Anda di halaman 1dari 13

PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen

Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia Semarang


ISSN: (Online) 2622-1144, (Print) 2338-0489
Volume 17, Nomor 2, November 2021, 121-133

“Dekapan Kesakitan Tuhan” Dalam Kitab Para Nabi


Sebagai Model Fatherhood Leadership
"God's Pain Embrace" In The Book of The Prophets as The Fatherhood Leadership Model

Author:
 Sri Wahyuni Kusradi1 Abstract: This article wants to examine how God “embracing pain” as the Father
 Marlon Butarbutar2 continues to lead meekly even when God's people rebel and hurt His heart. For this
 Jeane Paath3
reason, this study uses a descriptive qualitative method to describe the topic through
words about the main ideas reported and bibliologically it will be examined
regarding the "embrace of God's pain" which shows God's fatherhood leadership as
Affiliation:
1 written in the books of the prophets. So from these findings, it can finally become one
Sekolah Tinggi Theologia
Ebenhaezer of the leadership models of God's servants today.
yunikusradi@gmail.com
[Artikel ini hendak meneliti bagaimanakan TUHAN “mendekap kesakitan” sebagai
2
Sekolah Tinggi Theologia Bapa tetap memimpin dengan lemah lembut justru pada saat umat Tuhan
Ebenhaezer memberontak dan menyakiti hati-Nya. Untuk itu penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif untuk menjabarkan topik tersebut melalui kata-kata
3
Sekolah Tinggi Theologia tentang pokok-pokok pikiran yang dilaporkan dan secara bibliologis akan diteliti
Ebenhaezer mengenai hal “dekapan kesakitan TUHAN” yang menampakkan fatherhood
leadership TUHAN sebagaimana tertulis dalam kitab para nabi. Maka dari hasil
temuan tersebut akhirnya dapat menjadi salah satu model kepemimpinan para
hamba Tuhan pada masa kini].
Research Contribution: Artikel ini memberi sumbangsih untuk menambah
Dates: wawasan tentang salah satu pola kepemimpinan yakni Model kepemimpinan Bapa
Submitted: atau yang disebut fatherhood leadership.
12 September 2021
Accepted: Keywords: God, embrace, model, leadership, fatherhood
24 October 2021
Published:
12 November 2021

DOI: Pendahuluan

K
10.46494/psc.v17i2.156
epemimpinan adalah topik pembicaraan populer. Kompas melansir
pendapat Busro bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses
Copyright:
mempengaruhi orang lain agar mereka dapat dengan sukarela
© 2021. The Authors.
Licensee: This work is melaksanakan kegiatan bersama sehingga dapat mencapai tujuan yang
licensed under the telah dicanangkan.1 Tetapi kenyataannya proses tersebut tidaklah mudah.
Creative Commons
Attribution-ShareAlike Melalui observasi dan wawancara kepada beberapa orang pemimpin
4.0 International License. ditemukan bahwa para pemimpin sering menghadapi sikap yang tidak
menyenangkan bahkan menyakitkan hati, dari para pengikutnya.

1 Cahya Dicky Pratama, “‘Kepemimpinan: Definisi Dan Konsepnya’, Klik Untuk,” Kompas.com, 2020.
[Open Access] P a g e | 122 STT Baptis Indonesia Semarang

Sikap tersebut tentu akan menghambat tujuan backsliding artinya mundur, kembali atau
yang hendak dicapai, sehingga jika tidak mengembalikan. Dalam konteks kata ini
mendapatkan penanganan yang baik maka TUHAN mengembalikan murka yang
akan merusak tujuan kepemimpinan tersebut. menyakitkan itu kepada dirinya sendiri.
Fenomena tentang para pemimpin yang jengah Mazmur 78:38 menggunakan bentuk konyugasi
dengan sikap orang-orang yang dipimpinnya byviähl' . (lehasyib) verb hiphil infinitive construct
dan bagaimana mereka harus menyikapi hal yaitu mengunakan bentuk batang hifil, arti hifil
tersebut dengan benar tentu membutuhkan adalah menyatakan suatu kata kerja yang
sebuah model dari Alkitab. Karena itu menjelaskan suatu sebab akibat. Dalam hal ini
diperlukan sebuah penelitian untuk penyebab mengapa TUHAN mengembalikan
memperoleh jalan keluar. Zaluchu atau menimpakan kesakitan itu kepada diri-Nya
menyatakan demikian: “Sebuah masalah yang sendiri adalah karena IA bersifat penyayang.
hadir untuk diteliti menuntut untuk Beberapa kata tersebut dapat diartikan sebagai
dipaparkan, dianalisis dan dipecahkan melalui memeluk atau mendekap atau menimpakan
langkah-langkah yang dapat murka kepada diri-Nya sendiri, murka yang
dipertanggungjawabkan.” 2
menyakitkan yang seharusnya ditimpakan
kepada umat yang tidak taat tersebut. Kesakitan
Alkitab telah memberitakan tentang yang didekap oleh TUHAN nampak juga dalam
kepemimpinan TUHAN sebagai Bapa yang kata @a (ap) yaitu kemarahan yang menyakitkan
“mendekap kesakitan” saat IA disakiti oleh dan menyesakkan itu. Kesesakan tersebut
umat yang dikasihi-Nya. Sebagai Penguasa digambarkan seperti Ia menghela nafas panjang
yang berdaulat sebenarnya TUHAN bisa saat menahan dan menunda amarah-Nya.
memunahkan segenap umat yang Kemarahan Allah khususnya berkaitan dengan
memberontak kepada-Nya, tetapi ironisnya Ia dosa umat-Nya, yang menyakitkan dan sangat
seringkali berpanjang sabar atas penolakan tidak menyenangkan-Nya (2 Raja-raja
Israel. Beberapa frasa menunjukkan gambaran 13:3).Tentu saja dosa sangat menyinggung dan
perasaan hati TUHAN yang “mendekap melukai cinta-Nya. Tanggapan emosional untuk
kesakitan” seperti frasa “menahan marah atau ini adalah kemarahan Ilahi. Kemarahan ini,
menahan murka dan sakit hati” seperti yang meskipun ganas (Yer 25:37) bukanlah dosa
tertulis dalam Yesaya 48:9 dan Mazmur 78:38. ataupun kejahatan, ataupun juga bukan
Sedangkan Hosea 11:8 menggunakan kalimat ekspresi dari sikap dan perbuatan yang
“hati-Ku berbalik dalam diri-Ku” yang dalam berubah-ubah. Namun, itu dinyatakan dalam
bahasa Ibrani yBiêli ‘yl;[' %P:Ühn. < (nehepakh alay kemurkaan, hajaran (Mzm 6:1; Yes 12:1) dan
libi’) di mana King James Version hukuman (2 Sam 6:7; Yer 44:6). 3
menterjemahkannya sebagai : “mine heart is
turned within me”, secara figurative dapat Pola kepemimpinan Bapa yang mendekap
diterjemahkan sebagai “dekapan kesakitan” kesakitan memberikan gambaran yang berbeda
yaitu pada saat Allah menimpakan murka dari pola-pola kepemimpinan TUHAN yang
kepada diri-Nya sendiri dengan cara menarik popular seperti “Servant Leadership” yang
mundur murka-Nya ke dalam hati-Nya sendiri. telah dipopulerkan oleh Greenleaf, dalam hal
mana konsep tersebut menurut Lewis telah
Mazmur 78:38 menyebutnya dengan kata bWv lama ada sejak jaman Perjanjian Lama.4 Selain
(shûb) (re)turn. bWv (shûb) (re)turn atau

2Sonny Eli Zaluchu, “Strategi Penelitian Kualitatif Dan 3 TWOT Hebrew Wordbook Entry WTm Morphology,
Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama,” Evangelikal: “Bible Works 7,” 2020.
Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat 4, 4 D E Lew Tis, “Old Testament View of Robert

no. 1 (January 31, 2020): 28–38, Greenleaf’s Servant Leadership Theory,” Journal of
https://doi.org/10.46445/ejti.v4i1.167. Biblical Perspectives in Leadership 1, no. 1 (2019): 304–

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 123 STT Baptis Indonesia Semarang

pola tersebut juga ada teori kepemimpinan dalam mendekap kesakitan selama
baru tentang “Kingdom Leadership” yang kepemimpinannya berlangsung. Menurut
ditulis oleh Miner, yang membangun teori Subagyo metode yang dipergunakan untuk
kepemimpinan berdasarkan model perilaku menemukan sebuah fenomena maka penelitian
tujuan kerja dan sumber daya. Hal ini tersebut disebut penelitian fenomenologi yang
merupakan interaksi antara kekuatan pribadi memeriksa dan menjeaskan treperinci dari
pemimpin dengan karakteristik pekerjaan orang yang diselidiki. 7 Metode tersebut
tersebut. Sumber daya spiritual yaitu dipergunakan untuk menjabarkan tentang
hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan permasalahan kepemimpinan pada masa kini.
dikategorikan sebagai sumber daya pribadi.5 Permasalah tersebut memerlukan sebuah
Juga tentang model “Transformational pembahasan yang akan diulas dalam penelitian
Leadership” yang mengacu pada pemimpin analisa Alkitab dalam frasa “dekapan kesakitan
yang berusaha menciptakan ide dan perspektif TUHAN” dengan mencari maknanya dan
baru untuk menciptakan jalur pertumbuhan menemukan penegrtian mendasar dari kasih
dan kemakmuran baru di depan organisasi, Bapa. Menurut Zaluchu sifat penelitian,
sebagaimana telah ditulis oleh Korejan.6 pendekatan kualitatif lebih mengarah pada
Beberapa model kepemimpinan tersebut penyelidikan kebenaran yang bersifat relatif,
memiliki banyak kelebihan, tetapi tentang hermenetik dan interpretatif. Pilihan pada
bagaimana seorang pemimpin dapat pendekatan ini lebih banyak menggunakan
menghadapi sikap yang menyakitkan dari analisis teori, dan hermenetik yang kuat untuk
orang-orang yang dipimpinnya dan bagaimana sampai pada sebuah kesimpulan.8
menyikapi hal kesakitan tersebut secara
teologis mungkin belum banyak. Dengan Zaluchu menyatakan demikian: “Sebuah
alasan inilah tulisan ini diharapkan dapat metode penelitian adalah rangkaian prosedur
menambah atau memperlengkapi model kerja ilmiah yang dilakukan sistematis, terarah
kepemimpinan yang sudah ada atau memberi dan objektif di dalam rangka memecahkan
sumbangsih bagi model kepemimpinan Kristen masalah penelitian. Rangkaian yang dimaksud
masa kini dari sisi kepemimpinan TUHAN dimulai dari saat rancangan penelitian mulai
yang ke-Bapa-an yang mendekap kesakitan disusun, pengumpulan dan analisis data,
kepada diri-Nya sendiri. pembuatan laporan hingga pada implikasi.”9
Dengan menganalisa frasa “dekapan kesakitan
TUHAN” secara hermeneutis akan ditemukan
Metode karakteristik fatherhood leadership yang
terdapat dalam kitab para nabi PL yang akan
Untuk menemukan latar belakang dari menginterpretasikannya untuk dijadikan model
signifikansi tulisan ini maka penulis kepemimpinan Kristen pada masa kini. Maka
menggunakan metode wawancara kepada prosedur penelitian yang dilakukan adalah
beberapa pemimpin untuk menemukan dengan cara menentukan karakteristik
fenomena tentang tantangan para pemimpin “dekapan kesakitan TUHAN” dan menemukan

318, 6 M Moradi Korejan and H Shahbazi, “An Analysis of the


https://www.regent.edu/acad/global/publications/jbpl Transformational Leadership Theory,” Journal of
/vol9no1/Vol9Iss1_JBPL_19_Lewis.pdf. Fundamental and Applied Sciences 8, no. 3 (2016): 452,
5 Maureen Miner, “A New Model of Christian https://doi.org/10.4314/jfas.v8i3s.192.
Leadership: Insights from the Job Demands–Resources 7 Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif Dan

Model and Trinitarian Theology,” Sagepub Journals 48, Kualitatif, 1st ed. (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
no. 4 (n.d.), 2004), 110–11.
https://doi.org/https://doi.org/10.1177/009164712090 8 Zaluchu, “Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif

8010. Di Dalam Penelitian Agama.”


9 Zaluchu.

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 124 STT Baptis Indonesia Semarang

pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam frasa Pembahasan


“dekapan kesakitan TUHAN” pada tulisan-
tulisan para nabi. Penelitian ini menggunakan Dalam pembahasan ini akan diuraikan
metode Hermeneutis. Dalam penelitian ini beberapa prinsip dalam kepemimpinan TUHAN
penulis menggunakan metode kualitatif sebagai Bapa atau yang dalam istilah lain adalah
Hermenuetis. Menurut Subagyo ada jenis fatherhood leadership yang “mendekap
penelitian kualitatif bukan eksperimental. kesakitan” dan menimpakan kemarahan
Dalam jenis peneltian tersebut menggunakan kepada diri-Nya sendiri demi kasih-Nya kepada
metode Hermeneutis. Ia mengutip pendapat Israel, umat yang dipimpin-Nya tersebut.
Rudestam dan Newton bahwa penelitian ini
dipelopori oleh para sarjana Alkitab yang
menggunakan analisa tekstual dan interpretasi Apakah TUHAN bisa disakiti?
untuk mendapatkan makna dari teks
Tulisan ini membahas tentang “dekapan
keagamaan.10 untuk menganalisa kata-kata
kesakitan TUHAN” tentu istilah ini
maupun frasa yang menggambarkan dekapan
memunculkan diskusi khusus, apakah Tuhan
kesakitan Tuhan tersebut. Dalam hal ini
bisa disakiti? Pandangan Nestorian
peneliti akan melakukan observasi konteks teks
menyatakan bahwa Allah tidak mungkin
sesuai latar belakang historis kitab para nabi,
dikuasai oleh penderitaan maupun rasa sakit.11
kemudian melakukan observasi gramatikal
Debat ketidakmungkinan secara tradisional
meliputi penelitian istilah, studi gramatik-
membahas apakah Tuhan bisa menderita,
eksegetik, ekspresi-ekspresi yang bersifat
filsafat agama terkini mengkaitannya dengan
idiom, pendekatan sintaksis dan konyugasi-
apakah Tuhan memiliki emosi secara seperti
konyugasi dalam kata kerja yang
dalam pengertian pada umumnya. Ada
dipergunakan. Dan secara teologis akan
argumen utama yang mendukung dan
memberikan makna-makna kepemimpinan
menentang gagasan bahwa Tuhan memiliki
Tuhan dalam kemurkaan yang selalu
emosi.12 Sementara itu ada kelompok yang
mengingat kasih sayang-Nya kepada umat
menentang tentang kemungkinan Tuhan bisa
Israel. Dalam makna “dekapan kesakitan
menderita atau tersakiti didasarkan pada
TUHAN” tersebut akan ditemukan pola-pola
konsep Yunani. Dalam bahasa Yunani istilah
kepemimpinan TUHAN sebagai Bapa, yang
Pathos atau penderitaan dibedakan dari kata
seringkali dilawan dan disakiti oleh umat-Nya.
apatheia ilahi. Pathos adalah mengenai hal rasa
Dengan demikian prinsip-prinsip
sakit atau dukacita, tentang perasaan
kepemimpinan Bapa dalam dekapan kesakitan
menyenangkan atau menyakitkan. Perasaan
TUHAN tersebut akan dapat menjadi model
yang melibatkan emosi tersebut
bagi para pemimpin yang menghadapi masalah
mengindikasikan sebuah kepasifan.
serupa, di mana melalui tulisan ini para
Penderitaan adalah apa yang menimpa
pemimpin diharapkan terus dapat
seseorang, bertentangan dengan keinginannya
menjalankan kepemimpinannnya dengan
dalam hal mana itu sebagai korban pasif. Jadi
benar sesuai firman Tuhan dan sekaligus dapat
penderitaan adalah tanda kelemahan
mengobati lukanya sendiri akibat dari sikap-
sedangkan Tuhan selalu berada di atas
sikap yang tidak sesuai dengan harapannya
penderitaan. Tetapi, bagi orang Yunani,
dari orang-orang yang dipimpinnya.
seseorang juga dalam keadaan pasif saat
digerakkan oleh hawa nafsu atau emosi, oleh

10Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif Dan Kualitatif. Theologica, 2012, https://doi.org/10.4314/actat.v32i2.1.


Eirini Artemi, “Cyril of Alexandria’s Critique of the
11 12 Annastasia Scrotton, “Divine Passibility: God and

Term Theotokos by Nestorius Constantinople,” Acta Emotion,” Philosophy Compass 8 (9):866-874 (2013) 8
(n.d.): 866–74.

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 125 STT Baptis Indonesia Semarang

keinginan atau ketakutan atau kemarahan di adalah sebuah tindakan atau implikasi yang
mana ia dipengaruhi oleh sesuatu di luar sangat diperlukan. 14
dirinya, bukan oleh kehendaknya sendiri.
Sekali lagi hal ini merupakan kelemahan dan Maka hal “dekapan kesakitan TUHAN” dalam
karenanya Tuhan haruslah tanpa emosi. tulisan ini hendak menunjukkan
Menderita atau merasakan sakit adalah sebuah antropopatisme Tuhan yang merasakan emosi
ketundukan pada rasa sakit atau emosi dan hal- dan kesedihan akibat dari keberdosaan dan
hal yang menyebabkannya. Tuhan tidak bisa pemberontakan umat yang dikasihi-Nya, dalam
tunduk pada apapun.13 hal mana sifat ke-Bapa-an TUHAN sangat
nampak dalam kesukarelaan mendekap
Richard Bauckham dalam tulisannya yang kesakitan untuk menyatakan kasih dan didikan-
berjudul “Only the Suffering God Can Help” Nya bagi umat. Penderitaan Tuhan, tentu saja,
mengutip pendapat lain yang dinyatakan oleh adalah salah satu aspek dari kesedihannya. Dia
teolog Yahudi Abraham Heschel yang sangat kecewa dan tertekan oleh ketidaksetiaan umat-
berpengaruh dalam karya utamanya The Nya; dia sedih dan tersinggung karena
Prophets, pada tahun 1936 ia mengembangkan kurangnya respon mereka terhadap cinta-Nya;
teologi dari para nabi Perjanjian Lama sebagai Dia berduka atas bangsanya manakala Dia
sebuah teologi tentang kesedihan ilahi. Sebagai harus marah kepada mereka (Yer. 31:30; Hos.
penganut agama Yahudi kabbalistik dan 11: 8-9); dan karena kepedulian-Nya terhadap
Hasidis, Heschel mampu mengenali bahwa ada mereka Ia sendiri ikut menderita dalam
perbedaan yang sangat mencolok antara penderitaan mereka (Yes 63: 9). Dalam
konsep para nabi Perjanjian Lama dengan eksposisinya, Heschel menemukan nubuat
pemahaman orang Yunani. Karena itu dengan kenabian banyak mencatat hal tersebut dan
sengaja ia menentang doktrin apatheia ilahi. tercermin dalam kesedihan para nabi itu
Heschel menggunakan kata pathos untuk sendiri. Para nabi, karena simpati dengan
menggambarkan perhatian dan keterlibatan kesedihan ilahi telah menjadi inti dari hidup
Tuhan di dunia. 'Antropopatisme' dalam mereka sendiri. 15
Perjanjian Lama hendak merepresentasikan
Tuhan sebagai Pribadi yang terlibat secara Karakteristik Kepemimpinan “dekapan
emosional dalam pergumulan umat-Nya, hal
Kesakitan” TUHAN
ini harus dilihat sebagai kunci hermeneutis
sentral untuk teologi profetik. Gagasan paling Menurut Thompson, Perjanjian Lama sering
mulia yang diterapkan pada Tuhan bukan menyebut Tuhan sebagai "Bapa" dengan rasa
hanya tentang kebijaksanaan yang tak terbatas, keakraban yang unik. Bahkan IA telah menjadi
kekuatan yang tak terbatas, tetapi paling mulia "Bapa" bagi semua manusia karena Dia adalah
adalah tentang perhatian-Nya yang tak Pencipta dunia, Tuhan yang sama juga secara
terbatas.' perhatian dan keterlibatan Tuhan unik adalah Pemberi hukum bagi umat pilihan-
tersebut mencirikan hubungan-Nya dengan Nya. Relasi yang khusus telah dibangun oleh
dunia. Hal ini menyatakan bahwa Tuhan bukan Tuhan sebagai Bapa-anak dalam sebuah
sebagai penonton tetapi sebagai peserta, dalam perjanjian dengan umat, memberi mereka
hal ini Tuhan yang memahami manusia Shabbat, Ia menatalayan nubuatan-Nya, dan
bukanlah hanya sebatas ide yang dalam pikiran warisan illahi yang khusus, sebagaimana
Tuhan tetapi terlebih adalah sebagai perhatian tertulis dalam Hosea 11:1 Allah menyebut Israel
dan keterlibatan-Nya atas pergumulan umat, dengan sebutan "anak-Ku" karena Dia
sehingga dengan demikian kesedihan ilahi

Richard Bauckham, “‘Only the Suffering God Can


13 14 Bauckham.
Help’. Divine Passibility in Modern Theology,” 15 Bauckham.
Theological study. Org.UK, n.d.

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 126 STT Baptis Indonesia Semarang

membebaskan keturunan Yakub dari memberontak kepada-Nya. Kepemimpinan


perbudakan di Mesir menurut perjanjian dan Bapa yang mendekap kesakitan nampak dalam
sumpah-Nya kepada nenek moyang mereka, Mikha 7:18 di mana TUHAN mengampuni dosa
Abraham, Ishak dan Yakub. 16 Uniknya sebutan dan tidak bertahan dalam murka-Nya. Mikha
kesayangan tersebut bukan dinyatakan oleh menggunakan kata mengampuni yang dalam
TUHAN pada saat umat Israel sedang hidup bahasa Ibrani nasha afeÛnO yang artinya
dalam kesetiaan, melainkan pada saat mereka "mengangkat, menanggung, membawa,
memberontak dan layak untuk dihukum. mendukung dan mengambil." Dalam hal ini
Dalam mendekap kesakitan tersebut Tuhan terlihat bahwa pengampunan itu berarti
menampakkan kasih sayang yang besar sebagai menanggung dan mengambil kesakitan atas
Bapa yang ingin menyatakan kasih serta dosa dan kesalahan kepada dirinya sendiri
didikan bagi anak-anak kesayangan-Nya yaitu sehingga membebaskan orang lain dari akibat
Israel sebagai umat pilihan Allah. Sebagai kesalahan tersebut. Mikha menyandingkan kata
perbandingan Foster menyebut kasih TUHAN tersebut dengan kata “tidak bertahan dalam
disebut sebagai kasih sayang yang keibuan murka-Nya” dalam bahasa Ibrani disebut
yang nampak dalam Keluaran 34 saat Musa dengan qyzIxÜ /h,-al{ (lo hehetsyikh) particle negative,
berbicara kepada Tuhan tentang umat yang
verb hiphil perfect 3rd person masculine
sedang dipimpinnya. Dan Musa
singular, arti konyugasi hifil tersebut adalah
mengidentifikasi Tuhan itu memiliki kasih
sebagai kata kerja sebab akibat, berarti karena
sayang yang lembut seperti seorang ibu, di
tidak ada pribadi yang seperti TUHAN yang
mana sekalipun Tuhan murka kepada Israel
sehingga Ia mengampuni dan menanggung atau
tetapi IA tidak meninggalkan anak-anak-Nya
tidak mempertahankan murka dengan cara
sebagaimana dilakukan oleh seorang ibu. Kasih
membawa kesakitan karena murka-Nya
sayang Tuhan mengkonfrontasikan dosa yang
tersebut kepada diri-Nya Sendiri. Yeremia 33:8
sangat besar dan menjanjikan masa depan
juga menyatakan hal tersebut, di mana TUHAN
melampaui kegagalan seseorang. Kemurkaan
tetap mengampuni sekalipun umat yang
TUHAN hanya mencerminkan satu bagian dari
dikasihi-Nya itu memberontak kepada-Nya.
identitas Tuhan dan membuat kita gagal untuk
Penerimaan yang besar dilakukan dengan cara
melihat bahwa esensi karakter Tuhan dimulai
mentahirkan mereka. Yeremia 36:3 juga
dengan penyayang yang keibuan.17 Dalam
menyatakan bagaimana rancangan
kemurkaan karena dosa dan pemberontakan
penghukuman didengungkan dengan harapan
yang menimbulkan sakit hati-Nya, Tuhan
bahwa umat akan berbalik dan bertobat
melakukan “dekapan kesakitan” dan
sehingga Tuhan mengampuni mereka. Ayat-
menimpakan sakit hati kepada diri-Nya
ayat ini menyatakan betapa menyakitkan
sendiri. Hal tersebut mencirikan karakteristik
pemberontakan umat kepada TUHAN, tetapi
kepemimpinan ke-Bapa-an-Nya kepada umat
kasih-Nya membuat TUHAN harus
Israel demikian:
menimpakan kesakitan tersebut dengan cara
menerima dan mengampuni mereka.
Menerima dan Mengampuni
Andrew E. Hill menyatakan bahwa Kitab Hosea
Kitab para nabi banyak menyingkapkan kasih menggambarkan relasi kasih yang terintim
sayang TUHAN sebagai Bapa yang tetap antara Allah dengan Israel, yang digambarkan
menerima dan mengampuni anak-anak yang dalam pernikahan Hosea dengan Gomer si

16Marianne Meye Thompson, The Promise of the Robert L. Foster, “Kasih Keibuan Dari Tuhan Yang
17

Father: Jesus and God in the New Testament Murka Persepsi Kita Tentang Tuhan Perjanjian Lama
(Westminste: Westminster John Knox Press, 2000). Yang Marah Telah Terdistorsi.,” CT Christianty Today,
2020.

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 127 STT Baptis Indonesia Semarang

pelacur. Dramatisasi yang tajam dari kasih kasih Allah yang begitu dalam kepada Israel
yang ditolak dan kasih yang dipulihkan dalam yang menyeleweng. Analogi pernikahan juga
perkawinannya menjadi dasar pemberitaanya memberikan pemahaman psikologis tentang
kepada satu bangsa yang “melacur”. Nasihat sang nabi. Ia pasti sudah menderita akibat
nabi untuk Israel agar kembali ke jalan Tuhan, tekanan berat dari pernikahannya.20 Semua
tertanam dalam pengalamannya sendiri yang dekapan kesakitan dalam pengampunan yang
sangat memilukan hati.18 Hosea juga paling dramatis digenapkan dalam diri Tuhan
menggambarkan Allah yang mengeluh karena Yesus Kristus saat Ia menimpakan kutuk karena
Israel gagal menjadi anak yang tidak tahu dosa-dosa manusia kepada diri-Nya sendiri
berterima kasih, tetapi bagaimanapun yang mati di atas kayu salib, di mana Galatia
pemberontakan apapun tak dapat 3:13 menyatakan bahwa Kristus telah menebus
memadamkan kasih Allah yang memanggil dengan jalan menjadi kutuk karena manusia
Israel sebagai anak, yang mengajar Efraim melalui penderitaan di atas kayu salib. Dengan
berjalan, mengangkat mereka di tangan-Nya jalan demikian setiap orang yang percaya
yang menyembuhkan mereka dan menarik kepada-Nya diampuni dosanya, sehingga
mereka dengan tali kesetiaan. Hosea dengan demuikian orang percayapun dituntut
memperlihatkan bagaimana belaskasihan untuk saling mengampuni satu dengan yang
Allah menyatakan ketidaksetiaan Efraim lain.
dijelaskan secara dramatis perasaan Tuhan
terhadap Efraim dalam Hosea 11: 8-9 yang Mendidik dan membawa pada pertobatan
menyatakan bagaimana TUHAN berjanji tidak
akan melaksanakan murka-Nya yang bernyala- Kenyataan bahwa pemberontakan umat
nyala dan hati-Nya berbalik kepada diri-Nya terhadap Tuhan menimbulkan sakit hati yang
Sendiri. Kata “berbalik” di ayat ini mengakibatkan penghukuman bagi Israel,
menggunakan kata %p;h' haphak yang nampak dalam tulisan-tulisan nabi Yeremia.
Tetapi dalam luka hati Tuhan tetap
bersinonim dengan kata bWv (shûb) (re)turn
melaksanakan kasih sebagai Bapa yang
Elsewhere it is of interest to note that h¹pak in
mendidik anak-anak-Nya. Bakker menyatakan:
the translation "to turn" is neutral in meaning,
“Nubuat Yeremia adalah sebuah kitab yang
as is one of its. 19 Yang artinya membalikkan
menyedihkan, penuh dengan hukuman, tetapi
arah atau mengubah arah kemurkaan yang
di sana-sini terutama dalam bab 30-33, mulai
menyakitkan dan menimpakannya kepada diri-
bersinar kembali cahaya karunia Allah.” 21
Nya sendiri. Kasih Allah tinggal tetap walaupun
Dalam nada-nada penghukumanpun Yeremia
manusia memberontak.
31: 9 menuliskan bahwa TUHAN menyebut diri-
Nya sebagai “Bapa Israel”. Seruan tuntutan dan
Relasi Allah dengan Israel terefleksi paling
penghukuman yang diucapkan dalam Yeremia
tepat digambarkan dalam hubungan Hsea
32 menunjukkan bahwa Israel telah
dengan Gomer. Ketidaksetiaan Gomer
menimbulkan sakit hati Tuhan karena Yehuda
mewakili penyelewengan Israel,dan kerelaan
semata-mata melakukan yang jahat, membakar
Hosea mengambil Gomer kembali
korban kepada Baal dan mempersembahkan
menunjukkan kasih Allah kepada Israel. Hosea
korban curahan kepada allah lain sehingga
rela menerima penghinaan dan rasa malu
dengan demikian membangkitkan murka dan
ketika ia membawa Gomer pulang. Namun
kehangatan amarah-Nya. Dalam sakit hati
kasih Hosea terhadap Gomer menyimbolkan
tersebut Tuhan mendekap kesakitan-Nya

18 John H Walton & Andrew E.Hill, Survei Perjanjian 20 Willem A.VanGemeren, Penginterpretasian Kitab
Lama, 3rd ed. (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, Para Nabi (Surabaya: Momentum, 2011), 105.
2000), 592. 21 Dr.F.L. Bakker, Sejarah Kerajaan Allah 1 (Jakarta: PT
19 WTm Morphology, “Bible Works 7.” BPK Gunung Mulia, 2010).

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 128 STT Baptis Indonesia Semarang

manakala IA harus menyerahkan mereka umat Menyatakan visi-Nya


kesayangan-Nya itu ke tangan Kasdim. Hati
yang sakit tersebut nampak dalam ungkapan Kitab Yeremia merupakan kitab yang penuh
ironi Tuhan kepada Efraim seperti disebutkan dengan ancaman penghukuman, saat mana
dalam Yeremia 31: 21 yang menyatakan: “Anak nabi Yeremia berjuang agar Yehuda bertobat
kesayangankah gerangan Efraim bagi-Ku atau dan kembali kepada Allah. Kemurkaan Tuhan
anak kesukaan? Sebab setiap kali Aku mewarnai hamper sebagian besar kitab ini.
menghardik dia, tak putus-putusnya Aku Tetapi dalam setiap nada penghukuman
terkenang kepadanya; sebab itu hati-Ku diserukan TUHAN selalu menyelipkan sebuah
terharu terhadap dia; tak dapat tidak Aku akan pengharapan akan masa depan yang tertulis
menyayanginya, demikianlah firman TUHAN.” dalam Yeremia 29:11 dalam istilah Ibrani
hw")q.twi > tyrIïx]a ( akharit wetiqwah) yaitu harapan
Medved menuliskan tentang kemarahan ke- penuh pada akhirnya. Pengharapan tersebut
Bapak-an yang muncul dalam diri orang tua berarti sebagai pengharapan dalam iman akan
jika anaknya sengaja berbuat salah. Dalam apa yang akan dilakukan oleh Allah adalah
kasus khusus ini, kemarahan Tuhan muncul rancangan damai sejahtera semata-mata.25 Hill
karena penyembahan berhala yang umat dan Walton menuliskan bahwa Yeremia 29-33
lakukan, yang beberapa kali digambarkan merupakan penghiburan di tengah-tengah
sebagai pelacuran. Setiap ayah yang baik ingin nubuatan penghukuman karena TUHAN
mengoreksi dan mendidik anaknya. Itulah menyatakan rancangan damai sejahtera dan
sebabnya Tuhan membiarkan penderitaan masa depan yang penuh harapan. Tuhan akan
menimpa bangsa Israel sebagai akibat dari membawa kembali umat Israel dari
ketidaktaatannya, tetapi untuk tujuan koreksi. pembuangan dan mengadakan suatu perjanjian
Dalam wawasan ke-Bapakan-Nya, Dia melihat baru bagi mereka, Tuhan akan membangun
bahwa pertobatan mereka yang kelihatan mereka kembali dan dari keturunan Daud akan
sesungguhnya tidak nyata karena mereka terus duduk di atas tahta.26 Hal ini dinyatakan-Nya
melakukan kejahatan.22 Tetapi sedemikianpun setelah berturut anak-anak-Nya melakukan
Tuhan tetap mengasihi mereka. Roy B. Zuck pemberontakan dan menyakiti hati-Nya. Dalam
menuliskan bahwa nabi-nabi kecil menyatakan rancangan masa depan ini termuat janji
walaupun Tuhan murka terhadap umat-Nya pemulihan, menyegarkan yang lelah dan
yang tidak taat, Dia menyatakan tidak mungkin memuaskan yang merana dan melimpahi anak-
membinasakan mereka sama sekali. Walaupun anak-Nya dengan berkat-berkat dan
kutuk-kutuk perjanjian memperingatkan memberikan pengharapan baru bagi umat.
bahwa ketidaktaatan akan mendatangkan
kebinasaan begitu hebat namun belas kasihan Yesaya 11 menubuatkan bahwa Suatu tunas
Tuhan berkobar sehingga mencegah Dia akan akan keluar dari tunggul Isai dan menyatakan
melaksanakan murka-Nya untuk melenyapkan bahwa sisa-sisa Isreal akan kembali oleh karena
umat dari muka bumi.23 Di sini nyata sekali nama-Nya. Zuck menuliskan tentang masa
terlihat kasih Bapa yang mendekap kesakitan depan umat Allah pasca kejatuhan Yerusalem
kepada diri-Nya sendiri dalam setiap proses dan pembuangan bangsa itu, bahwa para nabi
yang dinyatakan kepada umatNya.24 melihat masa depan di mana orang-orang

22 Goran Medved, “The Fatherhood of God in the Old 24 Sonny Zaluchu, “Respons Tests of Leadership
Testament,” KAIROS - Evangelical Journal of Theology Menurut Teori Frank Damazio Pada Mahasiswa
/ Vol. X No. 2 (2016), Pp. 203-214 X, no. 2 (2016): Pascasarjana Jurusan Kepemimpinan Kristen STT
2013–2214. Harvest Semarang,” Jurnal Jaffray 16, no. 2 (2018):
23 Roy B. Zuck, A Biblical Theology of The Old 145–60, https://doi.org/10.25278/jj71.v16i2.289.
Testament, Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama, 1st ed. 25 WTm Morphology, “Bible Works 7.”

(Malang: Penerbit gandum Mas, 2005). 26 Andrew E. & John H Walton Hilton, Survei Perjanjian

Lama (Malang: Gandum Mas, 2013).

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 129 STT Baptis Indonesia Semarang

buangan akan bangkit kembali dan mendiami Israel, membuat Allah dikenal sebagai Bapa
negeri mereka bahkan mengungguli musuh- yang penuh perhatian dan setia, penuh kasih
musuh mereka, bahwa Allah memiliki dan belas kasih, hal ini bahkan dikenal lebih
rancangan besar atas hidup mereka, Hagai dari pada tentang otoristas-Nya sebagai
meramalkan bahwa kekayaan bangsa-bangsa Tuhan.28 TUHAN sebagai Bapa juga sangat
pada akhirnya mengalir ke bait suci dan nampak dalam Hosea 11: 3-4 menyatakan
kemuliaannya akan melampaui bait suci bahwa TUHAN mengajar Efraim berjalan,
pertama, akan adanya pemulihan tahta Daud, menggendong, mengangkatnya, mengobati saat
Yoel mengumumkan pemeliharaan ajaib pada sakit, mengasihi dan menyuapi untuk memberi
masa yang akan datang di mana Allah akan mereka makan. Aktifitas demikian dilakukan
mempertontonkan perbuatan-perbuatan-Nya oleh seorang ayah kepada anak-anaknya. Dalam
yang besar dan ajaib.27 Dalam nubuatan- ayat ini “mengajar berjalan” dalam bahasa
nubuatan tersebut TUHAN sebagai Bapa yang Ibrani adalah lG:r>t (tirgal) dari kata lgr regel
memimpin menyatakan pengharapan masa artinya kaki menggunakan kata kerja tiphil
depan, menghiburkan dan menguatkan umat perfect 1st person common singular artinya
pada saat harus menjalankan hukuman dan “Akulah yang telah mengajarkan kakinya
disiplin dari Tuhan. Pengharapan itu akan sehingga bisa berjalan.” Di sini terlihat bahwa
membawa umat untuk terus memandang pada TUHAN sendiri menempatkan diri seperti Bapa
masa depan tanpa menjadi kecut dan tawar yang mengajar Efraim sebagai anak-Nya untuk
hati. Pemimpin senantiasa dapat mengarahkan bisa berjalan kaki. Dan juga kalimat “memberi
umatnya untuk terus tetap memimpin untuk mereka makan” dalam bahasa Ibrani lyki(Aa
terus memiliki visi ke depan, bahkan sekalipun (okyil) arti dasarnya adalah makan,
saat menghadapi sikap-sikap yang tidak mengkonsumsi, melahap, membakar,
menyenangkan dari orang-orang yang menyuapi. Dalam kata kerja hiphil imperfect 1st
dipimpinnya. person common singular29 memiliki
pengertian bahwa dalam hal memberi makan
TUHAN membungkuk untuk menyuapi
Memelihara dan melatih mereka. Aktifitas kasih ke-Bapa-an tersebut
Seorang Bapa bertanggung jawab untuk dilakukan oleh TUHAN justru saat hati-Nya
melatih dan memelihara anak-anaknya, sedang terluka yang ditunjukkan dalam nada
bahkan sekalipun mereka seringkali sedih “Padahal Akulah yang mengajar Efraim
membuatnya marah. Treurnick mengutip berjalan dan mengangkat mereka di tangan-Ku,
pendapat Huffmon dan Karle yang menyatakan tetapi mereka tidak mau insaf”. TUHAN sebagai
bahwa dalam konteks Timur Tengah kuno Bapa dalam kesedihan tetap memelihara dan
istilah “Bapa” paling sering muncul sebagai melatih umat-Nya.
elemen teoforik di mana Tuhan sering disebut
sebagai Bapa. Kadang juga digunakan untuk Berkorban dan berani membayar harga
menyebut yang ilahi atau dewa yang dipahami
sebagai pelindung atau penyedia yang ramah. Kitab Yesaya juga menyatakan sifat ke-Bapa-an
Menurut Huffmon karakteristik Tuhan sebagai TUHAN di tengah pemberontakan umat.
Bapa nampak dalam kewibawaan-Nya, Karakteristik “dekapan kesakitan Tuhan”
kepedulian-Nya dan perlindungan-Nya. Secara sebagai Bapa terlihat dalam penebusan-Nya.
khusus dalam hal pemilihan Allah terhadap Menebus berarti melunasi atau membeli
kembali. Seperti setiap ayah yang baik Ia akan

27Zuck, A Biblical Theology of The Old Testament, 28 Schalk Treurnicht, “God the Suffering Father and
Teologi Alkitabiah Perjanjian Lama. Israel the Abandoned Child : Hosea 11 and Psalm 80 in
Intertextual Conversation,” no. April (2019): 1–153.
29 WTm Morphology, “Bible Works 7.”

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 130 STT Baptis Indonesia Semarang

mengorbankan segala miliknya untuk menebus bahwa kehidupan umat Allah pada zaman
kembali anak-Nya dengan penuh kasih sayang. Zefanya berkelakuan jahat dimana hal ini secara
Karakteristik kebapaan Allah tercantum dalam jelas dipaparkan dalam pasal satu dan pasal
Yesaya 63 yaitu kasih sayang dan kebaikan tiga. Karena pelanggaran dan kejahatan umat
(ayat 7), cinta dan belas kasihan (ayat 9), inilah mereka menghadapi murka Allah, namun
mengangkat dan membawa (ayat 9), kesedihan demikian pada akhirnya setelah kemurkaan
(ayat 10), memberikan kenyamanan dan tersebut Allah menjanjikan penghiburan dan
bimbingan (ayat 14) dan kelembutan dan kasih pemulihan.32
sayang yang ditunjukkan dalam ayat 15.30
Tuhan Sendiri yang telah menyatakan diri-Nya Seorang pemimpin tentu melihat pengorbanan
sebagai Bapa Israel yang dipertegas dalam yang telah diteladankan oleh Allah dalam
setiap tindakannya menunjukkan sifat inkarnasi Kristus. Demikianlah para pemimpin
kebapakannya. Melalui Musa dan para nabi, juga akan dapat memulihkan dan rela
dia menjelaskan hal-hal khusus tentang ke- berkornan seperti Kristus.33 Seorang pemimpin
Bapa-an-Nya kepada mereka. Tuhan sebagai yang memahami bagaimana TUHAN mendekap
Bapa dari setiap individu daru umat Israel, Dia kesakitan sebagai ekspresi kasih Bapa dan
adalah Pencipta dan Pemelihara mereka, Dia keadilan-Nya secara bersamaan tentu akan
membentuk dan mendidik, mendisiplin, dapat menjalankan kepemimpinannya dengan
mencintai dan menyayangi mereka. Dia benar, jujur dan murni terhadap orang yang
menciptakan mereka untuk suatu tujuan. dipimpinnya maupun terhadap dirnya sendiri,
Sebagai Bapa Ia memiliki warisan untuk anak- sehingga tujuan dari kepemimpinan tersebut
anak-Nya, menyelamatkan, menebus mereka, akan dapat tercapai.
penuh belas kasih dan baik hati, penuh kasih,
lembut dan peduli, Dia merindukan anak-
anaknya, menyembuhkan, Dia menghargai Hal Prinsip tentang kesanggupan
anak-anak-Nya. Para nabi Tuhan sering “Dekapan Kesakitan”
mengingatkan Israel tentang Tuhan sebagai
Perlu disadari bahwa kemampuan untuk
Pencipta dan Bapa mereka untuk menarik
memiliki hati yang rela “mendekap kesakitan”
mereka kembali kepada-Nya. Namun,
seperti yang dilakukan oleh Tuhan tidak akan
meskipun Israel melihat diri mereka sebagai
mungkin muncul dari kesanggupannya sendiri.
anak Allah, mereka sering tidak berperilaku
Perjanjian Lama jelas mengungkapkan
sebagai anak dan para nabi sering kali
bagaimana para Nabi sangat bergumul saat ia
membenarkan fakta ini. Oleh karena itu, hati
akan dipakai Tuhan untuk menghadirkan kasih
ke-Bapa-an Tuhan sangat berduka dan bahkan
Allah yang mempimpin sebagai Bapa.
menderita, seperti yang berulang kali
Seringkali para nabi menolak penugasan
diungkapkan oleh para nabi. Namun ke-Bapa-
tersebut karena menyadari
an Allah tidak berhenti - itu adalah sifat kekal-
ketidakmampuannya untuk merefleksikan
Nya. Karena kasih kebapakan Allah yang tulus,
karakter Allah bagi umat. Tetapi melalui
ada janji perjanjian baru, orang baru dengan
kesaksian mereka Tuhan menunjukkan bahwa
hati baru, hubungan ayah-anak yang baru.
Ia yang mengutus mereka akan memberikan
Tuhan akan menjadi Bapa mereka dan mereka
kemampuan untuk melaksanakan penugasan
akan menjadi anak-Nya.31 Zaluchu menuliskan

30 Medved, “The Fatherhood of God in the Old 33Febriaman Lalaziduhu Harefa, “Menggunakan Konsep
Testament.” Inkarnasi Yesus Sebagai Model Penginjilan
31 Medved. Multikultural,” PASCA : Jurnal Teologi Dan Pendidikan
32 Daniel Pesah Purwonugroho and Sonny Eli Zaluchu, Agama Kristen 16, no. 1 (May 29, 2020): 50–61,
“Janji Pemulihan Israel Dalam Kitab Zefanya: Refleksi https://doi.org/10.46494/psc.v16i1.75.
Teologi Kovenan,” Jurnal BERITA HIDUP 2, no. 1
(2019): 20–27.

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 131 STT Baptis Indonesia Semarang

tersebut. Dalam panggilannya sebagai nabi, memiliki karakter Tuhan sesuai 2 Korintus 5:17
Yeremia mengaku bahwa ia masih terlalu dan yang memahami kehendak Tuhan dan
muda, Yesaya juga merasa bahwa ia adalah melakukan firman sesuai dengan kekuatan yang
seorang yang najis bibir, Yunus juga menyadari diberikan Kristus kepadanya seperti dalam 1
bahwa Allah begitu kasih kepada bangsa- Petrus 4:11. Maka dengan jalan demikianlah
bangsa sehigga ia tidak sanggup untuk seorang pemimpin dapat “mendekap kesakitan”
menyatakan kasih Allah kepada Niniwe. sebagaimana yang telah dilakukan oleh Tuhan
Seorang nabi juga perlu memiliki hati Tuhan kepada umat.
yang bertoleransi tentang perbedaan-
perbedaan dan kelemahan manusia. Karena
Tuhanlah yang menciptakan perbedaan
Kesimpulan
tersebut.34 Tetapi dalam pengalaman mereka Saat seorang pemimpin menghadapi sikap yang
Tuhan menyatakan bahwa Allah menyakitkan dari orang-orang yang
menyanggupkan mereka. Sabda menuliskan dipimpinnya ia perlu memandang TUHAN
bahwa kedekatan para nabi dengan Allah sebagai Pribadi yang menjadi teladan sempurna
sehingga mereka dapat merasakan penderitaan sebagai Pemimpin yang agung dan sempurna
Tuhan atas dosa-dosa umat-Nya. Mereka sebagai Bapa. Ken Boa menuliskan hal tersebut
bukan hanya mendengar suara Tuhan tetapi dalam tulisan The Perfect Leader: Practicing
juga turut merasakan emosi Tuhan the Leadership Traits of God. Ia menyatakan
sebagaimana tertulis dalam Yer 6:11; 15:16-17; bahwa kepemimpinan dimulai dengan Tuhan
20:9.35 Sebelum melaksanakan tugasnya, sendiri sebagai model utama kepemimpinan.
seorang nabi diperhadapkan di hadirat Allah Hal ini didasarkan pada premis bahwa Tuhan
sendiri, hingga para nabi menyadari telah menunjukkan prinsip-prinsip
ketidaklayakannya maupun keberdosaan-nya kepemimpinan yang diungkapkan dalam
di hadapan Allah yang maha kudus. Pada saat Alkitab yang dapat sangat berguna bagi para
itu Tuhan akan menguduskannya dan pemimpin saat ini, apa pun system organisasi
memperlengkapinya sesuai dengan penugasan atau bentuk pelayanan mereka. Untuk menjadi
yang diberikan oleh Tuhan kepada dirinya.36 pemimpin yang baik, seseorang harus
mengembangkan hati untuk menjalankan
Dari bahasan tersebut dapat diketahui bahwa kepemimpinan yang efektif dan ini dimulai
seorang pemimpin akan dapat memiliki dengan mengembangkan hati untuk Tuhan, di
perasaan Tuhan dan mengenali apa yang mana karakter, sifat, integritas, dan teladan
Tuhan kehendaki selalu dimulai dari kesadaran kepemimpinan-Nya menyajikan standar
dan mengakui bahwa ia hanyalah alat Tuhan, ia kepemimpinan terbaik yang pernah ada.
berdosa dan penuh kelemahan sehingga ia
akan diampuni dan dipulihkan oleh Tuhan. Seorang Pemimpin bisa mempergunakan gaya
Dalam konteks perjanjian baru jelas bahwa kepemimpinan apapun, dan banyak pola
pemulihan keberdosaan dan kelemahan hanya kepemimpinan telah ditawarkan. Mengikuti
dimungkinkan saat seorang mengakui dosa- pola kepemimpinan Tuhan sebagai Bapa
dosanya dan memiliki Tuhan Yesus Kristus sebagaimana diuraikan di atas maka seorang
sebagai Tuhan dan juru selamat sebagaimana pemimpin perlu “mendekap kesakitan” sebagai
tertulis dalam I Yohanes 1:9; dan akan seorang bapa bagi orang-orang yang
dilahirkan baru sebagai ciptaan baru yang dipimpinnya. Ia perlu menyadari bahwa

34Obet Nego, “Teologi Multikultural Sebagai Respon 35 Sabda, “Artikel Penuntun - NABI DI DALAM
Terhadap Meningkatnya Eskalasi Politik Identitas Di PERJANJIAN LAMA Nas : Yes 6:8-9,” n.d.
Indonesia,” PASCA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan 36 W.S Jakarta: BPK Gunung Mulia LaSor, Pengantar

Agama Kristen 16, no. 2 (2020): 121–39, Perjanjian Lama II, Sastra Dan Nubaut (Jakarta: BPK
https://doi.org/10.46494/psc.v16i2.109. Gunung Mulia, 2011).

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 132 STT Baptis Indonesia Semarang

TUHAN sebagai Bapa dapat merasakan sakit TUHAN yang telah memilihnya sebagai seorang
dan kemarahan sebagaimana yang dihadapi pemimpin, maka seorang pemimpin akan dapat
oleh para pemimpin yang ditolak atau membawa orang-orang yang dipimpinnya pada
dikianati. Ia perlu memautkan hati dan pengharapan masa depan yang mulia. Dan ia
menyadari statusnya sebagai seorang bapa sendiripun dilatih-Nya untuk memiliki karakter
yang pengasih bagi setiap orang yang Bapa dalam kepemimpinannya.
dipimpinnya. Sebagaimana Tuhan telah
mendekap kesakitan karena pemberontakan Dari pembahasan ini dapat dipahami bahwa
umat-Nya, sekalipun hal ini menyakitkan secara teologis Perjanjian Lama tidak semata-
namun seorang pemimpin perlu memiliki mata mengedepankan tentang kemurkaan
keluasan hati dan kesediaan untuk menerima TUHAN, tetapi juga menunjukkan sisi lain dari
dan mengampuni orang-orang yang karakteristik TUHAN sebagai Bapa yang lemah
memberontak dan melawannya baik yang lembut sekalipun IA sebagai Pencipta dan
melakukannya secara terang-terangan maupun Penguasa tertinggi dan berdaulat atas alam
secara sembunyi-sembunyi. Sebagai seorang semesta dan secara khusus bagi umat pilihan-
pemimpin yang berpaut dalam kebenaran ia Nya berhak untuk menuntut ketaatan mutlak
juga perlu memiliki keberanian untuk dan menjatuhkan penghukuman yang
mendidik, menyatakan tegoran dan disiplin membinasakan atas pemberontakan mereka.
yang patut bagi orang-orang yang dipimpinnya,
bukan dalam arah melampiaskan kemarahan “Dekapan kesakitan TUHAN” menunjukkan
dan kebencian atau pembalasan, tetapi dalam antropopatisme Tuhan yang dapat merasakan
arah pembimbingan kepada sebuah emosi dan kesedihan karena keberdosaan dan
pertobatan. pemberontakan umat yang dikasihi-Nya, dalam
hal mana sifat ke-Bapa-an TUHAN sangat
Jika TUHAN mendidik umat Israel agar nampak yang dengan sukarela mendekap
bertobat dengan menimpakan murka kepada kesakitan untuk menyatakan kasih dan didikan-
diri-Nya sendiri, seorang pemimpin perlu Nya bagi umat. TUHAN sekalipun maha kuasa,
menjaga dirinya dari rasa marah yang dan tidak terjamah oleh kelemahan karena
menghancurkan, ia malah harus membawa kesakitan, telah memberi diri untuk menahan
mereka pada karakter Kristus. Berteladankan murka dan menimpakan kesakitan itu kepada
kepemimpinan Tuhan sebagai Bapa, maka diri-Nya sendiri dengan cara mengampuni,
seorang pemimpin dalam lukapun terus dapat menerima, mendidik, membawa mereka
membawa dan mengarahkan orang-orang yang kepada pertobatan, menyatakan visi dan
dipimpinnya pada visi Allah, pada masa depan rancangan masa depan yang indah, rela
yang dikehendaki oleh Tuhan. Di mana masa berkorban dan berani membayar harga.
depan pelayanan terus diprioritaskan untuk Karakter kepemimpinan Bapa yang mendekap
mempermuliakan nama Tuhan, selalu kesakitan inilah yang dibutuhkan oleh para
membangun pengharapan akan kemajuan pemimpin Kristen pada masa kini manakali ia
pelayanan pemuliaan Tuhan. Dalam hal ini mengalami pergumulan karena perlawanan
seorang pemimpin perlu menatap ke depan orang-orang yang dipimpinnya. Alih-alih
pada visi Allah bukan visi pribadi dan melampiasakan emosi dalam kemarahan yang
membawa orang-orang yang menyakitinyapun dapat menjerumuskan seorang pemimpin
dalam visi tersebut. Ia adalah seorang Kristen dalam dosa, ia dituntut untuk terus
pemimpin yang berani mengesampingkan maju menjalankan visi Allah tanpa
emosi sesaat, alih-alih ia akan memberikan mengabaikan didikan, ganjaran dan pertobatan
pemeliharaan dan memiliki kerelaan untuk yang dituntut Tuhan atas kehidupan setiap
berkorban bagi orang-orang yang dipimpinnya. umat.
Dengan melihat kasih besar yang dimiliki oleh

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access
[Open Access] P a g e | 133 STT Baptis Indonesia Semarang

Referensi Nego, Obet. “Teologi Multikultural Sebagai Respon


Terhadap Meningkatnya Eskalasi Politik
A.VanGemeren, Willem. Penginterpretasian Kitab Identitas Di Indonesia.” PASCA: Jurnal
Para Nabi. Surabaya: Momentum, 2011. Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 16,
no. 2 (2020): 121–39.
Artemi, Eirini. “Cyril of Alexandria’s Critique of the https://doi.org/10.46494/psc.v16i2.109.
Term Theotokos by Nestorius
Constantinople.” Acta Theologica, 2012. Pratama, Cahya Dicky. “‘Kepemimpinan: Definisi
https://doi.org/10.4314/actat.v32i2.1. Dan Konsepnya’, Klik Untuk.” Kompas.com,
2020.
Bakker, Dr.F.L. Sejarah Kerajaan Allah 1. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia, 2010. Purwonugroho, Daniel Pesah, and Sonny Eli
Zaluchu. “Janji Pemulihan Israel Dalam Kitab
Bauckham, Richard. “‘Only the Suffering God Can Zefanya: Refleksi Teologi Kovenan.” Jurnal
Help’. Divine Passibility in Modern BERITA HIDUP 2, no. 1 (2019): 20–27.
Theology.” Theological study. Org.UK, n.d.
Sabda. “Artikel Penuntun - NABI DI DALAM
E.Hill, John H Walton & Andrew. Survei PERJANJIAN LAMA Nas : Yes 6:8-9,” n.d.
Perjanjian Lama. 3rd ed. Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 2000. Scrotton, Annastasia. “Divine Passibility: God and
Emotion.” Philosophy Compass 8 (9):866-874
Foster, Robert L. “Kasih Keibuan Dari Tuhan Yang (2013) 8 (n.d.): 866–74.
Murka Persepsi Kita Tentang Tuhan
Perjanjian Lama Yang Marah Telah Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kuantitatif
Terdistorsi.” CT Christianty Today, 2020. Dan Kualitatif. 1st ed. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2004.
Harefa, Febriaman Lalaziduhu. “Menggunakan
Konsep Inkarnasi Yesus Sebagai Model Thompson, Marianne Meye. The Promise of the
Penginjilan Multikultural.” PASCA : Jurnal Father: Jesus and God in the New Testament.
Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 16, Westminste: Westminster John Knox Press,
no. 1 (May 29, 2020): 50–61. 2000.
https://doi.org/10.46494/psc.v16i1.75. Treurnicht, Schalk. “God the Suffering Father and
Hilton, Andrew E. & John H Walton. Survei Israel the Abandoned Child : Hosea 11 and
Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, Psalm 80 in Intertextual Conversation,” no.
2013. April (2019): 1–153.
LaSor, W.S Jakarta: BPK Gunung Mulia. WTm Morphology, TWOT Hebrew Wordbook
Pengantar Perjanjian Lama II, Sastra Dan Entry. “Bible Works 7,” 2020.
Nubaut. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011. Zaluchu, Sonny. “Respons Tests of Leadership
Lewis, D E. “Old Testament View of Robert Menurut Teori Frank Damazio Pada
Greenleaf’s Servant Leadership Theory.” Mahasiswa Pascasarjana Jurusan
Journal of Biblical Perspectives in Kepemimpinan Kristen STT Harvest
Leadership 1, no. 1 (2019): 304–18. Semarang.” Jurnal Jaffray 16, no. 2 (2018):
145–60.
Medved, Goran. “The Fatherhood of God in the https://doi.org/10.25278/jj71.v16i2.289.
Old Testament.” KAIROS - Evangelical
Journal of Theology / Vol. X No. 2 (2016), Zaluchu, Sonny Eli. “Strategi Penelitian Kualitatif
Pp. 203-214 X, no. 2 (2016): 2013–2214. Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama.”
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan
Miner, Maureen. “A New Model of Christian Pembinaan Warga Jemaat 4, no. 1 (January
Leadership: Insights from the Job Demands– 31, 2020): 28–38.
Resources Model and Trinitarian Theology.” https://doi.org/10.46445/ejti.v4i1.167.
Sagepub Journals 48, no. 4 (n.d.).
https://doi.org/https://doi.org/10.1177/0091 Zuck, Roy B. A Biblical Theology of The Old
647120908010. Testament, Teologi Alkitabiah Perjanjian
Lama. 1st ed. Malang: Penerbit gandum Mas,
Moradi Korejan, M, and H Shahbazi. “An Analysis 2005.
of the Transformational Leadership Theory.”
Journal of Fundamental and Applied
Sciences 8, no. 3 (2016): 452.
https://doi.org/10.4314/jfas.v8i3s.192.

http://journal.stbi.ac.id Volume 17 Nomor 2 Tahun 2021


Open Access

Anda mungkin juga menyukai