Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batu saluran kemih atau yang disebut juga urolitiasis merupakan keadaan yang cukup
sering ditemukan di masyarakat. Urolithiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat batu
pada saluran urogenital. Batu yang disebut kalkuli ini dapat terletak pada keseluruhan dari
traktus urogenital, mulai dari ginjal, ureter, kandung kemih, serta uretra. Perbedaan yang
dapat muncul dari perbedaan letak ini adalah perbedaan dari penamaan maupun dari jenis
batu itu sendiri. Beberapa jenis batu yang dapat muncul yaitu batu ginjal, batu saluran
kemih, serta batu kandung kemih.
Batu yang terbentuk terdiri dari dari matriks batu dan kristal. Kebanyakan batu
mengandung kalsium, sementara lainnya mengandung amoniomagnesium fosfat (struvit),
asam urat, serta sistein.
Secara umum, ketika batu menghambat pada saluran kemih, pasien akan mengeluhkan
kesakitan akut dan kolik yang menyebar sampai ke paha dan genitalia. Selain itu juga akan
terdapat nyeri tekan pada bagian sudut kostovertebral (CVA), yang dapat pula disertai
dengan mual muntah, dan hematuria akibat iritasi pada bagian saluran kemih. Gejala nyeri
kolik dan hematuri merupakan gejala yang sering membuat pasien datang ke dokter.
Gejala ini dapat menunjukan adanya gangguan pada saluran kemih, namun tidak bersifat
begitu spesifik sehingga dapat disalah artikan dengan keluhan penyakit lain seperti
penyakit otot, maupun saraf. Maka itu diperlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut ,
seperti foto rongent, CT, maupun MRI untuk dapat memastikan diagnosa tersebut. Melalui
pemeriksaan penunjang pula dapat ditentukan besar dari batu serta letak dari
penyumbatannya. Dimana hal ini berhubungan erat dengan prognosis serta
penatalaksanaan yang perlu dilakukan.
Semakin besar batu yang menyumbat, semakin dalam letak dari penyumbatan, maka
penatalaksanaanya dapat bersifat semakin invasive dan semakin sulit untuk dilakukan.
Prognosisnya pun menjadi kurang baik.
Batu saluran kemih tergolong banyak ditemukan di masyarakat, pengetahuan yang
adekuat mengenai penatalaksanaan serta diagnosa menjadi penting untuk diketahui bagi
seorang dokter. Dengan diagnosa dini, diharapkan dapat dicegah kerusakan yang lebih luas
dari penyumbatan batu pada saluran kemih, serta dapat dilakukan terapi yang lebih dini
untuk memperbaiki prognosisnya.

1.2. Skenario

Awww......

A 30 years old woman came to the outpatient clinic with history of acute pain on her
left flank since one day. The pain came intermittently and felt relieved if she moved
around. She had also nausea and saw red coloured urine. She had never this problem
before.

Physical examinations revealed pain on her left flank by stroke at costovertebral angle.

Laboratory investigations showed erythrocyte +++ at urin and hydronephrosis grade 2


from USG of the left kidney.

1.3. Tujuan Pembahasan


Mahasiswa dapat memiliki pengetahuan tentang definisi, etiologi, patofisiologi,
klasifikasi maupun jenis-jenis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, dan
tatalaksana pada batu ginjal.

1.4. Manfaat
Mahasiswa memperoleh pengetahuan baru mengenai batu ginjal yang diharapkan
dapat berguna untuk diaplikasikan pada masa klinik.
BAB II
HASIL DISKUSI

A. Clarifying Unfamiliar Terms

1. Pain by stroke : saat palpasi, merasa sakit

2. Flank : between ribs and hipbone, panggul

3. Hydronephosis : nefron terisi cairan, air tidak bisa keluar, cyctic distension of the
kidney caused by the accumulation f the urine in the renal pelvis as a result of
obstruction to outflow and accompanied by atrophy of the kidney structure and cysts
formation

4. Costovertebral angle : pemeriksaan dengan palpasi di bagian sudut dari costae (rusuk)
dengan vertebrae (tulang belakang)

B. Define The Problems

1. Mengapa dengan bergerak wanita tersebut dapat merasa lebih nyaman ?

2. Berapakah eritrosit pada kondisi normal ?

3. Apakah arti dari pemeriksaan eritrosit dengan hasil +++ ?

4. Mengapa sifat dari nyeri panggulnya bersifat intermiten ?

5. Bagaimanakah proses terjadinya hematuria ?

6. Bagaimanakah hubungan antara hematuria dan hydronefrosis pada wanita tersebut ?

7. Apa saja diagnosis banding dari nyeri pinggang yang dirasakan oleh wanita pada
kasus?

8. Bagaimana klasifikasi dari pemeriksaan USG hydronefrosis ?


9. Apa yang mendasari rasa mual yang dirasakan oleh wanita pada kasus ?

10. Apakah riwayat menstruasi dapat berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang
dilakukan ?

11. Apa sajakah diagnosa banding dari hematuria ?

Gejala utama : Nyeri panggul yang intermiten dan membaik saat bergerak

1. Apa saja diagnosis banding dari nyeri pinggang yang dirasakan oleh wanita pada
kasus?

2. Mengapa sifat dari nyeri panggulnya bersifat intermiten ?

3. Mengapa dengan bergerak wanita tersebut dapat merasa lebih nyaman ?

Gejala tambahan : adanya hematuria, mual

4. Bagaimanakah proses terjadinya hematuria ?

5. Apa sajakah diagnosa banding dari hematuria ?

6. Berapakah eritrosit pada kondisi normal ?

7. Apakah arti dari pemeriksaan eritrosit dengan hasil +++ ?

8. Apakah riwayat menstruasi dapat berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang


dilakukan ?

9. Bagaimanakah hubungan antara hematuria dan hydronefrosis pada wanita tersebut ?

10. Apa yang mendasari rasa mual yang dirasakan oleh wanita pada kasus ?

Hasil pemeriksaan : hydronefrosis grade 2 dan sakit pada costovertebral angle

11. Bagaimana klasifikasi dari pemeriksaan USG hydronefrosis ?

C. Brainstorming of the Possible Hypothesis

Gejala utama : Nyeri panggul yang intermiten dan membaik saat bergerak
1. Apa saja diagnosis banding dari nyeri pinggang yang dirasakan oleh wanita pada
kasus?

- Batu ginjal

- Penekanan oleh ginjal

- Penekanan pada ginjal

- Nyeri otot

- Kelainan otot

- Kelainan pada tulang belakang

- Lesi pada radix, HNP

2. Mengapa sifat dari nyeri panggulnya bersifat intermiten ?

- Posisi tertentu memberikan perubahan terjadap ginjal

- Posisi tertentu mengubah posisi dari batu ginjal

- Adanya proses penyaringan dari ginjal

3. Mengapa dengan bergerak wanita tersebut dapat merasa lebih nyaman ?

- Saat bergerak terjadi perubahan terhadap posisi batu ginjal sehingga kurang begitu
menyumbat

- Saat bergerak terjadi perubahan tekanan abdominal

Gejala tambahan : adanya hematuria, mual

4. Bagaimanakah proses terjadinya hematuria ?

- Terjadi penyumbatan

- Terjadi inflamasi pada ginjal

- Terjadi infeksi pada ginjal


- Pergesekan oleh batu ginjal di saluran kemih maupun ginjal

5. Apa sajakah diagnosa banding dari hematuria ?

- Kanker

- Zat makanan dan obat-obatan

- Menstruasi

- Peradangan

- Dehidrasi

- Olah raga berat

6. Berapakah eritrosit pada kondisi normal ?

- Dengan pemeriksaan sedimen terdapat 0-1 sel eritrosit/LBP

7. Apakah arti dari pemeriksaan eritrosit dengan hasil +++ ?

- Terdapat banyak sekali eritrosit pada pemeriksaan

8. Apakah riwayat menstruasi dapat berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang


dilakukan ?

- Berhubungan karena dapat mempengaruhi pemeriksaan urine, sama-sama memberi


penampakan merah pada urin. Sebaiknya jika sedang menstruasi ditunda terlebih
dahulu pemeriksaannya.

9. Bagaimanakah hubungan antara hematuria dan hydronefrosis pada wanita tersebut ?

Saat terjadi hydronefrosis terjadi sumbatan pada saluran kemih sehingga terjadi
peningkatan tekanan lalu terjadi perubahan pada permeabilitas ginjal sehingga eritrosit
dapat tembus dan keluar bersama urin

10. Apa yang mendasari rasa mual yang dirasakan oleh wanita pada kasus ?

- Penekanan terhadap struktur di atas ginjal


- Peningkatan tekanan intracranial

- Peningkatan asam lambung

Hasil pemeriksaan : hydronefrosis grade 2 dan sakit pada costovertebral angle

11. Bagaimana klasifikasi dari pemeriksaan USG hydronefrosis ?

Selama diskusi belum diketahui, langsung dimasukkan ke dalam Learning objective

D. Tentative Solution

Gejala utama : Nyeri panggul yang intermiten dan membaik saat bergerak

1. Apa saja diagnosis banding dari nyeri pinggang yang dirasakan oleh wanita pada
kasus?

- Batu ginjal

- Penekanan oleh ginjal --> x

- Penekanan pada ginjal  x

- Nyeri otot  x

- Kelainan otot  x

- Kelainan pada tulang belakang  x

- Lesi pada radix, HNP  x

 Melihat dari skenario dimana terdapat gejala lain seperti hematuria dan nausea
maka diagnosis yang berhubungan dengan otot dan struktur tulang dan saraf
sepertinya kurang relevan pada kasus. Ditambah lagi juga jikalau nyeri dirasakan
karena otot maupun tulang dan saraf maka nyeri panggul yang dirasakan
seharusnya lebih diperparah saat bergerak bukan membaik. Hal ini juga terlihat
dari tidak adanya riwayat trauma pada pasien.

 Penekanan pada ginjal juga kurang relevan karena penekanan pada ginjal
seharusnya tidak akan menyebabkan kesakitan yang parah dan mengganggu,
begitu pula dengan penekanan oleh ginjal.

 Penekanan oleh ginjal yang dimaksud adalah penekanan karena pembesaran yang
mungkin terjadi karena penumpukan cairan pada ginjal, tetapi pada kenyataannya
mungkin pembesaran pada ginjal tidak akan menyebabkan kesakitan sampai nyeri
sekali.

 Batu ginjal dapat menyebabkan nyeri pada panggul karena ketika batu ginjal
masuk ke dalam ureter, dapat memunculkan kondisi sakit yang akut.
Penyumbatan menyebabkan penumpukan cairan pada ginjal, peningkatan tekanan
sehingga ginjal lama-lama akan terganggu fungsinya.

2. Mengapa sifat dari nyeri panggulnya bersifat intermiten ?

- Posisi tertentu memberikan perubahan terjadap ginjal  x

- Posisi tertentu mengubah posisi dari batu ginjal

- Adanya proses penyaringan dari ginjal

 Ketika terjadi perubahan posisi diduga batu akan bergeser sehingga penyumbatan
yang terjadi menjadi berkurang sehingga tidak begitu sakit lagi.

 Perubahan posisi ginjal akan menyebabkan ginjal terhindar dari penekanan organ
maupun penekanan ginjal terhadap organ lainnya. Tetapi melihat dari
kemungkinan kasus terjadi karena batu ginjal, maka pemikiran ini menjadi kurang
relevan.

 Penyaringan ginjal yang terganggu dapat menyebabkan kesakitan apalagi ketika


penyaringan yang terjadi lebih banyak dari biasanya.
3. Mengapa dengan bergerak wanita tersebut dapat merasa lebih nyaman ?

- Saat bergerak terjadi perubahan terhadap posisi batu ginjal sehingga kurang begitu
menyumbat

- Saat bergerak terjadi perubahan tekanan abdominal  x

 Tekanan abdominal dapat berubah tergantung dari kondisi pada organ di sekitar
abdomen dan juga posisi dari tubuh. Diduga dengan bergerak tekanan abdomen
dapat berubah sehingga mengurangi penekanan pada sekitar panggul. (tidak
berhubungan langsung dengan batu ginjal)

Gejala tambahan : adanya hematuria, mual

4. Bagaimanakah proses terjadinya hematuria ?

- Terjadi penyumbatan

- Terjadi inflamasi pada ginjal

- Terjadi infeksi pada ginjal

- Pergesekan oleh batu ginjal di saluran kemih maupun ginjal

 Sumbatan pada saluran kemih dapat menyebabkan terjadinya inflamasi yang


kemudian memberi perubahan pada kapiler sehingga terjadi perdarahan yang
berakhir dengan keluarnya darah bersama dengan urin

 Pergesekan oleh batu ginjal di saluran kemih maupun ginjal dapat mengikis
jaringan di tempat tersebut sehingga jaringan yang terkikis menjadi luka sehingga
berdarah maupun juga dapat terdapat jaringan mati yang turut keluar bersama
urine.

5. Apa sajakah diagnosa banding dari hematuria ?

- Kanker  x
- Zat makanan dan obat-obatan

- Menstruasi  x

- Peradangan

- Dehidrasi  x

- Olah raga berat  x

 Kanker yang disebabkan oleh adanya tumor memiliki sifat dapat membuat
neovaskularisasi, dan peningkatan tekanan abdomen. Tetapi sifat dari nyeri yang
dihasilkan bersifat statis karena posisi dari kanker bersifat statis dan juga
perkembangannya tergolong progresif lambat

 Zat makanan dan obat-obatan dapat menyebabkan kondisi yang menyerupai


hematuria jika zat-zat yang terkandung didalamnya memberikan efek warna
merah, tetapi melalui pemeriksaan lebih lanjut dapat diketahui bahwa bukan
hematuria. Pada beberapa jenis obat maupun makanan adapula yang bersifat dapat
menyebabkan hematuria sebenarnya karena sifatnya yang toxic terhadap saluran
kemih.

 Hematuria yang disebabkan oleh olahraga berat dan dehidrasi dapat terjadi
sebagai kompensasi dari perubahan keseimbangan cairan didalam tubuh, tetapi
mekanisme yang lebih jelasnya belum kami ketahui.

 Menstruasi dapat menyebabkan hematuria apabila pembuangan menstruasi


bercampur dengan urine. Pada pemeriksaan lebih lanjut dan anamnesa dapat
diketahui bahwa hematuria yang terjadi karena menstruasi bukan kelainan.

 Peradangan dapat terjadi karena penyumbatan maupun pengikisan oleh batu ginjal
pada dinding saluran

6. Berapakah eritrosit pada kondisi normal ?

- Dengan pemeriksaan sedimen terdapat 0-1 sel eritrosit/LBP


7. Apakah arti dari pemeriksaan eritrosit dengan hasil +++ ?

- Terdapat banyak sekali eritrosit pada pemeriksaan

8. Apakah riwayat menstruasi dapat berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang


dilakukan ?

- Berhubungan karena dapat mempengaruhi pemeriksaan urine, sama-sama memberi


penampakan merah pada urin. Sebaiknya jika sedang menstruasi ditunda terlebih
dahulu pemeriksaannya.

 Jikalau terpaksa melakukan pemeriksaan pada saat pasien sedang menstruasi


maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan untuk eritrosit dysmorfic yang dapat
menunjukan kelainan dari ginjal.

9. Bagaimanakah hubungan antara hematuria dan hydronefrosis pada wanita tersebut ?

Saat terjadi hydronefrosis terjadi sumbatan pada saluran kemih sehingga terjadi
peningkatan tekanan lalu terjadi perubahan pada permeabilitas ginjal sehingga
eritrosit dapat tembus dan keluar bersama urin

10. Apa yang mendasari rasa mual yang dirasakan oleh wanita pada kasus ?

- Penekanan terhadap struktur di atas ginjal  x

- Peningkatan tekanan intracranial  x

- Peningkatan asam lambung  x

 Rasa mual yang terjadi diduga bukan karena ketiga hal di atas tetapi adalah karena
perubahan keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh pasien akibat
gangguan pada ginjal.

 Penekanan terhadap struktur diatas ginjal, contohnya lambung dapat pula


menyebabkan mual tetapi pada kasus menjadi tidak relevan karena tidak ada
keluhan lainnya dari traktus pencernaan pada kasus. Begitu pula dengan kondisi
peningkatan tekanan intracranial dan juga peningkatan asam lambung.
Hasil pemeriksaan : hydronefrosis grade 2 dan sakit pada costovertebral angle

11. Bagaimana klasifikasi dari pemeriksaan USG hydronefrosis ?

Selama diskusi belum diketahui, langsung dimasukkan ke dalam Learning objective


Pasien

Pemeriksaan Gejala

Urin merah
USG Hidronefrosis Eritrosit Nyeri panggul nausea
(hematuria)
grade 2 +++

Penekanan organ
sumbatan Tekanan
intrakranial Penyumbatan
Asam lambung Inflamasi ginjal
Asam-basa Infeksi ginjal
N = 0-1/LBP Lebih dari N Elektrolit Pergesekan batu ginjal

menstruasi abnormal Perubahan Kanker


asam basa- Zat makanan
elektrolit obat-obatan
Menstruasi
Peradangan
membaik
Dehidrasi
akut intermiten saat Olah raga berat
bergerak

Posisi ginjal peradangan


Posisi batu ginjal
Proses penyaringan ginjal
Batu ginjal
Penekanan oleh ginjal
Penekanan pada ginjal
Nyeri otot Posisi batu ginjal
Kelainan otot Perubahan tekanan
Kelainan t. belakang abdominal
Lesi pada radix, HNP

Batu ginjal Perubahan posisi batu Posisi batu ginjal


ginjal
Gangguan penyaringan
Pasien

Pemeriksaan Gejala

Urin merah
USG Hidronefrosis Eritrosit Nyeri panggul nausea
(hematuria)
grade 2 +++

sumbatan
abnormal Perubahan
peradangan
asam basa-
elektrolit

membaik
akut intermiten saat
bergerak

Batu ginjal

Posisi batu ginjal

Perubahan posisi batu


ginjal
Gangguan penyaringan

PENYUMBATAN
BATU GINJAL
E. Formulating Learning Objective

1. Bagaimanakah grading dari hidronefrosis ?

2. Apakah arti dari pemeriksaan eritrosit +++ pada urin ? bagiamanakah pemeriksaan
eritrosit pada urin ?

3. Mengetahui lebih jauh tentang penyumbatan batu ginjal.

F. Self Study

G. Result

1. Grade 1 : minimal separation of the internal collecting system

Grade 2 : mild dilatation of the renal pelvis, no calyceal dilation ( 2A : with sharp
papile ; 2B : with dull papile because of mild dilatation )

Grade 3 : renal pelvic dilation with some calyceal dilatation ( asterix) but presercation
of renal parenchyma

Grade 4 : not only significant hydronephrosis but also thinning of the renal
parenchyma.

2. Pemeriksaan eritrosit

- Normalnya dilakukan dengan cara pemeriksaan sedimen. Hasil pada urin normal
adalah 0-1/LBP.

- Dapat pula dilakkan dengan cara pemeriksaan darah samar. Dilakukan dengan cara
benzidine basa, benzidine dihidrochlorida dan tetrametilbenzidine, serta guajac.

Ketiga macam tes tersebut memberikan hasil :

 Negatif - : tidak ada perubahan warna

 Positif + : hijau
 Positif ++ : biru bercampur hijau

 Positif +++ : biru

 Positif ++++ : biru tua

( penuntun laboratorium klinik R.Gandasoebrata. hal 107-108)

- Dapat pula secara sederhana dilakukan pemeriksaan secara kuantitatif :

 Negatif - : tidak ada

 Positif + : ada

 Positif ++ : banyak Positif +++: banyak sekali

3. Definisi batu ginjal :

Batu ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.

Epidemiologi batu ginjal :

Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di negara


maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak dijumpai
di saluran kemih bagian atas, sedang di negara berkembang seperti India, Thailand,
dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. Epidemiologi batu saluran
kemih bagian atas di negara berkembang dijumpai ada hubungan yang erat dengan
perkembangan ekonomi serta dengan peningkatan pengeluaran biaya untuk kebutuhan
makanan perkapita.1 Di Amerika Serikat, 13% laki-laki dan 7% wanita pada ginjalnya
akan terbentuk batu.2
Empat dari lima pasien dengan nefrolitiasis adalah laki-laki, dan kebanyakan batu
pada wanita dikarenakan gangguan metabolic seperti sistinuria atau infeksi; batu pada
laki-laki hampir seluruhnya merupakan batu kalsium atau batu asam urat. Untuk kedua
jenis kelamin, usia puncak pembentukan batu adalah antara usia 20 dan 30 tahun.3
Etiologi batu ginjal :

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik).

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu


saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsic yaitu keadaan
yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal
dari lingkungan di sekitarnya.

Faktor intrinsik itu antara lain :

1. Hereditair (keturunan). Penyakit ini diduga diturunkan dari orangtuanya.

2. Umur. Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.

3. Jenis kelamin. Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan pasien perempuan.

Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya:

1. Geografi. Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran


kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu).

2. Iklim dan temperature.

3. Asupan air. Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

4. Diet. Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya


penyakit batu saluran kemih.

5. Pekerjaan. Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya hanya
duduh atau kurang aktifitas.

Teori proses pembentukan batu saluran kemih :


Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis
urethra-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat
benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu.

Jenis-jenis batu ginjal :

Batu kalsium

Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu ±70-80% dari seluruh batu saluran
kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau
campuran dari kedua unsure itu.

Faktor terjadinya batu kalsium adalah:

1. Hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urine lebih besar dari 250-300 mg/24
jam. Terdapat 3 macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain:

• Hiperkalsiuri absorbtif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbs


kalsium melalui usus.

• Hiperkalsiur renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi


kalsium melalui tubulus ginjal

• Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorbsi kalsium


tulang yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor
paratiroid.

2. Hiperoksaluri adalah ekskresi oksalat urine yang melebihi 45 gram per hari.
Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus
sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya akan oksalat ( the, kopi instan, soft drink, sayuran berwarna
hijau.

3. Hiperurikosuria adalah kadar asam urat di dalam urine yang melebihi 850 mg/24
jam. Asam urat yang berlebihan dalam urine bertindak sebagai inti batu untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalamn urine berasal dari
makanan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolism
endogen.

4. Hipositraturia. Di dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium


sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Hal ini
dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut dalam kalsium
oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan
batu kalsium.

5. Hipomagnesuria. Seperti halnya pada sitrat, magnesium bertindak sebagai


penghambat timbulnya batu kalsium, karena di dalam urine, magnesium bereaksi
denga oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium
dengan oksalat. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi
usus yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi.

Batu struvit

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah
urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.

Suasana basa ini yang memudahkan garam-garam magnesium, ammonium, fosfat


dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat dan karbonat apatit, yang
dikenal sebagai triple phosphate.

Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea adalah Proteus spp, Klebsiella,


Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.
Batu asam urat

Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antara 75-
80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan campuran
kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien penyakit gout,
penyakit mieloproloferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang
menggunakan obat urikosurik seperti thiazide, sulfinpirazone, dan salisilat.
Kegemukan, alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar
untuk mendapatkan penyakit ini.

Sumber asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolism
endogen di dalam tubuh. Degradasi purin di dalam tubuh melalui asam inosinat
dirubah menjadi hipoxantin. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin
dirubah menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat. Asam urat tidak
larut dalam urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk Kristal
asam urat, dan selanjutnya membentuk batu asam urat. Faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu asam urat adalah : (1) urine yang terlalu asam (pH urine <6), (2)
volume urine yang jumlahnya sedikit (<2 liter/hari) atau dehidrasi, dan (3)
hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi.

Batu jenis lain

Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat jarang dijumpai.
Batu sistin didapatkan karena kelainan metabolism sistin, yaitu kelainan dalam absorbs
sistin di mukosa usus. Batu xanthin terbentuk karena penyakit bawaan berupa
defisiensi enzim xanthin oksidase yang mengkatalisis perubahan hipoxanthin menjadi
xanthin dan xanthin menjadi asam urat. Pemakaian antasida yang mengandung silikat
(magnesium silikat) yang berlebihan dan dalam janka waktu lama dapat menyebabkan
timbulnya batu silikat.

Patofisiologi terjadinya batu ginjal :


Energy Spontaneous nucleation
for
crystali- Unstable
sation Kfp

Potential Metastable

Ksp
Energy
for
dissolu- Dissolution Undersaturation
tion

Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3 tahap yang


berkesinambungan, yaitu: (a) kejenuhan urin, (b) adanya kondisi yang memungkinkan
terjadinya nukleasi, dan (c) adanya inhibitor.3
Dalam pembentukan batu, urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut
untuk pengendapan kristal.3 Semakin besar konsentrasi dari 2 ion, semakin mudah ion-
ion tersebut mengendap. Konsentrasi ion yang rendah menimbulkan keadaan
undersaturation dan peningkatan kelarutan. Seiring dengan peningkatan konsentrasi
ion, suatu saat ion-ion tersebut akan mencapai satu titik yang disebut solubility
product (Ksp). Konsentrasi di atas titik ini disebut keadaan metastable dan berpotensi
untuk memulai pembentukan endapan. Ketika konsentrasi larutan menjadi semakin
tinggi, ion-ion akan mencapai formation product (Kfp). Tingkat kejenuhan di atas Kfp
ini disebut keadaan unstable, dan dapat terjadi pembentukan endapan secara spontan.3,4
Waktu transit normal dari filtrat urin sudah cukup untuk pertumbuhan kristal pada
ginjal. Bagaimanapun juga, supaya kristal-kristal ini tidak terbuang keluar bersama
urin dan dapat tumbuh sampai ukuran tertentu yang menimbulkan gejala, kristal-kristal
ini harus menempel pada sel-sel tubulus. Sebenarnya, sudah ada bukti secara in vitro
yang menunjukkan kristal kalsium oksalat dapat menempel pada epitel duktus
kolektivus tikus. Pada studi lain, yang menggunakan ginjal monyet, menunjukkan
kristal-kristal ini tidak hanya menempel, tetapi juga mengalami endositosis. Kolesterol
dan fosfolipid diduga memperkuat penempelan ini.3
Konsentrasi tinggi dari kalsium oksalat dapat ditemukan di urin tanpa pembentukan
kristal, menunjukkan bahwa ada inhibitor-inhibitor dalam pembentukan kristal pada
urin normal. Inhibitor-inhibitor ini meliputi pirofosfat anorganik, sitrat, dan ion-ion
magnesium. Sebagai tambahan, terdapat inhibitor pertumbuhan kristal kalsium oksalat
berupa glikoprotein yang disebut nefrokalsin.3
Ketika batu sudah terbentuk sampai ukuran tertentu, batu tersebut ternyata sudah
tidak mampu turun ke ureter dan tertinggal di pelvis ginjal, dimana batu terus tumbuh.
Akhirnya, terutama batu struvit atau batu infeksi, batu ini dapat mengisi pelvis dan
kaliks ginjal sampai penuh, disebut sebagai staghorn calculus. Batu ini dapat
menimbulkan obstruksi parsial kronik, dengan hidronefrosis dan menurunkan fungsi
ginjal perlahan-lahan. Umumnya, keadaan ini diperparah oleh infeksi.3

Manifestasi klinis batu ginjal secara umum :

1. Asimptomatik

Dikenal 2 kelompok pasien tanpa keluhan:

a. Urolithiasis terselubung (silent stone)

Kelompok pasien ini ditemukan kebetulan pada saat pemeriksaan urin rutin
(hematuria mikroskopik). Foto polos perut dan USG ditemukan urolithiasi
tunggal berbentuk tanduk rusa (staghorn)

b. Metabolik aktif

Kelompok pasien yang termasuk metabolik aktif dengan kisah pernah keluar
batu tanpa rasa sakit/infeksi sekunder.

2. Kolik ginjal

Kolik ginjal merupakan bentuk sakit perut hebat, mendadak, diserati mual
dan muntah akibat rangsangan ganglion celiaca. Kolik ginjal ini timbulnya
mendadak terutama pagi hari atau malam hari diseratai hematuria (gross atau
mikroskopik)

Lokasi dan penjalaran sakit tergantung letak sumbatan. Sumbatan pada


saluran kemih bagian atas sering menyebabkan rasa sakit di daerah pinggang,
perut, lipat paha, testis, dan labia. Sumbatan pada pertengahan ureter sering
menyebakan rasa sakit pada tungkai lateral dan perut. Sumbatan pada distal ureter
menyebabkan keluhan iritasi kandung kemih.

Batu yang terbentuk dan menetap di ginjal (nefrolithiasis) jarang


menimbulkan gejala, kalaupun ada batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri
ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada
pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.Batu
yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan dan tidak
menimbulkan nyeri. Nyeri baru timbul ketika ukuran batu ginjal yang lebih besar
dari 5 mm memasuki ureter (uretherolithiasis) dan menimbulkan obstruksi kronik
berupa hidroureter/hidronefrosis. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien
adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik
ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos
sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu
dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri. Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang
menyumbat saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter
(ureteropelvic junction), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah
pinggang (flank) yang sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu
ureter distal sering ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan
nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai
infeksi didapatkan demam-menggigil.
Cara diagnosis batu ginjal :

Anamnesis : Riwayat penyakit sebelumnya, riwayat keluarga, riwayat nyeri,


karakteristik dari nyeri, dan adanya penyakit penyerta.

PF : Pemeriksaan Costovertebral Angle (pemeriksaan ini sensitif tetapi tidak spesifik),


ginjal yang hidronefrosis akan teraba.

PP :

Biochemical analyses recommended for a patient with an acute stone episode

For all patients: Urinary sediment dipstick for:


URINE
• red cells
• white cells
• bacteriuria (nitrite) and urine
BLOOD Serum creatinine
Uric acid
Ionised calcium or total and
albumin

For patients with fever C-reactive protein (CRP) and

blood cell count

For patients who vomit Serum/plasma sodium

Serum/plasma potassium

Optional useful Approximate pH level


information
All other examinations that might be necessary in case
of intervention

Analyses in patients with uncomplicated stone disease: blood and spot urine
samples
Stone analysis Blood analysis Urine analysis

In every patient, one stone Ionised calcium or Fasting morning spot urine
should be analysed with X- total calcium and or spot urine sample:
ray crystallography or albumin
• pH
infrared spectroscopy or • leucocytes/bacteria
• cystine test or
Creatinine microscopy of urine
sediment for
Wet chemistry is not Urate pathognomonic
acceptable crystals

Bisa juga menggunakan USG renal, X-ray, IVU (Intra Vena Urography), PRT
(Plain Renal Tomography), dan CT scan. IVU digunakan untuk melihat densitas dari
ginjal, PRT digunakan untuk mencari batu berukuran kecil pada pasien yang obesitas,
sedangkan CT scan biasanya dilakukan untuk melihat jenis batu dan ukurannya.

Diagnosis banding dari batu ginjal :

1. Peritonitis : nyeri bertambah saat bergerak

2. Cholestititis, appendisitis

3. Ulkus peptikum

4. Kelainan pada ginjal karena hormonal atau hiperparatiroidism

5. Cholelithiasis

6. Tumor ginjal : diagnosis menggunakan tumor marker dan biopsi

7. Billiary cholic, infeksi traktus urinarius

Tatalaksana dari batu ginjal :

1. Untuk batu asam urat : diet rendah purin dan alopurinol

2. Urethroscopy : melihat lokasi batu dan menggunakan laser atau


radioaktif untuk menghancurkan batu

3. Percutaneus nefrolithotomy : untuk ukuran batu yang besar di


ureter dan ginjal
4. Apabila ukuran batu kecil : minum air putih dengan
jumlah lebih banyak setiap harinya atau bisa
dilakukan pemberian diuretik

5. Meningkatkan inhibitor (asam sitrat) dan


menurunkan reaktan (oksalat, kalsium)

6. Bisa juga dilakukan pemberian obat-obatan untuk


mengurangi rasa nyeri :

Diclofenac sodium, Indomethacin, Ibuprofen, Hydromorphine hydrochloride,


Methamizol, Pentazocine, Tramadol
7. Alfa-reseptor agonis ataupun calciumchannel blocker dapat membantu
pengeluaran batu ureter yang ukurannya kurang dari 10 mm dan mengurangi
pemakaian analgesik.

Prognosis dari batu ginjal :


- Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu, dan
adanya infeksi serta obstruksi.
- Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk prognosisnya.
- Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya
infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi
akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
- Selain itu prognosis juga ditentukan oleh keberhasilan terapi dan kamampuan
pasien untuk menjaga gaya hidup dalam upaya untuk mencegah terbentuknya batu
kambuhan di saluran urinaria. Orang yang membentuk batu ginjal sering untuk
membentuk batu ginjal lagi. Rekurensi ini terjadi pada 10% individu dalam satu
tahun pertama dan sekitar separuh dari individu yang dirawat dengan batu ginjal
akan mengakami rekurensi dalam waktu 5-10 tahun.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang sudah kami lakukan, maka kami telah mengetahui lebih jauh
lagi mengenai batu ginjal. Secara singkat, batu ginjal ada yang berbahaya maupun tidak
berbahaya, penderita batu ginjal juga bisa simtomatik atau asimtomatik berdasarkan ukuran
dan lokasi dari batu itu sendiri.

Batu ginjal merupakan suatu massa keras yang terbentuk melalui kristal-kristal di
dalam tubuh kita. Pembentukan ini dipengaruhi oleh berbagai hal termasuk lokasi
pembentukan dan juga zat-zat yang terkandung dalam makanan penderita. Batu ginjal juga
masih merupakan kelainan yang cukup banyak terjadi di saluran kemih.

Pada umumnya batu ginjal baru memberikan gejala apabila ukurannya sudah cukup
besar, gejala yang ditimbulkan bisa bersifat kolik dan non-kolik, gold standard untuk
mendiagnosis batu ginjal dapat dilakukan dengan renal USG. Tatalaksana yang pada
umumnya dilakukan adalah menghancurkan batu yang berukuran besar dan membiarkan
batu keluar sedikit demi sedikit melalui urin.

Prognosis dari batu ginjal tergantung dari berbagai macam keadaan, termasuk
keberhasilan terapi, ukuran batu, dan lokasi penyumbatan batu ginjal tersebut.
Kemungkinan rekurensi dapat terjadi, oleh karena itu intake makanan juga hatrus
diperhatikan pada penderita baik yang sudah sembuh atau belum.

Batu ginjal ini merupakan penyakit yang tidak menyebabkan kematian apabila
didiagnosis secara tepat dan ditatalaksana dengan baik, kematian bisa terjadi apabila
penyumbatan batu ginjal ini sudah mengakibatkan buruknya fungsi ginjal.

3.2. Saran

Demikian informasi yang sudah kami rangkum tentang batu ginjal, semoga makalah
ini berguna untuk memperluas wawasan para pembaca sekalian dalam mengatasi
penyumbatan batu ginjal di saluran kemih, mencegah terjadinya batu ginjal maupun
bertambah parahnya penyakit. Kami terbuka terhadap kritik dan saran yang ingin diberikan
agar makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta Pusat : Interna Publishing, 2009.

2. Fauci, Brauwald, dkk. Harrison’s Principle of Internal Medicine. Ed ke-17. 2008.


McGraw Hill Companies : USA
3. Jennette JC, Olson JL, Schwartz MM, Silva FC. Heptinstall’s Pathology of the Kidney.
Fifth ed volume 2. 2007. Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia
4. Tanago E, McAninch J. Smith’s General Urology. Sixteenth ed. 2007. McGraw Hill
Professional : USA
5. Basuki B Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-2. 2009. Jakarta : CV Sagung Seto.
6. Sukandar, Enday. Nefrologi Klinik. Edisi ke-3. 2006. Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran : Bandung
7. Sja’bani, Mochammad.Batu Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.
V. Jilid II; 161: 1025-1031. Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2009.

Anda mungkin juga menyukai