Anda di halaman 1dari 28

Makalah

Sains India

Di Susun Oleh :

Kelompok VI

Nama : Anisa Jihan Abd. Kadir 03092111008

Fitri Siti Hawa Hasan 030921110012

Prodi : Pendidikan. Fisika

MK : Sejarah Fisika

SEMESTER 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini .
Sholawat dan salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi
Besar Muhammad SAW beserta keluarga, kerabat, dan pengikut beliau hingga
akhir zaman.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini tidak terlepas dari
kesalahan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya
Makalah ini.

Saya berharap semoga Makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya


dan bisa memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita. Amin ya rabbal alamin.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan fisika yang telah berkembang dengan pesat. Ilmu


pengetahuan yang saat ini kita pelajari tidaklah lepas dari apa yang para
ahli dahulu pelajari, dan yang para ahli temukan pada jaman dahulu.

Jadi sangatlah penting untuk mempelajari sejarah, termasuk sejarah


perkembangan ilmu pengetahuan khususnya fisika. Saat kita mempelajari
tentang perkembangan fisika, pastilah kita memulai dari peradaban India,
karena peradaban Indialah yang tertua di dunia. India pada abad ke-7 SM
sampai abad ke 2 M mencapai masa keemasaannya (Aholiab Watloly, 2001:
44-54). Hal ini ditandai dengan munculnya Konfusianisme dan Taoisme,
serta Budhisme di India. Meskipun India adalah negara yang belum bisa
dikatakan negara yang kaya, dan tingkat kemakmurannya belum
memuaskan, tetapi India tidak dapat diremehkan dalam bidang
pendidikan. India adalah salah satu negara yang mendapatkan beberapa
penghargaan Nobel Fisika. Banyak bukti-bukti penemuan fisika yang
ditemukan oleh orang-orang India yang sampai sekarang kita pakai sejak
abad ke 12 SM. Selain itu juga ditemukan tempat-tempat yang digunakan
dalam rangka penelitian-penelitian fisika.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah tamadun Harappa ini se jaman dengan tamadun mesir dan


Mesopotania?
2. Bagaimana kemajuan teknologi india di jaman veeda?
3. Jelaskan tamadun tertua di dunia dan sejarah sains teknologinya
sendiri?
BAB II

PEMBAHASAN

Sains India

Zaman Sains India

Sains india yang dimaksud dalam bab ini adalah ilmu sains yang
berhasil dari pada tamadun india zaman purba. Ilmu ini umumnya
dikembangkan oleh orang-orang hindu berasaskan kitab veda yang dibawah
oleh kaum Indo – Aryan. Oleh karena itu kegiatan sains india umumnya
dilakukan oleh orang-orang hindu, maka sains india juga dapat dikenal
sebagai sains hindu. Tidak dinafsikan bahwa sains india juga berkembang di
dunia luar menerusi sami-sami budha, dan india sendiri terdapat ahli fikir
agama jainisme, tetapi sumbangan mereka tidaklah menonjol berbanding
dengan sumbangan sarjana hindu.

Perkembangan Tamadun India

Tamadun india adalah anatara yang tertua di dunia. Peringkat pertama


tamadun ini bermula di MohenjoDaro dan di Harappa, Lembah indus, yang
sudahpun maju pada sekitar 2500 SM. Pada zaman itu, Harappa telah
menciptai tahap tamadun yang tinggi kotanya dibuat dengan perencanaan
yang baik, dan ini jelas memperlihatkan paraf perkembangan tamadunnya.
Dalam bandarnya terdapat system jalan yang teratur, system perparitan yang
baik saluran belakang air minum, system pembuangan najis yang teratur, dan
tempat mandi. Mereka juga sudahpun mempunyai tulisan sendiri.

Tamadun Harappa ini sejaman dengan tamadun mesir dan


Mesopotamia. Pada sekitar 1500 MS. Tamadun Harappa didapati lenyap, di
percayai akibat diserang oleh kaum indo – eropa atau Aryan, yaitu kaum yang
berasal dari pada kawasan pandangan rumput di tengah-tengah benua asia,
dan menemukan peringkat kedua tamadun india. Merekalah yang
memperkenalkan system kepercayaan agama hindu, vedas dan system kasta
india. Sebahagiaan dari pada kaum ini juga merebak lebih jauh kebarat, yaitu
kenegara yang kini dikenali sebagai Iran kebenua Asia kecil, dan kekawasan
timur laut Mediterranian lalu membangun tamadun-tamadun baru di
kawasan mereka jajahi.
Karena alas an kaum ini yang sepunya, mereka memperlihatkan banyak
kesamaan dari segi kepercayaan dan falsafah antara tamadun yunani,
tamadun india, dan tamadun parsi. Mislanya pada tamadun yunani dan hindu
terdapat kepercayaan terhadap tuhan langit dan tuhan fajar yang sama,
walaupun kemudiannya nama-nama tuhan itu mengalami pengubasuaian.
Agama Nikhara misalnya, iaitu kepercayaan kepada keberkatan lembut,
terdapat juga di kalangan orang-orang yunani, india, dan parsi.

Dari segi perkembangan sains terdapat dua zaman :

Zaman sulfasutra, dari tahun 800 SM hingga sekitar tahun 300 SM. Dan
zaman Siddhanta yaitu selepas 300 M. India pertama di takluti oleh tentara
Iksandar Julkarnain pada abad ke 3 SM. Dan peristiwa itu telah membawa
masuk sains yunani ke india yang seterusnya menyemarakan semangat
keilmuan di india. Maharaja Gupta mengambil alih teraju pemerintahan sejak
tahun 290 M. Dan pada zaman pemerintahan dinasti itulah timbulnya
semangat renainsans sains di india. Kemuncak perkembangannya dicapai
pada zaman Siddhanta, dengan kemasukan pengaruh sains dari pada yunani.

Agama Hindu bersifat animisi, mempunyai banyak tuhan, dan memberi


penghormatan kepada segala makhluk yang bernyawa di samping tidaak
mementingkan kehidupan kebencanaan. Aspek tidak mementingkat
kenbencanaan ini dikembangkan dengan meluas dalam ajaran Budha.
Berbeda dari pada agama wahyu, seperti agama islam dan agama Kristen,
agama hindu tidak mempunyai konsep hari akhir atau hari pembalasan. Teori
carvakas tentang falsafah tabii hindu misalnya menolak kewujudan dunia lain
selain dunia ini. Sebaliknya, mereka menerima konsep karma yaitu
penjelmaan.

Semula roh-roh yang telah mati kedalam bentuk tubuh yang baru, sama
dengan berbentuk manusia yang bai-baik, kaya raya, atau miskin papa, atau
berbentuk hywan yang buruk. Semua ini bergantung kepada kebaikan atau
keburukan yang telah dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan
sebelumnya. Apabila seorang itu sentiasa membuat kebaikan dalam sekian
banyak kitaran penjelmaan, iya akan mencspsi nirfana, yaitu peringkat yang
paling mulia dan paling sempurna.
Tamadun India Dan Dunia Luar

Seperti dengan tamadun-tamadun yang lain sains india juga pernah


menerima pengaruh dari pada dunia luar, misalnya dari pada tamadun yunani
dan tamadun cina. Mengikut O’Leary (1964, sains yunani memasuki kebenua
india melalui dua jalan : Pertama melalui jalan darat bersama pelakunya
Iskandar Julkarnain terhadap wilayah india pada tahun 326 SM. Dan kedua
menerusi perhubungan perniagaan melalui jalan laut diantara kota iskandaria
di mesir dengan ujjaian di benua india.

Kerjaan Gupta bermula di india pada tahun 290 M. Dan berpusat di


patali putra. Di bawah pemerintahan maharaja gupta, patali putra pernah
menjadi pusat kegiatan dan perkembangan ilmu sains yang terkenal, terutama
dalam bidang-bidang matematik dan astronomi.

Antara ahli- ahli sains india adalah Aryabhatata (476 – 499 M). Yang
bergiat dalam bidang ilmu astronomi dan matematik, dan Varamahira (505 –
587 M), Penyusun panca siddantha. Siddantha merupakan sebuah teritis
astronomi dan matematik, yang mengandung 5 buah buku karya zaman
terdahulu. Satu dari pada siddantha itu tidaklah mengandung nilai sains
manakala yang empat buahlagi menunjukan unsur-unsru sains yunani
Iksandariah. Antara lima buah kitab tersebut, siddantha paulisa dan
siddantha romaka memperlihatkan pengaruh yunani yang amat kerap.
Misalnya, siddantha paulisa dikatakan ditulis oleh Paulus iskandaria, dan di
tulis betul-betuln dengan cara yunani dengan tidak dimasukan sebarang ilmu
astrologi. Kitab ini merupakan sebuah jadwal astronomi yang di kira
menggunakan kaidah perentas, yang jelas berasal dari pada kaidah yunani.
Siddantharo maka pula mengandung banyak unsru yunani, dan dipercayai di
tulis oleh seorang yunani yang telah lama tinggal di india dan mengetahui dan
ilmu-ilmu hindu.

Singhal (1969 : 48) dalam bukunya tentang tamaddun india. Secara


terperinci menggemukakan suatu pendapat bahwa tamaddun india bukan
dipengaruhi oleh tamaddun yunani dalam banyak hal, tetapi sebaliknya
tamaddu yunanilah yang dipengaruhi tamaddun india. Mengikutnya, dari segi
kronologi, tamaddun india lebih tua dari pada tamaddun yunani, dan pada
zaman perkembangan sains yunani, india telah pun mempunyai sains dan
falsafahnya sendiri. Bahkan, kemasukan iskandar julkarnain daerah punzak
india pada 326 SM. Tidaklah membawa sebarang pengaruh terhadap sains
atau falsafah india. Pendapat ini jelas sekali bertentangan dengan pendapat
ahli sejarah eropa. O’Leary misalnya, mengganggap kemasukan pengaruh
yunani ke india bukan saja menerusi penaklutan oleh iskandar julkarnain
pada abad ke 3 SM. Tetapi juga menerusi jalan perniagaan laut di antara
Ujjain di india dengan iskandaria, dan menerusi jalan darat ke bakteria. Sighal
pula berpendapat tanpa mengemukakan hujja yang konkrit, tetapi hanya
berasaskan beberapa persamaan bahwa Pythagoras, Dophantus, dan beberapa
orang ahli ostronomi yunani lagi, sebenarnya di pengaruhi sains india.
Sebagian contoh phytagoras mempunyai konsep penjelmaan semula roh tidak
memakan daging hywan, serta mengagungkan angka, dan ajaran itu berasal
dari pada ajaran hindu.

Bagaimana pun selepas tahun 200 M. Pengaruh yunani ternampak jelas


dalam matematik hindu. Para sarjana mereka, seperti Varamahira, pernah
mengakui bahwa walaupun orang yunani tidak suci (Seperti orang hindu),
tetapi mereka perlu di berikan penghormatan, karena mereka mahir dalam
sains (Kealine, 1972. 184) dari pada yunani, sarjana hindu mengambil ilmu
geometric dan mungkin juga aljabar.

India pernah mengalami hubungan dengan parsi sekian lama, yaitu


sejak kedatangan iskandar lagi bahkan ketika tentara serius menyerang kota
Ionia Yunani, beliau menggunakan tentara upahan india yang bersenjatakan
panah berbauh rongtan pada zaman Celeceus Parispula, unsur – unsur paris
yunani peninggalan iskandar di dapati mempengaruhi empayar maurya,
misalnya pada seni bina Turus Asoka, dalam ketika istana dan juga pada duit
perak india. Malah perkataan hindu itu pun berasal dari pada parsi (Sighal,
1969 : 16). Orang-orang india dikenal sebagai bangsa singhu yaitu orang
lembah hindu perkataan hindu terbit dari pada perkataan sindu, dan
sekarang telah berubah jadi hindu, perkataan hindus pula dimulai oleh
yunani Ionia.

KEMAJUAN SAINS INDIA

Sejarah sains India bermula sejak zaman Rig Veda lagi. Kitab suci Hindu
itu ditulis dalam bentuk syair. Walaupun kitab itu sendiri bukanlah buku teks
sains, namun kandungannya banyak imbasan yang menyerlah tentang sains.
Dunia digambarkan sebagai ter- kawal oleh hukum kitar, iaitu rita (imbangan
dunia). Rita ialah hukum tabii, yang dikawal pula oleh tuhan Varuna. Hukum
inilah yang dikatakan mengawal edaran planet dan juga kitaran musim.

Antara bidang-bidang sains India, perkembangan yang paling nyata


berlaku dalam bidang matematik, astronomi, dan perubatan. Matematik India
mempunyai kelebihannya yang tersendiri, dan melalui tamadun Islam
kemudiannya, ilmu ini berkembang maju hingga menjadi suatu sumbangan
yang tidak ternilai kepada dunia moden.

Matematik

Sejarah matematik India bermula sejak sekitar 800 S.M. (Kline, 1972).
Sebelum itu, tidak terdapat sebarang catatan tentang kegiatan matematik di
benua itu. Zaman di antara tahun 800 S.M. hingga 300 M. dikenali sebagai
zaman Sulvasutra (Aturan Tali), kerana kegiatan matematiknya berdasarkan
aturan kiraan dengan menggunakan tali. Zaman Sulvasutra itu kemudiannya .
disusuli dengan zaman Siddhanta, yang muncul dalam pemerintahan Di- nasti
Gupta pada sekitar 290 M. Zaman Siddhanta ini merupakan Zaman Renaisans
India, kerana munculnya minat untuk mempe- lajari semula ilmu-ilmu sains
Hindu, dan menonjolkan bahasa Sanskrit. Matematik Sulvasutra sebenarnya
suatu ilmu Hindu untuk mereka bentuk altar (tempat memuja). Altar perlu
diperbuat de ngan saiz dan bentuk yang tertentu, maka beberapa aturan
dibuat, dan aturan ini memerlukan beberapa petua trigonometri serta alja bar
yang mudah. Bentuk altar yang lazim ialah segi empat, segi empat bujur atau
bulatan. Sulvasutra mengandungi beberapa saranan matematik tentang cara
membuat altar tersebut. Misalnya, terdapat penerangan cara membuat sudut
tepat dengan mengguna kan tali sepanjang lapan unit dengan menggunakan
kaedah 3:4:5. Mereka juga boleh membentuk altar bulat yang bersaiz sama de
ngan suatu segi empat yang diberi. Misalnya, suatu contoh aturan tali yang
selalu disebut-sebut oleh ahli sejarah sains ialah tentang cara membina
sebuah segi empat yang luasnya sama dengan luas segi empat tepat ABCD
(Rajah 5.1).
Diberikan: Segi empat siku-siku ABCD

Bangun: Segi empat yang luasnya sama dengan ABCD

Cara : i Gambarkan garis FE yaitu AF = AB = BE

ii Gambarkan garis HG yang DH = HF = CG = GE Metode:

iii Garis besar HG, yang membagi CE dan DF . menjadi dua

iv Perpanjang GH, EF, dan BA menjadi L, K, dan M dimana KF =


LH = FH = MA, dan hubungkan MFI

v Buatlah persegi panjang dengan siku siku LG, dan dari sisi
pendek HF

vi Kemudian persegi panjang yang kita cari adalah sisi dari segi
empat ini.

Sebahagian dari Sulvasutra masih dilestarikan sampai sekarang,


yang paling terkenal adalah manuskrip Apastamba. Dalam naskah ini
terdapat metode penentuan sudut siku-siku dengan menggunakan tali
dengan satuan ukuran 3:4:5. Kaedah ini sama dengan kaedah yang
digunakan oleh orang-orang Mesir untuk membangun piramida mereka.
Apastamba juga mengetahui
Bahwa luas segi empat pada pepenjuru segi empat bujur adalah sama
dengan hasil tambah luas segi segi empat pada dua sisi yang lain, atau AB2=
AC² + BC pada Rajah 5.2. Jadi wajar jika kita bertanya-tanya apakah
matematikawan India terinspirasi oleh orang Mesir atau sebaliknya. Bahkan,
mengikuti Boyer (1968:229), India tidak mengambil dari Mesir, juga tidak
meniru India. Penyebab sebenarnya adalah peradaban Babel, dan peradaban
itu telah mengetahui aturannya jauh sebelumnya.

Peringkat matematika dasar India, seperti disiplin ilmu lainnya,


melibatkan pengembangan sistem bilangan. Sejak zaman Asoka lagi, telah
ada beberapa jenis simbol angka di India, misalnya angka Brahmi dan angka
Kharosti. Simbol angka Brahmi (Gbr. 5.3) menunjukkan benih awal
perkembangan masa depan, karena ada angka terpisah untuk 1 sampai 9
yang diwakili oleh masing-masing dengan simbol yang berbeda. Namun,
sistem ini tampaknya telah menerima pengaruh Yunani, karena adanya simbol
alfa untuk angka 10. Pengaruh Yunani ini diyakini telah meresapi angka India
sejak abad ke-3 SM. melalui penaklukan tentara Iskandar Zulqar nain.
Angka Kharosti (Gbr. 5.4) juga memiliki simbol yang mirip dengan sistem
angka Romawi, yaitu mengulangi simbol awal untuk mewakili angka lain,
selain kecenderungannya mereka
Dengan menggunakan lambang X. Namun, untuk bilangan 1, 4, 10 dan
20, bilangan Kharosti ini memiliki lambang khusus . Namun sosok Kharosti
tidak berkembang lebih jauh. Sistem angka Hindu awal tidak memiliki angka
sifar. Mereka menulis sepuluh, dua puluh, dan puluhan digit dan seterusnya
dalam simbol yang terpisah, bukan dalam kombinasi dengan karakter. Juga
dalam sistem angka Brahmi, angka sepuluh diwakili oleh simbol alfa, bukan
kombinasi dari satu dan sifar. Akan tetapi, angka sifar (sunya) diperkenalkan
belakangan, dan catatan paling awal mengenainya adalah dalam naskah
Gwalior yang ditulis pada tahun 876 M.

Asal usul angka sifar yang kita gunakan saat ini masih berupa tanda
tanya, karena ada yang berpikir bahwa angka tersebut berasal dari
matematika India, sementara yang lain juga mengatakan bahwa itu berasal
dari matematika Muslim. Pihak pertama mengatakan bahwa konsep sifar
sudah lama ada dalam agama Hindu tamadun, yaitu konsep sunya. Ini
adalah konsep yang menunjukkan transisi antara dua hal yang berlawanan,
yang juga merupakan simbol Brahman atau Nirwana. Walaupun konsep
sunya ini dikatakan sangat tua, namun tidak lahir sebagai angka dalam
tulisan matematika Hindu manapun, karena sampai sekarang angka sifar
India kuno belum ditemukan, tetapi ditemukan dalam naskah Gwalior,
tertanggal 876 Masehi. Tanggal naskah Gwalior ini lebih lambat dari naskah
Muslim yang memuat angka sifar. Dalam tulisan di Gwalior, angka 50
dan 270 memuat angka sifar. Dokumen tertua yang memuat angka sifar
ditulis dalam bahasa Arab dan bertanggal 873 M, tiga tahun lebih awal dari
manuskrip India manapun yang ditulis sifar (Durant, 1935:527). Naskah
Bakshali (Gbr. 5.5), yang juga memuat nomor sifar; tanggalnya belum
ditentukan.

Sedangkan bilangan sifar ditemukan di Kamboja dan di Sumatera,


pada tulisan yang diketahui ditulis pada tahun 683 M. Tulisan-tulisan
tersebut kemungkinan didasarkan pada bahasa Sansekerta, karena tempat-
tempat tersebut diketahui dipengaruhi oleh peradaban Hindu. Jadi tidak
masuk akal untuk mengatakan bahwa sistem karakter ini berasal dari India.
Jika tidak diciptakan oleh matematikawan Muslim manapun, alam ini
mungkin telah diciptakan di luar India, dan kemudian dibawa ke India (Ronan,
1983: 149).

Mengikuti Hitti (1958:378) juga, sebuah penelitian oleh G. Coedes,


dalam Buletin Sekolah Studi Oriental yang diterbitkan pada tahun 1931
menemukan angka Arab yang mengandung sifar yang bertanggal awal abad
ketujuh Mesias di Indocina, dan ini lebih awal dari tanggal sifar yang
ditemukan di India. Kemudian, mengikuti Hitti (op cit) lagi, F. Nau mencatat
bahwa angka Arab tanpa tanda seperti ini yang berasal dari tahun 662 M telah
ditemukan di sebuah biara Suryani Nesturiah Kristen di Qinnasrin. Catatan,
setelah Smith (1951:167) adalah tulisan uskup Severus Sebokt. Dalam
tulisannya, uskup sangat terkesan dengan pencapaian para ilmuwan Hindu,
terutama cara mereka membuat aproksimasi dengan "menggunakan sembilan
tanda angka". Ungkapan sembilan angka bukannya sepuluh angka telah
ditafsirkan oleh Boyer (1985:235) bahwa para sarjana Hindu pada waktu itu
belum menggunakan angka sifar, oleh karena itu mereka hanya memiliki
sembilan angka, bukan sepuluh.

Pihak kedua juga berpendapat bahwa meskipun konsep sunya telah


lama ada dalam agama Hindu, konsep ini tidak digunakan dalam matematika,
sehingga tidak ada dalam naskah kuno yang memiliki tanggal valid. Naskah
Bakshali belum disahkan. Angka sifar di Gwalior ditulis lebih lambat dari
naskah Muslim tertua yang memuat angka sifar. Karena ada manuskrip
angka sifar Arab terdapat
Sebelumnya, mungkin juga angka sifar ini diperkenalkan oleh para
cendekiawan Muslim.

Namun, angka sifar ini sebenarnya telah ditemukan dalam tulisan-


tulisan Babilonia, sejauh 1600 SM. lagi, meskipun mereka tidak
menggunakannya dalam perhitungan. Dengan fakta ini, Fillozat berpendapat
bahwa angka sifar Hindu mungkin berasal dari Babel (Singhal, 1969:169).

Bidang aljabar juga telah terlihat perkembangannya dalam peradaban


Hindu, namun bentuknya tidak seperti sekarang ini. Hal ini karena aljabar
Hindu ditulis dalam bentuk puisi romantis, misalnya sebagai berikut:

i. Alih-alih segerombolan lebah, seperlima bertengger di seikat


bunga Kadamda, sepertiga di atas bunga Silindhra, tiga kali
nampan terbang dan mendarat di sekuntum bunga Kutaja.
Hanya satu lebah yang tersisa berkeliaran di udara. Wahai
wanita cantik yang manis, coba tebak ada berapa lebah?
ii. ii. Delapan biji permata zamrud, sepuluh biji permata delima,
seratus biji mutiara di anting-antingmu, anakku sayang, aku
membelikan untukmu dengan harga yang sama. Jumlah ketiga
jenis batu permata itu kurang dari setengah ratus. Wahai
bistari yang bijaksana, coba beri tahu saya harga masing-
masing.

Di antara penemuan-penemuan baru dalam bidang matematika oleh


para sarjana India adalah bidang trigonometri. Sebelum mereka, para sarjana
Yunani telah lama berkecimpung di bidang ini, dan menghitung sudut
menggunakan aturan pemotongan bola. Namun, selama waktu Siddhanta di
India, tuannya menggunakan metode setengah persentase (Gambar 5.6), dan
metode inilah yang kita gunakan saat ini. Penggunaan paling awal dari
metode setengah persentase ditemukan di Aryabhatiya Aryabhata (475-550),
serta di Pancasiddhanta Varamahira (~505). Dalam buku matematika mereka
juga terdapat tabel sinus yang memberikan nilai sinus hingga 90° dengan
jarak setiap 3%°
Tidak seperti sains Yunani, sains Hindu tidak menunjukkan
keunggulan dalam geometri. Kemajuan geometris mereka hanya sejauh
mereka membentuk altar pemujaan.

Pada abad ke-6 hingga ke-11, ada beberapa matematikawan Hindu yang
hebat, di antaranya Aryabhata, Varamahira, Brahmagupta, dan Mahavira.
Aryabhata, mengikuti al-Biruni, terdiri dari dua orang, dan mereka mungkin
hidup pada tanggal yang berbeda. Varamahira sebenarnya adalah seorang
astronom, tetapi dalam karyanya ia juga mengembangkan matematika.

Aryabhata (~475-550) aktif di Patalipura, tempat di mana

Sekarang dikenal sebagai Patna. Dia terkenal sebagai astronom dan


matematikawan India sebelum Bhaskara, dan karya matematikanya yang
terkenal adalah Aryabhatiya. Buku ini juga dibagi menjadi bab-bab kecil yang
dikenal sebagai Gitika, yaitu tentang tabel astronomi, Ganita tentang
matematika, Kalakarya tentang pengukuran massa, dan Gola tentang bola. Di
bidang matematika, ia berbicara tentang trigonometri bola dan aturan aljabar
matematika. Matematika Aryabhata berbicara tentang angka, deret
matematika, dan mengusulkan beberapa rumus, persamaan kuadrat dan
linier.

Smith (1951:156), bagaimanapun, tidak memberikan penghargaan


setinggi itu kepada Aryabhata, karena beberapa formula dari sarannya
sekarang ditemukan jauh dari tepat. Misalnya, rumusnya untuk luas segitiga
yang sama dan isi padat bola, jauh dari apa yang kita kenal sekarang, karena
volume bola padat mengikutinya. Luas segitiga yang mengikutinya,
merupakan hasil perpotongan garis tajam yang membagi tapak dengan
setengah tapak. Namun kini ternyata salah, karena luas segitiga menurut
rumus saat ini adalah setengah tapak kaki gimbal dengan tingginya. Namun
nilai fi yang ia gunakan cukup presisi, yaitu 3,1416. Cendekiawan Hindu
umumnya mengetahui beberapa aturan matematika yang tidak dapat
dibayangkan oleh orang Yunani, misalnya fi=√10, sinus 30° = 1/2, sinus 60° =
1-¹/4.

Varamahira (~505), seorang astronom Hindu yang paling penting karena


Panca Siddhanta-nya, sebuah ensiklopedia astronomi Hindu yang berisi lima
buku. Buku Panca Siddhanta ini menjadi dasar ilmu astronomi India hingga
berabad-abad lamanya. Melalui buku ini pula matematika India menerapkan
pengetahuan dunia Eropa melalui terjemahan oleh para sarjana Islam. Buku
ini menjelaskan metode menghitung sudut menggunakan trigonometri Hindu.

Brahmagupta (~628) juga merupakan matematikawan Hindu paling


terkemuka di abad ketujuh, dan dia bekerja di Ujjain, negara Gwalior.
Karyanya adalah Brahmasiddhanta yang berisi 21 bab termasuk bab
Khandakhyadyaka dan Brahmasphuta. Matematika Brahmagupta membahas
tentang metode menghitung luas segitiga, luas persegi panjang, dan tentang
aljabar. Namun, Smith (1958:158) nampaknya juga tidak memuji kontribusi
Brahmagupta karena, seperti Aryabhata, beberapa rumusan dari saran
sarjana ini juga jauh melampaui apa yang dikenal saat ini. Misalnya, luas
segitiga sama sisi dengan nilai 12 diberikan sebagai 12 x 6 atau 72; dan luas
segitiga dengan dua sudut yang sama besar yang sisi-sisinya berukuran
10,13,13 juga 5 × 13 atau 65; Luas setiap segiempat dengan sisi a, b, c, dan d
juga (s – a)(s – b)(s – c)(s – d ), dan nilai s itu sendiri adalah (a+ b+c+ d).
Brahmagupta menggunakan dua nilai untuk fi, yaitu nilai kasar 3 dan nilai
tepat 10.

Sridhara (lahir 991), juga dikenal sebagai Sridharakarya (Sridhara yang


bijaksana), berkontribusi pada matematika Hindu melalui Ganita-Sara
(Panduan untuk menebak). Namun buku tersebut lebih dikenal dengan nama
Trisatika (Gambar 5.7). Dalam buku ini terdapat pembahasan tentang
bilangan, pengukuran, aturan, dan masalah matematika. Dalam pembahasan
bilangan, ia memberikan panduan pengoperasian pembagian dan pembagian,
membahas sifat, penyebab pangkat, perkalian, dan bilangan pecahan.
Pembahasan tentang alam yang dia buat cukup jelas artinya; "... jika sifar
ditambah
ke nomor, hasil tambahan adalah nomor itu juga; jika karakter ditolak,
nomor aslinya tidak berubah; jika didarab sifar, hasilnya adalah sifar".

Mahavira (~850), ditempatkan oleh Smith (1951:161) di urutan ketiga


setelah Aryabhata dan Brahmagupta, menulis trit matematis berjudul Ganita-
Sara-Sangraha pada tahun 850. Esainya memuat pemikiran penulis
sebelumnya, seperti Brahmagupta. Isinya terdiri dari sembilan bab, yang
meliputi operasi pengurangan, penambahan, penambahan, dan pembagian.
Dia akrab dengan angka sifar, dan tahu bahwa "suatu angka tidak berubah
nilainya ketika dibagi, dibagi, ditambah, atau ditolak dengan sifar". Di sini
kita melihat Mahavira menganggap pembagian secara alami tidak ada
hubungannya dengan jumlah, tetapi sekarang kita tahu ini tidak benar. Dalam
menghitung luas juga, Mahavira, seperti Aryabhata dan Brahmagupta, dibuat
kesalahan tidak mengandalkan perkiraan luas trapesium hanya untuk
diagram siklik sahaja.

Bhaskara (1114-1185) adalah matematikawan dan astronom Hindu


terkemuka dari tahun 1000 hingga 1500. Ia menghasilkan tujuh karya besar,
yaitu Siddhantasiromani, Karanakutuhala , Lili avati, Bijaganita,
Vasanabhasya, Vivarana dan Bigupanaya, meliputi bidang astronomi dan
matematika. Siddhanta
Siromani yang membahas tentang astronomi dan matematika, terdiri
dari dua bagian, yaitu Grahaganitadhyaya dan Goladhyaya. Bagian pertama
berbicara tentang astronomi matematika, sedangkan bagian kedua berbicara
tentang bola. Kitab Lilavati, yang ditulis di atas daun lontar (Gambar 5.8),
berisi pengetahuan matematika, dan berbicara tentang operasi matematika,
deret aritmatika dan geometri, geometri satah, geometri padat, alat gnomon,
dan aljabar. Bijagnita juga merupakan buku matematika yang berisi tentang
aljabar, bilangan positif dan negatif, sifat-sifat, bilangan tak dikenal, akar
pangkat, persamaan kuadrat dan persamaan tak tentu, serta persamaan yang
memuat lebih dari satu bilangan tak dikenal.

Astronomi

Seperti peradaban lain, aktivitas astronomi di India kuno dimulai


dengan kebutuhan masyarakat akan kalender yang baik. Sejarah
penanggalan India mungkin dimulai sebelum era Veda lagi. Dalam Rig Veda
terdapat informasi tentang lintasan tahunan matahari yang dibagi menjadi 12
bagian, dan satu lingkaran juga dibagi menjadi 360 bagian. Jadi, mereka
membagi jumlah hari dalam setahun menjadi 360 hari atau 12 bulan.
Vedanga Jyotis juga menggambarkan sistem kalender Hindu berdasarkan
1830 hari untuk setiap lima tahun, yaitu 366 hari setahun. Satu tahun juga
dibagi menjadi tiga musim. Sistem ini juga menunjukkan kelebihan hari
untuk setiap siklus, oleh karena itu untuk mencocokkan siklus musim,
mereka terpaksa membuang bulan ke-31 dan bulan ke-62 untuk setiap siklus.
Dalam Yajur Veda juga ada daftar 27 rasi bintang yang dikenal sebagai
nakshatra. Untuk waktu yang lama, para ilmuwan barat gagal memahami apa
nakshatra ini, dan menganggapnya sebagai tempat tinggal bulan. Baru
sekarang diketahui bahwa fungsi nakshatra adalah untuk melacak peredaran
matahari.

Namun astronomi Hindu agak terbatas. Mereka tidak memiliki katalog


bintang, tidak seperti yang ada di peradaban Yunani dan Cina. Bintang-
bintang yang mereka lihat terbatas pada bintang-bintang yang terletak di
sekitar ekliptika, dan mereka tidak ingin tahu tentang bintang yang terletak
lebih jauh. Ekliptika juga dibagi menjadi 28 nakshatra dan masing-masing
nakshatra lebarnya 13°.

Astronomi India mendapat banyak pengaruh dari luar. Pada abad


kelima SM, India menerima pengaruh astronomi Mesopotamia, dan pada abad
kedua M, alih-alih Yunani, India mulai menggunakan pendekatan matematika
astronomi pada abad keenam M, dimulai dengan Aryabhata I, akibat pengaruh
tersebut. dari astronomi Yunani. Puncak astronomi India dicapai pada era
astronomi Siddhanta, yang dimulai dari awal tahun Mesias hingga munculnya
kerajaan Islam. Saat itu, ilmu pengetahuan didominasi oleh buku-buku
tentang astronomi dan matematika Pancasiddhanta. Buku ini ditulis oleh
Varamahira pada abad keenam Mesias, dan sebenarnya merupakan
ensiklopedia astronomi.

Aryabhata, astronom dan matematikawan India yang hebat, menulis


tentang astronomi dalam bukunya yang berjudul Aryabha tiya, yang
diselesaikan ketika dia berusia 23 tahun. Buku ini berisi empat bab, dan
menjabarkan ide-ide seperti teori epicircle, bentuk bumi bulat, bumi berputar
pada porosnya saat berputar mengelilingi matahari, dan memberikan
penjelasan tentang gerhana. Sayangnya, meski Aryabhatiya ini mengandung
sumbangan pemikiran saleh dan orisinal, penerimaannya di dunia luar dan di
India sendiri agak dingin. Pendapatnya tentang bumi beredar mengelilingi
matahari tidak diketahui publik, sedangkan gagasan bumi berputar pada
porosnya ketika beredar tidak hanya tidak diterima, tetapi juga dipertanyakan
oleh ulama lain kemudian. Siddhanta, meskipun bukan pemikiran awal
Varamahahira, lebih dikenal secara umum. Namun penentuan jumlah hari
dalam satu tahun yaitu 365.2580 hari menurut Aryabhata sangat tepat untuk
waktu tersebut.

Varamahira (~505) juga memberikan kontribusi besar melalui bukunya


Pancasiddhanta, yang merupakan buku astronomi Hindu yang terdiri dari
lima buku. Buku-buku tersebut adalah Paulisa Siddhanta, Surya Siddhanta,
Visishta Siddhanta, Paitmaha Siddhanta, dan Romaka Siddhanta. Di antara
lima siddhanta, hanya Surya Siddhanta (Siddhanta Matahari) yang masih
utuh. Menurut teks, buku ini ditulis oleh Tuhan Matahari. Doktrin dalam
kitab ini ternyata sama seperti doktrin pembawaan Yunani, yang berbeza
cuma mengandungi beberapa cerita daripada riwayat Hindu sahaja. Buku
astronomi Hindu per tama yang paling berpengaruh ialah Surya Siddhanta,
yang ditulis pada abad kelima. Matematik dalam buku itu berlainan daripada
matematik Sulvasutras, kerana mengandungi unsur-unsur astro nomi Yunani.
Kitab inilah kemudiannya sampai ke Baghdad pada zaman pemerintahan
khalifah Abbasiah, lalu diterjemahkan ke bahasa Arab. Paulisa Siddhanta,
ringkasan yang dibuat oleh Varamahira pada 505 M., dianggap oleh al-Biruni
sebagai berasal daripada Paulus Iskandariah.

Brahmagupta (lahir 598) menulis kitab Brahmasphuta Sidd hanta pada


tahun 628, dan kemudian kitab Khandakhadyaka pada tahun 664. Kitab
Brahmasphuta ini mengandungi bab-bab berikut:
 garis bujur planet
 gerhana matahari
 jatuh dan terbitnya heliakal
 gerhana bulan sabit
 gerhana bayangan
 hubungan antara planet
 hubungan antara planet dengan bintang
 ulasan tentang astronomi terdahulu
 matematik
 gnomon
 aljabar
 alat mengukur jarak
 sfera
 alat-alatan
 pengukuran

Brahmagupta sama sekali tidak setuju serta menolak teori putaran bumi
di atas paksinya, seperti yang dibentangkan oleh Aryabhata sebelumnya.
Mengikut pendapatnya, jika bumi ini berputar, me ngapa pokok serta tiang
tinggi tidak terpelanting tumbang?

Seperti juga dengan Aryabhata, terdapat dua orang sarjana yang


bernama Bhaskara. Bhaskara I hidup pada sekitar 629, dan yang kedua
dilahirkan pada 1115. Bhaskara I merupakan pengikut Aryabhata, dan
mempopularkan ilmu gurunya melalui ulasannya. Beliau menghasilkan tiga
buah karya, iaitu Mahabhaskariya, Laghubhaskariya, dan Aryabhatiyabnasya,
yang memperkatakan tentang garis bujur planet, garis bujur tempatan,
gerhana bulan dan matahari, dan tiga masalah yang berkaitan dengan
gerakan harian.

Astronomi Bhaskara II pula memperkatakan garis bujur planet dan


tempatan, gerhana bulan dan matahari, turun naik planet, bulan sabit, sfera,
pergerakan planet, pengiraan gerhana, peralatan astronomi, dan pengiraan
astronomi.

Alat astronomi India terdiri daripada gnomon, untuk mengira jarak


bintang, sfera gegelang, dan jam air. Pada zaman pemerin tahan Moghul,
astronomi Islam jauh lebih maju berbanding de ngan astronomi India. Dengan
hakikat tersebut, mereka menerima astronomi Islam, dan menggunakan alat
astrolab, dan juga per alatan astronomi binaan daripada batu, misalnya
seperti yang ter dapat di balai cerap Jai Singh. Astronomi India berakhir
dengan kitab yang ditulis pada tahun 1150 oleh Bhaskaryacarya atau
Bhaskara yang bertajuk Siddhanta Asiromani.

Tidak banyak pandangan tentang bentuk alam dikemukakan oleh


sarjana India. Satu-satunya yang ada diutarakan oleh pengikut-pengikut
agama Jainisme, iaitu satu puak yang muncul sebagai pecahan daripada
agama Hindu. Alam bagi mereka ber bentuk mendatar atau leper, dengan siri
bulatan daratan yang dikelilingi secara berselang-seli oleh siri lautan. Di
tengah-tengah siri bulatan ini terdapat bulatan daratan, yang bernama
Jambuvipa. Bulatan daratan atau benua ini pula dibahagikan kepada empat
sukuan, dan di tengah-tengah sukuan ini terdapat gunung suci yang amat
tinggi yang menjadi pusat alam, iaitu Gunung Meru. Semua bintang, bulan,
dan matahari bergerak mengelilingi gunung suci itu.

Agama Jainisme mengutarakan konsep dualistik: adanya dua matahari,


dua bulan, dan dua set nakshatra untuk menerangkan fenomena malam-siang
dunia mereka. Matahari bersinar mene rangi sukuan bumi pada siang hari
selama 12 jam, dan terlindung oleh gunung Meru pada sebelah malamnya.
Pada masa itu, benua di sebelah gunung Meru akan kegelapan kerana bulan,
bintang, dan nakshatra, sebahagiannya masih berada di sebelah sana gunung.
Oleh sebab itulah, agama Jainisme ini memerlukan konsep kedualan, iaitu
adanya dua set matahari, dua bulan, dan dua nakshatra supaya apabila satu
set cakrawala berada di sebelah sini gunung, benua di sebelah sana dijagai
oleh set yang satu lagi.

Perubatan

Ilmu perubatan India dikenali sebagai Ayur Veda. Semasa ke muncak


kemajuannya, ilmu perubatan India cukup maju, dengan beberapa
pencapaian yang tidak terdapat pada tamadun lain. Pada peringkat awal lagi,
iaitu pada zaman tamadun Harappa, telah ter dapat amalan-amalan
penjagaan kesihatan di bandarnya: dileng kapi dengan sistem saluran najis,
tandas, perparitan, saluran be kalan air minuman, dan tempat-tempat mandi.

Perubatan Veda juga seperti yang terdapat pada tamadun lain, iaitu
berdasarkan unsur-unsur "kepawangan" dan rasional. Dalam hal ini, terdapat
persamaan, walaupun agak samar dengan sistem perubatan Yunani. Tubuh
manusia dianggap terdiri daripada lima unsur pembina alam, iaitu angin, api,
air, tanah, dan ruang. Ruang dan tanah, yang bersamaan dengan bahan
organik pada tubuh badan manusia, dianggap sebagai bahagian yang "lengai";
mana kala api, air, dan angin merupakan bahagian yang aktif. Api dan angin
bertindak dalam tubuh kita sebagai nafas (vayu), ber puncakan pada bahagian
bawah pusat; hempedu pula terletak di antara pusat dan hati, dan lendir
terletak di atas hati. Kesihatan seseorang itu bergantung pada imbangan
kandungan unsur-unsur tersebut di dalam badannya. Jika imbangan itu
berubah, maka seseorang itu akan jatuh sakit, tetapi boleh diubati dengan
memberi zat-zat yang boleh mengimbangi kembali kelima-lima unsur ter
sebut. Untuk mengimbangi unsur-unsur itu semula, amalan yang dilakukan
ialah dengan cara berpantang, memakan makanan ter tentu, mandi,
berkumur, berbekam, dan lain-lain lagi.

Agama Hindu amat mengambil berat tentang kesihatan, dan mengajar


umatnya supaya berpantang serta menjaga kebersihan. Dalam kitab kesihatan
mereka, terdapat ajaran supaya berkumur sebelum dan selepas makan sama
ada dengan air sejuk atau air suam. Minyak disyor supaya digunakan untuk
mengurut, dimasuk kan ke dalam telinga, atau disapu di tapak kaki. Orang-
orang yang menghidap penyakit tertentu haruslah makan berpantang. Jika
makan, janganlah sehingga melebihi had, dan hendaklah berhenti sebelum
kenyang. Perut hendaklah diisi separuh sahaja dengan makanan, satu
perempat dengan air, dan satu perempat lagi di biarkan kosong. Gigi
hendaklah dibersihkan selalu, dan amalan mengurut dilakukan untuk
merawat sakit-sakit otot. Tidur hen daklah cukup dan berwaktu, dan bangun
pagi-pagi supaya badan sihat. Apabila bangun pagi, minumlah segelas air
sebelum matahari naik.

Mereka tidak mempunyai kaedah khusus untuk mengdiagno sis


penyakit. Walau bagaimanapun, jenis-jenis penyakit dibahagi bahagikan
mengikut simton yang timbul, misalnya sakit, demam, atau hilang selera
makan. Pendekatan mereka tidak mengambil berat akan sebab-sebab kejadian
penyakit itu. Sikap sedemikian mungkin berkait rapat dengan prinsip ilmu
perubatan mereka, iaitu sebahagian penyakit terjadi akibat dirasuk hantu
syaitan.

Dalam beberapa aspek, perubatan India lebih bermutu diban dingkan


dengan perubatan Yunani, dan ini diakui oleh Iskand sendiri. Ketika tentera
Iskandar menyerang benua India, mereka membawa sepasukan doktor
perubatan Yunani. Namun, pasukan doktor itu tidak boleh mengubati bisa
gigitan ular, dan mereka ter paksa menggunakan khidmat doktor India.

Bidang pembedahan sudah lama diamalkan oleh doktor India, iaitu


sejak zaman Asoka pada abad ketiga sebelum Masihi lagi. Mereka boleh
membuat pembedahan mata untuk mengubati penyakit katarak, mengubati
patah tulang dan patah hidung. Kewibawaan perubatan India terletak pada
empat kitab, iaitu Caraka (abad pertama Masihi), Susruta (abad keenam
Masihi), Atreya (abad keenam Masihi) dan Vagbhata (abad ketujuh Masihi).
Caraka menulis buku-buku perubatan yang meliputi bidang-bidang surgeri,
beranak, berpantang, bersuci, ubat-ubatan, menyusu, dan lain-lain. Susrata
menceritakan dengan panjang lebar tentang operasi penyakit katarak mata,
hernia, bedah Ceaser, dan lain-lain. Mereka juga telah melakukan bedah yang
kita kenali sekarang sebagai pembedahan plastik apabila mereka menampal
telinga seorang pesakit dengan kulit yang diambil daripada tempat lain di
badan pesakit itu.

Selain itu, doktor India maju ke depan dalam mengamalkan tanam cacar
untuk mencegah jangkitan penyakit campak, dan

amalan ini dilakukan oleh doktor India sejak tahun 550 M. lagi. Dalam
teks perubatan Dhanwantari ada tertulis begini:

ambil air daripada bisul (pock) yang terdapat pada titik susu (udder)
lembu,... letakkan air itu pada hujung sebilah jarum lancet, turiskan pada
bahagian tangan di antara bahu dengn siku sehingga berdarah. Darah yang
bercampur dengan air tadi akan menimbulkan.campak.

Bidang anatomi telah mendapat tempat khusus dalam per ubatan India.
Mereka mahir dengan organ-organ dalam tubuh manusia, seperti perut,
jantung, paru-paru, dan buah pinggang. Mereka mengenali urat dalam otot,
ligamen, sutura, limfasi, pleksus saraf, fasial, endipos, tisu vaskular, dan lain-
lain. Tulang tulang juga dikenali dengan teliti, dan mereka mengenal pasti
ratusan tulang daripada yang besar hinggalah kepada yang kecil.

Daripada segi penyediaan ubat-ubatan pula, ramuannya dibuat


daripada akar kayu. Sehubungan dengn ini, mereka telah menyenaraikan
sebanyak 760 jenis tumbuh-tumbuhan ubat. Selain itu, mereka juga
menggunakan mineral, misalnya raksa untuk mengubati penyakit dalaman.

Farmakopei India dipenuhi dengan keterangan tentang tumbuh-


tumbuhan atau akar kayu. Kitab Susrata menyenaraikan 760 jenis tumbuh-
tumbuhan perubatan, dan tumbuh-tumbuhan ini dibahagikan mengikut
khasiatnya masing-masing, sama ada se bagai penawar, sebagai racun atau
sebagai maajun. Bawang putih diketahui boleh mengubati penyakit bisul
dalam perut. Pokok kanabis pula diketahui memberi kesan khayal untuk
menenangkan si pesakit. Raksa digunakan untuk mengubati penyakit
dalaman. Kunyit, yang kita gunakan hari ini bersama garam untuk menggo
reng ikan, sebenarnya mempunyai kuasa antiseptik.

Fizik

Dalam ilmu fizik, India mengemuka tiga idea yang asli, walaupun idea
ini sebenarnya tidak sampai ke Eropah dan tidak diketahui oleh dunia luar.
Idea-idea tersebut ialah konsep vega, teori atom, dan teori haba atau cahaya.
Vega adalah suatu kuasa yang menye babkan jasad bergerak terus dan kekal
bergerak. Ini merupakan suatu idea terawal tentang hukum gerakan. Hukum
gerakan yang kita fahami sekarang adalah mengikut konsep sains Barat, iaitu
hasil pemikirar. Newton. Sebelumnya dan hingga kepada abad keempat belas,
Eropah menerima konsep gerakan yang di kemukakan oleh Aristoteles,
Yunani.

Konsep atom juga telah muncul di India sejak abad keempat Masihi lagi.
Teori tersebut telah dikemukakan oleh seorang sarjana Hindu yang bernama
Kanada. Teorinya seakan-akan teori atom Yunani, iaitu semua bahan terdiri
daripada atom, zarah yang paling seni yang tidak terbahagi. Tentang haba dan
cahaya pula, Vachapati Udayana menganggap cahaya terdiri daripada zarah
zarah halus yang terkeluar daripada sesuatu benda dan sampai ke mata kita.

Kimia

Tidak banyak perkembangan dalam bidang kimia diketahui daripada


India, dan di dalam sesebuah buku sejarah sains, sum bangan India dalam
bidang ini hampir-hampir tidak tercatat. Sum bangan yang paling penting
mungkin pencapaiannya dalam bidang kimia gunaan, iaitu tentang kajilogam.
Besi waja dari India mi salnya, telah dieksport keluar negeri hingga ke
Habsyah, dan ini telah dicatat oleh Periplus (Singhal, 1969;175). Mereka juga
telah melombong bijih tembaga, emas, dan perak di lembah Indus sejak abad
ketiga sebelum Masihi lagi. Pada zaman Veda, alat-alat gangsa telah
digunakan sebagai peralatan rumah, dan juga untuk membuat patung
pemujaan. Pantajali, sarjana kimia India pada abad kedua sebelum Masihi,
telah menulis dalam kitabnya Loh sastra, menceritakan proses kajilogam, dan
cara membuat garam logam, aloi serta amalgam. Beliaulah orang yang
dikatakan per tama kali menjumpai akua regia.

Biologi

Kitab Veda Hindu mengandungi banyak sekali maklumat tentang


tumbuh-tumbuhan. Mereka mengkaji tumbuh-tumbuhan dengan sangat teliti
sehingga dapat memberi nama khusus pada akar, pucuk, batang, cabang,
bunga, dan buah. Tumbuhan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pohon,
herba, dan pohon merambat. Herbal yang digunakan untuk pengobatan
kemudian diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tujuh kelompok berdasarkan
sifat masing-masing.

Hewan juga mendapat perhatian seperti halnya tumbuhan. Literatur


Veda memuat lebih dari 260 nama hewan, selain itu, mengidentifikasi spesies
hewan yang berbahaya bagi manusia, lembu dan kerbau. Hewan peliharaan
mereka juga termasuk lembu, kerbau, kuda, kambing, kucing, anjing, dan
gajah.

TEKNOLOGI INDIA

Tamadun tua seperti India tentunya telah mencapai tahap perkembangan


teknologi yang membanggakan. Mereka mengharapkan beberapa kemajuan
teknologi, seperti di bidang studi logam. Sejak zaman Veda lagi, mereka tahu
penggunaan logam dan perunggu untuk membuat mangkuk, senjata, dan
patung. Cara membuat logam dapat dilihat pada tulisan Patanjali yang
tercatat dalam Lohasastra yang menjelaskan tentang proses kajimetal, pada
abad kedua sebelum Masihi lagi.

Proses pembuatannya diketahui sejak abad ketiga, dan perkakas besi


ditemukan di kuil Bodhgaya pada abad ketiga sebelum Mesias. Dalam catatan
sejarah terdapat fakta oleh Ktessias (abad kelima SM) yang mengatakan bahwa
ia telah menerima dua pedang besi waja India sebagai hadiah dari Maharaja
Persia, dan Iskandar Zulqarnain telah menerima 100 talenta besi waja dari
Ambhi, negeri Taxala. Juga pada abad pertama Masehi, Periplus mencatat
bahwa India mengekspor besi tempanya ke negara-negara Habsyah dan Roma.
Ketenaran teknologi besi India untuk membuat senjata perang, yaitu pedang
menyebabkan orang Persia menyebut pedang itu sebagai pengganti pedang
besi India B sebagai jawaban atas (jawaban India).

Orang India primitif memperoleh besi tuang dari peleburan bijih besi di
tungku. Relay itu tinggi sekitar 90 cm, dan lebarnya 100 – 250 cm, di perbuat
dari pada tanah liat. Biji besi diletakan berselang lapis dengan arang kayu,
dan bila dileburkan boleh menghasilkan sekitar 4 sampai 8 kg. Besi wajah
yang cukup tulen.

Tugu besi di NewDelhi yang dibuat pada abad ke 4 masehi, yaitu pada
pemerintahan kerajaan gupta, merupakan suatu keajaiban kajilogam.
Tingginya 24 kaki, berdiameter 1 kaki, di perbuat dari pada 6. 5 tan besi
wajah, dan tidak reput sejak seribu 500 tahun yang lampau. Ini

Akan tetapi agak sukar untuk menerima dakwaan sighal (1969) yang
mengatakan teknologi besi wajah indialah yang telah membawa ke sryia, dan
berkembang maju untuk membuat keluli dan syik, yaitu sejenis senjata
pedang yang masyur. Sejarah menunjukan kewujudan satu kaum yaitu kaum
hittit, yang berkembang di timur laut Mediterranean, yaitu kawasan yang kini
menjadi sebahagiaan dari pada Negara Syria. Kaum ini gagah berperang
karena mereka mengetahui rahasia mendapatkan besi dari pada biji, dan
menggunakan logam besi untuk membuat senjata dari teknologi keluli damsi
itu bukannlah di bawah dari india tetapi merupakan teknologi tempatan. Asal
usul kaum hittit dari pada suku kaum indo-eropa, dan nenek moyang kaum
ini jugalah yang telah merebak ke india dengan membawa teknologi keluli
yang sama ke tempat itu. Pendapat demikian sejajar dengan pandangan
Hawkes (1963) yang mengatakan peleburuan besi bermula hanya pada satu
tempat, yaitu oleh orang-orang hittit di asia kecil. Besi wajah pula mula-mula
diperbuat pada abad ke 3 sebelum masehi di asia kecil, misalnya Alcahoyuk,
di TELLCHAGAR, dan TELLASMAR.
BAB III

PENUTUP

Sesungguhnya tamaddun india merupakan antara tamaddun tertua di


dunia dengan tamaddun yang begitu tua maka india mempunyai sejarah sains
dan teknologinya sendiri, seperti dalam bidan matematik serta perubatan dan
gteknologi besi wajah yang gemilang itu yang menjadi pusaka dunia modem.
Antara sumbangan sains india kepada dunia modem, yang harus di perakui
umum ialah dalam bidan matematik. Ini adalah karena mereka telah membuat
beberapa penemuan baru, misalnya dalam trigeometri, dan mungkin juga
dalam system angka. Mereka juga memberi banyak sumbangan dalam bidang
perubatan, seperti dalam ilmu bedah, dan juga penanaman cacar. Namun
demikian, kejayaan sains india tidaklah sunyi dari pada pengaruh tamaddun
luar, misalnya dari pada tamaddun yunani, terutamanya dalam ilmu
astronomi dan matematik.

Anda mungkin juga menyukai