DHF LP-1
DHF LP-1
A DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DI RUANG CEMPAKA 2
RSUD SLEMAN
Disusun Oleh:
ANASTASIA LINTANG ANJANI PANGESTITA (3020193525)
DELFI MARISTI (3020193553)
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tentang pada
pasien dengan diagnose medis DHF di ruang cempaka 2 RSUD SLEMAN. Kami juga
berterimakasih kepada ibu Cecilya Kustanti., M.Kep selaku dosen pembimbing.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
BAB 1.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
KONSEP DASAR......................................................................................................................
A. Pengertian DHF...............................................................................................................
B. Penyebab dan faktor DHF...............................................................................................
C. Tanda dan gejala.............................................................................................................
D. Patofisiologi penyakit....................................................................................................
E. Pathway.........................................................................................................................
F. Pemeriksaan diagnostic dan penunjang........................................................................
G. Cara penularan..............................................................................................................
H. Penanganan dirumah sakit.............................................................................................
I. Komplikasi....................................................................................................................
BAB III.....................................................................................................................................
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................
A. Pengkajian Keperawatan...............................................................................................
B. Diagnosa keperawatan..................................................................................................
C. Intervensi keperawatan..................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta
sering menimbulkan wabah. (Suriadi, 2006: 57). Sampai sekarang penyakit
demam berdarah dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
Indonesia.
Penyakit dengue hemorrhagic fever tercatat pertama kali di Asia pada
tahun di 1954, sedangkan di Indonesia penyakit demam berdarah dengue
pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya mencatat 58 kasus DHF
dengan 24 kematian (CFR: 41,5%) dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di
Indonesia. ( Soegijanto, 2006) Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya
kasus dengue hemorrhagic fever, karena tempat hidup nyamuk hampir
seluruhnya adalah buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga
bak mandi. Karena itu, 10 kota dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya
merupakan ibukota provinsi yang padat penduduknya.
Data kementerian kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat
jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai
sekitar 150 ribu. Angka ini cenderung stabil pada tahun 2010, sehingga kasus
demam berdarah dengue di Indonesia belum bisa dikatakan berkurang.
Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89% 2
pada tahun 2009 menjadi 0,87% pada pada 2010. Ini berarti ada sekitar 1.420
korban tewas akibat demam berdarah dengue pada 2009 dan sekitar 1.317
korban tewas pada tahun 2010. ( Pramudiarja, 2011) Data di dinas kesehatan
provinsi Jawa Tengah menunjukan selama 2009 ada 16.858 kasus demam
berdarah di Jawa Tengah dengan pasien yang meninggal dunia 230 orang. Dari
jumlah itu, yang terjadi di kota Semarang mencapai 3.314 kasus dengan
meninggal dunia 48 orang. Sedangkan daerah lain, adalah Jepara dengan 1.395
kasus dan meninggal dunia 17 orang, Solo 535 kasus dengan meninggal dunia
tiga orang, kota Magelang 236 dengan meninggal dunia satu orang ( Rofiuddin,
2010 ).
Kebanyakan orang yang menderita demam berdarah dengue pulih dalam
waktu dua minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut selama
beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Kasus kematian akibat DHF (dengue
hemorrhagic fever) sering terjadi pada anak-anak, hal ini disebabkan selain
karena kondisi daya tahan anak-anak tidak sebagus orang dewasa, juga karena
sistem imun anak-anak belum sempurna. Penyakit DHF (dengue hemorrhagic
fever) jika tidak mendapatkan perawatan yang memadai dan gejala klinis yang
semakin berat yang mengarahkan pada gangguan pembuluh darah dan gangguan
hati dapat mengalami perdarahan hebat, syok dan dapat menyebabkan kematian.
(Hanifah, 2011) saat ini demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan
dimana besarnya masalah demam berdarah dengue dapat di lihat dari indikator
morbilitas dan mordibitas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnose medis Dengue Haemoragic Fever (DHF).
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami konsep dasar Dengue
Haemoragic Fever (DHF).
b. Mahasiswa mampu Melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami
diagnose medis Dengue Haemoragic Fever (DHF).
c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan pada pasien yang
mengalami diagnose medis Dengue Haemoragic Fever (DHF).
d. Mahasiswa mampu Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien
yang mengalami diagnose medis Dengue Haemoragic Fever (DHF).
e. Mahasiswa mampu Melakukan Tindakan keperawatan pada pasien yang
mengalami diagnose medis Dengue Haemoragic Fever (DHF).
f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien
yang mengalami diagnose medis Dengue Haemoragic Fever (DHF).
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian DHF
Penyakit dengue atau penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit
infeksi yang banyak terjadi di daerah tropis. Demam berdarah dengue (DBD)
atau dengue haemorhagae fever (DHF) merupakan penyakit yang disebabkan
virus dengu dan penularanya tidak ditularkan melalui orang ke orang lain,
melainkan disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypthi
merupkan penyebaran penyakit DBD yang paling efektif karena nyamuk
tersebut tinggal disekitar pemukiman penduduk. Penyakit DBD dapat disertai
gejala seperti perdarahan dan cenderung menimbulkan shock hingga
menyebabkan kematian. Sampai saat ini DBD masih menjadi penyakit yang
sering berjangkit dan penyakit musiman.
D. Patofisiologi penyakit
Nyamuk mengandung virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali).
2. Serologi
Metode deteksi serologi yang dapat dilakukan sebagai pemeriksaan
penunjang penyakit DBD:
a) Uji HI
Ketika seseorang terinfeksi virus dengue, akan terbentuk
kekebalan HI (antibody HI). Antibody HI akan berada di dalam sirkulasi
penderita selama kurang lebih 50 tahun. Antibody HI biasanya akan
timbul dan dapat dideteksi pada hari ke lima atau ke enam timbulnya
demam, yaitu pada saat mencapai tingkat konsentrasi (titer) 10. Pada
infeksi sekunder virus dengue tipe lainnya, titer ini dapat mencapai 5.120
sampai 10.240 pada hari pertama demam.
b) Uji pengikatan komplemen
Ketika seseorang terinfeksi virus dengue terbentuk antibody pengikat
komplemen yang dapat dideteksi setelah antibody HI timbul. Namun,
antibody pengikat komplemen ini cepat menghilang dari darah, sekitar 2-
3 tahun pasca infeksi virus dengue.
c) Uji netralisasi
Uji netralisasi merupakan uji serologi yang paling sensitive dan
spesifik untuk infeksi dengue dibandingkan dengan uji netralisasi yang
dianggap paling baik adalah dikenal dengan plaque reduction netralization
test (PRINT). PRINT adalah uji netralisasi berdasarkan adanya reduksi
plak yang terjadi akibat antibody tubuh penderita Melakukan netralisasi
terhadap virus dengue. Umumnya, antibody netralisasi ini muncul
bersamaan atau sedikit lebih lambat daripada antibody HI tetapi lebih
cepat dari anibodi pengikat komplemen. Anibodi ini bertahan lebih dari
50 tahun di dalam darah penderita.
d) Uji mec elisa
Metode ini banyak digunakan dalam praktek sehari-hari. Uji ini
berdasarkan adanya antibody IgM antidengue pada serum penderita yang
ditangkap oleh groat anti human IgM yang sebelumnya didekatkan pada
suatu permukaan kasar, misalnya plastic. IgM dan IgG anti dengue dapat
dideteksi kira-kira hari ke-5 timbulnya demam.
e) Uji IgG inderek
Uji IgG inderek adalah uji serologi yang identic dengan uji HI tetapi
memiliki tingkat kepekaan yang lebih tinggi. Metodenya dapat dilakukan
untuk memeriksa sampel dalam skala massal. Kekurangan uji IgG elisa
inderek seperti halnya uji HI, adalah tidak spesifik. Dapat terjadi silang
oleh flavivirus yang lain dan juga digunakan untuk menentukan tipe virus
dengue yang menginfeksi.
3. Deteksi virus
a) Metode deteksi virus melalui kultur
Deteksi virus dengue dengan pemeriksaan kultur adalah tes
diagnostic pasti (definitif), tetepi pertimbangan praktis membatasi
penggunanya. Yang harus diperhatikan adalah singkatnya periode Ketika
virus dengue dapat dideteksi dengan baik. Dalam 1-2 hari setelah
penurunan suhu tubuh, peningkatan kadar antibody antidengue
memengaruhi upaya untuk mengultur virus. Virus dengue secara umum
sangat labil terhadap panas. Karena itu, kewaspadaan khusus dibutuhkan
untuk mencegah inaktivasi virus karena panas. Rumit dan mahalnya
metode ini, menyebabkan metode ini jarang digunakan.
b) Metode deteksi virus melalui tes PCR (Polymerase chain reaction)
Teknik PCR adalah suatu metode enzimatis untuk
melipatgandakan secara eksponensial suatu sekuen neklotida tertentu
secara in vitro (di luar tubuh organisme hidup). Prinsip diagnosis
laboratorium penyakit DBD dengan Teknik PCR adalah untuk melacak
susunan RNA virus dengue. RNA virus dengue diperoleh dari ekstrasi
serum, plasma darah atau sel dari jaringan tubuh yang terinfeksi virus
dengue. Deteksi virus dengue dengan Teknik ini diharapkan mampu
mempercepat diagnosis virus penyebab penyakit DBD dan secara
langsung akan mempercepat pula pemberian terapi yang tepat.
F. Cara penularan
Demam berdarah disebabkan oleh gigitan nyamuk Aides aegypti yang
mengandung Virus Dengu. Nyamuk Aedes (Stegomyia) betina akan terinfeksi
virus dengue saat menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase
demam (viremik) akut penyakit ( kotak 7). Setelah masa inkubasi ekstrinsik
selama 8 sampai 10 hari kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus
disebarkan ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit dan menginjeksikan air liur
ke luka gigitan pada orang lain. Setelah maa inkubasi pada tubuh manusia
selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari), sering kali terjadi awitan mendadak
penyakit ini, yang ditandai dengan demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu
makan, dan berbagai tanda serta gejala nonspesifiklain termasuk mual, muntah
dan ruam kulit.
Viraemia biasanya ada pada saat atau tepat sebelum awitan gejala dan
akan berlangsung selama rata-rata lima hari setelah awitan penyakit. Ini
merupakan masa yang sangat kritis karena pasien berada pada tahap yang paling
infektif untuk nyamuk vektor ini dan akan berkontribusi dalam mempertahankan
siklus penularan jika pasien tidak dilindungi dari gigitan nyamuk.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut (Hidayat
Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut (Nurarif
& Hardhi, 2015) adalah :
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam
Berdarah Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan
anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang Didapatkan adanya keluhan panas mendadak
yang disertai menggigil, dan saat demam kesadaran komposmentis.
Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot
dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4),
melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan
tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi Status gizi
Anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua
anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat 35 mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di
kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami
diare atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada
grade III-IV bisa terjadi melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue
grade IV sering terjadi hematuria.
j. Tidur dan istirihat.
Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot
dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang.
k. Kebersihan.
Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk
Aedes Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan. 36
m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan
fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
n. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi
dan nyeri telan. 37 Sementara tenggorokan mengalami hiperemia
pharing ( pada Grade II, III, IV).
3) Dada Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah
kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat
pada grade III dan IV.
4) Abdomen Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali),
asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam
2. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam
darah/viremia).
3. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
C. Intervensi keperawatan
NURSING CARE PLAN
NO Diagnosa Intervensi
2. Hipertemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor suhu sesering 1. 1. Memantau adanya infeksi
dengan proses penyakit selama 3x24 jam, Hipertemia mungkin 2. Mengetahui kenaikan suhu tubuh yang
(virus dalam berhubungan dengan proses penyakit 2. Kompres pasien pada lipatan tiba-tiba
darah/viremia). (virus dalam darah/viremia) dapat paha atau aksila 3. Pemberian kompres bbertujuan untuk
teratasi dengan kriteria hasil : 3. Selimuti pasien menurunkan suhu tubuhb pasien
1. Suhu tubuh dakam rentang 4. Berikan anti piretik 4. Pemberian selimut bertujuan untuk
normal mencegah terjadinya menggigil
2. Nadi dan RR dalam rentang 5. Mengurangi demam menggunakan terapi
normal farmakologi
3. Tidak ada perubahan warna kulit
dan tidak ada pusing
3 Resiko tinggi terjadinya Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor ketat tanda tanda 1. Agar tidak terjadi perdarahan
perdarahan berhubungan selama 3x24 jam, Resiko tinggi perdarahan 2. Mengurangi perdarahan
terjadinya perdarahan berhubungan 2. Monitor nilai lab (koagulasi) 3. Untuk mengetahui hasil trombosit
dengan trombositopenia dengan trombositopenia dapat teratasi yang meliputi setiap waktu
dengan kriteria hasil : PT,PTT,Trombosit 4. Agar tidak menambah terjadinya
1. Tidak ada hematuria dan 3. Pertahankan bedt rest selama perdarahan
hematemesis perdarahan aktif
2. Tekanan darah dalam batas 4. Lindungi pasien dari trauma
normal sistol dan diastole yang menyebabkan perdarahan
3. Tidak ada perdarahan pervagina
4. Tidak ada distensi abdominal
DAFTAR ISI
Hastuti, oktri.2018.Demam Berdarah Dengue Penyakit dan Cara
Penanganannya.Yogyakarta:Kanisius
Sudoyo, dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, 2, 3 edisi ke empat.
Internal Publishing; Jakarta