061)
3.
4. Dwi Widyaningrum S (C1017061)
5. Finka Akhiriawati (C1017067)
6. Heri Supriyanto (C1017071)
1. Lola Azizah Nur (C1017079)
2. Novia Triayu W (C1017085)
7. Sinta Dwianita R (C1017093)
8. Wilda Rif’atul Izzah (C1017101)

Kelas : 2B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apendisitis merupakan penyebab umum nyeri akut abdomen yang
membutuhkan pembedahan darurat, dan mencakup pada setiap kelompok
umur. Apendisitis akut masih menjadi masalah utama pada sistem
gastrointestinal anak, diagnosis dan untuk memutuskan dilakukan
pembedahan sering kali menyulitkan. Hal ini dikarenakan gejala klinisnya
yang hampir sama dengan penyakit lain dan pada anak seringkali tidak
ditemukan gejala yang khas nyeri kanan bawah (titik McBurney), seperti
pada apendisitis dewasa. Sehingga terjadi keterlambatan penegakkan
diagnosis dan terlambatnya pasien datang ke unit gawat darurat.
Dilaporkan lebih dari 50% ditemukan apendisitis perforasi pada kunjungan
pertama. Oleh karena itu, apendisitis akut masih menjadi morbiditas pada
anak.Angka morbiditas apendisitis akut pada anak adalah 2,1%, sedangkan
pada usia dewasa 9,1%-23%. Dimana morbiditas untuk terjadinya infeksi
luka operasi terjadi pada 1-5% kasus.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi apendiks
b. Untuk mengetahui etiologi apendiks
c. Untuk mengetahui Manifestasi klinis apendiks
d. Untuk mengetahui patofisiologi apendiks
e. Untuk mengetahui pemeriksaan klinis apendiks
f. Untuk mengetahui komplikasi apendiks
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan (medis dan keperawatan) apendiks
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan


merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer, 2010).
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
kanan bawah rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer, 2005). Apendisitis adalah peradangan
apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut (Price,
2005).

2.2 Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan


sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor
yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan
limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis
adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

2.3 Manifestasi klinis

Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis
ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di
daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual
dan kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam
beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney.
Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium,
tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat
pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah
terjadinya perforasi (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

2.4 Patofisiologi & Pathways

Patofisiologi Apendisitis Apendisitis biasanya disebabkan oleh


penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit,
benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.

Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang


mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendistis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium
(Price, 2005). Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat, hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di daerah kanan bawah, keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif
akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding 12
apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi (Mansjoer, 2010).
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium darah, biasanya didapati peningkatan


jumlah leukosit (sel darah putih). Urinalisa diperlukan untuk
menyingkirkan penyakit lainnya berupa peradangan saluran kemih. Pada
pasien wanita, pemeriksaan dokter kebidanan dan kandungan diperlukan
untuk menyingkirkan diagnosis kelainan peradangan saluran telur/kista
indung telur kanan atau KET (kehamilan diluar kandungan) (Sanyoto,
2007). Pemeriksaan radiologi berupa foto barium usus buntu
(Appendicogram) dapat membantu melihat terjadinya sumbatan atau
adanya kotoran (skibala) didalam lumen usus buntu. Pemeriksaan USG
(Ultrasonografi) dan CT scan bisa membantu dakam menegakkan adanya
peradangan akut usus buntu atau penyakit lainnya di daerah rongga
panggul (Sanyoto, 2007). Universitas Universitas Sumatera Sumatera
Utara Namun dari semua pemeriksaan pembantu ini, yang menentukan
diagnosis apendisitis akut adalah pemeriksaan secara klinis. Pemeriksaan
CT scan hanya dipakai bila didapat keraguan dalam menegakkan
diagnosis. Pada anak-anak dan orang tua penegakan diagnosis apendisitis
lebih sulit dan dokter bedah biasanya lebih agresif dalam bertindak
(Sanyoto, 2007).

2.6 Komplikasi

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik


berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah
mengalami perdindingan sehingga berupa massa yang terdiri atas
kumpulan apendiks, sekum, dan letak usus halus (Sjamsuhidajat, De Jong,
2004). Komplikasi usus buntu juga dapat meliputi infeksi luka,
perlengketan, obstruksi usus, abses abdomen/pelvis, dan jarang sekali
dapat menimbulkan kematian (Craig, 2011). Selain itu, terdapat
komplikasi akibat tidakan operatif. Kebanyakan komplikasi yang
mengikuti apendisektomi adalah komplikasi prosedur intraabdomen dan
ditemukan di tempat-tempat yang sesuai, seperti: infeksi luka, abses
residual, sumbatan usus akut, ileus paralitik, fistula tinja eksternal, fistula
tinja internal, dan perdarahan dari mesenterium apendiks (Bailey, 1992).

2.7 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis


meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.

a. Penanggulangan konservatif Penanggulangan konservatif terutama


diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan
bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna
untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis
maka tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses
appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi
intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses
intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi
diperlukan perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama
terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen
Pengkajian
1. Identitas Pasien : Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan
2. Keluhan Utama : Biasanya pasien selalu mengeluh nyeri pada daerah perut.3.
3. Riwayat Kesehatan :
Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh nyeri pada daerah perut
Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh
klienseperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah
masuk rumahsakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai
riwayat alergi danimunisasi apa yang pernah diderita.
Riwayat penyakit keluarga
Pola Kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik (secondary survey)
a. Keadaan Umum :
Sistem kardiovaskuler (mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung)
b. Sistem hematologi (mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit
yangmerupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan
splenomegali)
c. Sistem urogenital (ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang)
d. Sistem muskuloskeletal (mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan,sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak)
e. Sistem kekebalan tubuh (mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasia.
a. Nyeri akut 
b. Defisiensi pengetahuan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh
d. Kekurangan volume cairan2.
 
2. Post Operasia.
a. Nyeri Akut b.dRisiko infeksi
b. Hipertermi

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
A. Anamnesa
1. Data demografi.
Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun,
Jenis kelamin, Status perkawinan, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan,
Pekerjaan, Pendapatan, Alamat, Nomor register.
1. Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam
kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai
antara lain rasa mual dan muntah, panas.
1. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh pasien mulai pertama / saat dirumah sampai
MRS / opname.
1. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
B. Pemeriksaan Fisik.
 B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi :
Takipnoe, pernapasan dangkal.
 B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
 B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data
psikologis Klien nampak gelisah.
 B4 (Bladder) : –
 B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen
sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi
pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator untuk menentukan
pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada
awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
 B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki
kanan/posisi duduk tegak.
C.  Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal oleh inflamasi.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.
4. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang
mengakibatkan terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.
5. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual
dan muntah.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang informasi.
D.  Intervensi dan Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal oleh inflamasi.
Tujuan:      setelah dilakukan askep selama 1 x 24 jam dirassakan pasien
melaporkan rasa nyeri berkurang atau hilang dengan Kriteria hasil : Pasien
tampak rileks mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi dan rasional
1. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri
Rasional : informasi yang tepat dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien
dan menambah pengetahuan pasien tentang nyeri.
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan
indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya.
1. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat / napas dalam
Rasional : napas dalam dapat menghirup O2 secara adequate sehingga otot-
otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.
1. Berikan aktivitas hiburan (ngobrol dengan anggota keluarga)
Rasional : meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan
kooping.
1. Berikan kompres dingin pada abdomen
Rasional : Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa
ujung saraf.
1. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : deteksi dini terhadap perkembangan kesehatan pasien.
1. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
Rasional : sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri.
1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan tidak terjadi
infeksi dengan criteria hasil : bebas tanda infeksi atau inflamasi, ttv dalam
rentang normal
Intervensi dan Rasional
1. Jelaskan pada pasien tentang proses terjadinya infeksi dan tanda-tanda
terjadinya infeksi.
Rasional : dengan pemahaman klien, maka klien dapat bekerja sama dalam
pelaksanaan tindakan.
1. Bersihkan lapangan operasi dari beberapa organisme yang mungkin ada
melalui prinsip-prinsip pencukuran.
Rasional : Pengukuran dengan arah yang berlawanan tumbuhnya rambut
akan mencapai ke dasar rambut, sehingga benar-benar bersih dapat
terhindar dari pertumbuhan mikro organisme.
1. Beri obat pencahar sehari sebelum operasi
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus sehingga BAB
dapat lancar.
1. Observasi tanda-tanda vital terhadap peningkatan suhu tubuh, nadi,
adanya pernapasan cepat dan dangkal.
Rasional : deteksi dini terhadap perkembangan kondisi pasien dan adanya
tanda-tanda infeksi.
1. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
Rasional : Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis dan
Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun, mual
dan muntah.
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam diharapkan pasien dapat
mempertahankan BB normal atau tetap dengan kriteria hasil : nafsu makan
meningkat, pasien bisa menghabiskan diit yang diberikan, BB konstan atau
bertambah.
Intervensi dan Rasional
1. Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
Rasional : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
1. Perkirakan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu
makan sampai minimal
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan nutrisi berfokus pada
masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan.
1. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengawasi keefektifan secara diet.
1. Beri makan sedikit tapi sering
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat
ditingkatkan.
1. Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
1. Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
1. Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang menyebabkan
distres.
Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien
memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
2. Kolaborasi dengan tim gizi dalam memberi makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
1. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang
mengakibatkan terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d muntah, inflamasi
peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca
operasi
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x24 jam diharapkan tidak
terjadi kekurangan cairan dengan Kriteria hasil;Membran mukosa lembab,
Turgor kulit baik, Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam, Tanda vital stabil
Intervensi:
1. Awasi tekanan darah dan tanda vial
2. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill
3. Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi
4. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus
5. Berikan perawatan mulut sering
6. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai
dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan cairan IV dan Elektrolit.
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan
Tujuan : setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan klien dan
keluarga mampu merawat diri sendiri
Intervensi dan Rasional
1. Mandikan pasien setiap hari sampai klien mampu melaksanakan sendiri
serta cuci rambut dan potong kuku klien.
Rasional : Agar badan menjadi segar, melancarkan peredaran darah dan
meningkatkan kesehatan.
1. Ganti pakaian yang kotor dengan yang bersih.
Rasional : Untuk melindungi klien dari kuman dan meningkatkan rasa nyaman
1. Berikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya kebersihan
diri.
Rasional : Agar klien dan keluarga dapat termotivasi untuk menjaga personal
hygiene.
1. Berikan pujian pada klien tentang kebersihannya.
Rasional : Agar klien merasa tersanjung dan lebih kooperatif dalam
kebersihan
1. Bimbing keluarga klien memandikan / menyeka pasien
Rasional : Agar keterampilan dapat diterapkan
1. Bersihkan dan atur posisi serta tempat tidur klien.
Rasional : Klien merasa nyaman dengan tenun yang bersih serta mencegah
terjadinya infeksi.
1. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1 x 24 jam diharapkan pasien dapat
mengerti tentang kondisi yang dihadapi saat ini dengan kriteria hasil :
Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan,
Berpartisipasi dalam program pengobatan, Klien akan memahami manfaat
perawatan post operatif dan pengobatannya.
Intervensi dan Rasional
1. Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan digunakan setelah
operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan serta dapat
melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat mengembalikan fungsi-
fungsi optimal alat-alat tubuh.
2. Kaji ulang pembatasan aktivitas paska operasi
3. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik
4. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan
nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase.
5. Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi periode
istirahat setelah operasi.
Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat penyembuhan.
1. Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian verband,
pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat
mempercepat proses penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai