Anda di halaman 1dari 12

Resiliensi pada Caregiver Penderita Skizofrenia

RESILIENSI PADA CAREGIVER PENDERITA SKIZOFRENIA

Evelyn Aprillia Ariska Pandjaitan


Jurusan Psikologi, FIP, UNESA, email : evelynpandjaitan@mhs.unesa.ac.id

Diana Rahmasari
Jurusan Psikologi, FIP, UNESA, email : dianarahmasari@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsisten dinamika dan faktor – faktor yang
mempengaruhi resiliensi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus instrumental. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang yang menjadi caregiver bagi
anggota keluargannya yang menderita skizofrenia. Pengambilan data dilakukan menggunakan
wawancara semi terstruktur dengan analisis tematik untuk menganalisis data penelitian. Berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan subjek, maka didapatkanlah dua tema besar
yang menjadi fokus pada penelitian ini yakni, Tema besar pertama adalah dinamika resiliensi
caregiver yang terdiri dari tiga sub tema yakni permasalahan caregiver, perjuangan menghadapi
masalah dan pencapaian hasil. Tema besar kedua adalah faktor – faktor yang membuat caregiver
tetap mau merawat yang terdiri dari faktor protektif dan faktor resiko. Temuan hasil penelitian
menunjukkan bahwa caregiver yang telah mengembangkan aspek positif di dalam dirinya, memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai gangguan jiwa dan menganggap positif perannya sebagai
caregiver merupakan faktor pelindung yang memberikan daya dukung pada pencapaian resiliensi
caregiver.
Kata Kunci: resiliensi, caregiver, skizofrenia

Abstract
This research is purposed to know the dinamics consistency and the factors that influence the
resilience. This research uses qualitative method with instrumental case research approach. The
subjects in this research are two people who become the caregiver for their families who suffer from
schizophrenia. The data are taken by doing semi structural interview with thematical analysis to
analize the data of the research. Based on the interview that has done by the researcher and the
subjects, it is concluded that there are two major themes which become the focus in the research. The
first major theme is the caregiver's resilience dinamica which consist of three sub-themes. Those are:
the caregiver's problem, the struggling to face the problem, and the result achievement. The second
major theme is the factors that make the caregiver always wants to take care, it consists of protective
factors and risky factors. The conclusion of the research shows that the caregivers who have
developed positive aspect inside their soul will have enough knowledge about mental illness and have
positive assumption about their role as the caregiver. Those are the protective factors that support the
caregiver's relisience achievement. o have developed positive aspects in themselves, have sufficient
knowledge about mental disorders and positively assume their role as caregivers are protective factors
that provide support for achieving caregiver resilience.
Keywords: resilience, caregiver, schizophrenia.

PENDAHULUAN jumlah penderita skizofrenia mengalami peningkatan dan


Skizofrenia merupakan salah satu penyakit hingga saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan
mental yang mempengaruhi lebih dari 21 juta orang di yang signifikan di dunia termasuk salah satunya adalah di
dunia. Gejala - gejala skizofrenia biasanya mulai muncul Indonesia (World Health Organization, 2013).
pada usia remaja akhir atau dewasa awal. Skizofrenia Memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia
menimbulkan kekacauan pada proses berpikir, berbahasa, merupakan beban berat bagi keluarga, keberadaan
suasana hati, dan persepsi seseorang sehingga
mengganggu fungsi sehari-hari seseorang. Setiap tahun

155
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

penderita skizofrenia juga membuat keluarga harus keluarga penderita Skizofrenia.


menghadapi stigma, yaitu pandangan masyarakat Tugas keluarga sebagai caregiver atau yang
mengenai keluarga, sehingga keluarga berusaha untuk biasa disebut family caregiver adalah membantu
menutupi keberadaan pasien dan mengisolasi diri dari penderita dalam merawat dirinya (seperti mandi, makan,
kegiatan masyarakat. Munculnya stigma negatif dapat ganti baju, dan minum obat), menjadi pendamping yang
menyebabkan penderita skizofrenia susah diterima dan melakukan pengawasan terhadap penderita (misalnya
susah berinteraksi dengan orang lain, bahkan tidak sedikit ketika muncul simtom negatif dari skizofrenia),
penderita skizofrenia dikucilkan bahkan ditelantarkan memberikan dukungan emosional kepada penderita,
sebagai psikotik yang berkeliaran di jalan-jalan. Hal memberikan dukungan finansial untuk kebutuhan
tersebut membuat 30.000 penderita skizofrenia di penderita serta harus menjamin pengobatan bagi
Indonesia harus dipasung dan dikurung dengan alasan penderita skizofrenia (Setyoadi, Wihastuti, & Selvia,
agar tidak membahayakan orang lain atau bahkan untuk 2018).
menutupi aib keluarga (Widiastutik, Winarni, dan Lestari, Beban yang dialami oleh caregiver dalam
2016). Memiliki anggota keluarga penderita skizofrenia menjalankan tugasnya dapat berupa beban fisik, beban
membuat keluarga merasa malu dan sering tidak psikologis dan beban sosial. Penelitian Marimbe, Cowan,
diikutsertakan dalam kegiatan masyarakat yang Kajawu, Muchirahondo, & Lund (2016) menyatakan
melibatkan seluruh keluarga. Stigma menambah beban bahwa akibat dari tingginya beban yang dialami oleh
keluarga dan mempengaruhi dukungan serta sikap caregiver, 68% caregiver mengalami gangguan mental
keluarga dan masyarakat dalam proses penyembuhan secara umum hingga mempunyai pemikiran untuk bunuh
penderita skizofrenia (Wiharjo, 2014). diri. Penelitian yang dilakukan oleh Amaresha dan
Perawatan skizofrenia dapat dikatakan mahal Venkatasubramanian (2012) menyatakan bahwa, para
karena bersifat jangka panjang, penderita tidak produktif caregiver rata – rata memiliki tingkat emosional yang
dan harus menanggung seluruh biaya kehidupan dan tinggi pada saat merawat pasien skizofrenia, akibatnya
pengobatan hal tersebut mengakibatkan skizofrenia para caregiver sering menunjukkan ekspresi maupun
menjadi salah satu beban rumah tangga yang cukup besar emosi yang berlebih kepada penderita skizofrenia seperti
yaitu sebesar 8,15% dimana penderita skizofrenia dalam memarahi penderita, menunjukkan sifat tidak
sistem keluarga menjadi salah satu stressor terbesar menyenangkan, berbicara dengan nada yang tinggi dan
(Darwin, Hadisukanto, & Elvira, 2013). mengungkapkan kemarahan secara berlebihan. Caregiver
Gangguan skizofrenia menyebabkan perubahan yang memiliki ekspresi dan emosi yang berlebihan
kepribadian dan ketidaksesuaian sosial yang berat terhadap penderita akan mengakibatkan gejala
sehingga para penderita skizofrenia mengalami skizofrenia semakin memburuk serta dapat meningkatkan
kestidaksesuaian secara pribadi, sosial, vokasional dan risiko kekambuhan penyakit skizofrenia itu sendiri
fisikal, hal tersebut membuat penderita skizofrenia (Setyorini, 2016).
mengalami ketergantungan dengan orang lain, terutama Banyaknya pengalaman yang sulit dan beban
pada anggota keluarga sebagai caregiver (Sadock & stres yang dirasakan keluarga dapat menimbulkan
Sadock, 2010). Stigma negatif yang sering muncul dan permasalahan yang pada akhirnya membahayakan
melekat pada keluarga maupun penderita skizofrenia, keluarga tersebut dalam menjalankan fungsinya. Untuk
menyebabkan 37,5% caregiver masih memiliki persepsi keluar dari krisis dan permasalahan tersebut maka
negatif terhadap penyakit yang dialami penderita keluarga harus siap dan mampu menyesuaikan diri
skizofrenia. Kesalahan dalam pengetahuan tersebut terhadap permasalahan yang dialami secara positif.
membuat caregiver salah dalam melakukan pengobatan Kemampuan menyesuaikan diri menjadi penting dimiliki
bagi penderita skizofrenia, yaitu dengan membawa oleh caregiver agar keluarga dapat mengelola stress
penderita skizofrenia pada pengobatan alternatif atau dengan baik.
kepada dukun karena dianggap memiliki gangguan gaib Banyaknya tugas dan tanggung jawab, serta
yang tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat. tekanan maupun stres yang dialami caregiver dalam
Caregiver adalah individu yang baik dibayar merawat penderita skizofrenia dapat berakibat buruk,
maupun sukarela melakukan perawatan kepada orang lain karena stres yang dialami dapat menjadi penghambat
yang memiliki keterbatasan merawat dirinya sendiri atau dalam peran caregiver untuk merawat keluarga yang
orang lain yang memiliki masalah kesehatan. Bantuan menderita skizofrenia. Caregiver harus berada pada
tersebut meliputi bantuan untuk kebutuhan sehari-hari, kondisi baik dalam melakukan perawatan untuk dapat
perawatan kesehatan, keuangan/finansial, bimbingan, mengurangi stres pada caregiver disaat menghadapi stres
persahabatan dan juga interaksi sosial (Nainggolan, yang di rasakan selama masa perawatan. Resiliensi
2013). Caregiver dalam penelitian ini adalah anggota merupakan ketahanan dan kekuatan caregiver dalam

156
Volume 7. Nomor 3. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

menghadapi segala tuntutan dalam proses caregiving. bertahan dari kondisi yang tidak nyaman, kemampuan
Kemampuan yang dimiliki caregiver untuk menyediakan tersebut disebut dengan resiliensi.
perawatan pada pasien dapat dikatan tergantung pada Caregiver pada dasarnya memiliki tanggung
kemampuannya mempertahankan resiliensi (Given, jawab yang besar dalam merawat anggota keluarganya
Given, & Sherwood, 2012). Jika suatu keluarga telah yang menderita skizofrenia, tidak menutup kemungkinan
resilien maka keluarga tersebut dapat dengan mudah jika para caregiver merasakan beban fisik maupun beban
mengatasi permaslahan atau stress yang berkaitan dengan psikologis yang berat pada saat melakukan perawatan,
proses perawatan terhadap penderita skizofrenia selain itu banyaknya biaya perawatan yang dibutuhkan
(Zauszniewski, Bekhet, & Suresky, 2010). Lebih lanjut serta bertambahnya peran dan tanggung jawab dalam
Rojas (2015) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan anggota keluarga akan menimbulkan dampak negatif
gambaran stamina emosional seseorang yang memiliki dalam keberfungsian keluarga itu sendiri. Hal tersebut
keberanian dan kemampuan beradaptasi terhadap akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan caregiver,
permasalahan hidup, sehingga untuk dapat menjalani menimbulkan perasaan cemas, depresi bahkan
tugas-tugas yang berat sebagai seorang caregiver, keharmonisan didalam keluarga itu sendiri, akan tetapi
individu perlu memiliki suatu kemampuan untuk ada juga caregiver yang dapat resilien meskipun
beradaptasi, bertahan dan menghadapi semua kesulitan. memiliki beban psikologis yang berat sehingga dapat
Resiliensi merupakan peran antara faktor membuat anggota keluarganya yang menderita
pelindung dan faktor resiko yang akan terjadi pada saat skizofrenia sembuh dan dapat beraktifitas normal
individu menghadapi stress atau kesulitan yang akhirnya kembali. Hal tersebutlah yang mendasari peneliti untuk
akan membawa individu untuk mengatasi stress melihat bagaimana resiliensi serta faktor – faktor apa saja
(Hendriani, Retnowati, & Koesbardiatin, 2011). Proses yang membuat caregiver penderita skizofrenia dapat
resiliensi terjadi secara bertahap dan berinteraksi dengan bangkit kembali.
perubahan yang mendadak. Perubahan tersebut dapat
berasal dari diri sendiri, komunitas, masyarakat, maupun METODE
budaya dan dapat terjadi tanpa teprediksi sebelumnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Hal ini menyebabkan individu dapat berganti dengan kualitatif dengan metode studi kasus instrumental yang
kemampuan resiliensi yang lainnya dan menciptakan merupakan metode dengan cara mengidentifikasi topik
kemampuan resiliensi yang baru, sehingga kemampuan dengan batasan yang jelas (Willig, 2013). Peneliti
ini bersifat dinamis tergantung dengan situasi yang bertujuan untuk mengetahui konsisten dinamika dan
dihadapi (Folke, 2016). Resiliensi selalu faktor – faktor yang mempengaruhi resiliensi.
mempertimbangkan kemampuan adaptasi yang positif Pengambilan data dilakukan menggunakan wawancara
jika menghadapi ancaman. Ancaman-ancaman tersebut semi terstruktur dengan analisis tematik untuk
dapat berupa faktor risiko, kesulitan, maupun peristiwa menganalisis data penelitian.
yang buruk (Godstein & Brooks, 2005). Subjek dalam penelitian ini diambil dengan
Berdasarkan penelitian (Gitasari, 2017) dapat menggunakan teknik purpose sampling. Hal ini
disimpulkan bahwa stres yang dirasakan caregiver karenakan peneliti mengambil subjek dengan cara
merupakan tantangan bagi caregiver untuk menentukan kriteria dan ciri – ciri tertentu yang sesuai
mengkondisikan kekuatan yang ada pada diri mereka dengan penelitian yang akan di ambil. Subjek dalam
melalui resiliensi. Seorang caregiver tidak dapat penelitian ini merupakan dua orang yang dipilih
terhindar dari tanggung jawab, stigma lingkungan, dan berdasarkan kriteria subjek penelitian yang telah
beban merawat penderita skizofrenia, sehingga seorang ditetapkan. Adapun karakteristik yang telah ditentukan
caregiver harus berusaha sebaik mungkin untuk peneliti antara lain:
menangani tekanan yang diterima dan resiliensi 1. Partisipan penelitian merupakan family caregiver
merupakan suatu ketahanan dalam diri individu agar yang memiliki pengalaman dalam melakukan
dapat beradaptasi dan bangkit pada saat menghadapi perawatan bagi penderita skizofrenia.
kondisi sulit yang menimpanya. 2. Caregiver merawat penderita skizofrenia lebih dari
Ulasan di atas menjadi menarik karena proses 5 tahun.
perawatan penderita skizofrenia yang bertahun-tahun tak 3. Caregiver memiliki anggota keluarga penderita
jarang menimbulkan rasa jenuh dan bosan bagi caregiver, skizofrenia yang sudah kooperatif dan mandiri.
ditambah apabila peran caregiver hanya satu orang 4. Caregiver memiliki kemampuan resiliensi.
sehingga tidak dapat beristirahat dan kontrol terhadap
penderita skizofrenia tidak maksimal, sehingga caregiver Berdasarkan kriteria diatas, peneliti
membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan mendapatkan 2 orang yang dijadikan partisipan yaitu;

157
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

1. Perempuan berinisial YI berusia 45 tahun, contoh-contoh hasil analisis akhir dan tema-tema yang
pekerjaan PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang telah dipilih kemudian menghubungkan hasil analisis tersebut
menjadi caregiver suaminya selama 12 tahun pada rumusan masalah dengan teori dan membuat
2. Perempuan berinisial AI berusia 35 tahun, laporan analisis.
pekerjaan wiraswasta yang telah menjadi caregiver Uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah
adik iparnya selama 8 tahun menggunakan uji kredibilitas oleh Creswell (2010) yaitu
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni dengan model triangulasi (triangulate) sumber-sumber
2019, dengan kegiatan awal mencari subjek penelitian data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang
dengan kriteria yang telah ditentukan. Peneliti berasal dari sumber-sumber tersebut dan
menghubungi pihak puskesmas untuk menjelaskan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-
mengenai penelitian dan meminta bantuan kepada tema secara koheren. Triangulasi sumber data yang
penanggung jawab posyandu jiwa untuk mempertemukan dilakukan adalah peneliti melakukan wawancara dengan
peneliti dengan para subjek yang memiliki kriteria sesuai significant other untuk memastikan kebenaran data atau
dengan penelitian ini. Peneliti bertemu dengan kedua informasi yang diperoleh peneliti dari sudut pandang
subjek dalam penelitian ini, kemudian peneliti mulai yang berbeda. Hal tersebut juga dilakukan agar
menjalin raport dan menjelaskan mengenai penelitian. mengurangi bias yang mungkin terjadi pada saat
Dokter dan perawat puskesmas memberikan 5 opsi pengumpulan data. Significant other dalam penelitian ini
partisipan yang sesuai dengan kriteria penelitian ini. adalah 4 orang partisipan, yakni 2 orang dari partisipan
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan 5 YI dan 2 orang dari partisipan AI.
subjek, peneliti menemukan 3 partisipan dalam penelitian
ini, dikarenakan ada miss komunikasi salah satu HASIL PENELITIAN
partisipan mengundurkan diri dan menolak melakukan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
wawancara 4 hari setelah tanda tangan persetujuan didapatkan 2 tema besar yang menjadi tema dalam
menjadi partisipan. Proses membangun rapport dengan penelitian ini yakni, dinamika resiliensi caregiver dan
partisipan berjalan dengan baik, pada hari pertama faktor – faktor yang membuat caregiver tetap mau
bertemu peneliti mencoba membangun rapport dengan merawat.
partisipan YI kemudian partisipan AI menghampiri dan
ikut bercerita sehingga mempermudah peneliti dalam TEMA 1 : Dinamika Resiliensi Caregiver
membangun rapport.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini Sub Tema 1 : Permasalahan Caregiver
adalah menggunakan wawancara semi-terstruktur.
Wawancara semi-terstruktur memungkinkan partisipan Pada awalnya, partisipan menyadari perubahan
untuk lebih dapat bicara secara bebas dan terbuka serta sikap pada penderita namun tidak mengetahui bahwa hal
mudah memahami pertanyaan yang diajukan oleh tersebut adalah skizofrenia.
peneliti. Hal ini dikarenakan teknik wawancara semi- Kan waktu itu masih awam mbak, belum tau
terstruktur bukan merupakan wawancara dalam setting tentang apa seh ODGJ apa seh ODS ya namanya
formal, namun tetap terstruktur sesuai dengan konteks gangguanya mbak, itu nggak kenal, bener-bener
yang digali (Willig,2013), Berbeda dengan wawancara awam (YI-W1 – 11 Maret 2020)
tidak struktur yang merupakan wawancara in-depth atau Partisipan YI menyatakan awal pertama kali
wawancara mendalam yang bertujuan untuk memperoleh suaminya bersikap aneh adalah karena dipecat dari
pemahaman holistic dan menyeluruh mengenai diri pekerjaannya, suami partisipan YI awalnya adalah
seseorang (Dawson, 2002). manager dari salah satu perusahaan terbesar di Indonesia
Teknik analisis data yang digunakan dalam karena ia difitnah oleh rekan kerjanya akibat persaingan
penelitian ini adalah analisis tematik (Braun & Clarke, jabatan ia terpaksa di PHK hal tersebutlah yang membuat
2006) yakni dengan cara peneliti melakukan transkrip suaminya down putus asa, pada saat suaminya
data dan membacanya secara berulang-ulang, melakukan berperilaku aneh kondisi partisipan YI tengah hamil anak
koding pada data yang telah terkumpul, mencari tema kedua. “[...] dulu itu masih belum tau mbak kalo kena
pada data yang telah terkumpul, meriview tema dengan skizofrenia jadi dipikirnya kesurupan dan di santet sama
meninjau hubungan antara tema dengan hasil pengodean mantane [...]” (AI-W1 – 12 Maret 2020)
data, kemudian dikumpulkan menjadi satu tema yang Partisipan AI menyatakan bahwa adiknya tiba-
sama, mendefinisikan dan menamai tema-tema yang telah tiba seperti orang yang kerasukan karena ayah meruanya
ditemukan. Langkah selanjutnya peneliti menyusun menentang hubungan pasien dengan pacarnya, pada saat
laporan dengan menyeleksi secara ketat, mengumpulkan itu adik partisipan AI menyukai seorang pria yang sudah

158
Volume 7. Nomor 3. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

berkeluarga dan bahkan memiliki catatan kriminal yang (YI-W1 – 11 Maret 2020)
cukup banyak di kepolisian, hal tersebutlah yang Biaya untuk berobat itu mahal mbak. Suami
membuat keluarga partisipan AI bersikeras agar adiknya saya cuman buruh, bapak mertua kerja di sawah
tidak bersama dengan pria tersebut. saya ya nungguk toko kecil-kecilan dan dulu itu
Ketidaktahuan akan adanya skizofrenia belum punya BPJS (AI-W1 – 12 Maret 2020)
membuat partisipan YI dan AI bingung dan hal tersebut Kedua partisipan merasa bahwa masalah
menimbulkan perasaan sedih dan hancur karena harapan ekonomi merupakan beban yang paling besar, menurut
pada penderita tidak sesuai dengan kenyataan yang partisipan YI meskipun ia bekerja sebagai PNS akan
diterima. “[...] Tapi pas itu rasanya saya kayak hancur tetapi ia harus bekerja sendiri sedangkan partisipan AI
mbak, saya takut dia ini kenapa – kenapa [...]” (YI-W1 – meskipun dibantu mertua dan suami tetapi tetap saja
11 Maret 2020). “[...] sekeluarga ini rasane wes putus asa masih kekurangan karena banyak anggota keluarga yang
mbak [...]” (AI-W1 – 12 Maret 2020) harus dicukupi kebutuhannya.
Perubahan sikap penderita yang tidak disertai
dengan pengetahuan serta banyaknya beban pada saat Sub Tema 2 : Perjuangan Menghadapi Masalah
merawat mengakibatkan keluarga partisipan menanggapi Tanggung jawab yang semakin berat, membuat
dengan emosi negatif, yaitu dengan cara marah bahkan partisipan merasakan lelah dan jenuh, hingga membuat
dipasung atau dikurung di dalam kamar. para caregiver mencoba melakukan pengobatan non
Kalau dia sampek pegang anak atau mukul anak medis dan pengobatan tradisional. “[…] dari orang Jawa
saya kadang langsung marah mbak, bahkan saya mungkin saya masuk ke tanaman-tanaman alami […]”
kunci di kamar meskipun dia teriak – teriak saya (YI-W1 – 11 Maret 2020). Dulu itu karena biaya medis
biarin (YI-W1 – 11 Maret 2020) kan mahal mbak jadi saya pernah coba ke orang pinter
Partisipan YI menyatakan bahwa jika suaminya gitu mbak […]” (AI-W1 – 12 Maret 2020)
berani membentak, memarahi ataupun memukul anaknya Partisipan YI menyatakan bahwa sering
karena hal yang tidak masuk akal ia dengan cepat akan melakukan pengobatan non medis seperti memintakan air
mengurung suaminya dikamar, meskipun suaminya yang telah di do’akan saat ada pengajian atu meninta di
makin marah dan memberontak ia akan tetap mengurung do’akan oleh orang – orang pemuka agama seperti kyai
suaminya hingga tenang, terlebih lagi partisipan YI atau uztad. Para caregiver merasakan jika pengobatan
adalah PNS sehingga ia harus bekerja sebagai kepala non medis tidak membuahkan hasil malah membuat
rumah tangga sekaligus, maka saat ia bekerja tidak ada ekonomi keluarga menjadi terbebani. Perilaku penderita
cara lain selain mengurung suaminya dikamar karena yang tidak stabil serta ekonomi yang mulai menurun,
takut suaminya akan melarikan diri atau melukai orang mendorong caregiver untuk membawanya berobat ke
lain. “[...] kabeh ya kerja gak setiap saat isok ditinggal Rumah Sakit dan Puskesmas.
jadi yawes iku maeng mbak salah satunya ya dipasung. ada program baru dari mojokerto yang posyandu
[...]” (P2-AI-W1 – 12 Maret 2020) jiwa itu mbak kan berobatnya tanpa biaya
Partisipan AI menyatakan bahwa hal yang cuman nunjukin KTP aja gak usah bayar, dan di
paling utama mengapa ia dan keluarga mengurung situ juga akhirnya suami saya mulai membaik,
penderita skizofrenia adalah karena penderita bersikap bahkan jauh lebih baik mbak. Nah tapi setelah
agresif, serta pernah suatu waktu penderita melarikan diri kita tahu bahwa ternyata ODGJ itu perlu
dari rumah dengan mantan pacarnya hingga hamil, pengobatan medis dan terapi akhirnya ya itu
kemudian keguguran. Karena khawatir sekaligus tidak mbak. Suami saya dipantau setiap minggu dan
adanya orang yang dapat adiknya maka keluarga AI saya juga di kasih arahan harus ngapain aja sma
sepakat untuk memasung adiknya. dokter dan perawatnya. (YI-W1 – 11 Maret
Berdasarkan wawancara yang tertera diatas 2020)
menyatakan bahwa caregiver AI maupun YI terpaksa Partisipan YI menyatakan bahwa suaminya
mengurung maupun memasung penderita skizofrenia sekarang jauh lebih baik dari sebelumya berkat adanya
karena simptom yang muncul dan keterbatasan orang program posyandu jiwa partisipan YI sudah tidak
yang merawat. Para caregiver menyatakan mereka juga bingung lagi untuk mengantarkan suaminya berobat ke
harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga RSJ yang jaraknya cukup jauh, saat partisipan AI sibuk
karena merawat anggota skizofrenia juga butuh biaya hingga tidak sempat membawa suaminya berobat maka
yang banyak. pihak dari puskesmas dengan senang hati akan
Apalagi kalau mikir ekonomi otomatis saya stres mengunjungi dan melakukan terapi individu bagi suami
mbak saya perempuan, meskipun saya PNS tapi partisipan AI, dengan hanya menunjukkan KTP tanpa
kan gak cukup mbak kalo saya kerja sendiri. membayar biaya pengobatan dan menebus resep obat

159
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

partisipan AI juga merasa ekonominya mulai membaik. membuat para caregiver harus menjadi individu yang
Sekarang suami dari partisipan YI sudah dapat bekerja resilien. Adanya keluarga terutama anak dan suami
dan sudah mandiri. menjadikan caregiver kuat dan sabar.
Setelah mendapat perawatan dari RSJ saya Karena anak dan suami saya mbak, berkat
bersyukur sama gusti Allah, adek saya sekarang mereka saya kuat dan bisa. Saya menyendiri,
sudah jauh lebih baik mbak. dalam arti menyendiri itu saya menenangkan
(AI-W1 – 12 Maret 2020) diri mbak, bukan menarik diri tapi
Sama dengan partisipan YI partisipan AI menenangkan diri, memutuskan dalam posisi
menyatakan bahwa setelah adiknya dilaporkan ke tenang mbak. (YI-W1 – 11 Maret 2020)
puskesmas, sehari kemudian adiknya dibawa oleh pihak Partisipan YI menyatakan saat ia ada dalam
puskesmas untuk dirujuk ke Rumah sakit jiwa, setelah kondisi yang kurang baik partisipan YI lebih memilih
dirujuk ke RSJ kondisi adiknya mulai membaik, dan untuk berkumpul bersama keluarga, bermain dengan anak
hingga saat ini adiknya melanjutkan pengobatan di atau bercanda bersama suami. Kadang partisipan AI juga
puskesmas dan sudah kooperatif serta mandiri, melihat akan menenangkan diri agar dapat berpikiran jernih dan
kondisi adiknya yang sangat membaik membuat dapat semangat kembali.
partisipan AI menaruh harapan agar adiknya dapat Alhamdulilah ada anak - anak dan suami juga,
menikah dan membuka keinginannya untuk membuka suami saya itu orangnya sabar jadi bisa ngedem
usaha. Hingga saat ini partisipan AI dan YI membawa ati saya. Kalo pas gak ada suami gitu saya cobak
anggota keluarganya berobat di Rumah Sakit maupun buat mainan sama anak. Gitu wes ati saya adem.
Puskesmas. (AI-W1 – 12 Maret 2020)
Melihat kondisi keluarga dan penderita Partisipan AI juga melakukan hal yang sama
caregiver. membuat caregiver menjadi sabar, kuat dan saat dalam kondisi yang kurang baik yaitu dengan
juga ikhlas menghadapi cobaan yang ada. bermain dengan anak atau curhat bersama suami.
Untuk suami saya ikhlas lillahita’ala mbak, kan Meskipun pernah menarik diri dari lingkungan karena
dia itu orang membutuhkan, saya malah kasihan. adiknya dibawa ke Rumah Sakit Jiwa, partisipan AI kini
(YI-W1 – 11 Maret 2020) semakin bijak dalam menghadapi setiap
Dari lama juga wes legowo aku mbak, proses permasalahannya.
menerima juga udah. Ya selama ini jalan saya
merawat dia ya saya harus bisa kuat, sabar dan TEMA 2 : Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
menerima keadaan adik saya seperti itu. (AI-W2 Caregiver Dalam Merawat
– 17 Maret 2020) Terdapat faktor – faktor yang dapat
Partisipan YI merasabahwa suaminya sangat mempengaruhi partisipan selama proses merawat
membutuhkannya, itulah mengapa ia sangat sabar dan caregiver adalah dengan membangun resiliensi yakni
ikhlas merawat suaminya yang menderita skizofrenia, berdasarkan faktor pelindung dan faktor risiko.
pada partisipan AI demi merawat seluruh anggota
keluarganya ia harus kuat, sabar dan tabah. Sub Tema 1 : Faktor Pelindung
Pengalaman yang sudah dilewati membuat Faktor pelindung berfungsi sebagai penyangga
caregiver menyadari bahwa ODS harus diperlakukan ketika partisipan dihadapkan dengan faktor risiko
dengan tepat dan baik agar kondisinya stabil. ataupun dengan dampaknya.
Tapi meskipun dia seperti itu, saya tetep A. Dukungan keluarga
berjuang untuk suami mbak Support mulai dari Keluarga ya dukung mbak, malah kasian asline
pengobatan, support dari surat menyurat, sama aku karena aku harus bagi waktu ngurus
sembarange mbak. Pokoknya kita sayang dan
Support dari uang dan kebutuhan lainnya mbak
sekeluarga saling dukung pasti ODS bisa cepat
Pokok utama, sebagai pendamping harus kuat
sembuh. Karena kesembuhan psien itu
dasar utamanya (YI-W1 – 11 Maret 2020) tergantung dari lingkungan intinya yaitu
Dari kejadian tersebut, partisipan memutuskan keluarga. (AI-W2 – 17 Maret 2020)
untuk mendampingi penderita dengan optimal. Kesabaran Partisipan AI menyatakan meskipun mertuanya
serta keikhlasan para caregiver tidak membuat mereka tidak suka dengan anak dan menantunya tetapi partisipan
berhenti berjuang demi keluarga dan kesembuhan para AI tetap mendapatkan dukungan penuh dari anak dan
anggota keluarga yang menderita skizofrenia suaminya, hal tersebutlah yang membuat dia meraasa
aman dan nyaman
Sub Tema 3 : Pencapaian Resiliensi
Banyaknya beban fisik maupun psikologis

160
Volume 7. Nomor 3. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Alhamdulillah keluarga saya selalu support penuh Allah kasih cobaan ini keluarga saya berarti
mbak, full. Dari sisi kegiatan suami saya orang tua Allah menganggap saya dan keluarga ini mampu
dan anak - anak saya sangat mendukung dan sangat mbak. Saya dan suami pasti yakin mbak semua
baik kepada saya dan suami saya. (YI-W1 – 11 itu ada hikmahnya. Kita berdo’a dan berusaha
Maret 2020) pasti Allah kabulkan. (YI-W1 – 11 Maret 2020)
Partisipan YI menceritakan bahwa dukungan yang Partisipan AI dan YI meyakini bahwa tuhan
paling besar berasal dari keluarga terutama anak dan maha adil dan pasti memberikan jalan serta kemudahan
suami. Dari awal timbul gejala pada penderita untuk menyembuhkan anggota keluarganya yang
keluarganya saling support satu sama lain untuk menderita skizofrenia..
kesembuhan penderita skizofrenia. Kesediaan caregiver dalam merawat serta
mampu menghadapi permasalahan yang timbul karena
B. Dukungan Masyarakat adanya penderita skizofrenia dalam keluarga, tidak
untuk penerimaa masyarakat disini itu termasuk terlepas dari upaya yang dilakukan caregiver untuk
baik mbak, jadi dukungan dari masyarakat itu meminta pertolongan pada Tuhan
luar biasa mbak. Semua tetangga sama saya dan Saya yakin saya percaya sama Allah kalau ini
keluarga baik mbak (YI-W1 – 11 Maret 2020) memang cobaan. Kalau saya stress saya sholat
Partisipan YI menyatakan bahwa masyarakat dzikir dan minta perolongan allah agar saya kuat
dilingkungan sekitarnya sangat baik terhadap dan tabah. Saya selalu bersyukur sama Allah
keluarganya, dulu sebelum partisipan dapat menyetir karena saya diberikan jalan keluar. Tidak sia –
mobil sendiri tetangganya lah yang mengantarkan sia saya berdoa’a dan berusaha untuk
kesembuhan suami. (YI-W1 – 11 Maret 2020)
suaminya untuk berobat. Sama halnya dengan partisipan
Berdasarkan pernyataan partisipan YI dia sangat
AI yang menyatakan jika anggta keluarganya sibuk
bersyukur kepada Tuhan karena berkat usaha dan
bekerja, tetangganya deng ikhlas mau membantu
pertolongan- Nya suaminya sudah dapat kooperatif dan
mengawasi adiknya.
bekerja. Bahkan kondisi keluarganya juga sudah
Tapi saya seneng dengan kondisi di lingkungan
membaik, dan itu semua berkat pertolongan dari Tuhan.
saya ini mbak orangnya loh baik dan grapyak.
Sub Tema 2 : Faktor Risiko
Kadang kalo pas saya lagi ada urusan atau apa
Faktor risiko berperan sebagai stressor
gitu tetangga mesti kayak ya apa yaa .. mau
mencakup hal – hal yang dapat menyebabkan dampak
bantu dan mau mantau adek gitu mbak. Kan di
buruk dan berpotensi mengancam kestabilan kondisi
daerah sini juga banyak banget yang kena
partisipan.
gangguan jiwa mbak jadi kita saling bantu gitu.
A. Lingkungan yang tidak kondusif
(AI-W1 – 12 Maret 2020) Partisipan YI menyatakan bahwa hal yang
Berdasarkan yang telah dikatakan partisipan YI membuat ia sedih dan terpuruk adalah jika ada yang
dan AI keduanya tinggal dilingkungan yang sangat mengusik keluarganya, terutama anak dan suaminya.
mendukung keluarganya. Banyaknya kasus ODGJ di Meskipun tetangganya terbilang sangat mendukung
daerah tempat tinggal partisipan membuat lingkungan akan tetapi beberapa orang ada yang tidak suka
masyarakat saling mendukung satu sama lain. dengan keluarganya sehingga hal tersebut membuat
partisipan AI merasa kurang nyaman.
C. Spiritualitas Saya sangat down saat ada yang bilang saya istri
Dalam menghadapi apapun persoalan di dunia tidak bertanggung jawab, saya sedih dan itu
ini, umumnya seseorang akan berserah diri pada bener-bener menyakitkan lho mbak (YI-W1 –
penciptanya. Hubungan sang pencipta mampu menjadi 11 Maret 2020)
sumber kekuatan bagi seseorang untuk tetap menjalani
hidup ketika sesuatu yang berat menimpa. B. Kondisi penderita skizofrenia
Aku itu kebiasaan pas ada masalah tak pendem
dewe mbak koyok yopo yaa .. aku sakno nek Berdasarkan pernyataan partisipan YI yang
orang sekitar iku ikut ngerasakno apa seng tak membuat dia down adalah saat suaminya mengamuk dan
alami jadi ya itu tadi mbak mending tak tangisno anaknya terkena imbas dari suaminya. “[…] Kalau down
pas aku berdo’a sama Allah. Saya itu apapun itu ada mbak, dulu kalau pas posisi suami saya suka
saya serahkan sama Allah mbak, ada masalah ngamuk dan marah, terus kalau anak down saya ikut
apa saya buat sholat ngaji atau wiridan. Ada down mbak, saya juga tambah sedih […]” (YI-W1 – 11
masalah apapun ya nyuwon gusti Allah mbak. Maret 2020).
(AI-W2 – 17 Maret 2020) Partisipan AI juga merasakan hal yang sama,
apabila pasien mengamuk dan tidak mau minum obat itu

161
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

membuatnya bingung dan stress. “[...] itu ketika dia lagi pada sistem keluarga, terutama pada struktur peran
kumat mbak dan pas gak mau minum obat kan gejalanya maupun keberfungsian keluarga. Keluarga merupakan
muncul itu lho down nya (AI-W1 – 12 Maret 2020). Hal penyedia pelayanan kesehatan yang paling utama bagi
lain yang membuat partisipan AI merasa terbebani adalah orang yang menderita penyakit kronis. Agiananda (2006)
masalah ekonomi yang tak dapat dikendalikan“[...] terus menambahkan, adanya keluarga yang menderita
masalah ekonomi mbak dan juga bagi waktu. kalo pas skizofrenia akan memberikan guncangan bagi seluruh
saya banyak kegiatan asam lambung saya langsung anggota keluarga itu sendiri. Adanya gangguan yang
kumat [...]” (AI-W2 – 17 Maret 2020) dialami oleh penderita skizofrenia membuat penderita
tidak lagi dapat menjalankan fungsinya dalam keluaga
PEMBAHASAN maupun rumah tangga dengan baik. Hal tersebutlah yang
Merawat anggota keluarga yang sakit tentu tidaklah menyebabkan terjadinya gangguan pada aktifitas
mudah, mengingat tidak semua orang dapat menjalankan keseharian keluarga yang tentunya membutuhkan
peran tersebut dengan baik. Terlebih lagi jika sakit yang adaptasi.
dialami anggota keluarga merupakan penyakit mental Munculnya perasaan negatif dan makin
yang membutuhkan perawatan bertahun – tahun, seperti memburuknya keadaan penderita skizofrenia membuat
skizofrenia. Seorang perawat keluarga atau yang biasa partisipan YI dan AI berinisiatif untuk membawa anggota
disebut family caregiver pasti menemukan banyak sekali keluarganya ke Rumah Sakit dan mencari tahu penyebab
pengalaman dan tantangan, mulai dari bagaimana perubahan perilaku adik dan suaminya. Hal yang
menghadapi perilaku maupun emosi penderita skizofrenia dilakukan oleh partisipan sesuai dengan salah satu aspek
yang tidak stabil, pengobatan yang terus menerus resiliensi yaitu analisis kausal, analisis kausal merupakan
mengakibatkan caregiver terbebani secara fisik, finansial usaha yang dilakukan untuk menggali atau mencaritahu
maupun pikiran. Pengalaman caregiver penderita permasalahan yang ada agar dapat menemukan solusi
skizofrenia pada penelitian ini merupakan pengalaman yang tepat untuk mengatasinya.
personal yang dialami oleh masing – masing partisipan Penderita skizofrenia sangat bergantung pada
sebagai caregiver. Partisipan umumnya memiliki caregiver untuk dapat menjalankan hidupnya. Maka dari
pengalaman menjadi caregiver selama lebih dari lima itu, secara tidak langsung penderita skizofrenia akan
tahun lamanya. menghabiskan sebagian besar waktunya bersama dengan
Serangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan caregiver, dimana hal tersebut pada akhirnya akan
menunjukkan, bahwa anggota keluarga dari kedua berpengaruh pada aktifitas caregiver yang lain maupun
partisipan mengalami gangguan jiwa berat, yakni juga kondisi fisiknya karena caregiver dituntut untuk
skizofrenia. Munculnya diagnosa skizofrenia pada fokus merawat penderita skizofrenia.
anggota keluarga membuat partisipan YI dan AI merasa Partisipan YI dan AI menyatakan bahwa pengobatan
sedih dan bingung karena kedua partisipan tidak yang berlangsung secara terus-menerus membutuhkan
menyangka banhwa anggota keluargannya menderita biaya yang besar, dan menyebabkan perekonomian
skizofrenia, disisi lain partisipan juga belum mengerti keluarganya menjadi tidak stabil, partisipan YI dan AI
harus berbuat apa. Perasaan tersebut menandakan bahwa menyatakan bahwa setelah merawat anggota skizofrenia
partisipan YI dan AI belum bisa menahan diri terhadap perekonomian keluarga membengkak dua kali lipat
perasaan negatif yang muncul ketika mendampingi sehingga menjadikan beban finansial bagi partisipan, hal
penderita skizofrenia. Reivich & Shatte (dalam Ifdil & tersebut sesuai dengan penelitian Fitrikasari, Kadarman,
Taufik, 2012). & Sarjana (2012) yang menyatakan adanya anggota
Kedua partisipan menyadari perubahan sikap keluarga yang menderita skizofrenia akan mempengaruhi
anggota keluarganya, akan tetapi keduanya tidak kemampuan finansial keluarga, dimana kebutuhan
mengetahui bahwa hal tersebut merupakan gangguan keluarga akan meningkat lebih banyak dari pada
jiwa yaitu skizofrenia. Ketidaktahuan akan skizofrenia sebelumnya.
memunculkan perasaan negatif pada partisipan YI dan Kedua partisipan memiliki perbedaan dalam
AI, seperti bingung harus bagaimana, tidak tau harus merespon emosi negatifnya. Hal ini disebabkan karena
berbuat apa, marah, malu, sedih, dan juga tidak dapat perbedaan karakteristik antara partisipan YI dengan
menerima keadaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipan AI. Partisipan YI merespon emosi negatifnya
kedua partisipan belum bisa menahan diri dari perasaan dengan ekspresi emosi yang tinggi, misalnya marah atau
negatif yang muncul, menanggapi dengan marah, serta dengan mengunci pasien di kamar sehingga dapat
belum bisa memberikan respon yang tepat pada memperburuk kondisi ODS, sedangkan partisipan AI
permasalahan yang sedang dihadapi Reivich & Shatte memang sudah memiliki kesepakatan bersama keluarga
(dalam Ifdil & Taufik, 2012. untuk memasung penderita skizofrenia. Partisipan AI
Menurut Campbell (dalam Friedman, 2010) sendiri memiliki reaksi negative lebih dari partisipan YI
menyatakan bahwa, adanya penyakit serius atau kronis karena pernah di suatu waktu partisipan AI memilih
pada salah satu anggota keluarga memiliki dampak besar untuk menarik diri dengan lingkungan sekitar. Menurut

162
Volume 7. Nomor 3. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Schoon (dalam Patilima, 2015) yang dialami AI kondisi. Sikap yang demikian menunjukkan bahwa
disebabkan karena dirinya belum mampu mampu partisipan memiliki sikap empati pada anggota
menginterpretasikan dorongan, keinginan, belum dapat keluarganya, yaitu dengan memahami kondisi penderita
mengendalikan dirinya, serta memiliki rencana hidup dengan baik dan berusaha memahami sesuatu yang
yang terorganisasi untuk mencapai masa depan yang penderita rasakan. Reivich & Shatte (dalam Ifdil &
lebih baik. Sebaliknya, YI menghadapi emosi negatifnya Taufik, 2012)
dengan ekspresi emosi yang lebih rendah, hal ini Usaha peningkatan aspek positif di dalam diri kedua
disebabkan karena partisipan YI memahami kemampuan partisipan tidak serta merta berjalan mulus. Kedua
dirinya, mampu menahan dorongan negatif yang muncul, partisipan mendapatkan hambatan yang berbeda.
mandiri dan optimis. Partisipan YI merasa niat baik untuk memberikan
Minimnya pengetahuan mengenai skizofrenia pengobatan pada suaminya tidak mendapatkan respon
berakibat pada cara caregiver memperlakukan penderita yang baik dari kedua orang tua suaminya, bahkan
skizofrenia, dimana setiap caregiver memiliki cara mertuanya tersebut terkesan menyalahkan partisipan YI
masing – masing dalam mengusahakan pengobatan bagi atas apa yang terjadi pada suaminya tersebut. Hal ini lah
penderita skizofrenia sesuai dengan konsep pemberian yang memicu munculnya perasaan negatif dari partisipan
obat yang tepat menurut partisipan. Umumnya caregiver YI seperti sedih dan sakit hati. Berbeda dengan partisipan
menempuh pengobatan secara medis agar keadaan YI. Usaha partisipan AI terhambat karena terdapat
penderita skizofrenia lebih baik, akan tetapi tak jarang anggota keluarga partisipan yang belum dapat menerima
dari caregiver menempuh pengobatan alternatif lainnya keadaan anaknya sebagai penderita skizofrenia, sehingga
seperti pengobatan tradisional maupun pengobatan non hal tersebut menjadi tugasnya untuk memberikan
medis. pengertian pada anggota keluarganya.
Partisipan YI menyatakan bahwa meskipun mereka Partisipan YI dan AI berusaha mengatasi
melakukan pengobatan secara medis tetapi partisipan permasalahannya dengan sikap yang lebih positif, seperti
juga melakukan pengobatan non medis yaitu dengan memberikan pengertian kepada keluarga dan orang –
jamu, air putih yang telah didoakan bahkan hingga pergi orang sekitarnya agar dapat menerima penderita
ke kiyai atau orang pintar. Partisipan AI membawa skizofrenia dengan baik, partisipan juga mencoba
adiknya ke orang pintar sebelum melakukan pengobatan mengalihkan perasaan negatifnya dengan kegiatan yang
medis, pengobatan non medis yang dilakukan terhadap lebih positif dan bermanfaat, serta berusaha untuk
adiknya justru memberikan beban tersendiri baginya memberikan fasilitas bagi penderita agar dapat produktif
maupun bagi keluarga karena banyaknya uang yang harus dan mandiri. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Wolin
dikeluarkan samapi pada akhirnya partisipan AI dan dan Wollin (Hadianti, Nurwati, & Darwis, 2018) yang
keluarga pernah tertipu pengobatan rukyah gratis dan menyatakan bahwa individu yang resilien adalah individu
penipunya melakrikan diri hingga saat ini. yang dapat mengendalikan perasaan dan dorongan di
Keadaan anggota keluarga kedua partisipan yang dalam dirinya serta mampu menyelaikan masalah dengan
semakin memburuk dan tidak dapat ditangani, membuat baik. Selain itu, individu resilien memiliki rasa
partisipan YI dan AI membawa suami dan adiknya untuk kepedulian pada sesama dan juga selalu berani
berobat ke Rumah Sakit atau ke Puskesmasterdekat untuk mengambil keputusan sendiri.
pemeriksaan lebih lanjut. Hal tersebur memiliki sesuai Dalam menghadapi hambatan, partisipan YI
dengan salah satu aspek yang membentuk resiliensi yaitu menyatakan walaupun dirinya merasa sedih dan sakit hati
analisis kausal, analisi kausal meupakan upaya yang atas perlakuan mertuanya yang terkesan menyalahkan,
dilakukan untuk mengetahui penyebab masalah dan namun partisipan YI menanggapinya dengan sabar dan
mencari cara bagaimana untuk mengatasi masalah tenang. Di saat perasaan negatif itu muncul, partisipan YI
tersebut agar tidak ada lagi kesalahan yang sama memilih untuk menenangkan diri dan melakukan
sehingga partisipan mampu bangkit dari kondisi yang kegiatan yang positif untuk mengalihkan perasaan
tidak nyaman (Reivich & Shatte, 2002). negatifnya tersebut. Menurut Reivich dan Shatte (dalam
Menyadari akan kondisi penderita skizofrenia, kedua Ifdil & Taufik, 2012) sikap partisipan YI tersebut
partisipan berusaha meningkatkan aspek positif di dalam mencerminkan bahwa dirinya memiliki regulasi emosi
dirinya. Seperti yang telah dilakukan oleh partisipan YI yang baik, sehingga pada saat muncul perasaan negatif
dan AI setelah adik dan suaminya menjalani perawatan dirinya mampu menggunakan serangkaian mengontrol
dan menunjukkan kondisi yang semakin membaik, emosi dan perilakunya. Bahkan, partisipan YI memiliki
partisipan berusaha untuk terus menjadi caregiver yang keyakinan pada kesembuhan suaminya. Hal ini
tenang dan dapat mendampingi anggota keluarganya menandakan bahwa partisipan YI memiliki harapan pada
dengan baik. Partisipan juga dapat meningkatkan sikap masa depan yang cemerlang dan percaya bahwa
empatinya yang ditunjukkan dengan memahami kondisi segalanya dapat berubah menjadi lebih baik.
penderita dengan memberikan perhatian, lingkungan Berbeda dengan partisipan YI, partisipan AI memilih
yang nyaman serta kondusif agar tidak memperburuk untuk mengandalikan semua keinginan di dalam dirinya,

163
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

serta berusaha memahami bahwa kondisi adiknya sebagai agar dapat membantu berkontribusi pada usaha
penderita skizofrenia tidak sama seperti sebelum sakit, pemulihan penderita (Goodhead & McDonald, 2007).
sehingga partisipan AI berusaha tidak memberikan target Hal ini pula yang membuat kedua partisipan merasa
pada segala yang dilakukan oleh penderita. Hal ini nyaman pada dirinya sendiri dan merasa telah mencapai
membuktikan bahwa partisipan AI memiliki kesuksesan. Reivich & Shatte (dalam Ifdil & Taufik,
pengendalian impuls yang baik, dimana dirinya dapat 2012)
mengendalikan perasaan, kesukaan dan sesuatu yang Aktifitas caregiving penuh beban nmun caregiver
membuatnya tidak nyaman sehingga dirinya mampu tetap mau merawat anggota keluarganya yang menjadi
memberikan respon yang tepat agar tidak memperburuk penderita skizofrenia. Faktor yang juga membuat
kondisi penderita Reivich & Shatte (dalam Ifdil & caregiver tetap mau merawat adalah kepasrahan
Taufik, 2012). caregiver terhadap Tuhan. Partisipan memiliki keyakinan
Saat ini, partisipan YI dan AI merasa puas dan dengan bergantung pada Tuhan sebagai tempat mengadu
senang atas usaha yang telah mereka lakukan karena dan meminta. Kepasrahan pada Tuhan ini menimbulkan
usaha mereka telah membuahkan hasil yang baik. Hal ini rasa penerimaan bahwa peran sebagai caregiver
menandakan bahwa kedua partisipan telah mencapai merupakan takdir yang sudah ditentukan oleh Tuhan
kesuksesan dalam mendampingi dan berhasil sehingga partisipan sanggup menjalaninya.
menumbuhkan dimensi positif di dalam diri masing- Partisipan YI memiliki keyakinan bahwa tuhan maha
masing. Reivich & Shatte (dalam Ifdil & Taufik, 2012). adil dan kondisinya keluarganya sudah kembali
Menurut Wolin dan Wollin (Hadianti, Nurwati, & harmonis, partisipan AI merasa diberi kekuatan oleh
Darwis, 2018), ciri individu yang telah resilien adalah Tuhan dalam menghadapi setiap permasalahan yang
memiliki relasi sosial yang baik serta mampu bangkit dan timbul. Hal tersebut sama dengan hasil penelitian yang
mengatasi permasalahan. Dukungan sosial dan dukungan dilakukan Wuryaningsih, Hamid, dan Helena (2013)
antar sesama caregiver inilah yang membuat partisipan yang menyimpulkan bahwa caregiver memaknai
YI dan partisipan AI merasa tidak sendiri serta lebih pengalamannya dalam merawat dan mencegah
bersemangat dalam menghadapi segala permasalahan. kekambuhan penderita skizofrenia sebagai takdir yang
Para keluarga dan tetangga sangat menerima dan sering harus dijalani, ujian dari Tuhan, dan hal terbaik yang
membantu partisipan YI dan AI dalam melakukan diberikan Tuhan untuknya. Adanya sikap positif tersebut
perawatan. Partisipan merasa sangat terbantu dengan mendukung caregiver agar tetap mengusahakan yang
adanya dukungan dari petugas kesehatan dan lingkungan terbaik, meskipun harus menghadapi kesulitan dan beban
yang merupakan program dari Puskesmas dengan dalam upayanya selama merawat penderita skizofrenia.
melakukan kunjungan rumah secara rutin jika ada pasien
yang berhalangan hadir pada saat posyandu jiwa serta PENUTUP
adanya pendekatan terhadap penderita dan keluarga.
Simpulan
Keluarga mengatakan bahwa kunjungan rumah yang
Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, dapat
dilakukan oleh petugas kesehatan telah mampu membuat
disimpulkan bahwa kurangnya pengetahuan yang cukup
keluarga merasa terbantu dan memiliki semangat lagi
untuk merawat. Idaiani (2003) mengatakan, dukungan mengenai gangguan jiwa terutama skizofrenia dapat
bagi caregiver yang diperoleh dari orang – orang sekitar membuat caregiver salah dalam melakukan perawatan
berfungsi sebagai penawar stress dan depresi, dimana pada penderita skizofrenia. Banyaknya beban selama
dukungan yang tinggi mengurangi resiko terjadinya merawat seperti beban fisik, finansial dan psikologis
depresi pada caregiver. tersebut membuat caregiver kesulitan dalam menerima
Menurut Reivich dan Shatte, 2002 (dalam Ifdil & realita yang ada, sehingga membuat beberapa caregiver
Taufik, 2012), individu yang telah sampai pada tahap merasa terbebani dan mengalami penolakan dalam diri
pencapaian, memandang permasalahan yang sedang masing – masing caregiver.
dihadapinya sebagai tantangan yang harus dicari jalan Aktifitas caregiving yang dilakukan caregiver
keluarnya, bukan sebagai ancaman yang harus dihindari. terbilang cukup berat karena proses perawatannya
Hal tersebut yang membuat partisipan YI dan AI dapat hingga bertahun – tahun serta mengbiskan cukup banyak
dikatakan telah menjadi individu yang resilien. Dengan waktu dan tenaga, membuat setiap caregiver harus dapat
pencapaiannya tersebut, partisipan YI dan partisipan AI mengembangkan aspek positif dalam dirinya, yakni
memiliki kesadaran akan tugasnya sebagai pendamping
dengan cara menjadi individu yang resilien. Adanya
yang diwujudkan dengan membagikan pengalaman
usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh caregiver
mendampingi penderita pada masyarakat, memberikan
edukasi dan motivasi pada keluarga agar dapat menerima membuat para caregiver merasa bersyukur dengan
penderita sepenuhnya. Hal ini merupakan kesadaran keadaan keluarganya. Berkat kesabaran serta dukungan
caregiver akan tugas yang harus dilakukannya, salah dari keluarga maupun masyarakat membuat caregiver
satunya adalah mengedukasi keluarga dan lingkungan dapat mengembangkan aspek positif dalam dirinya

164
Volume 7. Nomor 3. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

sehingga dapat membuat anggota keluarganya yang Fitrikasari, A., Kadarman, A., & Sarjana, W. (2012).
menderita skizofrenia dapat kooperatif dan pulih. Gambaran beban caregiver penderita skizofrenia di
Poliklinik rawat jalan RSJ Dr Amino
Gondohutomo Semarang. Jurnal keperawatan.
Saran
1(2). 118 - 122.
1. Bagi keluarga (caregiver skizofrenia) https://doi.org/10.36408/mhjcm.v1i2.56
Penderita skizofrenia dapat menjalani perawatan
dengan tepat apabila caregiver memiliki informasi Folke, C. (2016). Resilience. [versi elektronik]. Ecology
yang memadai mengenai skizofrenia. Caregiver and Society. https://doi.org/10.5751/ES-09088-
perlu menjaga kondisi fisik dan mental diri sendiri 210444
dengan baik agar tidak ikut sakit selama merawat
anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga :
Apabila diperlukan caregiver juga dapat menemui Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
psikolog atau psikiater untk mengatasi kesulitan
selama merawat. Gitasari, N. (2015). Pengalaman family caregiver orang
dengan skizofrenia. [versi elektronik]. Jurnal
character. 3(2), 1-8. diunduh dari
2. Bagi masyarakat
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/char
Masyarakat tentu mengenal berbagai macam
acter/article/view/10956
penyakit, untuk itu penting juga memiliki
pemahaman mengenai skizofrenia agar dapat Given, B. A., Given, C. W., & Sherwood, P. R. (2012).
mengetahui bagaimana penyakit skizofrenia itu dan family and caregiver needs over the course of the
juga masyarakat dapat membantu caregiver ataupun cancer trajectory. [versi elektronik]. Journal of
keluarganya dalam menghadapi situasi demikian, supportive oncology.
sehingga mereka merasa diterima dan kekambuhan https://doi.org/10.1016/j.suponc.2011.10.003
penderita dapat dicegah.
Goodhead, A., & McDonald, J. (2007). Informal
3. Bagi peneliti selanjutnya caregivers literature review : A report prepared for
Beberapa hal terkait penelitian ini yang perlu the National Health Committee. Wellington: Health
diteliti dari caregiver adalah self efficacy. Services Research Centre.
Menggunakan kriteria partisipan dengan yang lebih
Hendriani, W., Retnowati, S., & Koesbardiati, T. (2011).
khusus sangat disarankan agar peneliti selanjutnya Proses resiliensi individu dalam perubahan kondisi
memiliki gambaran dan dapat memahami akan fisik menjadi penyandang disabilitas. [versi
pengalaman caregiver orang dengan skizofrenia elektronik]. Jurnal Psikologi Indonesia, 8(2), 72-
jenis tertentu, misalnya caregiver skizofrenia 83. diunduh dari
paranoid atau caregiver skizofrenia hebefrenik. https://ijds.ub.ac.id/index.php/ijds/article/view/90
DAFTAR PUSTAKA Idaiani, S. (2003). Kecenderungan Depresi pada
Keluarga Pasien Skizofrenia. [versi elektronik].
Amaresha, A. C., & Venkatasubramanian, G. (2012). diunduh dari
Expressed emotion in schizophrenia: An overview. http://eprints.undip.ac.id/12616/1/2003PPDS1907.p
[versi elektronik]. Indian journal of psychological df
medicine. 34(1), 12-20
https://doi.org/10.4103/0253-7176.96149 Ifdil., & Taufik. (2012). Urgensi peningkatan dan
pengembangan resiliensi siswa di Sumatera Barat.
Braun, V., & Clarke, V. (2006). Using thematic analysis [versi elektronik]. Jurnal ilmiah ilmu pendidikan,
in psychology. [versi elektronik]. Qualitative 12, 115-121. diunduh dari
Research in Psychology 3(2), 77-101. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article
https://doi.org/10.1191/1478088706 /view/2195
Darwin, P., Hadisukanto, G., & Elvira, S.D. (2013) beban Jobe, T. H., & Harrow, M. (2005). Long-term outcome of
perawatan dan ekspresi emosi pada pramurawat patients with schizophrenia: A review. In Canadian
pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa. [versi [versi elektronik]. Journal of psychiatry. diunduh
elektronik]. Journal of Indonesian Medicine dari https://doi.org/10.1177/070674370505001403
Association. 63(2), 46-51. diunduh dari
http://lib.ui.ac.id/ Marimbe, B. D., Cowan, F., Kajawu, L., Muchirahondo,
F., & Lund, C. (2016). Perceived burden of care
Davidson, GC., Neale, J.M., Kring, A.M. (2014). and reported coping strategies and needs for family
psikologi abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo caregivers of people with mental disorders in
Persada

165
Volume 07. Nomor 03. (2020). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Zimbabwe. [versi elektronik]. African journal of Schizophrenia. diakses dari


disability. https://doi.org/10.4102/ajod.v5i1.209 http://www.who.int/mipfiles.

Nainggolan, N. (2013). Profil Kepribadian Dan Wuryaningsih, E. W., Hamid, A. Y. S., & Helena, N
Psychological well-being caregiver skizofenia. (2013). Studi fenomenologi: Pengalaman keluarga
[versi elektronik]. Jurnal soul. diunduh dari mencegah kekambuhan perilaku kekerasan pasien
http://www.ejournal- pasca hospitalisasi RSJ. [versi online]. Jurnal
unisma.net/ojs/index.php/soul/article/view/735 keperawatan jiwa, 1(2) 178-185.
https://doi.org/10.26714/jkj.1.2.2013.%25p
Patilima, H. (2015). Resiliensi Anak Usia Dini. Bandung:
Alfabeta Ying, L., Jiin, R. R., & Lin, F. Y. (2013). Resilience
among caregivers of children with chronic
Reich, J. W., Zautra, A. J., & Hall, J. S. (2010). conditions: a concept analysis. [versi elektronik].
Handbook of adult resilience. The Guilford Press. journal of multidiciplinary healthcare. 6, 323-333.
https://dx.doi.org/10.2147%2FJMDH.S46830
Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7
Essential Skills for Overcoming Life’s Inevitable Zauszniewski, J. A., Bekhet, A. K., & Suresky, M. J.
Obstacles. New York: Broadway Books (2010). Resilience in family members of persons
with serious mental illness. [versi elektronik]
Rojas F., L. F. (2015). Factors Affecting Academic Journal nursing clinics of north America.
Resilience in Middle School Students: A Case https://doi.org/10.1016/j.cnur.2010.06.007
Study. [versi elektronik]. GiST Education and
learning research journal.
https://doi.org/10.26817/16925777.286

Sadock, B., Sadock, V., & Ruiz, P. (2010). Kaplan &


Sadock (Buku Ajar Psikiatri Klinis). EGC. Jakarta

Setyoadi, S., & Wihastuti, T. A. (2018). Burnout


Syndrome on Care Givers and The Fulfillment
Needs of Care in The Post Stroke Patients at
Physiotherapy Outpatient Ward in RST DR.
Soepraoen. Jurnal Keperawatan.
https://doi.org/10.22219/jk.v9i2.5208

Setyorini, E. (2016). Emosi keluarga orang dengan


skizofrenia (ODS). Skripsi [online]. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga. diunduh dari
http://digilib.uin-suka.ac.id/

Walsh, F. (2006). Strengthening Familiy Resilience. New


York: The Guilford Press.

Widiastutik, W., Winarni, I., & Lestari, R. (2016). Studi


fenomenologi : Resilience keluarga penderita
skizofrenia di Puskesmas Bantur. Jurnal ilmiah
kesehatan keperawatan. 12(3), 117-131.
https://doi.org/10.26753/jikk.v12i3.161

Wiharjo, G. F (2014). Hubungan persepsi dengan sikap


masyarakat terhadap penderita skizofrenia di
surakarta. Skripsi [online]. Universitas
Muhammadiyah, Surakarta. diunduh dari
http://eprints.ums.ac.id/31866/

Willig, C. (2013). Introducing qualitative research in


psychology third edition. Handbook of qualitative
research. McGraw-Hill Education (UK)

World Health Organization. (2013). [versi online]

166

Anda mungkin juga menyukai