Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tabi’in

Tabi’in menurut bahasa adalah jama’ dari kata tabi’ yang artinya pengikut.

Menurut istilah, tabi’in adalah orang yang pernah berjumpa dengan sahabat

dan dalam keadaan beriman, serta meninggal dalam keadaan beriman juga 1.

Yang membedakan adalah keagungan dan kebesaran dari melihat Nabi saw.

Namun menurut kebanyakan ahli hadis, yang dinamakan tabi’in ialah

orang yang pernah bertemu sahabat dalam keadaan beriman dan meninggal

dunia dalam keadaan beriman meskipun tidak pernah bersahabat dengan

sahabat dan tidak pula pernah meriwayatkan hadits dari sahabat.

B. Faktor Yang Mendorong Perkembangan Tasyri’ Pada Masa Tabi’in

Pada fase ini, perkembangan proses tasyri ditandai dengan munculnya

aliran-aliran politik yang secara implicit mendorong terbentuknya aliran

hukum. Diantara faktor-faktor yang mendorong adalah sebagai berikut.

1. Perluasan Wilayah

Sebagaimana diketahui dalam sejarah, ekspansi dunia Islam dilakukan

sejak zaman daulah umayyah. Langkah awal yang dilakukan Mu'awiyah

dalam rangka menjalankan pemerintahanya adalah memindahkan ibu kota

Negara, dari Madinah ke Damaskus. Mu'awiyah kemudian melakukan

ekspansi ke Barat schingga dapat menguasai Tunisia, Aljazair, dan Maroko

1
D.R. Nawir Yuslem, MA 2001 ULUMUL HADIS: hal:110
sampai ke pantai Samudra Atlantik. Penakhluk ke Spanyol dilakukan pada

zaman pemerintahan Walid ibn Abd al-Malik (705-715 M).2

Disebelah utara, umat Islam bertempur berkali-kali melawan Bizantium.

Bani Ummayah kadang-kadang masuk ke Asia Kecil, bahkan mengepung

Konstatinopel. Disebelah timur, Islam menduduki Transixiana (sekarang

Uzbeskistan), Sind, dan Sungai Syr Darya, dan Sungai Indus menjadi batas

timur Kerajaan Islam.

Banyaknya daerah yang dikuasai berarti banyak pula persoalan yang

dihadapi oleh umat Islam; persoalan tersebut perlu diselesaikan berdasarkan

Islam karena agama khanif ini merupakan petunjuk bagi manusia. Dengan

demikian perluasan wilayah dapat mendorong perkembangan syariah; karena,

semakin luas wilayah yang dikuasai bararti semakin banyak penduduk di

negeri muslim; dan semakin banyak penduduk, semakin banyak pula

persoalan hukum yang harus diselesaikan

2. Perbedaan Penggunaan Ra'yu

Ada kecenderungan baru pada zaman tabi'in, khususnya fuqaha yang

berada di Irak, memandang bahwa proses pembumian syariah membutuhkan

timbangan rasionalitas. Mereka tidak saja mengedepankan rasio dalam

memahami syariah dan menyikapi setiap persoalan yang timbul tetapi juga

memprediksikan ketctapan hukum dari suatu peristiwa yang belum terjadi3.

Pelopor aliran pemikiran ini adalah Ibrahim bin Yazid al-Nakhai ahli fiqih

Irak, beliau adalah guru Hammad bin abi Sulaiman- yang banyak mewariskan

2
Hasyim Nawawie, Tarikh Tasyri’,Surabaya 2014, hal.
3
Ibid, 91
pemikiran fiqih rasional kepada Abu Hanifah. Ibrahim banyak dipengaruhi al-

Qamah bin Qais yang tertarik pada metodologiapemikiran Umar bin Khattab

dan Ibnu Masud.

Dari hasil eksplorasi sejarah dapat disimpulkan bahwa perjalanan aliran ini

mendapat tanggapan dan tantangan keras terutama dari fugaha-ulama ahlu al-

Hijaz dan madinah yang menilai bahwa aliran ini berseberangan dengan

manhaj sahabat dan dianggap menyeleweng dari ajaran Rasulullah. Ulama

hijaz berapologi bahwa aliran rasionalitas ini merupakan wujud krisis

pemahaman keagamaan sebagaimana yang pernah menimpa orang-orang

Yahudi dan Nasrani. Menurut Ibnu Syihab al-Zuhri sebagaimana dikutib Ibnu

Qayyim al-Jauziyah dalam I'lamulmuwagi'ien (74) menyatakan bahwa

sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani kehilangan ilmu yang mereka

miliki ketika mereka telah disibukkan oleh dominasi rasio dan pemikiran.

Tokoh lain yang menolak aliran ini adalah Sufyan bin Uyainah, Ayub

Sahtayani, Abu Umar, Auza iy dan Sya;bi.

3. Meluasnya Ruang Ikhtilaf

Dalam buku Tarikh Tasyri’ karya Hasyim Nawawie, dijelaskan bahwa

sebenarya benih-benih meluasnya ikhtilaf telah tumbuh pada masa

kekhalifahan Ustman bin Affan. Ustmanlah khalifah pertama yang

mengizinkan para sahabat meninggalkan madinah dan menyebar ke berbagai

daerah. Minimal ada 300 sahabat yang pergi ke Basrah, Kufah, Mesir dan

Syam. Kepergian sahabat inilah yang menjadi salah satu faktor meluasnya

ruang ikhtilaf pada peda periode tabiin. Hal inidapat difahami mengingat
perbedaan situasi, kondisi, kebiasaan dan kebudayaan masing masing daerah

di samping perbedaan kapasitas kemampuan fugaha dalam mengatasi perbagai

persoalan baru yang muncul.

Ibnu Qayyim menganalisa bahwa minimal ada empat sahabat yang sangat

berpengaruh dalam kelanjutan prosesi tasyri pada periode ini, mereka adalah

Ibnu Mas'ud, Zaid bin Stabit dan Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas.

Sedangkan dari kalangan tabiin adalah Atha' bin Rubah, Amr bin Dinar,

Ubaidah bin Umair, Ikrimah, Amr bin Salamah, Hasan Bashri, Sakhayani,

Abdullah bin Auf, al-Qamah bin Qais an-Nakhaie, Syuraih bin Harist,

Ubaidah bin Salmani, Yazid bin Abi habib, Bakir bin Abdullah. Hisyam bin

Yusuf, Abdur Razaq bin Hammam4.

C. Sumber-sumber Tasyri’ Pada Masa Tabi’in

Secara umum, tabiin mengikuti Langkah-langkah penerapan hukum yang

telah dilakukan sahabat dalam proses istinbath hukum. Langkah-langakah

yang mereka lakukan adalah sebagai berikut :

1. Mencari ketentuan dalam Al-Qur’an

2. Apabila ketentuan itu tidak didapatkan dalam Al-Qur’an, mereka

mencarinya dalam sunnah

3. Apabila tidak didapatkan dalam keduanya mereka kembali kepada

pendapat

4
Ibid.94
4. Apabila pendapat sahabat tidak diperoleh, mereka berijitihad baik

dalam bentuk ijtima’ jama’i maupun fardhi, baik dalam bentuk qiyas

maupun istislah (almaslahah). Fot note.

Dengan demikian, sumber-sumber atau dasr syariah pada priode ini

adalah: Al-Qur’an, Sunnah, Ijmak dan pendapat Sahabat, Ijtihad.


BAB III
PEMUTUP
A. Kesimpulan

Tabi’in adalah orang yang pernah berjumpa dengan sahabat dan dalam

keadaan beriman, serta meninggal dalam keadaan beriman juga.

Adapun faktor Yang Mendorong Perkembangan Tasyri’ Pada Masa

Tabi’in antara lain:

 Perluasan Wilayah, yang dimana banyaknya daerah yang dikuasai

berarti banyak pula persoalan yang dihadapi oleh umat Islam.

 Perbedaan penggunaan Ra’yu

 Meluasnya Ruang Ikhtilaf

Dengan demikian, sumber-sumber atau dasar syariah pada priode tabi’in

ini adalah: Al-Qur’an, Sunnah, Ijmak dan pendapat Sahabat, Ijtihad.


DAFTAR PUSTAKA

1. Nawawie Hasyim, Tarikh Tasyri’, Janggala Pustaka Utama Surabaya.

2. D.R. Nawir Yuslem, MA 2001 ULUMUL HADIS: PT. Mutiara Sunber

Widya.

Anda mungkin juga menyukai