Anda di halaman 1dari 49

PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT

DI RSU KUMALA SIWI KUDUS

Yamada Prasetyo Utomo


201802501

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
KUDUS 2022
PENERAPAN SISTEM TANGGAP DARURAT
DI RSU KUMALA SIWI KUDUS

Yamada Prasetyo Utomo


201802501

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
KUDUS 2022

i
PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN

Yang bertandatangan di bawah ini, Pembimbing Utama dari :


Nama Mahasiswa : Yamada Prasetyo Utomo
NIM : 201802501
Judul Proposal : Penerapan Sistem Tanggap Darurat Di RSU Kumala Siwi
Kudus

Menyatakan persetujuan untuk dilaksanakan sidang proposal oleh Tim Penguji


pada tanggal Februari 2022

Kudus, Februari 2022


Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

David Laksamana Caesar, S.KM.,M.Kes


NIDN :

ii
PENGESAHAN PROPOSAL

Judul Proposal : Penerapan Sistem Tanggap Darurat Di RSU Kumala Siwi


Kudus
Nama Mahasiswa : Yamada Prasetyo Utomo
NIM : 201802501

Telah diuji di depan Tim Penguji pada tanggal Februari 2022 dan dinyatakan
layak untuk penelitian skripsi.

Kudus, Januari 2022

Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua Penguji

David Laksamana Caesar, S.KM., M.Kes Ervi Rachma Dwi, SKM.,M.Kes


NIDN : NIDN :

Penguji Pendamping

Risna Endah Budiati,S.KM., M.Kes


NIDN :

iii
RIWAYAT HIDUP

Identitas
Nama : Yamada Prasetyo Utomo
Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 26 Juni 2000
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ds. Melati Norowito Gg 09 Rt 02 Rw 03,
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

Riwayat Pendidikan : 1. SD N 1 Ginunggung, tamat Tahun 2012


2. SMP N 1 Galang, tamat Tahun 2015
3. SMK N 1 Toli-toli, tamat Tahun 2018

Riwayat Pekerjaan : -

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT sebab
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “ Sistem Penerapan Tanggap Darurat Di Rumah Sakit Kumala
Siwi” proposal ini disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat tugas akhir
program S-1 Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus. Selama
penyusunan proposal ini, penulis mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak sehingga dapat merampung proposal ini. Oleh karna itu
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ilham Setyo Budi, S.Kep., M.Kes., Ketua STIKES Cendekia Utama


Kudus.
2. Risna Endah Budiati,S.KM., M.Kes., Ketua program studi S-1
Kesehatan Masyarakat dan penguji pendamping sidang proposal yang
telah memberikan kritik dan saran.
3. David Laksamana Caesar, S.KM.,M.Kes., Dosen pembimbing yang
selalu memberikan semangat serta membimbing dalam penyusunan
proposal ini.
4. Ervi Rachma Dwi, SKM.,M.Kes., Ketua penguji sidang proposal yang
telah memberikan kritik dan saran.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna
karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimilki
oleh penulis. Maka dari itu, semua saran dan kritik yang sifat membangun
akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, penulis berharap semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Kudus, Januari 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP............................................................................... iii
DAFTAR TABEL.................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN....................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 6
1.5 Keaslian Penelitian.......................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit..................................................................... 9
2.1.1 Ruang Rumah Sakit................................................ 9
2.1.2 Prasaran Rumah Sakit............................................ 10
2.2 Sistem Manajemen K3RS................................................ 10
2.2.1 Perencanaan............................................................ 11
2.2.2 Organisasi............................................................... 12
2.2.3 Penerapan K3RS.................................................... 12
2.3 Tanggap Darurat.............................................................. 13
2.3.1 Jenis Keadaan Darurat............................................ 14
2.3.2 Program Sistem Tanggap Darurat.......................... 15
2.4 Kesiapsiagaan.................................................................. 15
2.5 Bencana............................................................................ 16
2.5.1 Jenis Bencana......................................................... 17
2.5.2 Resiko Bencana...................................................... 18
2.6 Kerangka Teori................................................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pendekatan Masalah........................................... 21
3.2 Definisi Konseptual......................................................... 21
3.3 Subjek dan Informan........................................................ 21
3.3.1 Subjek..................................................................... 21
3.3.2 Informan................................................................. 21
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................... 22
3.4.1 Lokasi Penelitian.................................................... 22
3.4.2 Waktu Penelitian..................................................... 22
3.5 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data.... 22
3.5.1 Instrumen penelitian............................................... 22
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data..................................... 22

vi
3.6 Keabsahan Data............................................................... 23
3.7 Analisis Data ................................................................... 23
3.8 Jadwal Penelitian ............................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 24

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian............................................................. 6
Tabel 2.1 Tingkat Stastus Kondisi Darurat........................................ 16
Tabel 3.1 Definisi Konseptual............................................................ 21

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Tabel Halaman


Gambar 2.1 Kerangka Teori.................................................................. 20

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Tabel Halaman


Lampiran 1 Permohonan Jadi Informan Penelitia................................. 29
Lampiran 2 Pedoman Wawancara......................................................... 30

x
DAFTAR SINGKATAN

APD =Alat Pelindung Diri


B3 =Bahan Berbahaya Dan Beracun
BNPB =Badan Nasional Penanggulangan Bencana
FSRA =Fire Safety Assessmen
HIRADC =Hazard Indetification, Risk Assessmen, and Determining Control
HVA =Hazard vulnerability Assessmen
HSI =Hodpital safrey Indeks
IRBI = Indeks Resiko Bencana Indonesia
K3 =Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3RS =Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kerja Rumah Sakit
Kemenkes =Kementerian Kesehatan
KARS =Komite Akreditasi Rumah Sakit
Permenkes =Peraturan Mentri Kesehatan
Permenhan =RI Peraturan Mentri Pertahanan Republik Indonesia
SNARS =Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
SMK3 =Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
SOP =Standar Oprasional Prosedur
WHO =Word Healty Organization

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dan mahluk hidup tidak dapat dipisahkan dari kerusakan


yang disebabkan oleh bencana. Bencana tersebut dapat disebabkan oleh
alam seperti banjir, badai, gempa bumi dan petir. Ada juga bencana yang
disebabkan oleh ulah manusia seperti kebakaran, kecelakaan
(darat,laut,udara), hambatan, kerusuhan/kekacauan dan hal-hal berbahaya
lainnya (Christian, 2015).
Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan dari faktor alam, faktor
nonalam maupun faktor dari manusia itu sendiri yang mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologi yang tidak dapat ditangani sendiri oleh sumber daya
internal rumah sakit. (Putra, 2018).
Kejadian kecelakaan kerja dan bencana alam yang hampir selalu
meningkat setiap tahunnya, secara langsung dan tidak langsung
menimbulkan berbagai kerugian. Beragam kerugian yang timbul akibat
banyak kasus kecelakaan kerja dan bencana yang terjadi merupakan akibat
tidak adanya pelaksanaan pengelolaan dan manajemen tanggap darurat yang
baik. Oleh sebab itu setiap industri dari berbagai sektor diwajibkan
melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan program tanggap
darurat sebagai suatu sistem yang baik dan terencana. Program tanggap
darurat yang sering disebut emergency response ini bertujuan mengisolasi
sumber bahaya dan mengamankan area yang lain dari penyebaran efek
sumber bahaya yang lebih luas (Pratiwi, 2013).

1
Menurut Indeks Resiko Bencana Indonesia (IRBI) yang di himpun
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada tahun 2020,
telah terjadi 2.925 kejadian bencana alam yang terhitung. Didominasi
dengan bencana alam hidrometorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah
longsor, angin puting beliung, kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan
(karhutla). Bencana banjir terjadi sebanyak 1.065 kejadian, angin puting
beliung sebanyak 873 kejadian, tanah longsor sebanyak 572 kejadian,
kebakaran hutan sebanyak 326 kejadian, gelombang pasang dan abrasi
sebanyak 36 kejadian, dan kekeringan sebanyak 29 kejadian. Sedangkan
untuk jenis bencana geologi dan fulkanologi yaitu gempa bumi dan erupsi
gunung berapi. Bencana gempa bumi telah terjadi sebanyak 16 kali dan
erupsi gunung berapi sebanyak 7 kejadian. Dampak korban meninggal
mencapai 370 jiwa, dinyatakan hilang 39 orang, dan luka-luka sebanyak 536
orang. Indeks Risiko bencana bertujuan untuk memberikan informasi
tingkat resiko bencana tiap-tiap daerah sesuai dengan bahaya yang dimiliki
serta gabungan dari bahaya tersebut. Dari data wilayah indonesia tersebut,
pada Pulau Jawa indeks resiko bencana paling tinggi yaitu provinsi Jawa
Barat sebanyak 145.81 (tinggi). Provinsi Jawa Tengah memiliki indeks
resiko bencana sebesar 132.99 (sedang). Provinsi Jawa Timur memiliki
indeks resiko bencana sebesar 126.42 (sedang), Sedangkan untuk provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki resiko bencana sebesar 140.92
(sedang). Klasifikasi indeks resiko bencana dikatakan rendah apabila skor
total < 13, dikatakan sedang apabila skor total 13-144, dan dikatakan tinggi
apabila skor total > 144 (BNPB, 2020).
Tingginya bencana tersebut mengharuskan masyarakat dan mengerti
tentang sistem tanggap darurat dalam menghadapi bencana yang sewaktu-
waktu bisa datang. Darurat merupakan keadaan yang tidak diinginkan pada
suatu tempat atau kegiatan yang dapat membahayakan manusia,
menghancurkan harta benda atau merusak lingkungan sekitar, hal ini masih
dapat ditangani oleh sumber daya internal rumah sakit (Kemenkes, 2020).
Menurut Permenkes RI No.66 tahun 2016, keadaan darurat merupakan suatu

2
keadaan yang tidak diinginkan pada suatu tempat atau kegiatan yang
cenderung membahayakan bagi manusia, merusak peralatan/harta benda dan
juga merusak lingkungan sekitarnya. Permenhan RI No.32 tahun 2014,
menyatakan bahwa tanggap darurat merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat terjadinya bencana/musibah untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, serta pemulihan sarana dan
prasarananya.
Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan masyarakat adalah tempat
kerja yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan staf
rumah sakit, pasien, perawat pasien, pengunjung, dan lingkungan rumah
sakit. Pihak rumah sakit wajib melakukan segala macam upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan pekerja
(Suprapto, 2021). Rumah sakit mempunyai banyak potensi bahaya yang
dapat mengancam jiwa dan kehidupan khususnya untuk karyawan di rumah
sakit, para pasien dan para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit
(Maringka, 2019).
Kebakaran merupakan nyala api yang tidak terkendali yang dapat
meluas dan menyebabkan kerusakan, timbulnya korban jiwa dan harta
benda. Kejadian kebakaran dapat terjadi dimana saja termasuk di bangunan
rumah sakit, sangat disayangkan apabila terjadi kebakaran di rumah sakit,
mengingat rumah sakit adalah obyek vital publik dimana di dalamnya
terdapat banyak pasien yang mengalami perawatan yg sangat serius, tetapi
penangan preventif kebakaran masih saja kelolosan (Astrianti Y &
Elwindra, 2019).
Bedasarkan hasil penelitian Sholeh M.A, Suroto dan Wahyuni tahun
2021 hasil wawancara terhadap informan yang ada di rumah saki Gigi dan
Mulut X, mengatakan bahwa adanya komitmen terhadap sistem proteksi
kebakaran aktif dan sudah berbentuk secara tertulis yang tersusun dalam
pedoman program keselamatan dan telah di tetapkan pada tahun 2019 oleh
Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut X. Namun kebijakan tersebut belum

3
tersosialisasikan sepenuhnya ke seluruh pekerja. Rumah Sakit Gigi dan
Mulut X sudah melakukan identifikasi potensi bahaya dan penilaian resiko
serta sudah adanya rencana identifikasi potensi bahaya dan penilaian resiko.
Bedasarkan potensi bahaya yang mungkin terjadi di rumah sakit adalah
kebakaran tipe A, B dan C. Dalam wawancara tersebut menyatakan bahwa
persyaratan sistem proteksi kebakaran yang diacu oleh RSGM X sama
dengan rumah sakit umum lainnya. Selain itu peraturan perundangan yang
diacu oleh rumah sakit terkait dengan sistem proteksi kebakaran merupakan
peraturan yang terbaru saat ini dan sesuai dengan rekomendasi dari dinas
pemadam kebakaran. Bedasarkan hasil wawancara mendalam dengan
informan, Rumah Sakit Gigi dan Mulut X tidak memiliki petugas khusus
yang memiliki keahlian dalam mengoperasikan peralatan pemadam
kebakaran. Namun sudah terdapat tim khusus penanggulangan bencana
kebakaran. Untuk anggota tim penanggulangan bencana terdiri atas semua
pekerja yang terdapat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut X. Anggota tim
penanggulangan bencana dibagi di setiap lantai, dan sudah terdapat
pembagian shift bagi anggota tim penanggulangan bencana di rumah sakit.
Bedasarkan hasil observasi di lapangan terhadap kesediaan sistem prorteksi
kebakaran aktif, Rumah Sakit Gigi dan Mulut X.memiliki alat pemadam api
ringan, alarm kebakaran, springkler, smoke detector, heat detector dan
hidran gedung.
Menurut hasil dari penelitian lainya Mei Ali Hadip Musyafak tahun
2020 Dari total 119 poin indicator pelaksanaan penerapan manajemen
kebakaran di RSJD Dr. Amino Gudohutomo Provinsi Jawa Tengah dari,
indikator yang telah diterapkan adalah sebesar 66% (79 poin indikator), dan
34% (40 poin indikator) belum terpenuhi. Dari hasil tersebut, kesiapan
manajemen kebakaran RSJD Dr. Amino Gudohutomo Provinsi Jawa
Tengah dalam menghadapi potensi kebakaran tergolong cukup baik. Faktor
yang tidak memenuhi indikator penilaian yaitu tidak dilakukannya
perawatan alat proteksi secara periodik dua kali dalam setahun, hanya
gedung komprehensif yang memiliki sistem proteksi lengkap, tidak adanya

4
akses khusus bagi kendaraan pemadam kebakaran, dan prosedur evakuasi
khusus bagi pasien gangguan jiwa. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan
tidak dapat dilakukan pengukuran dan pengujian langsung terhapat sistem
alat proteksi kebakaran dan tingkat kesiapan petugas dalam menghadapi
potensi kebakaran di RSJD Dr. Amino Gudohutomo Provinsi Jawa Tengah,
sehingga direkomendasikan untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan
penelitian terkait kesiapsiagaan dan simulasi petugas dan manajemen
kebakaran dalam menghadapi kebakaran.
Kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit sampai saat ini belum
menjadi prioritas utama bagi rumah sakit. Rumah sakit bahkan lebih
mengutamakan kelangsungan usaha dan keuntungan menanggapi kebutuhan
logistik dan sumber daya manusia dan pengembangan jenis layanan baru.
Sementara ini Pekerja rumah sakit, terutama yang memiliki resiko tinggi
penyakit akibat kerja atau kecelakaan di tempat kerja seperti dokter,
perawat, ahli radiologi, Staf laboratorium dan lain-lain belum memiliki
kesadaran diri terhadap bahaya kecelakaan di rumah sakit (Wicaksono,
2018).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja diRumah Sakit (K3RS) adalah
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi
sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, sehingga
dibuat standar bagi pekerja yang ada dirumah sakit untuk mencegah dan
mengurangi resiko bahaya tersebut. Standar keselamatan dan kesehatan
kerja dirumah sakit perlu pelayanan strategis yang profesional serta
prosedur kerja yang tetap, tidak hanya tergantung pada peraturan-peraturan
yang mengayominya dan finansial yang diberikan, melainkan banyak faktor
yang harus ikut terlibat, diantaranya pelaksanaan organisasi. Jika suatu
organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh mana
organisasi dapat mencapai tujuannya. Pelaksanaan Kesehatan dan
keselamatan kerja dirumah sakit dapat dinilai dari keefektivitasan organisasi
K3 tersebut (Apriliawati, Ekawati & Kurniawan, 2017)

5
Menurut hasil penelitian Annliawati dan Fitri pada tahun 2018
menyatakan Rumah sakit X di Jakarta Selatan telah memiliki sistem tanggap
darurat bencana dalam upaya penanggulangan bencana yang meliputi
kebijakan, prosedur, sumber daya manusia dalam pelatihan tanggap darurat
bencana, organisasi dan tanggung jawab dalam tim tanggap darurat bencana,
komunikasi dan informasi, serta sarana dan prasarana, yang sudah
dilaksanakan diseluruh rumah sakit.
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Choirrini & Lestari
pada tahun 2019 dirumah sakit kota Cilogon didapatkan hasil bahwa rumah
sakit Z memiliki potensi bencana kebakaran, gempa bumi, ancaman bom,
banjir, penculikan anak. Diantara bencana tersebut potensi bahaya tertinggi
yaitu kebakaran, gempa bumi, dan banjir. Bahaya dan resiko tersebut
diidentifikasi menggunakan HIRADC (Hazard Identification, Risk
Assessmen, and Determining Contol). Sedangkan rumah sakit X
mengidentifikasi bahaya dan resiko menggunakan HVA (Hazard
Vulnerability Assessmen) dengan hasil runah sakit tersebut memiliki potensi
bahaya bencana kebakaran, gempa bumi, stunami, banjir, epidemi, gunung
meletus, kegagalan teknologi, sistem informasi, dan angin topan. Diantara
bahaya tersebut potensi bahaya bencana tertinggi yaitu kebakaran, gempa
bumi, dan tsunami.
Rumah sakit umum Kumala Siwi Mijen merupakan rumah sakit tipe
D, yang masuk wilayah Desa Mijen dan Desa Kedung Dowo, Kecamatan
Kaliwungu, Kabupaten Kudus. RSU Kumala Siwi Mijen dikelilingi oleh
perumahan penduduk serta lingkungan industri yang potensial, yang terletak
sebelah timur pemukiman, sebelah selatan PT. Kudus Istana Furniture. RSU
Kumala Siwi Mijen telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit
(KARS) lulus tingkat Paripurna pada tahun 2017 dan telah terakreditasi oleh
Standar Nasional Akreditasi Rumah sakit (SNARS) Edisi 1.1 pada tahun
2020. Menurut data Rumah Sakit Kumala Siwi Mijen setiap tahunnya ada
kecelakaan kerja pada karyawan dan perawat, data yang didapatkan mulai
tahun 2019 hingga 2021. Contoh kecelakaan kerja seperti pernah terjadi

6
kecelakaan pada proses pengelasan tangga darurat pada karyawan dan setiap
tahunya ada perawat yang mengalami khasus tertusuk jarum di Rumah Sakit
Kumala Siwi.
Pentingnya tanggap darurat bertujuan untuk mengantisipasi
musibah/bencana di Rumah Sakit, bencana alam seperti banjir, gempa bumi,
dan bencana non alam yaitu kebakaran agar tidak terjadi kecelakaan kerja.
Dalam penelitian ini diperuntukan pada karyawan dan pengunjung RS
maka dari itu perlu dilakukan “Penerapan sistem tanggap darurat di RSU
Kumala Siwi”

1.2 Rumus masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
proposal ini adalah Bagaimana penerapan sistem tanggap darurat di RSU
Kumala Siwi Kudus ?

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui penerapan sistem tanggap darurat di RSU
Kumala Siwi Kudus.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui perencanaan sistem tanggap darurat di RSU
Kumala Siwi Kudus.
2. Untuk mengetahui sarana sistem tanggap darurat di RSU Kumala
Siwi Kudus.
3. Untuk mengetahui evaluasi sistem tanggap darurat di RSU
Kumala Siwi Kudus.

1.4 Manfaat penelitian


Penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada :
1.4.1 Bagi peneliti

7
Mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian tanggap
darurat di rumah sakit sebagai pembelajaran bagi penelitian yang lebih
lanjut.
1.4.2 Bagi instusi
Dapat mengetahui bahwa perlunya tanggap darurat dirumah sakit.
1.4.3 Bagi masyarakat
Dapat mengetahui pentingnya tanggap darurat di rumah sakit.

1.5 Keaslian penelitian


Keaslian dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No Judul Nama dan Rancangan Variabel Hasil
. Penelitian Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1. Upaya Widiyantara, Survei Variabel Sistem proteksi
Tanggap Deni & observasiona Bebas: kebakaran aktif
Darurat Kurniawan l dengan Upaya tanggap dan sarana
Kebakaran Tahun 2019 metode darurat penyalamatan
Diinstalasi imduktif kebakaran jiwa di sebuah
Gzi sebuah yang bersifat diinstalasi gizi rumah Sakit
Rumah deskriptif, Variabel swasta Kota
Sakit menggunaka Terikat: Semarang
Swasta n purpose Rumah sakit khususnya
Kota sampling swasta Kota diintalasi Gizi
Semarang Semarang belum
sepenuhnya
terpenuhi
2. Analisis Adzhani, Survei Variabel Gedung IRNA
Implementa Widjasena, observasiona Bebas: 1 belum pernah
si Kurniawan l yang Analisis melakukan
Menejemen th 2016 bersifat Implementasi simulasi
Pelatihan deskriptif, Menejemen tanggap darurat
Kesiapan menggunaka Pelatihan bencana
Petugas n purpose Kesiapan gempa,
Tanggap sampling. Petugas sedangkan di
Darurat Tanggap ruang ICCU
Dalam Darurat Dalam sudah
menghadap menghadapi dilakukan
i Bencana Bencana simulasi
Gempa Gempa Bumi tanggap darurat
Bumi Pada Variabel bencana
Gedung Terikat: gempa.
Instalasi Gedung Pelaksanaan

8
Rawat Inap Instalasi pelatihan di
1 (IRNA 1) Rawat Inap 1 gedung IRNA
Di RSUP (IRNA 1) Di 1 dan ICCU
Dr. Sardjito RSUP Dr. dilihat dari
Yogyakarta Sardjito tahap persiapan
. Yogyakarta dan jadwal
rencana sudah
dibuat.
Pemantauan
terkait
pelatihan
tanggap darurat
bencana gempa
dapat
terlaksana di
gedung IRNA I
dan ruang
ICCU.
3 Analisis Harmanto, Survei Variabel Rumah sakit X
Implementa Widjasena, observasiona Bebas: sudah
si Sistem & Suroto, th l bersifat Analisis mempunyai
Evakuasi 2015 deskriptif – Implementasi sistem
Pasien kualitatif. Sistem evakuasi
Dalam Evakuasi pasien dalam
Tanggap Pasien Dalam tanggap darurat
Darurat Tanggap bencana
Bencana Darurat kebakaran
Kebakaran Bencana dalam bentuk
Pada Kebakaran Standar
Gedung Variabel Pelayanan
Bertingkat Terikat: Operasional
Di Rumah Gedung Rumah Sakit.
Sakit X Bertingkat Di Tetapi Sumber
Semarang Rumah Sakit Daya Manusia
X Semarang. dan sarana
evakuasi
pasien masih
kurang
optimal.

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-


penelitian sebelumnya sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada setiap gedung rumah sakit sedangkan penelitian


sebelumya hanya berpatok pada satu gedung dan satu instalasi

9
2. Tempat/lokasi yang berbeda penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Kumala Siwi Kudus jawa tengah
3. Metode penelitian secara kualitatif dengan menggunakan instrumen
pedoman wawancara
4. Perbedaan dari penelitain sebelumnya penelitian ini berfokus pada
penenganan bencana di Rumah Sakit.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit


Rumah sakit adalah bangunan atau gedumg yang digunakan selama 24
jam sebagai tempat pengobatan medis, penyakit jiwa, kebidanan, atau
perwatan medis. WHO menyatakan bahwa perlunya rumah sakit yang aman,
terutama pada saat terjadi bencana atau keadaan darurat dimana rumah sakit
harus dapat menyelamatkan nyawa dan terus memberikan pelayanan medis
kepada masyarakat (Arrazy dkk, 2014).
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas kesehatan berupa unit kerja
yang kompleks. Kompleksitas dari unit ada pada peralatan dan juga fasilats
yang digunakan. Oleh karena itu potensi bahaya yang terjadi di rumah sakit
bemacam-macam seperti infeksi, kebakaran, radiasi, bahan-bahan kimia,
gas-gas anestesi, gangguan psiko sosial dan, juga bencana alam (Ardi&
hariyono, 2018).

2.1.1 Ruang Rumah Sakit


Menurut UU No.44 tahun 2009 bangunan rumah sakit paling
sedikit terdiri atas ruang :
1. Ruang rawat jalan
2. Ruang rawat inap
3. Ruang gawat darurat
4. Ruang oprasi
5. Ruang tenaga kesehatan
6. Ruang radiologi
7. Ruang laboratoriun
8. Ruang strillisasi
9. Ruang farmasi

11
10. Ruang pendidikan dan pelatihan
11. Ruang kantor dan adminisrtasi
12. Ruang ibadah dan ruang tunggu
13. Ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit
14. Ruang menyusui
15. Ruang mekanik
16. Ruang dapur
17. Laundry
18. Kamar jenazah
19. Taman
20. Tempat pengolahan sampah
21. Pelataran parkir yang cukup

2.1.2 Prasarana Rumah Sakit


Prasarana rumah sakit meliputi :
1. Instalasi air
2. Instalasi mekanikal dan elektrikal
3. Instalasi gas medik
4. Instalasi uap
5. Instalasi pengelolaan limbah
6. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran
7. Petunjuk, standar dan sarana evakuasi keadaan darurat
8. Intalasi tata udara
9. Sistem informasi dan komunkasi
10. Ambulance (UU No 44, 2009).

2.2. Sistem Manajemen K3RS


Menurut Kepmenkes No.432 tahun 2007 manajemen RS merupakan
suatu proses kegiatan mulai dari tahap perencanaa. Pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3RS.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya

12
disebut Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :
Per. 05/Men/1996).
Menurut Permenkes RI No.66 Tahun 2016, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (SMK3) adalah bagian dari
manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
risiko yang berkaitan dengan aktifitas proses kerja di Rumah Sakit guna
terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.

2.2.1 Perencanaan
Perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilanya mengacu
pada standar sistem manajemen K3RS diantaranya self assesment
akreditasi K3RS dan SMK3, perencanaan meliputi indentifikasi
sumber bahaya, penilaian dan faktor resiko. RS harus menetapkan dan
melaksanakan standar oprasional prosedur (SOP) sesuai dengan
peraturan perundangan K3. RS harus mengetahui bahaya potrnsial dan
resiko K3 yang diukur dari satuan/indikator pengukuran, sarana
pencapaian dan, jangka waktu pencapaian (SMART). Indikator kinerja
K3 dapat diukur sebagai dasar penilaian dan merupakan informasi
mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 RS. Program K3RS untuk
mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta
dilaporkan.(Kepmenkes, 2007).

13
2.2.2 Perorganisasian
Menurut Samuel C, Certo pengorganisasian (organizing)
merupakan proses dimana ditetapkan penggunaan teratur, semua
sumber daya pada sistem manajemen yang ada. Perorganisasian
adalah untuk menetapkan, mengatur dan menggolongkan berbagai
macam kegiatan, tugas-tugas dan wewenang oleh pemimpin kpada
staf dalam mencapai tujan organisasi (Muninjaya, 2003).

2.2.3 Penerapan K3RS


Menurut Kepmenkes tahun 2007 penerapan K3RS ada beberapa
tahap yaitu :
a. Tahap persiapan ialah menyatakan komitmen, menetapkan cara
penerapak K3, pembentukan unit pelaksanaan K3, membentuk
kelompok kerja K3, dan menetapkan sumber daya yang
diperlukan.
b. Tahap pelaksaan merupakan penyuluhan dan pelatihan K3 ke
semua petugas RS, fungsinya agar berprilaku sesuai dengan yang
telah ditentukan sebelumnya sebagai akhir pelatihan.
Program K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu :
1. Pemeriksaan kesehatan (khusus, berkala dan prakarya)
2. Penyediaan APD dan keselamatan kerja
3. Penyimpanan pedoman pencegahan dan penanggulahan
keadaan darurat
4. Penempatan pekerja yang sesuai dengan kondisi kesehatan
5. Pengobatan bagi pekerja yang menderita sakit
6. Menciptakan lingkungan kerja yang hygiene secara teratur
melalui monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
7. Melaksanakan biological monitoring
8. Melaksanakan survelis kesehatan kerja

14
c. Tahap pemantauan dan evaluasi K3 rumah sakit pada dasarnya
merupakan fungsi manajemen K3RS yang berupa suatu tindakan
yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh mana
proses kegiatan K3RS berjalan.
Pemantauan dan evaluasi K3RS meliputi :
1. Pencatatan, pelaporan semua kegiatan K3 dan pencatatan
pelaporan kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja
2. Penguji dan inspeksi adalah suatu kegiatan untuk menilai
keadaan K3RS secara umum sehingga kejadian penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat dicegah sekecil
mungkin.
3. Melaksanakan audit K3 yaitu falsafah dan tujuan, kebijakan
dan prosedur, pengembangan karyawan dan program
pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
d. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen dari hasil
evaluasi dan monitoring berupa kebijakan, peraturan, pedoman,
prosedur, program dan kegiatan yang telah dilakukan secara
periodik.

Upaya K3 di rumah sakit berhubungan dengan tenaga kerja, cara kerja


, alat, proses dan lingkungan kerja. K3 ini terdiri dari peningkatan,
pencegahan, Pengobatan, dan pemulihan. Kinerja setiap karyawan kesehatan
dan non kesehatan adalah resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja (Kmk,2007).

2.3. Tanggap Darurat


Gawat darurat adalah keadaan dimana seseorang tiba- tiba berada
dalam atau akan menjadi keadaan gawat serta terancam badan dan jiwanya
apabila tidak segera mendapatkan pertolongan. Keadaan darurat adalah
situasi yang mengancam kehidupan individu dan seluruh kelompok sosial,
menyebabkan ketidakberdayaan, membutuhkan intervensi segera untuk

15
menghindari kematian atau kecacatan dan kerusakan lingkungan yang
meluas (Kemenkes, 2007). Sistem tanggap darurat adalah suatu kegiatan
untuk pengendalian seperti pencegahan dan penanggulangan kecelakaan (Al
jabar, 2020).
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakuakn
segera pada saat terjadi bencana untuk mengatasi dampak buruk yang
ditimbulkan antara lain penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan penanganan pengungsi,
penyelamatan dan pemulihan, vasilitas dan prasarana (PP, 2008).

2.3.1 Jenis keadaan darurat


Keadaan darurat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Keadaan darurat tingkat 1 : keadaan darurat yang mengancam
manusia dan harta benda, secara normal dapat diatasi oleh
instalasi/pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah
dipersiapkan tanpa perlu adanya regu bantuan yang dikoordinir.
b. Keadaan darurat tingkat 2 : suatu kecelakaan besar dimana semua
petugas yang dilokasi tersebut dibantu dengan peralatan dan
material yang tersedia diinstalasi tersebut, tidak dapat
mengendalikan keadaan darurat tersebut, yaitu kebakaran besar,
ledakan dasyat, bocoran bahan B3 yang kuat, semburan liar
sumur minyak/gas, dan lain-lain yang mengancam jiwa manusia,
atau lingkungan maupun aset-aset berharga di instalasi tersebut
dengan dampak bahaya yang mengancam karyawan/daerah/
masyarakat sekitar. Dengan melakukan bantuan tambahan masih
berasal dari industri sekitar, pemerintahan setempat dan
masyarakat sekitar.
c. Keadaan darurat tingkat 3 : keadaan darurat yang berupa
bencana/musibah dahsyat dengan resiko lebih besar dibandingkan
dengan keadaan darurat tinggakt 2, dan memerlukan bantuaan
serta kordinasi nasional (Al jabar, 2020).

16
2.3.2 Sarana dan Fasilitas penunjang keadaan darurat
Sarana dan Fasilitas keadaan darurat menurut Permenaker No.
Per05/MEN/1996 yaitu :
1. Sarana komunikasi
2. Sistem alarm kebakaran
3. Fasilitas pemadam kebakaran
4. Saran dan fasilitas evakuasi
5. Sarana alat pelindung diri
6. Sarana dan fasilitas pertolongan bagi korban

2.3.3 Program sistem tanggap darurat


Program sistem tanggap darurat menurut Permenkes No.1087
tahun 2010, meliputi :
a. Menyusun rencana tanggap darurat (survei bahaya membentuk
tim tanggap darurat, memetapkan prosedur pengendalian dan
pelatihan, dll).
b. Pembentukan tim kewaspadaan bencana
c. Pelatihan serta uji coba kesiapan petugas tanggap darurat.
d. Inventarisasi tempat yang beresiko dan berbahaya serta dibuat
denah (laboratorium, farmasi, radiologi, kamar oprasi, ruang
genset, kamar isolasi penyakit menular dan lain-lain).
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat.
f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya
pencegahan dan perngendalian bencana pada tempat yang
beresiko.
g. Membuat rambu atau jalan khusus untuk keluar apabila terjadi
bencana.

2.4. Kesiapsagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian dengan cara yang tepat dan berguna

17
(Permenper, 2014). Kesiapsiagaan menjadi kunci keselamatan untuk
menghadapi ancaman bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan guna mengantisipasi bencana dengan cara perorganisasian
serta melalui langkah yang tepat dan berdaya guna. Beberapa upaya penting
untuk keseipasiagaan yaitu memahami bahaya di sekitar, memahami sistem
peringatan dini setmpat, mengetahui rute evakuasi dan rencana
pengungsian, mempunyai keterampilan untuk mengevakuasi situasi secara
cepat dan mengambil inisitaif tindakan untuk melindungi diri, memiliki
rencana antisipasi bencana pada keluarga dan mempraktekkan rencana
tersebut dengan latihan, mengurangi dampak bahaya melalui latihan
mitigasi, dan melibatkan diri dengan berpastisipasi dalam pelatihan (Alfana
& Lustiyati,2020).
Tabel 2.1 Tingkat Status Kondisi Darurat dan bencana
status kondisi darurat / istilah dalam bahasa penjelasan
bencana

I kondisi darurat/ bencana


yang dapat disleesaikan
awas dengan bantuan pihak luar

II Siaga kondisi darurat/ bencana


yang dapat diselesaikan
oleh internal rumah sakit.

III Waspada kondisi darurat / bencana


yang dapat diselesaikan
oleh satuan
kerja/unit/instalasi terkait.

Sumber : Kemenkes, 2020

2.5. Bencana
Bencana adalah salah satu masalah kontemporer dalam bidang
hubugan internasional perlu perhatian khusus, karena dampaknya dapat
menyebabkan penderitaan bagi masyarakat (Putra, 2018). Sedangkan

18
menurut Permenkes RI No.75 tahun 2019, Bencana adalah rangkaian
peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa, serta lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak sikologis.
Bencana juga diartikan sebagai ancaman yang dapat menyebabkan
keadaan darurat. Penanggulangan keadaan darurat dan bencana merupakan
rangkaian upaya yang dilakukan jika terjadi keadaan darurat atau bencana,
dapat segera diatasi dampak kerusakan yang ditimbulkan, termasuk
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, penanganan korban, penyelamatan dan pemulihan
infrastruktur (Kemenkes, 2020).

2.5.1 Jenis Bencana


Berdasarkan UU No.24 tahun 2007 potensi bahaya yang terjadi
di Indonesia dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis bencana yaitu
bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.
1. Bencana alam
a. Gempa bumi
b. Letusan gunung berapi
c. Tsunami
d. Tanah longsor
e. Kekeringan
f. Angin topan
g. Gelombang pasang/badai
h. Likuifaksi
i. banjir
2. Bencana non alam
a. Kecelakaan transportasi
b. Kegagalan kontruksi/teknologi
c. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia

19
d. Ledakan nuklir
e. Dampak indsutri (kimia/biologi,dll)
f. Pencemaran lingkungan
g. Outbreak/wabah/pandemi penyakit
3. Bencana sosial
a. Konflik sosial dipengaruhi oleh kecemburuan sosial, budaya dan
ekonomi.
b. Demonstrasi
c. Teror
d. Sabotase
2.5.2 Resiko Bencana
Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang disebabkan oleh
bencana yang terjadi pada suatu wilayah yang dapat menyebabkan
kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman nyaman,
masyarakat harus mengungsi, kerusakan dan kehilangan harta benta
serta gangguan dalam menjalankan kegiatan di masyarakat tertentu
(Kemenkes, 2020)
Metode penilaian resiko adalah untuk memudahkan indentifikasi
dan penilaian resiko kondisi darurat atau bencana di Rumah Sakit.
Menurut Kemenkes tahun 2020 terdapat beberapa instrumen yang
dapat digunakan yaitu :
1. Hazard Identification, Risk assesmen, and Determining Control
(HIRADC) merupakan instrumen yang digunakan untuk identifikasi
bahaya, penilaian, dan pengendalian resiko. Instrumen ini dapat
disesuaikan dengan kondisi rumah sakit masing-masing.
2. Hazard and Vulnerability Analysis (HVA) merupakan instrumen
untuk menilai kerentanan rumah sakit terhadap kondisi darurat dan
bencana yang berasal dari internal rumah sakit maupun eksternal
rumah sakit.
3. Hodpital Safery Index (HSI) adalah instrumen yang digunakan
untuk menilai rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang

20
beroperasi, berfungsi dan memberikan pelayanan dalam kondisi
darurat dan bencana dengan berfokus pada pencegahan, mitigasi,
respon darurat dan pemulihan.
4. Fire Safety Assesment (FSRA) yaitu rumah sakit harus
merencanakan dan menerapkan suatu program untuk pencegahan,
penanggulangan bahaya kebakaran, serta menyediakaan sarana
evakuasi terhadap kebakaran dan keadaan darurat. Penilaian resiko
kebakaran dirumah sakit meliputi identifikasi orang yang beresiko
terkena bahaya, melakukan evakuasi, eliminasi, reduksi dan
proteksi terhadap potensi resiko. Instrumen ini dapat disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit.

21
2.6. Kerangka Teori

Rumah Sakit

Manajemen K3RS

Perncanaan Peorganisasian Penerapan

Sistem Tanggap Darurat

1. Gawat Darurat 1
2. Gawat Darurat 2
3. Gawat darurat 3

Jenis Bencana

Alam Non Alam Sosial

Gambar 2.1 Kerangka Teori

22
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pendekatan Masalah

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode peneitian yang


bersifat deskriptif. Deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa
membuat perbandingan dengan variabel lain (Sugiyono, 2012). Dalam
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Kualitatif adalah penelitian
yang digunakan untuk meneliti objek ilmiah dimana peneliti sebagai
instrumen kunci (Sugiyono, 2007:1).

3.2. Definisi Konseptual


Tabel 3.1

Definisi Konseptual
No Definisi Konseptual
1. Sistem Tanggap Suatu kegiatan untuk pengendalian seperti
Darurat Rumah pencegahan & penanggulangan kecelakaan
Sakit yang ada di rumah sakit dan sekitarnya,
meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhandasar, perlindunan, pengurusan
korban, penyelamatan dan pemulihan sarana

3.3 Subjek dan Informan


3.3.1. Subjek
Subjek adalah seseorang yang akan diteliti sifat keadaannya
didalam dirinya yang melekat dan terkandung objek dalam penelitian.
Subjek dalam penelitian ini mengambil dari karyawan RS Kumala
Siwi.
3.3.2. Informan
Informan merupakan seseorang yang memberikan informasi

23
secara akurat untuk melengkapi data penelitian (Sukandarumidi,
2002). Informan utama dalam penelitian ini mengambil Kabid medis,
Ahli K3, Staf K3, Karyawan medis , Karyawan non medis dan
pengunjung RS sebanyak 6 orang. Untuk informan keseluruhan yaitu
Kabid medis 1 orang, Ahli K3 1 orang, Staf K3 1 orang, Karyawan
medis 2 orang dan Karyawan non medis 2 orang serta pengunjung 2
orang, jadi jumlah keseluruhan informan sebanyak 9 orang. Teknik
pemilihan sampel menggunakan Purposive sampling atau teknik
pengambilan data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu
(Sugiyono, 2012)

3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian


3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU Kumala Siwi Kudus di Jl. Mijen
KM 6, Kaliwungu, Kabupaten Kudus.

3.4.2 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2022.

3.5 Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


3.5.1 Instrument penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
panduan wawancara, alat perekam dan kamera. Panduan wawancara
berfungsi sebagai alat bantu untuk memandu jalannya wawancara
dengan berpedoman pada pertanyaa yang telah dibuat peneliti, alat
perekam suara untuk merekam hasil wawancara, dan kamera
berfungsi sebagai alat untuk mendokumentasikan penelitian
3.5.2 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan
hasil penelitian dari peneliti sehingga diperoleh data yang
dibutuhkan. Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.

24
Wawancara merupakan untuk mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam dalam permasalahan yang diteliti dengan tujuan menggali
informasi melalui pertanyaan-pertanyaan (Sugiyono, 2017).

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses


memperoleh keterngan dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara degan responden, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara (Sutopo, 2006).

Observasi adalah teknik pengumpulan data untuk mengamati


gejala alam, prilaku/sifat manusia, dan proses kerja (Sugiyono,
2012). Penelitian ini melakukan pengamatan langsung dan
menemukan fakta-fakta yang ada dilapangan.

Dokumentasi merupakan alat bukti proses mengolah atau


mengkaji data dari dokumen-dokumen sebelumnya dan berfungsi
untuk menyediakan informasi terkait isi dokumen yang diteliti.
Dokumentasi adalah alat bukti yang akurat dan pelengkap pada
penelitian ini

3.6 Keabsahan Data


Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Teknik Triangulasi. Triangualsi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
sendiri, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu (Bachtiyar, 2010). Triangulasi yang dipakai peneliti adalah
triangulasi sumber. Teknik triangulasi sumber yang dipakai peneliti adalah
dengan membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara
mendalam. Dilakukan dengan membandingkan dan mencocokkan hasil
wawancara untuk menyakinkan keabsahan data.

3.7 Analisis Data


Analisis data merupakan data berdasarkan responden, menyajikan

25
data yang diteliti, dan menjawab rumusan masalah yang telah diajukan
(Sugiyono, 2017). Analisa yang digunakan termasuk analisis dekriptif
yaitu dengan menggambarkan secara jelas mengenai sistem tanggap
darurat di Rumah Sakit Kumala Siwi Mijen yang kemudian dibandingkan
dengan pedoman atau standar yang terkait

3.8 Jadwal Penelitian


Rencana tahapan penelitian disajikan pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan
Nove Desem Janu Februari Maret April Mei
mber ber ari
1 Pengumpulan
Referensi
2 Pengusulan
Judul
3 Bimbingan
Proposal
4 Survei
Tempat
5 Seminar
Proposal
6 Revisi
Proposal
7 Penelitian

8 Pengumpula
n Data
9 Analisis
Data
10 Penyusunan
Skripsi
11 Ujian /

26
Seminar
Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Christian K.R., Jayanti S., Widjasena B. (2015). Analisis Sistem Tanggap Darurat
Bencana Banjir Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Vol 3. No 3.
Semarang: Universitas Diponegoo.

Choirrini S., Lestari F. (2019). Analisis Kesiapsiagaan Manajemen Bencana


Rumah Sakit Di Kota Cilegon Tahun 2018. Vol 10. No 2. Deloi: Universitas
Indonesia.

Adzhani F.R., Widjasena B., Kurniawan B. (2016). Analisis Implementasi


Manajemen Pelatihan Kesiapan Petugas Tanggal Darurat Dalam
Menghadapi Bencana Gempa Bumi Pada Gedung Instalasi Rawat Inap I
(IRAN I) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Vol 4. No 4. Semarang:
Universitas Diponegoo

Purta H.A. (2018). Studi Kualitatif Kesiapsiagaan Tim Komite Bencana Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Dalam Menghadap Bencana. Vol 2. No
1. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah.

Maringka F., Kawatu P.A.T., Punuh M.I. (2019). Analisis Pelaksanaan Program
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Di Rumah Sakit
Tingkat II Robert Wolter Mongisidi Kota Manado. Vol 8. No 5. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.

27
Ardi S.A., Hariyono W. (2018). Analisis Penerapan Budaya Peril aku
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit. Vol 12. No 1.
Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Ivana S. Widjasena B., Jayanti S. (2014). Analisa Komitmen Manajemen Rumah


Sakit (Rs) Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Rs Prima
Medika Pemalang. No 2. No 1. Semarang: Uninersita Dipenegoro.

BNPB. (2020). Indesks Resist Bencana Indonesia. Jakarta.

Array S., Sunnarsih E., Rahmawati A. (2014). Penerapan Sistem Manajemen


Keselamatan Kebakaran Di Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi
Rawas Tahun 2013. Vol 12. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Pratiwi M.A., Lestari F., Ridwansyah. (2013). Analisis Implementasi Sistem


Tanggap Darurat Berdasarkan Asosiasi Perlindungan Kebkaran Nasional
1600. Vol 7. No 10. Jakarta: Universitas Trisakti.

Al-jabbar T.M. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Pendidikan,


Jenis Kelamin, Dan Masa Bekerja Paramedis Terhadap Pelaksanaan Sistem
Tanggap Darurat. Vol 13. No 2. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
The London School of Public Relations.

Suprapto., Ahmad A. (2021). Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Rumah Sakit (K3RS) di Rumah Sakit Umum X Jakarta. Vol 1. No 1.
Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

28
Wicaksono R.R., Aniriani G.W. (2018). Rancangan dan Tanggap Darurat
terhadap Bahaya Kebakaran di Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada
Surabaya. Vol 2. No 1. Surabaya: Universitas Islam Lamongan.

Harmanto O., Widiasena B., Suroto. (2015). Analisis Implementasi Sistem


Evakuasi Pasien Dalam Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Pada Gedung
Bertingkat Di Rumah Sakit X Semarang. Vol 3. No 3. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Apriliawati K.D., Ekawati., Kurniawan B. (2017). Efektivitas Pelaksanaan


Manajeman Organisasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS) Di Rumah Sakit X Semarang. Vol 5. No 1. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Kementerian Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 145/MENKES/SK/2007 Tentang Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. (2007). Pedoman Manajement Kesehatan Dan


Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Pertahanan No 32. (2014). Pedoman Penanggulangan Krisis


Kesehatan Dalam Penanggulangan Bencana Di Lingkungan Kementerian
Pertahanan Dan Tertera Tentara Nasional. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75. (2019). Penanggulangan


Krisis Kesehatan. Jakarta: Menteri Kesehatan Nasional.

29
Undang-undang RI. (2007). Penanggulangan Bencana. Jakarta: Presiden
Republik Indonesi.

Kementerian Menteri Kesehatan RI. (2020). Petunjuk Teknis Kesiapsiagaan


Kondisi Darurat Dan/ Atau Bencana Di Rumah Sakit.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2020). Indeks Resiko Bencana


Indonesia. Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2016). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di


Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia.

Undang-undang RI No 44. (2009). Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Presiden


Republik Indonesi.

Peraturan Menteri Tenega Kerja Nomor: Per.05/Men. (1996). Tentang Sistem


Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Menteri Tenaga
Kerja

30
LAMPIRAN 1
Pedoman Wawancara
Permohonan Menjadi Informan Penelitian

Kepada yth,

Bapak/Ibu selaku responden

Di tempat,

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Cendekia Utama Kudus Program Studi S1 Ilmu Kesehatan
Masyarakat peminatan Kesehatan Keselamatan Kerja

Nama : Yamada Prasetyo Utomo

NIM : 201802501

Akan melakukan penelitian skripsi dengan judul “Penerapan Sistem


Tanggap Darurat RSU Kumala Siwi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian permohonan atas ketersediaan dan kerjasama yang baik dari


Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Yamada prasetyo utomo

31
LAMPIRAN 2

Pedoman Wawancara
Penerapan SistemTanggap Darurat Di RSU Kumala Siwi Kudus
Tahun 2022
( Kabid Medis, Ahli K3 dan Staf K3 )
Tanggal wawancara :

1. Apakah ada kebijakan dan prosedur sistem tanggap darurat di RSU


Kumala Siwi? jika ada apa saja ?
2. Bagaiamana sistem perencanaan tanggap darurat di RSU Kumala Siwi ?
3. Bagaimana tanggapan anda jika salah satu perencanaan program sistem
tanggap darurat belum terpenuhi ? dan kebijakan apa yang anda lakukan ?
4. Apakah sistem tanggap darurat di RS Kumala Siwi sudah sesuai dengan
peraturan pemerintah ? jika iya, peraturan pemerintah nomor berapa yang
dipakai ?
5. Program apa saja yang dilakukan agar tanggap darurat di RSU Kumala
Siwi bisa tercapai dengan baik ?
6. Adakah problem dalam program tanggap darurat ?
7. Apakah diRSU Kumala Siwi mempunyai organisasi atau tim tanggap
darurat ? Dan apa peran penting dan fungsi tim tanggap darurat RS ?
8. Apakah di RS Kumala Siwi sudah melakukan pelatihan sistem tanggap
darurat bagi karyawan ? Jika sudah pelatihan apa saja yang sudah di
terapkan pada karyawan ? Berapa kali pelatihan yang dilakukan dalam
setahun ?
9. Bencana apa yang pernah terjadi di RS Kumala Siwi ? Dan bagaiamana
penanganan anda terhadap bencana yang terjadi ?
10. tahapan apa saja dalam prosedur tanggap darurat yang dilakukan apabila
terjadi bencana ?
11. Bagaimana cara komunikasi dan inforamsi apabila terjadi bencana di
RSU ?

32
12. Apakah ada simbol darurat di setiap gedung rumah sakit ? Dan apakah
simbol darurat sudah sesuai dengan (SOP) ? jika ada, apa saja simbol
darurat yang ada di RSU Kumala Siwi ?
13. Apakah di setiap gedung RS sudah mempunyai alat/perlengkapan tanggap
darurat ? dan apakah alat/perlengkapan tanggap darurat di RSU Kumala
Siwi sudah sesuia dengan SOP ? Jika ada, perlengkapan tanggap darurat
apa saja yang ada di RSU Kumala Siwi ?
14. Apakah rumah sakit rutin melakukan inspeksi terhadap peralatan tanggap
darurat ? contohnya seperti APAR, jika iya berapa kali dalam setahun ?
15. Apakah ada rekapan hasil data inspeksi peralatan tersebut ? jika ada dalam
bentuk apa ?
16. Bagaimana sarana dan prasarana sistem tanggap darurat penyelamatan
jiwa di RSU ?
17. Apakah sudah ada jalur evakuasi dan titik kumpul jika terjadinya
bencana/musibah ?
18. Apakah unit K3RS mengadakan pengawasan terhadapa pelaksanaan
program sistem tanggap darurat ? Jika iya apa saja ?
19. Seperti apa evaluasi sistem tanggap darurat di RSU Kumala Siwi ?

33
Pedoman Wawancara
Penerapan SistemTanggap Darurat Di RSU Kumala Siwi Kudus
Tahun 2022
( Karyawan Non Medis )
Tanggal wawancara :

1. Apakah unit K3RS pernah melaksanakan pelatihan tanggap darurat ? jika


iya jika ada pelatihan apa saja yang diterapkan ?
2. berapa kali pelatihanya dalam setahun ?
3. Apakah alat/perlengkapan APD di RSU Kumala Siwi sudah memedai ?
4. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja ? jika ada kecelakaan kerjanya
seperti apa ?
5. Bencana/musibah apa yang pernah terjadi di RS Kumala Siwi ?
6. Bagaiamana penanganan anda terhadap bencana yang terjadi ?
7. Bagaimana cara komunikasi dan informasi apabila terjadi bencana di
RSU ?
8. Sarana dan prasarana apa yang masih kurang di RSU Kumala Siwi ?
9. Apakah alat/perlengkapan tanggap darurat di RSU Kumala Siwi sudah
sesuia dengan SOP ?
10. Adakah simbol-simbol darurat di setiap gedung rumah sakit ?
11. Apakah simbol tersebut sesuai dengan SOP ?
12. Apakah di RSU Kumala Siwi mempunyai jalur evakuasi dan titik kumpul
jika terjadinya bencana/musibah ?
13. Menurut anda apakah peran K3RS sudah cukup baik ?

34
Pedoman Wawancara
Penerapan SistemTanggap Darurat Di RSU Kumala Siwi Kudus
Tahun 2022
( Karyawan Medis )
Tanggal wawancara :

1. Apakah unit K3RS pernah melaksanakan pelatihan tanggap darurat ? jika


iya jika ada pelatihan apa saja yang diterapkan ?
2. berapa kali pelatihanya dalam setahun ?
3. Apakah alat/perlengkapan APD di RSU Kumala Siwi sudah memedai ?
4. Apakah pernah terjadi kecelakaan kerja ? jika ada kecelakaan kerjanya
seperti apa ?
5. Bencana/musibah apa yang pernah terjadi di RS Kumala Siwi ?
6. Bagaiamana penanganan anda terhadap bencana yang terjadi ?
7. Bagaimana cara komunikasi dan informasi apabila terjadi bencana di
RSU ?
8. Sarana dan prasarana apa yang masih kurang di RSU Kumala Siwi ?
9. Apakah alat/perlengkapan tanggap darurat di RSU Kumala Siwi sudah
sesuai dengan SOP ?
10. Adakah simbol-simbol darurat di setiap gedung rumah sakit ?
11. Apakah simbol tersebut sesuai dengan SOP ?
12. Apakah di RSU Kumala Siwi mempunyai jalur evakuasi dan titik kumpul
jika terjadinya bencana/musibah ?
13. Menurut anda apakah peran K3RS sudah cukup baik ?

35
Pedoman Wawancara
Penerapan SistemTanggap Darurat Di RSU Kumala Siwi Kudus
Tahun 2022
( Pengunjung RS )
Tanggal wawancara :

1. Menurut anda sarana dan prasaran Rumah sakit Kumala Siwi apakah
sudah memadai ?
2. Pada saat anda berkunjung di Rumah sakit, apakah anda pernah melihat
alat pemadam api? Jika iya, dimana saja anda melihat alat pemadam api
tersebut?
3. Pernahkan anda melihat stiker “dilarang merokok” ?
4. Apakah anda melihat simbol evakuasi jika terjadinya bencana ? jika iya
dimana aja yang anda ketahui ?
5. Apakah anda mengetahui simbol titik kumpul jika terjadinya bencana ?
Dimana kah tempat simbol titik kumpul yang anda ketahui di RSU
Kumala Siwi ?
6. Menurut anda apakah di RSU Kumala Siwi sudah mempunyai tangga
darurat ?

36
LAMPIRAN 3

Pedoman Observasi
Penerapan SistemTanggap Darurat Di RSU Kumala Siwi Kudus
Tahun 2022
Tanggal Observasi :

Dalam melakukan penelitian, peneliti juga menggunakan pedoman


Observasi yang dirancang untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
pengamatan di RSU Kumala Siwi Kudus. Pedoman observasi dalam penelitian ini
“Penerapan Sistem Tanggap Darurat di RSU Kumala Siwi Kudus”.
Berikut adalah pedoman observasi yang digunakan peneliti dalam
melakukan penelitiannya.
1. Letak Geografis Rumah Sakit
2. Fasilitas sarana dan prasarana Rumah Sakit
3. Mengamati Perencanaan dan Evaluasi Sistem Tanggap Darurat Rumah Sakit

37

Anda mungkin juga menyukai