Anda di halaman 1dari 138

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE


DENGAN MASALAH RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS KULIT DI
RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

Disusun Oleh:
IDA PARWATI
NIM: 16.1411

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA
MALANG
2019
KARYA TULIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE


DENGAN MASALAH RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS KULIT
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep.) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang

Disusun Oleh :
IDA PARWATI
NIM: 16.1411

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA
MALANG
2019

i
iii
i
v
v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya penulis

dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada

Klien Chronic Kidney Disease dengan Masalah Resiko Gangguan Integritas

Kulit”. Penulis membuat karya tulis ilmiah untuk memenuhi sebagai persyaratan

dalam memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Panti Waluya Malang. Dalam pembuatan ini penulis telah banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ibu Maria Magdalena Setyaningsih, Ns.,Sp.Kep.Mat selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang

2. dr. Maria Tri Irama RDP, M. Kes selaku Direktur Rumah Sakit Panti

Waluya Malang yang telah memberikan kesempatan melaksanakan

penelitian di lahan praktik

3. Ibu Wisoedhani Widi Anugrahanti, S.KM., M.Kes selaku pembimbing I

yang telah memberikan ide, saran, arahan, dan waktunya dalam membantu

penyusunan karya tulis ilmiah

4. Bapak Wibowo, S. Kep., Ners., M. Biomed selaku pembimbing II yang

telah memberikan ide, saran, arahan, dan waktunya dalam membantu

penyusunan karya tulis ilmiah

5. Ibu Kristin Teguh Wahyuning, S. Kep., Ns selaku pembimbing III yang

telah meluangkan waktu dan bersedia memberikan bimbingan dalam

menyusun karya tulis ilmiah

v
6. Keluarga yang selalu mendukung, mendoakan, dan menyemangati dalam

setiap proses penulisan karya tulis ilmiah

7. Teman-teman di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang

yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah

membantu penulisan karya tulis ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah

ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi Institusi, bagi lahan penelitian, dan bagi

pembaca pada umumnya.

Malang, 18 Juni 2019

Penulis

vi
ABSTRAK
Parwati, Ida. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease
Dengan Masalah Resiko Gangguan integritas kulit Di Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang, Karya Tulis Ilmiah, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Panti Waluya Malang. Pembimbing (1) Wisoedhanie Widi A.,
S.KM., M.Kes (2)Wibowo, S.Kep.,Ners. M. Biomed.

Gagal Ginjal Kronis adalah kegagalan ginjal mempertahankan fungsi


metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan
penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah. Saat terjadi uremia zat
sisa metabolisme akan beresiko gangguan integritas kulit. Penelitian ini bertujuan
untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease
Dengan Masalah Resiko Gangguan Integritas Kulit Di RS Panti Waluya Sawahan
Malang. Desain yang digunakan studi kasus dengan 2 responden di ruang rawat
inap Pavilliun St. Maria Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang pada bulan
Maret 2019. Hasil pengkajian didapatkan pada kedua klien gagal ginjal kronis
yang memiliki masalah pada kulit seperti kering, perubahan warna kulit, kulit
terasa kasar dan hiperpigmentasi namun klien 1 juga mengalami edema dan tirah
baring. Pada kedua klien direncanakan tindakan yang sama hanya beberapa hal
yang membedakan dengan klien 1 seperti dilakukan mobilisasi, menganjurkan
memakai kasur khusus, memberikan bantalan pada bagian kulit dengan tulang
yang menonjol, pemberian diuretik. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil
evaluasi pada klien 1 dan 2 masalah resiko kerusakan integritas kulit tidak terjadi
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu untuk
memperhatikan kondisi klinis klien karena meskipun dengan diagnosa dan
masalah yang sama belum tentu kebutuhan kedua klien sama.

Kata kunci: CKD, Risiko Kerusakan Integritas Kulit

i
ABSTRACT

Parwati, Ida, 2019. Nursing Care In Clients Chronic Kidney Disease With Risk Of
Impaired Skin at Panti Waluya Sawahan Hospital, Malang. Scientific
Writing, Institute of Health Science Panti Waluya. Mentor: (1)
Wisoedhanie Widi A., S.KM., M.Kes (2)Wibowo, S.Kep.,Ners. M.
Biomed.

Chronic Kidney Disease is the failure of the kidneys to maintain metabolic


functions, fluid and electrolyte balance which is characterized by the metabolic
(uremic toxic) accumulation in the blood. When uremia occurs, metabolic waste
substances will be at risk of impaired to skin integrity. The purpose of this study
is to provide nursing care to Clients of Chronic Kidney Disease with Risk of
Impaired to Skin Integrity at Panti Waluya Sawahan Hospital, Malang. The
design of this study used a case study method with 2 respondents at Pavilliun St.
Maria Panti Waluya Sawahan Hospital in March 2019. The results of the study
were obtained in both chronic kidney disease clients who had skin problems such
as dryness, skin discoloration, rough and hyperpigmented skin but on first client
also experienced edema and bed rest. Both clients had given same nursing
interventions but there was only few things different, on first client was assisted
mobilization, recommend using a specific mattress, gave cushion to the skin with
prominent bones, gave diuretics. Based on the research, the result of this study
was both clients did not experience the risk of impaired skin after given nursing
intervention for three days. This research is expected to be an advice in providing
nursing care, which is to pay attention on client's clinical condition because even
with the diagnosis and problem were same, client’s need is not necessarily same.

Keywords: CKD, Risk of impaired Skin Integrity

x
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER..............................................................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

ABSTRAK..............................................................................................................ix

ABSTRACT...............................................................................................................x

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv

DAFTAR BAGAN...............................................................................................xvi

DAFTAR TABEL................................................................................................xvii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Batasan Masalah.............................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.4 Tujuan.............................................................................................................4

1.4.1 Tujuan Umum..........................................................................................4

1.4.2 Tujuan Khusus.........................................................................................4

1.5 Manfaat...........................................................................................................5

1.5.1 Manfaat Teoritis.......................................................................................5

1.5.2 Manfaat Praktis........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7

2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal.........................................................................7

2.1.1 Struktur Ginjal..........................................................................................7

x
2.1.2 Bagian – Bagian Ginjal............................................................................8

2.1.3 Fungsi Ginjal...........................................................................................9

2.2 Konsep Chronic Kidney Disease....................................................................9

2.2.1 Definisi Chronic Kidney Disease............................................................9

2.2.2 Etiologi..................................................................................................10

2.2.3 Klasifikasi Chronic Kidney Disease......................................................12

2.2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................13

2.2.5 Patofisiologi Chronic Kidney Disease...................................................14

2.2.6 Pathway..................................................................................................16

2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................17

2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit.........................................................................19

2.3.1 Struktur Kulit.........................................................................................19

2.3.2 Lapisan Kulit.........................................................................................19

2.3.3 Fungsi Kulit...........................................................................................20

2.4 Konsep Resiko Gangguan integritas kulit....................................................22

2.4.1 Definisi Resiko Gangguan integritas kulit.............................................22

2.4.2 Etiologi Resiko Gangguan integritas kulit.............................................22

2.4.3 Masalah Pada Kulit................................................................................23

2.4.4 Penatalaksanaan Resiko Gangguan integritas kulit...............................24

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Chronic Kidney Disease....................25

2.5.1 Pengkajian..............................................................................................25

2.5.2 Pemeriksaan Fisik (Head To Toe).........................................................27

2.5.3 Skor Resiko Gangguan integritas kulit..................................................34

2.5.4 Diagnosa Keperawatan..........................................................................35

2.5.5 Intervensi Keperawatan.........................................................................38

2.5.6 Implementasi Keperawatan...................................................................40

2.5.7 Evaluasi Keperawatan...........................................................................40

x
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................42

3.1 Desain Penelitian..........................................................................................42

3.2 Batasan Istilah..............................................................................................42

3.3 Partisipan......................................................................................................43

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................43

3.5 Pengumpulan Data.......................................................................................43

3.6 Uji Keabsahan Data......................................................................................44

3.7 Analisa Data.................................................................................................44

3.8 Etika Penulisan.............................................................................................45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................46

4.1 Hasil..............................................................................................................46

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data....................................................46

4.1.2 Pengkajian..............................................................................................47

4.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang...................................................................47

4.1.4 Pola Konsep Diri....................................................................................49

4.1.5 Perubahan Pola Kesehatan.....................................................................51

4.1.6 Pemeriksaan fisik...................................................................................53

4.1.7 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................58

4.1.8 Terapi.....................................................................................................60

4.1.9 Analisa Data...........................................................................................61

4.1.10 Diagnosa Keperawatan........................................................................64

4.1.11 Intervensi.............................................................................................64

4.1.12 Implementasi........................................................................................67

4.1.13 Evaluasi................................................................................................70

4.2 Pembahasan..................................................................................................74

4.2.1 Pengkajian..............................................................................................74

4.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................75

x
4.2.3 Rencana Keperawatan...........................................................................76

4.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................................78

4.2.5 Evaluasi..................................................................................................79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................80

5.1 Kesimpulan...................................................................................................80

5.1.1 Pengkajian..............................................................................................80

5.1.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................81

5.1.3 Rencana Keperawatan...........................................................................81

5.1.4 Implementasi Keperawatan...................................................................82

5.1.5 Evaluasi..................................................................................................82

5.2 Saran.............................................................................................................82

5.2.1 Bagi Lahan Penelitian............................................................................82

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan.......................................................................83

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya.......................................................................83

Daftar Pustaka........................................................................................................84

Lampiran................................................................................................................88

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ginjal Tampak Samping....................................................................7

Gambar 2.2 Kulit.................................................................................................19

Gambar 2.3 Gambar NRS....................................................................................34

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway CKD..................................................................................16

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi National Kidney Foundation...........................................13

Tabel 2.2 Skor kulit kering................................................................................24

Tabel 2.3 Intervensi keperawatan......................................................................38

Tabel 4.1 Identitas Klien...................................................................................47

Table 4.2 Riwayat Penyakit...............................................................................47

Table 4.3 Persepsi Diri......................................................................................49

Tabel 4.4 Perubahan pola kesehatan.................................................................51

Tabel 4.5 Pemeriksaan fisik klien CKD...........................................................53

Tabel 4.6 Pemeriksaan Radiologi Klien 1.........................................................58

Tabel 4.7 Pemeriksaan Laboratorium Klien 1...................................................58

Tabel 4. 8 Pemeriksaan Radiologi Klien 2........................................................59

Tabel 4.9 Pemeriksaan Laboratorium Klien 2...................................................59

Tabel 4.10 Terapi...............................................................................................60

Tabel 4.11 Analisa Data....................................................................................61

Tabel 4.12 Diagnosa Keperawatan....................................................................64

Tabel 4.13 Intervensi Keperawatan...................................................................64

Tabel 4.14 Implementasi pada klien 1...............................................................67

Tabel 4.15 Implementasi pada klien 2...............................................................69

Table 4.16 Evaluasi klien 1...............................................................................70

Tabel 4.17 Evaluasi klien 2...............................................................................72

Tabel 4.18 Pembahasan Pengkajian..................................................................74

Tabel 4.19 Pembahasan Diagnosa Keperawatan...............................................75

Tabel 4.20 Pembahasan Tujuan Intervensi........................................................76

xv
Tabel 4.21 Pembahasan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan.......................76

Table 4.22 Pembahasan Intervensi Keperawatan..............................................76

Tabel 4.23 Pembahasan Implementasi Keperawatan........................................78

Tabel 4.24 Pembahasan Evaluasi......................................................................79

xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan................................................................87

Lampiran 2 Surat Balasan Studi Pendahuluan..................................................88

Lampiran 3 Surat Penelitian..............................................................................89

Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian................................................................90

Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden 1.......................................91

Lampiran 6 Surat Persetujuan Menjadi Responden 2.......................................92

Lampiran 7 Surat Peryataan Home Care...........................................................93

Lampiran 8 Lembar Konsultasi Pembimbing 1.................................................94

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing 2.................................................99

Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing 3.............................................103

Lampiran 11 Satuan Acara Penyuluhan..........................................................105

Lampiran 12 Leflet..........................................................................................116

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit

pada ginjal yang sudah berlangsung dari 3 bulan atau lebih yang dimana

ginjal sudah tidak bisa mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan

dan elektrolit yang menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen tetap

berada dalam darah (Bruner & Suddarth, 2001 dalam Haryono, 2013; Mc

Clellan, 2006 dalam Prabowo & Pranata, 2014). Penyebab CKD adalah

penyakit glomerulonephritis, infeksi kronis, kelainan kongenital, penyakit

vaskuler, obstruksi saluran kemih, obat-obatan nefrotoksik (Robinson, 2013

dalam Prabowo & Pranata, 2014).

Angka kejadian CKD menurut Hill et al (2016) berdasarkan hasil dari

systemic review dan metaanalysis yang telah dilakukannya didapatkan

prevalensi di dunia CKD sebesar 13,4%. Di Indonesia menurut Riskesdas

tahun 2013 terdapat 0,2% penderita terdiagnosis CKD karena di Indonesia

sebagian besar baru diketahui pada tahap lanjut dan akhir oleh sebab itu

angkanya lebih rendah daripada negara lain. Sementara itu, provinsi Jawa

Timur sebesar 0,3% penderita CKD sehingga menduduki peringkat ke-5 di

Indonesia dan angka kejadian di Indonesia meningkat pada umur 35-75 tahun

ke atas dan paling tinggi pada umur 75 tahun ke atas daripada pada kelompok

umur 25-34 tahun (InfoDATIN, 2017). Pada tahun 2016 menurut Indonesian

1
2

Renal Registry terdapat 78.281 pasien yang menjalani hemodialisa dan pada

tahun 2017 meningkat menjadi 108.723 pasien (IRR, 2017). Pada tahun 2018

angka kejadian CKD menurut data dari rekam medis RS Panti Waluya

Malang dari bulan Januari-Desember penderita CKD sebanyak 128 penderita

CKD dalam rentang umur >60 tahun dan sebanyak 257 penderita CKD dalam

rentang umur 26-59 tahun (Data Rekam Medis RS Panti Waluya Sawahan,

2018).

Fenomena yang ditemui peneliti yaitu di RS Panti Waluya Malang pada bulan

Agustus tahun 2017 saat peneliti melakukan praktik klinik terdapat penderita

CKD di ruang rawat inap St. Anna Bawah dan Pavilliun Placida. Ada 2 orang

yang menderita CKD. Pasien 1 sudah menderita CKD sekitar 2 tahun dan

mulai mengalami gangguan kulit setelah 1 tahun seperti kulit kering, bersisik

dan mengelupas sebelum HD. Klien mengeluhkan kulit jadi terasa kasar dan

kering terutama di bagian kaki. Pada kulit jadi terlihat seperti ada retakan-

retakan seperti sisik ikan dan membuat klien merasa tidak nyaman. Pada

pasien 2 menderita CKD selama 2,5 tahun dan setelah beberapa minggu

menjalani HD mulai mengalami gangguan kulit kering, bersisik dan terasa

gatal. Pasien mengeluhkan rasa tidak nyaman terutama pada malam hari saat

tidur karena merasa gatal dan kulit terasa kasar. Pada saat digaruk terdapat

bekas garukan berupa garis putih. Saat dilakukan pemeriksaan lab didapatkan

kreatinin 1.10 mg/dL dan kadar ureum 80 mg/dL.


3

Resiko gangguan integritas kulit terjadi karena adanya gangguan reabsorbsi

sisa-sisa metabolisme yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal sehingga

terjadi peningkatan natrium dan ureum yang seharusnya dikeluarkan bersama

urine tetap berada dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan melalui

kapiler kulit yang bisa membuat pigmen kulit juga berubah (Baradero, Dayrit,

& siswadi, 2009; Haryono, 2013; Prabowo & Pranata 2014). Sisa limbah dari

tubuh yang seharusnya dibuang melalui urine terserap oleh kulit maka dapat

menyebabkan pruritus, perubahan warna kulit, uremic frosts dan kulit kering

karena sering melakukan hemodialisa (LeMone dkk, 2015).

Resiko gangguan integritas kulit apabila tidak segera ditangani bisa

mengiritasi dan menyebabkan luka yang bisa menjadi infeksi akibat garukan

pada kulit saat terasa gatal. Selain itu pada saat menggaruk maka rasa gatal

akan semakin berat hingga terjadi ekskoriasi, jika terjadi malam hari dapat

mengganggu pola tidur. Pada kulit kering dan bersisik akan menyebabkan

gangguan body image yang bisa membuat penderita menjadi kurang percaya

diri karena kulitnya mengalami kerusakan (LeMone dkk, 2015).

Perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan

yang komprehensif pada klien dengan masalah resiko gangguan integritas

kulit yaitu untuk mencegah terjadinya kerusakan. Salah satu tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga kelembapan kulit

agar tidak kering dengan memberikan pelembab dan memberikan KIE

tentang penyebab munculnya masalah kulit akibat CKD. Berdasarkan dari


4

uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus tentang

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease Dengan Masalah

Resiko Gangguan Integritas Kulit”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien

CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit di RS Panti Waluya

Sawahan Malang

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien CKD dengan masalah resiko

gangguan integritas kulit di RS Panti Waluya Sawahan Malang?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien CKD dengan masalah resiko

gangguan integritas kulit di RS Panti Waluya Sawahan Malang

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien CKD dengan masalah

resiko gangguan integritas kulit

2) Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien CKD dengan masalah

resiko gangguan integritas kulit


5

3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien CKD dengan masalah

resiko gangguan integritas kulit

4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien CKD dengan masalah

resiko gangguan integritas kulit

5) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien CKD dengan masalah

resiko gangguan integritas kulit

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

1) Bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan yang komprehensif

di bidang perawatan klien CKD dengan masalah resiko gangguan

integritas kulit

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Manfaat bagi perawat

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan CKD yang

mengalami resiko gangguan integritas kulit dengan tindakan

keperawatan yang komprehensif menjadi efektif.

2) Manfaat bagi institusi pendidikan

Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan kepada mahasiswa

tentang pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan CKD yang

mengalami masalah resiko gangguan integritas kulit.


6

3) Manfaat bagi Rumah Sakit

Memberikan bahan masukan yang diperlukan dalam memberikan

pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan CKD yang

mengalami masalah resiko gangguan integritas kulit untuk

meningkatkan kualitas pelayanan.

4) Manfaat bagi pasien dan keluarga

Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pasien dan keluarga

mengenai tindakan pencegahan untuk mengurangi terjadinya resiko

gangguan integritas kulit pada penderita CKD. Sehingga perawat, klien

dan keluarga bisa bekerjasama untuk mengurangi dampak yang akan

terjadi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Gambar 2.1 Ginjal tampak samping (Sobota, 2006)

2.1.1 Struktur Ginjal

Ginjal terletak di dinding posterior abdomen, di daerah lumbal, kanan dan

kiri tulang belakang, terbungkus lapisan lemak yang tebal, diluar rongga

peritoneum karena itu ginjal berada di belakang peritoneum. Ginjal kanan

memiliki posisi yang lebih rendah dari ginjal kiri karena terdapat hati yang

mengisi rongga abdomen sebelah kanan dengan panjang masing-masing

ginjal 6-7,5 cm dan tebal 1,5-2,5 cm dengan berat sekitar 140 gram pada

dewasa (Pearce, 2013).

7
8

2.1.2 Bagian – Bagian Ginjal

Menurut Haryono (2013) ginjal memiliki 3 bagian, yaitu:

1) Kulit ginjal (korteks) yang terdapat nefron sebanyak 1-1,5 juta yang

bertugas menyaring darah karena memiliki kapiler-kapiler darah yang

tersusun secara bergumpal yang disebut glomerulus yang dikelilingi

oleh Simpai Bownman, dan gabungan dari glomerulus dan Simpai

Bownman disebut malphigi yang merupakan tempat terjadinya

penyaringan darah (Haryono, 2013).

2) Sumsum ginjal (medula) terdapat piramid renal yang dasarnya

menghadap korteks dan puncaknya (apeks/papilla renis) mengarah ke

bagian dalam ginjal. Diantara bagian piramid terdapat jaringan korteks

yang disebut kolumna renal yang menjadi tempat berkumpulnya

ribuan pembuluh halus yang mengangkut urin hasil penyaringan darah

dalam badan malphigi setelah diproses yang merupakan lanjutan dari

Simpai Bownman (Haryono, 2013).

3) Rongga ginjal (pelvis renalis) merupakan ujung ureter yang

berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Pelvis renalis bercabang

menjadi dua atau tiga yang disebut kaliks mayor yang masing-masing

membentuk beberapa kaliks minor yang menampung urine yang

keluar dari papila. Dari kaliks minor urin ke kaliks mayor lalu ke

pelvis renis kemudian ke ureter hingga akhirnya ditampung di vesika

urinaria (Haryono, 2013).


9

2.1.3 Fungsi Ginjal

Ginjal memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh melalui pengeluaran

jumlah urin (Haryono, 2013).

b) Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan keseimbangan

ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit) apabila ada

pengeluaran ion yang abnormal ginjal akan meningkatkan ekskresi ion

yang penting (natrium, kalium, kalsium) (Haryono, 2013).

c) Mengatur keseimbangan asam basa dengan mensekresi urin sesuai

dengan pH darah yang berubah (Haryono, 2013)..

d) Mengekskresikan sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin)

obat-obatan, zat toksik dan hasil metabolisme pada hemoglobin

(Haryono, 2013).

e) Mengatur fungsi hormonal seperti mensekresi hormone renin untuk

mengatur tekanan darah dan metabolisme dengan membentuk

eritropoiesis yang berperan dalam proses pembentukan sel darah

merah (Haryono, 2013)

2.2 Konsep Chronic Kidney Disease

2.2.1 Definisi Chronic Kidney Disease

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal dalam

menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta keseimbangan

cairan dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang progresif ditandai
1

dengan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah (Muttaqin

& Sari, 2014).

2.2.2 Etiologi

CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit komplikasi

yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal (Muttaqin & Sari

2011). Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014)

penyebab CKD, yaitu:

a) Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)

b) Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)

c) Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)

d) Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)

e) Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)

f) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)

Sedangkan menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa

memicu munculnya CKD, yaitu:

1) Penyakit dari ginjal

a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis

b) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis

c) Batu ginjal: nefrolitiasis

d) Kista di ginjal: polycitis kidney

e) Trauma langsung pada ginjal

f) Keganasan pada ginjal

g) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur


1

2) Penyakit umum di luar ginjal

a) Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol

tinggi sangat berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada

ginjal. Saat kadar insulin dalam darah berlebih akan

menyebabkan resistensi insulin yang dapat meningkatkan

lipolisis pada jaringan adiposa yang membuat lemak dalam

darah meningkat termasuk kolesterol dan trigliserida.

Hiperkolesterolemia akan meningkatkan LDL-kol dan

penurunan HDL-kol yang akan memicu aterosklerosis karena

ada akumulasi LDL-kol yang akan membentuk plak pada

pembuluh darah. Terbentuknya plak akan membuat retensi

natrium sehingga tekanan darah naik. Retensi ini yang

nantinya akan merusak struktur tubulus ginjal (Noviyanti

dkk, 2015).

b) Dyslipidemia karena dapat memicu aterosklerosis akibat

akumulasi LDL-kol sehingga memunculkan plak pada

pembuluh darah yang akan meningkatkan tekanan darah

karena ada retensi natrium bisa membuat ginjal rusak

(Noviyanti dkk, 2015).

c) SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit

autoimun yang dapat menyebabkan peradangan pada jaringan

dan pembuluh darah di semua bagian tubuh, terutama

menyerang pembuluh darah di ginjal. Pembuluh darah dan

membran pada ginjal akan menyimpan bahan kimia yang


1

seharusnya ginjal keluarkan dari tubuh karena hal ini ginjal

tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Roviati, 2012).

d) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena

apabila tidak segera diobati maka bakteri, virus dan parasit

akan menggerogoti organ yang ditempati hingga nanti akan

menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan

menyerang organ lain seperti ginjal (Mohamad dkk, 2016).

e) Preeklamsi menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi

penurunan aliran darah ke ginjal yang berakibat GFR

menurun dan laju ekskresi kreatinin dan urea juga menurun

(Fadhila dkk, 2018).

f) Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping

yaitu meningkatkan serum kreatinin jika digunakan dalam

jangka panjang (Irawan, 2014)

g) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar, diare)

akan membuat seseorang mengalami dehidrasi sehingga akan

membuat urine menjadi lebih pekat (Arifa dkk, 2017).

2.2.3 Klasifikasi Chronic Kidney Disease

Dalam Muttaqin dan Sari, 2011 CKD memiliki kaitan dengan penurunan
Glomerular Filtration Rate (GFR), maka perlu diketahui derajat CKD untuk
mengetahui tingkat prognosanya.
1

Tabel 2.1 Klasifikasi National Kidney Foundation

Stadium Deskripsi GFR


(ml/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau >90
meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan GFR meningkat 60-89
atau ringan
3 Kerusakan ginjal dengan GFR meningkat 30-59
atau sedang
4 Kerusakan ginjal dengan GFR meningkat 15-29
atau berat
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis
(Sumber: Sudoyo, 2015)

Penurunan GFR menurut Suwitra (2009) dalam Kandacong (2017) dapat

diukur dengan menggunakan rumus Cockroft-Gault untuk mengetahui

derajat penurunan fungsi ginjal:


(140−umur) ×𝐵𝐵
LFG/GFR (ml/mnt/1.73m²) = *)
72 ×kreatinin plasma (𝑚g⁄𝑑𝑙)

*) pada perempuan dikalikan 0,85

2.2.4 Manifestasi Klinis

Menurut Haryono (2013) & Robinson (2013) CKD memiliki tanda dan

gejala sebagai berikut:

a) Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka akan

muncul hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur keseimbangan

cairan dan elektrolit dan gangguan reabsorpsi menyebabkan sebagian

zat ikut terbuang bersama urine sehingga tidak bisa menyimpan

garam dan air dengan baik. Saat terjadi uremia maka akan

merangsang reflek muntah pada otak.


1

b) Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati,

pitting edema, pembesaran vena leher

c) Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri

pleura, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat

d) Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan

kecoklatan,biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea

pada kulit, warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering

bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar

e) Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan

dan kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat.

f) Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan

siklus menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolisme

karbohidrat.

g) Sistem muskulosekeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot,

fraktur tulang.

h) Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis

2.2.5 Patofisiologi Chronic Kidney Disease

CKD diawali dengan menurunnya fungsi ginjal, sebagian nefron (termasuk

glomerulus dan tubulus) ada yang utuh dan yang lainnya rusak. Akibatnya

nefron yang utuh atau sehat mengambil ahli tugas nefron yang rusak.

Nefron yang sehat akhirnya meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsinya

dan ekskresinya meski GFR mengalami penurunan, serta mengalami

hipertropi. Semakin banyak nefron yang rusak maka beban kerja pada
1

nefron yang sehat semakin berat yang pada akhirnya akan mati. Fungsi renal

menurun akibatnya produk akhir metabolisme dari protein yang seharusnya

diekskresikan kedalam urin menjadi tertimbun dalam darah dan terjadi

uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh (Nursalam & Batticaca,

2009; Mutaqqin & Sari, 2011; Haryono, 2013). Salah satunya yaitu sistem

integumen karena adanya gangguan pada reabsorbsi sisa-sisa metabolisme

yang tidak dapat dieksresikan oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan

natrium dan ureum yang seharusnya dikeluarkan bersama urine tetap berada

dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan melalui kapiler kulit yang

bisa membuat pigmen kulit juga berubah (Baradero, Dayrit, & siswadi,

2009; Haryono, 2013; Prabowo & Pranata 2014). Karena sisa limbah dari

tubuh yang seharusnya dibuang melalui urine terserap oleh kulit maka dapat

menyebabkan pruritus, perubahan warna kulit, uremic frosts dan kulit

kering karena sering melakukan hemodialisa (LeMone dkk, 2015). Sindrom

uremia juga bisa menyebabkan respon pada muskuloskeletal yaitu terdapat

ureum pada jaringan otot yang bisa menyebabkan otot mengalami

kelemahan, kelumpuhan, mengecil dan kram. Akibatnya bisa menyebabkan

terjadi miopati, kram otot dan kelemahan fisik (Muttaqin & Sari, 2014).

Saat seseorang mengalami gangguan pada jaringan otot bisa membuat

kesulitan dalam beraktivitas hingga tirah baring yang lama hingga bisa

menyebabkan penekanan pada area tulang yang menonjol dan akan terjadi

luka tekan. Sehingga terjadilah gangguan integritas kulit pada penderita

CKD.
1

2.2.6 Pathway

Mekanisme kompensasi dan adaptasi dari nefron


Berbagai kondisi yang
CKD
menyebabkan terjadinya
penurunan fungsi nefron

GFR menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektro
Destruksi struktur ginjal secara
progresif

Respon
muskuloskeletal,
Penumpukan toksik uremik di ureum pada jaringan
dalam darah, ketidakseimbangan Sindrom
cairan dan elektrolit Uremik Kelemahan fisik

Respon integumen kulit


pada jaringan kulit Penekanan
jaringan
Diekskresikan melaui kapiler kulit Atrofiurine
Penimbunankeratinoid dan pigmen kelenjar keringat dan minyak
Peningkatan produksi melanin
Pajanan matahari

Uremic frost Perubahan warna kulit Kulit kering


Hiperpigmentasi

pruritus

Keterangan: Resiko Gangguan integritas kulit

= Diteliti : Faktor yang mempengaruhi

= Tidak diteliiti : Berhubungan

Bagan 2.1 Pathway CKD (Muttaqin & Sari, 2014)


1

2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien CKD, yaitu:

a) Pemeriksaan pada urine yang meliputi:

1) Volume urine pada orang normal yaitu 500-3000 ml/24 jam atau

1.200 ml selama siang hari sedangkan pada orang CKD produksi

urine kurang dari 400 ml/24 jam atau sama sekali tidak ada

produksi urine (anuria) (Debora, 2017).

2) Warna urine pada temuan normal transparan atau jernih dan

temuan pada orang CKD didapatkan warna urine keruh karena

disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen

kotor, kecoklatan karena ada darah, Hb, myoglobin, porfirin

(Nuari & Widayati, 2017).

3) Berat jenis untuk urine normal yaitu 1.010-1.025 dan jika<1.010

menunjukan kerusakan ginjal berat (Nuari & Widayati, 2017).

4) Klirens kreatinin kemungkinan menurun dan untuk nilai

normalnya menurut Verdiansah (2016), yaitu:

a) Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2

b) Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2

5) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) menunjukkan kerusakan

glomerulus bila SDM dan fragmen ada. Normalnnya pada urine

tidak ditemukan kandungan protein.


1

b) Pemeriksaan darah pada penderita CKD menurut Nuari & Widayati

(2017)

1) BUN meningkat dari keadaan normal 10.0-20.0 mg/dL, kreatinin

meningkat dari nilai normal <0.95 mg/dL, ureum lebih dari nilai

normal 21-43 mg/dL

2) Hemoglobin biasanya < 7-8 gr/dl

3) SDM menurun dari nilai normal 4.00-5.00, defisiensi eritopoetin

4) BGA menunjukkan asidosis metabolik, pH <7,2

5) Natrium serum rendah dari nilai normal 136-145 mmol/L

6) Kalium meningkat dari nilai normal 3,5-5 mEq/L atau 3,5-5

mmol/L

7) Magnesium meningkat dari nilai normal 1,8-2,2 mg/dL

8) Kalsium menurun dari nilai normal 8,8-10,4 mg/dL

9) Protein (albumin) menurun dari nilai normal 3,5-4,5 mg/dL

c) Pielografi intravena bisa menunjukkan adanya abnormalitas pelvis

ginjal dan ureter. Pielografi retrograde dilakukan bila muncul

kecurigaan adanya obstruksi yang reversibel. Arteriogram ginjal

digunakan untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi

ekstravaskular massa (Haryono, 2013).

d) Ultrasono ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal serta ada

atau tidaknya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian

atas (Nuari & Widayati, 2017)

e) Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel

jaringan untuk diagnosis histologis (Haryono, 2013).


1

2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit

Gambar 2.2 Kulit (Pearce, 2012)

2.3.1 Struktur Kulit

Kulit merupakan sistem integumen yang melindungi dan menutupi

permukaan tubuh. Di dalam kulit ada ujung saraf peraba yang mempunyai

banyak fungsi (Pearce, 2012).

2.3.2 Lapisan Kulit

Kulit memiliki 3 lapisan, yaitu:

1) Epidermis merupakan lapisan paling luar dengan ketebalan sekitar

0,1 mm yang berfungsi sebagai barier pelindung. Epidermis sangat

bergantung pada lapisan dermis untuk memperoleh suplai oksigen

dan nutrisi karena epidermis tidak memiliki pembuluh darah sendiri

(Debora, 2017).

2) Dermis memiliki fibroblas yang menghasilkan kolagen dan serat

elastin sehingga saat direnggangkan akan kembali ke bentuk semula

tetapi seiring waktu berlalu kulit akan kehilangan kelenturannya.

Lapisan ini memiliki banyak pembuluh darah kapiler untuk


2

memberikan nutrisi untuk lapisan dermis sendiri dan lapisan

epidermis (Debora, 2017).

3) Hipodermis atau lapisan subkutan terdiri dari lapisan lemak.

Jaringan ini terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung

kolagen, serat elastin, dan banyak sel darah putih yang akan keluar

dari pembuluh darah kapiler yang akan menyebar dan membunuh

bakteri patogen yang masuk melalui kulit yang rusak (Debora,

2017).

2.3.3 Fungsi Kulit

Kulit memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Fungsi proteksi sebagai pelindung tubuh dari berbagai gangguan

fisik seperti gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat

menimbulkan iritasi, serta gangguan panas (Syaifuddin, 2018).

2) Fungsi absorpsi dimana penyerapan terjadi di celah antarsel lalu

menembus sel-sel epidermis dan saluran kelenjar. Kulit memiliki

sifat permeabel pada cairan yang mudah menguap seperti oksigen,

karbondioksida, dan uap air. Namun tidak mudah menyerap pada air,

larutan dan benda padat (Syaifuddin, 2018).

3) Fungsi ekskresi dengan mengeluarkan zat yang tidak berguna hasil

sisa metabolisme seperti natrium klorida (garam), urea, asam urat

dan ammonia melalui kelenjar kulit (Syaifuddin, 2018).

4) Fungsi persepsi karena di lapisan dermis dan subkutis ada ujung-

ujung saraf sensorik. Panas dapat dirasakan oleh lapisan dermis dan
2

subkutis dan rasa dingin dapat dirasakan oleh lapisan dermis. Jika

perabaan oleh papilla dermis dan markel renvier, sedangkan untuk

tekanan dirasakan oleh lapisan epidermis (Syaifuddin, 2018).

5) Kulit sebagai pengatur suhu karena pada saat vasodilatasi arteriol

memekar, kulit menjadi lebih panas dan panas berlebih tersebut akan

cepat terpancar dan hilang disebabkan bertambah aktifnya kelenjar

keringat sehingga terjadi penguapan cairan dari permukaan tubuh.

Akan tetapi, pada saat vasokonstriksi pembuluh darah di kulit akan

mengerut, kulit berubah menjadi pucat dan dingin maka pengeluaran

keringat hampir dihentikan dan penghilangan panas akan dibatasi.

(Pearce, 2012).

6) Fungsi pembentukan pigmen terletak pada lapisn basal dan sel dari

rigi saraf. Melanosit akan membentuk warna pada kulit karena

memiliki enzim melanosom dan sinar matahari mempengaruhi

melanosom, lalu tangan-tangan dendrit akan menyebarkan pigmen

ke dermis (Syaifuddin, 2018).

7) Fungsi keratinasi terjadi melalui proses sintesis dan generasi yang

berubah menjadi lapisan tanduk yang terjadi sekitar 14-21 hari.

8) Fungsi pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang

mengubah dihidroksi kolesterol (Syaifuddin, 2018).


2

2.4 Konsep Resiko Gangguan integritas kulit

2.4.1 Definisi Resiko Gangguan integritas kulit

Resiko gangguan integritas kulit adalah suatu keadaan yang terjadi di mana

lapisan epidermis dan atau dermis beresiko untuk mengalami perubahan

(Moorhead et al, 2013).Sedangkan resiko gangguan integritas kulit menurut

Ackley dan Ladwig (2011) adalah dimana kulit beresiko untuk mengalami

perubahan untuk menjadi buruk.

2.4.2 Etiologi Resiko Gangguan integritas kulit

1. Kulit kering pada penderita CKD terjadi karena penumpukan urea (urea

frost) (Aisara, Azmi, & Yanni, 2018).

2. Garukan berulang akan menyebabkan ekskoriasi, pendarahan maupun

infeksi pada kulit (Astuti & Husna, 2017).

3. Memar yang disebabkan oleh adanya trauma kecil dan bisa menjadi

gambaran adanya gangguan pada aktivitas keping darah dan pembuluh

darah kulit yang rapuh (Chamberlain’s, 2012).

4. Pajanan sinar matahari karena uremia mempengaruhi hormon MSH

sehingga terjadi peningkatan produksi melanin menyebabkan

hiperpigmentasi (Harlim dan Yogyartono, 2012).

5. Pada penderita CKD yang mengalami anemia akan membuat kulit

tampak pucat (Chamberlain’s, 2012).

6. Uremia bisa menyebabkan menjadi kulit kering dan mengelupas dengan

warna coklat kekuningan (Chamberlain’s, 2012).


2

7. Konsumsi obat kortikosteroid dalam jangka panjang akan membuat

hilangnya jaringan dibawah kulit akibatnya kulit menjadi rapuh, tipis

dan mudah memar karena trauma kecil (Chamberlain’s, 2012).

8. Sindrom nefrosis menyebabkan kuku menjadi rapuh karena kehilangan

protein (Chamberlain’s, 2012).

2.4.3 Masalah Pada Kulit

Ada beberapa masalah kulit yang sering dialami sehingga bisa

menyebabkan gangguan integritas kulit, yaitu:

a) Pruritus bisa menyebabkan orang memiliki keinginan untuk

menggaruk karena adanya sensasi gatal baik di area yang kecil dan

terbatas atau bisa area yang luas. Pruritus bisa menjadi manifestasi

sekunder dari gangguan sistemik yang meliputi jenis kanker tertentu,

diabetes melitus, penyakit hati dan gagal ginjal. Efek dari pruritus

karena sering menggaruk yaitu terjadi kemerahan, bintul, perubahan

pigmentasi, dan infeksi (LeMone dkk, 2015).

b) Xerosis atau biasa disebut juga kulit kering terjadi karena adanya

penurunan aktivitas pada kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

sehingga mengurangi lubrikasi kulit dan retensi pelembap. Xerosis

terjadi karena adanya penurunan asupan cairan, mandi secara

berlebihan, kelembapan yang rendah, sinar matahari dan panas

lingkungan. Kondisi ini kebanyakan dialami oleh lansia namun

kondisi ini juga bisa terjadi pada semua umur (LeMone dkk, 2015).
2

c) Uremic frost atau pembekuan uremia yang terjadi karena adanya

akumulasi dan pembentukan kristal urea dan sisa-sisa produk

nitrogen lain yang dikeluarkan oleh keringat sehingga terjadi

endapan (Chamberlain’s, 2012).

d) Memar terjadi karena adanya trauma kecil dan menandakan adanya

gangguan pada aktivitas keping darah dan pembuluh darah yang

berada dikulit rapuh (Chamberlain’s, 2012).

e) Menurut Amano dkk (2017) tingkatan kulit kering menggunakan 5

poin skala kekeringan melalui visual.

Tabel 2.2 Skor kulit kering

Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak sedikit keputihan
2 Mengelupas, permukaan agak kasar
3 Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit celah, kasar, tampak
retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)

2.4.4 Penatalaksanaan Resiko Gangguan integritas kulit

a) Perhatikan perawatan yang baik untuk kulit dengan menjaga personal

hygiene seperti mandi atau seka dengan tidak menggunakan sabun yang

mengandung gliserin yang akan membuat kulit bertambah kering

(Prabowo & Pranata, 2014).

b) Memberikan KIE bagaimana cara untuk mengurangi kulit kering dan

pruritus (LeMone, Priscilla dkk 2015).

c) Gunakan sabun yang mengandung lemak dan lotion yang tidak

memiliki kandungan alkohol untuk membuat rasa gatal berkurang

(Prabowo & Pranata, 2014).


2

d) Berikan obat antipruritus untuk mengurangi rasa gatal bila diperlukan

(Nursalam, & Baticaca, 2009)

e) Terapi dialisis untuk menghilangkan produk akhir metabolisme protein

seperti ureum dan kreatinin dari dalam darah, serta menghilangkan

kelebihan cairan dari darah (Black & Hawks, 2014).

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Chronic Kidney Disease

2.5.1 Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan CKD meliputi beberapa

hal, yaitu:

a) Biodata

Tanyakan identitas klien meliputi nama lengkap, tanggal lahir,

alamat dan sebagainya lalu cocokkan dengan label nama untuk

memastikan bahwa setiap rekam medis, catatan, hasil tes dan

sebagainya memang milik klien (Gleadle, 2007).

Menurut Prabowo & Pranata (2014) pekerjaan dan pola hidup tidak

sehat juga memiliki keterkaitan dengan penyakit CKD karena itu

laki-laki sangat beresiko.

b) Keluhan utama

Pada klien CKD dengan masalah kulit biasanya memiliki keluhan

seperti kulit kering sampai bersisik, kasar, pucat, gatal, mengalami

iritasi karena garukan, edema (Nursalam, & Baticaca, 2009;

Muttaqin & Sari, 2011).


2

c) Riwayat kesehatan sekarang

Klien akan mengeluhkan mengalami penurunan urine output

(oliguria) sampai pada anuria, anoreksia, mual dan muntah, fatigue,

napas berbau urea, adanya perubahan pada kulit. Kondisi ini terjadi

karena penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam

tubuh karena ginjal mengalami kegagalan dalam filtrasi (Muttaqin &

Sari, 2014; Prabowo & Pranata, 2014).

d) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat pemakaian obat-obatan, ada riwayat gagal ginjal akut, ISK,

atau faktor predisposisi seperti diabetes melitus dan hipertensi

biasanya sering dijumpai pada penderita CKD (Muttaqin & Sari,

2011).

e) Riwayat Psikososial

Menurut Muttaqin & Sari (2014) CKD bisa menyebabkan gangguan

pada kondisi psikososial klien seperti adanya gangguan peran pada

keluarga karena sakit, kecemasan karena biaya perawatan dan

pengobatan yang banyak, gangguan konsep diri (gambaran diri).

f) Kebutuhan dasar manusia meliputi:

1) Pola nutrisi: Pada klien CKD terjadi peningkatan BB karena

adanya edema, namun bisa juga terjadi penurunan BB karena

kebutuhan nutrisi yang kurang ditandai dengan adanya anoreksia

serta mual atau muntah (Rendi & Margareth, 2012).

2) Pola eliminasi: Pada klien CKD akan terjadi oliguria atau

penurunan produksi urine kurang dari 30 cc/jam atau 500 cc/24


2

jam. Bahkan bisa juga terjadi anuria yaitu tidak bisa

mengeluarkan urin selain itu juga terjadi perubahan warna pada

urin seperti kuning pekat, merah dan coklat (Haryono 2013;

Debora, 2017).

3) Pola istirahat dan tidur: Pada klien CKD istirahat dan tidur akan

terganggu karena terdapat gejala nyeri panggul, sakit kepala,

kram otot dan gelisah dan akan memburuk pada malam hari

(Haryono, 2013).

4) Pola aktivitas: Pada klien CKD akan terjadi kelemahan otot dan

kelelahan yang ekstrem (Rendi & Margareth, 2012).

5) Personal Hygiene: Pada klien CKD penggunaan sabun yang

mengandung gliserin akan mengakibatkan kulit bertambah

kering (Prabowo & Pranata, 2014).

2.5.2 Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

Pemeriksaan pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan

pemeriksaan fisik meliputi:

1) Tekanan darah: pada klien CKD tekanan darah cenderung mengalami

peningkatan dari hipertensi ringan hingga berat. Sedangkan rentang

pengukuran tekanan darah normal pada dewasa yaitu 100-140/60-90

mmHg dengan rata-rata 120/80 mmHg dan pada lansia 100-160/ 60-90

mmHg dengan rata-rata 130/180 mmHg.


2

2) Nadi: pada klien CKD biasanya teraba kuat dan jika disertai dengan

disritmia jantung nadi akan teraba lemah halus. Frekuensi normal pada

nadi orang dewasa yaitu 60-100 x/menit.

3) Suhu: pada klien CKD biasanya suhu akan mengalami peningkatan

karena adanya sepsis atau dehidrasi sehingga terjadi demam. Suhu pada

dewasa normalnya berbeda pada setiap lokasi. Pada aksila 36,4⁰C,

rektal 37,6°C, oral 37,0°C.

4) Frekuensi pernapasan pada klien CKD akan cenderung meningkat

karena terjadi takipnea dan dispnea. Rentang normal frekuensi

pernapasan pada dewasa 12-20 x/menit dengan rata-rata 18 x/menit.

5) Keadaan umum pada klien CKD cenderung lemah dan nampak sakit

berat sedangkan untuk tingkat kesadaran menurun karena sistem saraf

pusat yang terpengaruhi sesuai dengan tingkat uremia yang

mempengaruhi (Rendi & Margareth, 2012; Muttaqin & Sari, 2014;

Debora, 2017).

Setelah pemeriksaan TTV selesai selanjutnya pemeriksaan fisik,

meliputi:

1) Kepala

Inspeksi:

Pada klien CKD, rambut tampak tipis dan kering, berubah warna dan

mudah rontok, wajah akan tampak pucat, kulit tampak kering dan

kusam (Williams & Wilkins, 2011; Debora 2017).

Palpasi:

Rambut akan terasa kasar, kulit terasa kasar (Haryono, 2013)


2

2) Telinga

Inspeksi:

Periksa kesimetrisan dan posisi kedua telinga, produksi serumen,

warna, kebersihan dan kemampuam mendengar. Pada klien CKD

lihat adanya uremic frost (Nursalam & Batticaca, 2009; Debora,

2017).

Palpasi:

Periksa ada tidaknya massa, elastisitas atau nyeri tekan pada tragus,

pada klien CKD kulit akan terasa kasar karena kering (Nursalam &

Batticaca, 2009; Debora, 2017).

3) Mata

Inspeksi:

Pada klien CKD akan tampak kalsifikasi (endapan mineral kalsium

fosfat) akibat uremia yang berlarut-larut di daerah pinggir mata, di

sekitar mata akan tampak edema, penglihatan kabur dan konjungtiva

akan terlihat pucat jika ada yang mengalami anemia berat

(Chamberlain’s, 2012;Haryono, 2013; Debora, 2017).

Palpasi:

Bola mata akan teraba kenyal dan melenting, pada sekitar mata akan

teraba edema (Chamberlain’s, 2012; Debora, 2017).


3

4) Hidung

Inspreksi:

Periksa adanya produksi sekret, ada atau tidak pernapasan cuping

hidung, kesimetrisan kedua lubang hidung, pada kulit akan telihat

kering dan kusam (Chamberlain’s, 2012; Debora, 2017).

Palpasi:

Periksa ada massa dan nyeri tekan pada sinus atau tidak, ada

dislokasi tulang hidung atau tidak, akan terasa kasar (Chamberlain’s,

2012; Debora, 2017).

5) Mulut

Inspeksi:

Pada saat bernapas akan tercium bau ammonia karena faktor uremik,

ulserasi pada gusi, bibir tampak kering (Williams & Wilkins, 2011).

6) Leher

Inspeksi:

Periksa ada massa atau tidak, pembengkakan atau kekakuan leher,

kulit kering, pucat, kusam (Williams & Wilkins, 2011; Debora,

2017).

Palpasi:

Periksa adanya pembesaran kelenjar limfe, massa atau tidak. Periksa

posisi trakea ada pergeseran atau tidak, kulit terasa kasar (Debora,

2017).
3

7) Dada

a) Paru

Inspeksi:

Pada klien CKD pergerakan dada akan cepat karena pola napas

juga cepat dan dalam (kusmaul), batuk dengan ada tidaknya

sputum kental dan banyak apabila ada edema paru batuk akan

produktif menghasilkan sputum merah muda dan encer, pada

kulit akan ditemukan kulit kering, uremic frost, pucat atau

perubahan warna kulit dan bersisik (Haryono, 2013; Prabowo &

Pranata, 2014).

Palpasi:

Periksa pergerakan dinding dada teraba sama atau tidak, terdapat

nyeri dan edema atau tidak, kulit terasa kasar dan permukaan

tidak rata (Debora, 2017).

Perkusi:

Perkusi pada seluruh lapang paru normalnya resonan dan pada

CKD pekak apabila paru terisi cairan karena edema (Debora,

2017).

Auskultasi:

Dengarkan apa ada suara napas tambahan seperti ronchi,

wheezing, pleural friction rub dan stridor (Debora, 2017).


3

b) Jantung

Inspeksi:

Normalnya akan tampak pulsasi pada ICS 5 midklavikula kiri

katup mitrialis pada beberapa orang dengan diameter normal 1-2

cm (Debora, 2017).

Palpasi:

Normalnya akan teraba pulsasi pada ICS 5 midkalvikula kiri

katup mitrialis (Debora, 2017).

Perkusi:

Normalnya pada area jantung akan terdengar pekak pada ICS 3-

5 di sebelah kiri sternum (Debora, 2017).

Auskultasi:

Pada klien CKD akan terjadi disritmia jantung dan akan

terdengar bunyi jantung murmur (biasanya pada lansia) pada

klien CKD yang memiliki hipertensi (Haryono 2013; Debora,

2017).

8) Abdomen

Inspeksi:

Kulit abdomen akan tampak mengkilap karena asites dan kulit

kering, pucat, bersisik, warna cokelat kekuningan, akan muncul

pruritus (Williams & Wilkins, 2011; Debora, 2017).

Auskultasi:

Dengarkan bising usus di keempat kuadran abdomen (Debora,

2017).
3

Perkusi:

Klien dengan CKD akan mengeluh nyeri pada saat dilakukan

pemeriksaan di sudut costo-vertebrae pada penderita penyakit ginjal

(Debora, 2017)

Palpasi:

Lakukan palpasi pada daerah terakhir diperiksa yang terasa nyeri,

teraba ada massa atau tidak pada ginjal (Debora, 2017).

9) Kulit dan kuku

Inspeksi:

Kuku akan menjadi rapuh dan tipis, kulit menjadi pucat, kering dan

mengelupas, bersisik, akan muncul pruritus, warna cokelat

kekuningan, hiperpigmentasi, memar, uremic frost, ekimosis, petekie

(Nursalam & Batticaca, 2009; Muttaqin & Sari, 2011; Williams &

Wilkins, 2011; Chamberlain’s, 2012)

Palpasi:

CRT > 3 detik, kulit teraba kasar dan tidak rata (Muttaqin & Sari,

2011).

Menurut Amano dkk (2017) tingkatan kulit kering menggunakan 5

poin skala kekeringan melalui visual.

Tabel 2.2 Skor kulit kering

Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak sedikit keputihan
2 Mengelupas, permukaan agak kasar
3 Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit celah, kasar, tampak
retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)
3

Menurut Lai et al (2017) intensitas pruritus dapat diukur dengan

menggunakan NRS (Numerical Rating Scale).

Gambar 2.4 NRS (Pereira & Stander, 2016)

10) Genetalia

Inspeksi:

Lihat kebersihan genetalia, tampak lesi atau tidak (Debora, 2017).

11) Ekstermitas

Inspeksi:

Pada klien CKD terdapat edema pada kaki karena adanya gravitasi

biasanya ditemukan di betis dan paha pada klien yang bedrest,

kelemahan, kelelahan, kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik (Rendi

& Margareth, 2012; Haryono 2013)

Palpasi:

Turgor kulit > 3 detik karena edema, kulit teraba kering dan kasar

(Chamberlain’s, 2012)

2.5.3 Skor Resiko Gangguan integritas kulit

a) Menurut Amano dkk (2017) tingkatan kulit kering menggunakan 5

poin skala kekeringan melalui visual.


3

Tabel 2.2 Skor kulit kering

Skor Deskripsi
0 Kulit normal, tidak mengelupas
1 Sedikit mengelupas, kulit tampak kasar, tampak sedikit keputihan
2 Pengelupasan sedang, permukaan agak kasar
3 Ditandai dengan adanya sisik dan tampak sedikit celah, kasar, tampak
retakan
4 Bersisik parah, sangat kasar
(Sumber: Amano dkk, 2017)

b) Menurut Lai et al (2017) intensitas pruritus dapat diukur dengan

menggunakan NRS (Numerical Rating Scale) yang terbagi menjadi

5 kategori, yaitu angka 0 (tidak ada gatal), 1-3 (gatal ringan), 4-6

(gatal sedang), 7-8 (gatal berat), dan 9-10 (sangat gatal).

Gambar 2.4 NRS (Pereira & Stander, 2016)

2.5.4 Diagnosa Keperawatan

1) Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien yang menderita

CKD salah satunya adalah resiko gangguan integritas kulit

berhubungan dengan gangguan status metabolik, akumulasi ureum

dalam kulit, penurunan aktivitas, penurunan turgor kulit, sensasi

(neuropati perifer) dan sirkulasi seperti anemia dan iskemia jaringan

(Muttaqin & Sari, 2014).


3

2) Batasan karakteristik gangguan integritas kulit menurut Wilkinson &

Ahern (2012), yaitu:

a) Kerusakan pada lapisan kulit (dermis)

b) Kerusakan pada permukaan kulit (epidermis)

c) Invasi struktur tubuh

3) Faktor yang berhubungan menurut Wilkinson (2016)

1) Eksternal

a) Zat kimia

b) Usia yang ekstrem

c) Kelembapan

d) Hipertermia

e) Hipotermia

f) Faktor mekanik: terpotong, terkena tekanan, akibat restrain

g) Medikasi

h) Lembab

i) Imobilisasi fisik

j) Radiasi

2) Internal

a) Perubahan status cairan

b) Perubahan pigmentasi

c) Perubahan turgor

d) Faktor perkembangan

e) Kondisi ketidakseimbangan nutrisi

f) Penurunan imunologis
3

g) Penurunan sirkulasi

h) Kondisi gangguan metabolik

i) Gangguan sensasi

j) Tonjolan tulang
3

2.5.5 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.3 Intervensi keperawatanresiko gangguan integritas kulit pada klien CKD

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Tujuan jangka 1) Kembalinya 1) Observasi kondisi kulit 1) Menentukan apakah
panjang: integritas minimal sehari sekali klien mengalami
Klien permukaan untuk perubahan pada kehilangan sensai atau
terhindar dari kulit (Ackley warna dan tekstur, rasa sakit. Pemeriksaan
gangguan & Ladwiq) kondisi kulit atau luka secara sistematis bisa
integritas kulit 2) Klien akan (Ackley & Ladwig, mengenali masalah yang
setelah menjaga 2017). akan datang sejak awal
diberikan integritas (Ackley & Ladwig,
asuhan kulit dengan 2017).
keperawatan 3 memperlihatk 2) Observasi terhadap 2) Perubahan mungkin
x 24 jam an cara kekeringan kulit, disebabkan oleh
(Muttaqin & perawatan pruritus, ekskoriasi, penurunan aktivitas
Sari, 2014). kulit (Black dan infeksi (Muttaqin kelenjar keringat atau
& Hawks, & Sari 2014) pengumpulan kalsium
Tujuan jangka 2014) dan fosfat pada lapisan
pendek: 3) Menunjukan kutaneus (Muttaqin &
Klien pemahaman Sari 2014)
menunjukan tentang faktor 3) Observasi terhadap 3) Perdarahan yang
permukaan resiko adanya petekie dan abnormal sering
integritas kulit gangguan purpura (Muttaqin & dihubungkan dengan
dalam kondisi integritas Sari 2014) keadaan menurunnya
yang optimal kulit (Ackley jumlah dan fungsi
setelah & Ladwig, platelet akibat uremia
dilakukan 2017). (Muttaqin & Sari 2014)
tindakan 4) Kulit tidak 4) Observasi lipatan kulit 4) Daerah-daerah seperti
keperawatan 1 kering dan dan area yang ini sangat mudah
x 24 jam gatal mengalami edema mengalami injuri
(Muttaqin & (Muttaqin & Sari (Muttaqin & Sari 2014)
Sari 2014). 2014)
5) Hiperpigmen- 5) Observasi kondisi kulit 5) Tekanan ulserasi
tasi untuk klien yang biasanya terjadi pada
berkurang memiliki hambatan tulang yang menonjol
(Muttaqin & mobilitas dengan (Ackley & Ladwig,
Sari 2014). menutupi kulit dengan 2017).
6) Melaporkan tulang yang menonjol
perubahan (Ackley & Ladwig,
sensasi atau 2017).
nyeri area 6) Observasi perawatan 6) Disesuaikan dengan
yang beresiko kulit klien, catat jenis kondisi dan kebutuhan
(Ackley dan sabun dan bahan kulit klien (Ackley &
Ladwiq, pembersih lain yang Ladwig, 2017).
2017) digunakan,
temperature air dan
frekuensi
membersihkan kulit
(Ackley & Ladwig,
2017).
7) Anjurkan mandi dan 7) Mandi 2 kali sehari
menggunakan sabun untuk menjaga kulit
(PPNI, 2018) tetap bersih dan gunakan
sabun yang sesuai
dengan kondisi kulit
3

8) Lakukan penilaian 8) Untuk mengetahui


skor pada kulit kering tingkat kekeringan dan
dan pruritus klien gatal pada kulit klien
secara keseluruhan
9) Berikan bantalan pada 9) Mencegah terjadinya
titik tekan atau luka tekan pada area
tonjolan tulang (PPNI, tulang yang menonjol
2018)
10) Gunakan kasur khusus, 10) Mengurangi tekanan dan
jika perlu (PPNI, meratakan tekanan pada
2018) kulit (kasur angina,
kasur air bisa untuk
memberikan sensasi
dingin)
11) Berikan KIE tentang 11) Mengetahui penyebab
penyebab munculnya munculnya masalah kulit
masalah kulit
12) Gunting kuku dan 12) Memotong kuku untuk
pertahankan kuku tetap meminimalisir terjadinya
pendek dan bersih luka karena garukan
(Nursalam & (Nursalam & Batticaca,
Batticaca, 2009). 2009).
13) Lakukan mobilisasi 13) Mengurangi tekanan
dengan merubah posisi pada tonjolan tulang
klien sesuai kondisi (Black & Hawks, 2014)
klien tiap 2 jam
(Black & Hawks,
2014)
14) Pakai emolien, lotion 14) Emolien mengurangi
atau pelembab penguapan dan menjga
(minyak mineral, kelembapan kulit (Black
minyak bayi, lanolin) & Hawks, 2014)
(Black & Hawks,
2014)
15) Hindarkan bahan 15) Meminimalisir kulit
pembersih yang keras, kering dan iritasi
air panas, gesekan kuat (Ackley & Ladwig,
dan ekstrim atau sering 2017).
membersihkan (Ackley
& Ladwig, 2017).
16) Gunakan pakaian 16) Meminimalkan iritasi
katun yang longgar, dan gatal (Black &
tipis dan dingin (Black Hawks, 2014)
& Hawks, 2014)
17) Menjaga linen tetap 17) Menimalisir gesekan
bersih, kering dan antara kulit kering dan
bebas dari kerutan sprei (Bulechek et al,
(Bulechek et al, 2013) 2013)
18) Mandikan dengan air 18) Meminimalisir kulit
hangat suam-suam kering dan terjadinya
kuku (32,2-40,5°C) irirtasi karena gesekan
dan keringkan dengan (Bulechek et al, 2013)
menepuk (Bulechek et
al, 2013)
19) Kolaborasi dalam 19) Mengurangi stimulus
pemberian obat gatal pada kulit
antipruritus sesuai (Muttaqin & Sari, 2014).
anjuran (Muttaqin &
4

Sari 2014)
20) Kolaborasi pemberian 20) Mengurangi retensi
diuretik (Black & cairan dan meningkatkan
Hawks, 2014) diuresis (Black &
Hawks, 2014)
21) Catat intake-output 21) Untuk mempertahankan
dan hitung balans keseimbangan cairan
cairan 24 jam (PPNI,
2018)
22) Diskusikan tentang 22) Menurunkan kadar
pilihan terapi dialisis ureum dalam darah
(hemodialisa,
peritoneal dialisis)
(PPNI, 2018)

(Ackley & Ladwig, 2017; Black & Hawks, 2014; Muttaqin & Sari 2014, PPNI, 2018)

2.5.6 Implementasi Keperawatan

Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai tujuan

yang sudah ditetapkan melalui penerapan rencana asuhan keperawatan

dalam bentuk intervensi. Pada tahap ini perawat harus memiliki kemampuan

dalam berkomunikasi yang efektif, mampu menciptakan hubungan saling

percaya dan saling bantu, observasi sistematis, mampu memberikan

pendidikan kesehatan, kemampuan dalam advokasi dan evaluasi (Asmadi,

2008). Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam

rencana perawatan. Tindakan ini mncangkup tindakan mandiri dan

kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).

2.5.7 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi bertujuan untuk mencapai tujuan yang sudah disesuaikan dengan

kriteria hasil selama tahap perencanaan yang dapat dilihat melalui

kemampuan klien untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2012).


4

Berdasarkan masalah CKD yang dialami, maka evaluasi keperawatannya,

yaitu:

1) Kembalinya integritas permukaan kulit (Ackley & Ladwiq, 2017)

2) Klien dapat menjaga integritas kulit dengan memperlihatkan cara

perawatan kulit(Black & Hawks, 2014)

3) Klien dapat menunjukan pemahaman tentang faktor resiko gangguan

integritas kulit (Ackley & Ladwig, 2017)

4) Kulit tidak kering dan tidak gatal (Muttaqin & Sari, 2014)

5) Berkurangnya hiperpigmentasi (Muttaqin & Sari, 2014)

6) Melaporkan perubahan sensasi atau nyeri area yang beresiko

(Ackley dan Ladwiq, 2017)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus yang

bertujuan untuk menggalih lebih dalam masalah asuhan keperawatan pada

klien yang mengalami CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit

di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

3.2 Batasan Istilah

Asuhan keperawatan pada klien CKD yang mengalami masalah resiko

gangguan integritas kulit di ruang rawat inap Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang, maka penulis menjabarkan tentang konsep CKD dengan

resiko gangguan integritas kulit. Klien yang dimaksud adalah:

1) Klien terdiagnosa medis CKD dengan atau tanpa penyakit penyerta

2) Klien CKD dengan kadar ureum >43 mg/dL, BUN >20 mg/dL, kreatinin

>0.95 mg/dL

3) Klien dengan rentang skor kulit kering antara 0-2

4) Klien dengan rentang skor pruritus 0-3

5) Klien CKD baik yang tidak, belum atau sudah menjalani hemodialisa dan

memakai Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis, double lumen

ataupun AV Shunt

42
4

3.3 Partisipan

Pada penelitian ini yang menjadi partisipan 2 klien dengan diagnosis medis

CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit di ruang rawat inap

Pavilliun St. Maria Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi kasus ini dilakukan di ruang rawat inap Pavilliun St. Maria Rumah

Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Pada klien 1 dilakukan tanggal 1-3

Maret 2019 dan pada klien 2 dilakukan tanggal 6-7 Maret 2019 untuk tanggal

8 Maret 2019 dilakukan Home care di rumah klien yang beralamat di

Segaran, Kendalpayak Kabupaten Malang.

3.5 Pengumpulan Data

Mencari data klien CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit,

penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Wawancara

Wawancara dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara

dalam hal ini penulis dan terwawancara atau klien CKD dengan

masalah resiko gangguan integritas kulit. Sumber yang lain juga didapat

dari keluarga dan perawat di ruang Pavilliun St. Maria.

2) Observasi dan pemeriksaan fisik

Pemeriksaanfisik dan observasi yang dilakukan mulai dari head to

toedan pemeriksaan terfokus pada masalah terkait integritas kulit klien

CKD.
4

3) Studi dokumen

Studi dokumen digunakan untuk melengkapi hasil penelitian yang

didapatkan dari list klien CKD, pemeriksaan lab serta laporan asuhan

keperawatan klien dengan masalah resiko gangguan integritas kulit di

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan dengan cara mencari sumber informasi

tambahan menggunakan triagulasi dari tiga sumber yang terdiri dari klien,

keluarga dan perawat yang memiliki kaitan dengan masalah yang diteliti.

3.7 Analisa Data

1) Pengumpulan Data

Data didapat dari hasil wawancara dengan klien, keluarga dan perawat di

ruang rawat inap Pavilliun St. Maria.Observasi yaitu dengan melakukan

pengamatan dan pemeriksaan secara head to toe kepada klien. Dokumen

yang didapatkan dari list klien, pemeriksaan penunjang dan laporan

asuhan keperawatan klien. Hasil ditulis dalam catatan lapangan,

kemudian disalin dalam bentuk transkip (catatan terstruktur)

2) Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan klien dijamin dengan jalan identitas klien ditulis

dengan inisial pada klien 1 diberikan inisial Ny. I dan klien 2 diberikan

inisial Tn. H.
4

3) Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan yang

dilakukan dengan cara metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait

dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3.8 Etika Penulisan

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, yaitu:

1) Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menjelaskan prosedur,

manfaat dan tujuan dilakukan asuhan keperawatan kepada klien atau

keluarga dan meminta persetujuan untuk menjadi responden dengan

meminta tanda tangan untuk Informed Consent.

2) Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan dan privasi, oleh peneliti kedua responden

diberikan inisial nama Ny. I pada klien 1 dan Tn. H pada klien 2.

3) Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti baik identitas

maupun data pribadi lain dan hanya kelompok data tertentu dilaporkan

hasil penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan melakukan pembahasan asuhan

keperawatan pada klien Chronic Kidney Disease yang mengalami masalah resiko

kerusakan pada kulit di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Penelitian studi kasus dilakukan di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang yang beralamat di Jl. Nusakambangan No. 56 Malang, Jawa Timur.

Penelitian dilakukan di ruang rawat inap Pavilliun St. Maria yang memiliki

fasilitas 13 kamar dengan dengan fasilitas 25 tempat tidur, lemari, kursi dan

meja di balkon, kamar mandi dalam dan televisi. Pada kamar 39 hanya

memiliki 1 tempat tidur pasien dan 1 tempat tidur untuk penunggu, untuk

kamar 37-49 kecuali kamar 39 memiliki 2 tempat tidur pasien yang dibatasi

dengan tirai untuk menjaga privasi. Klien 1 berada di kamar 39 bed 1 dan

klien 2 berada di kamar 49 bed 2. Pada klien 2 dilakukan home care pada

hari terakhir penelitian yang beralamat di Segaran, Kendalpayak Kabupaten

Malang. Rumah memiliki luas 15 m x 7 m dengan 3 kamar, ruang tamu,

dapur dan kamar mandi.

46
4

4.1.2 Pengkajian

Tabel 4.1 Identitas Klien

Identitas Klien Klien 1 Klien 2


Nama Ny. I Tn. H
Umur 66 tahun 52 tahun
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Suku Jawa Jawa
Pekerjaan Ibu rumah tangga Swasta
Pendidikan terakhir SD SMP
Agama Islam Islam
Status Perkawinan Kawin Kawin
Alamat Kebonagung Segaran
Tanggal MRS/ pukul 21 Februari 2019/ 17.20 4 Maret 2019/ 07.30
Tanggal pengkajian/ pukul 1 Maret 2019/ 14.45 6 Maret 2019/ 15.00
Diagnosa medis Hipoglikemia + Chronic End Stage Renal
Kidney Disease Stage V Disease + Vomiting
+ Diabetes Mellitus+ Dehidrasi + Anemia
Acute Decompensated
Heart Failure

4.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Table 4.2 Riwayat Penyakit

Riwayat Klien 1 Klien 2


Penyakit
Keluhan Kulit kering dan kehitaman Kulit kering, terasa kasar, sedikit
Utama kekuningan dan kehitaman
Riwayat Pada tanggal 21 Februari keluarga Pada tanggal 4 Maret pukul 07.30
Penyakit membawa Ny. I ke IGD RS Panti WIB keluarga membawa Tn. H ke
Sekarang Waluya Sawahan Malang pukul IGD RS Panti Waluya Sawahan
17.20 WIB karena mengalami Malang karena mengalami
penurunan kesadaran, keluar bengkak pada kaki kanan, kulit
keringat dingin dan terdengar suara tubuh mulai dari dada sampai ke
nafas ngorok. Di IGD didapatkan wajah berwarna kekuningan, kulit
hasil pemeriksaan GD low dan hasil kering, sedikit bersisik dan sedikit
pemeriksaan TD 180/ 90 mmHg, mengelupas, BAK keluar sedikit
RR 18 x/menit, nadi 82 x/menit, serta mual dan muntah sejak
suhu 36°C, saturasi 90% sehingga tanggal 2 Maret. Di IGD
diberi terapi oksigenasi didapatkan hasil pemeriksaan TD
menggunakan nasal canul 3 lpm 180/110 mmHg, nadi 100 x/i,
dan saturasi menjadi 98-99 %, klien suhu 36,2°C, RR 26 x/i, saturasi
mendapat terapi IVFD D5% 10 tpm, 89% dan dengan oksigen nasal
D40% 50 ml dan dipasang kateter canul 3 lpm 98-99%, GDA 105
folley ukuran 16, wajah, kaki dan mg/dL, keluhan mual muntah
tangan bengkak. Pemeriksaan sejak 3 hari sebanyak 5-7 x/hari,
terakhir sebelum klien dipindahkan dada terasa panas saat dibuat
dilakukan foto thorax. Oleh Dr. M bernapas, badan lemas, nafsu
klien didiagnosa awal Hipoglikemia makan menurun, BAK keluar
+ DM + ADHF Pemeriksaan sedikit, konjungtiva anemis. Di
terakhir di IGD didapatkan GCS IGD klien mendapat terapi infus
456, TD 140/70 mmHg, nadi 82x/i, NS 10 tpm, injeksi ondansentron 8
RR 18x/i. Setelah itu klien mg 1 ampul, injeksi ranitidine 1
4

dipindahkan ke ruang rawat inap ampul. Di IGD juga dilakukan


Pavilliun St. Maria kamar 39 pada cek DL, Ur/Cr, SE, thorax dan
pukul 17.55 WIB. Akan tetapi EKG. Oleh Dr. A diagnosa
setelah seminggu bengkak pada sementara yaitu Vomiting
klien tidak berkurang dan BAK dehidrasi ringan + anemia + susp
yang keluar hanya sedikit, warna ESRD. Pemeriksaan terakhir
kuning pekat. Oleh Dr. P dianjurkan sebelum klien dipindahkan ke
untuk cek lab faal ginjal pada ruang rawat inap yaitu kondisi
tanggal 26 Februari dan di dapatkan lemas, GCS 456, TD 170/100
hasil BUN 60.0 mg/dL, kreatinin mmHg, suhu 36,2°C, RR 23 x/i,
6.38 mg/dL, asam urat 8.0 mg/dL, nadi 89 x/i. Lalu pada pukul 08.10
ureum 128.4 mg/dL. Pada USG klien dipindahkan ke ruang rawat
abdomen ditemukan ginjal kanan inap Pavilliun St. Maria kamar 49
kiri mengecil. Dari hasil tersebut bed 2. Dari hasil pemeriksaan DL
oleh Dr. P klien didiagnosa CKD didapatkan jumlah eritrosit 2.55
stage V pada tanggal 27 Februari (L), Hb 7,2 (L), Ur/Cr yaitu
dan dianjurkan untuk HD tetapi Ureum 263.6 mg/dL, BUN 123.2
keluarga menolak dengan alasan mg/dL, kreatinin 13.07 mg/Dl, SE
usia sudah tua. Klien dibatasi dalam batas normal. Oleh Dr. A
minum sehari 600 ml. Untuk klien didiagnosa ESRD dan
mengurangi bengkak di pasang dianjurkan untuk segera HD.
syringe pump Lasix 10 mg/jam Klien dibatasi minum sehari 600
sampai tanggal 29 Februari diganti ml. Setelah HD pada hari itu juga,
dengan injeksi Lasix 3x20 mg. Pada hasil ureum menjadi 126.4 mg/dL,
hari jumat tanggal 1 Maret pukul BUN 59.1 mg/dL, kreatinin 5. 68
14.45 WIB dilakukan pengkajian mg/dL. Pada tanggal 6 klien
kembali dan didapatlan hasil melakukan HD untuk yang kedua
pengkajian TD 140/70 mmHg, suhu kalinya dengan hasil ureum 98,1
36,5°C, nadi 88 x/i, RR 22 x/i, mg/dL, BUN 45.0 mg/dL,
SPO2 97%. Terpasang oksigen kreatinin 4.23 mg/dL. Pada hari
nasal canul 3 lpm, urine 400 ml dari Rabu 6 Maret jam 15.10 WIB
jam 05.00 pagi sampai jam 14.45 dilakukan pengkajian dan
WIB. Klien mengatakan mulai didapatkan hasil TD 140/70
mengalami perubahan kulit sebelum mmHg, suhu 36°C, nadi 83 x/i,
masuk RS selama kurang lebih 5 RR 20 x/i. Klien dan keluarga
hari sekitar tanggal 15 Februari mengatakan semenjak sakit ginjal
dimana kulit menjadi kering dan kulit kalien menjadi kering tidak
kehitaman. Pada bagian kulit tubuh lembab seperti biasanya,
yang hiperpigmentasi ditemukan di kekuningan, warna kulit menjadi
area wajah, tangan dan kaki. Kulit tidak seperti kulit normal atau
mengkilap pada lengan bawah dan pucat. Selain itu klien juga
kaki. Kulit tampak sedikit mengatakan kulitnya pernah
mengelupas pada area siku tangan menjadi terasa kasar dan sedikit
kanan. Kulit kering pada betis, bersisik terutama tangan dan kaki
dekat siku tangan dan wajah. Klien oleh keluarga diberikan lotion.
mengatakan kulit tidak terasa gatal. Keluarga klien mengatakan sekitar
Saat dilakukan penilaian untuk skor tanggal 2 Maret pada kaki sebelah
kulit kering didapatkan skor 1 kanan sempat bengkak dan saat
karena tampak ada keputihan, dilakukan pengkajian pada tanggal
sedikit mengelupas dan tampak 6 Maret tidak ditemukan odem
kasar, lalu untuk skor pruritus 0. pada tubuh karena sudah
Klien tampak berbaring di atas mendapat terapi injeksi Lasix 3x2
tempat tidur dan kulit tampak odem. ampul, tidak ada pitting edema,
Pitting edema 2 mm (derajat 1) dan turgor kulit 2 detik. Pada bagian
kembali dalam waktu 6 detik. yang mengalami hiperpigmentasi
dan kering ditemukan di area kaki
dan tangan. Lalu sedikit
mengelupas pada area tangan
4

dekat siku. Klien tidak


mengeluhkkan rasa gatal pada
kulit. Saat dilakukan penilaian
untuk skor kulit kering didapatkan
skor 1 karena tampak keputihan,
sedikit kasar, dan sedikit
mengelupas. Skor pruritus pada
klien 0.
Riwayat Keluarga mengatakan pada bulan Klien dan keluarga mengatakan 6
Penyakit Agustus 2018, pernah masuk rumah bulan yang lalu pernah masuk
Dahulu sakit dan dirawat di kamar 45 ruang rumah sakit di RS BM di Malang
Pavilliun St. Maria RS Panti karena DM yang diderita selama 2
Waluya Sawahan Malang karena tahun, Hipertensi selama sekitar
mengalami hipoglikemia dan klien 1,5 tahun dan 2 bulan yang lalu
mengatakan jantung sempat karena gagal ginjal. Klien
bengkak. Klien menderita DM disarankan untuk HD tetapi tidak
sekitar 10 tahun dan Hipertensi mau karena takut saat ditusuk –
lebih dari 3 tahun. Klien pernah tusuk dengan jarum selain itu juga
terjatuh di kamar mandi sekitar tidak ada fasilitas HD di RS BM.
tanggal 18 Februari 2019 dan
dibawa periksa ke klinik di
Mulyorejo.
Riwayat Keluarga dan klien mengatakan Klien mengatakan keluarga tidak
Penyakit tidak tau memiliki riwayat penyakit
Keluarga keturunan seperti DM, HT, asma.

: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Klien
: Pernikahan : Laki-laki : Meninggal
: Tinggal bersama : Perempuan : Klien
: Keturunan : Pernikahan
: Tinggal bersama
: Keturunan
Riwayat Keluarga klien mengatakan klien Klien mengatakan tidak memiliki
Alergi tidak memiliki alergi makanan alergi pada makanan maupun obat
maupun obat

4.1.4 Pola Konsep Diri

Table 4.3 Persepsi Diri


Persepsi Diri Klien 1 Klien 2
Gambaran diri Klien mengatakan menyukai Klien mengatakan bersyukur
seluruh anggota tubuhnya dengan anggota tubuhya dari ujung
namun klien merasa tidak kepala sampai kaki namun klien
nyaman dengan memiliki kulit merasa tidak nyaman saat tubuh
yang kering karena terasa mulai mengalami perubahan warna
kasar selain itu tubuhnya menjadi kuning dan memiliki kulit
bengkak. kering yang terasa kasar saat
disentuh.
Identitas diri Klien mengatakan dirinya Klien mengatakan dirinya seorang
adalah seorang nenek dari 3 ayah dari 2 orang anak perempuan
5

orang cucu 1 laki-laki dan 2 dan suami dari 1 orang istri serta
perempuan kakek dari 2 orang cucu
Peran diri Klien mengatakan saat di Klien mengatakan seorang kepala
rumah adalah seorang istri dari keluarga, suami, ayah dan kakek
1 orang suami, ibu dari 1 dari 2 orang cucu. Setelah
orang anak laki-laki dan nenek menderita sakit ginjal klien merasa
dari 3 orang cucu. Saat sakit menjadi beban bagi istri dan
klien merasa menjadi beban anaknya.
bagi keluarga.
Ideal diri Klien mengatakan ingin cepat Klien mengatakan ingin segera
sembuh dan pulang ke rumah pulang dan cepat sembuh serta
karena tidak betah berada di kembali bisa bekerja seperti saat
RS sebelum sakit. Klien juga ingin bisa
bermain bersama dengan cucunya
Harga diri Klien mengatakan saat sakit Klien mengatakan semenjak sakit
sedih karena diusianya yang sudah tidak bekerja lagi sehingga
senja keluar masuk RS serta yang bekerja adalah istri dan
harus merepotkan anak dan anaknya. Klien merasa sedih
menantunya. Saat sakit klien karena dengan sakitnya menambah
merasa aneh karena tubuhnya biaya pengeluaran. Setelah sakit
bengkak. klien juga mengalami perubahan
pada kulit menjadi kekuningan dan
kering kusam dan sempat bersisik
sehingga klien merasa sedikit malu.
Hubungan sosial Di rumah: Klien berhubungan Di rumah: Klien memiliki
baik dengan tetangga dan serta hubungan yang baik dengan
keluarganya yang selalu saudara, keluarga dan tetangga
membantu saat butuh bantuan sekitar rumah. Keluarganya selalu
atau sakit meluangkan waktu unuk
berkunjung dan membantu jika
butuh bantuan

Di rumah sakit: Klien Di rumah sakit: Klien memiliki


memiliki hubungan yang baik hubungan yang baik dengan teman
dengan perawat serta dokter sekamar dan terutama pada tenaga
meskipun klien lebih banyak kesehatan klien sangat kooperatif
tidur dan menutup mata, saat dilakukan tindakan
namun saat dibangunkan dan
diberi pertanyaan serta
tindakan klien kooperatif
Spiritual Di rumah: Klien beragama Di rumah: Klien beragama Islam
Islam dan rutin mengikuti dan rutin mengikuti ibadah baik
kegiatan pengajian pengajian ataupun ke masjid

Di rumah sakit: Klien saat Di rumah sakit: Klien berdoa di


merasa sakit berdoa meminta atas tempat tidur untuk diberikan
kesembuhan dan kekuatan kelancaran selama menjalani
agar sakit yang dirasakan pengobatan dan diberikan
dapat berkurang kesembuhan serta kekuatan
Kecemasan Keluarga mengatakan klien Klien mengatakan pasrah akan
merasa cemas saat sendiri di penyakitnya dan bisa menerima
ruang rawat inap dan akan karena atas saran dari dokter agar
terbangun tetapi saat ada yang tekanan darah klien juga tidak
menemani klien lebih banyak tinggi
tidur. Klien juga pernah
melempar bantal dan guling ke
lantai karena ingin cepat
pulang ke rumah
5

Kehilangan Depression: Klien merasa Acceptance: Klien mengatakan


(Kubbler-Ross) tidak betah berada di rumah dapat menerima keadaannya yang
sakit dan ingin segera pulang sakit dan pasrah pada Tuhan. Klien
ke rumah juga berusaha menerima akibat dari
gaya hidupnya yang dulu tidak
sehat karena minum air putih
sedikit dan lebih banyak minum-
minuman penambah stamina

4.1.5 Perubahan Pola Kesehatan

Tabel 4.4 Perubahan pola kesehatan

Pola Klien 1 Klien 2


Kesehatan
Pola nutrisi Di rumah: Klien makan 3x Di rumah: Klien makan 2-3x
sehari. Minum sehari 500-1500 sehari tidak teratur terkadang
cc/hari. hanya pagi dan sore dengan
Jenis makanan: selama di rumah hanya menghabiskan setengah
klien makan 3x setiap hari pada porsi sedang atau sekitar 5-7
sekitar jam 07.00 WIB, 12.30 sendok.
WIB dan 18.00 WIB. Setiap Jenis makanan: nasi, jika ada
Kali makan menghabiskan 1 makanan berkuah hanya
porsi piring sedang yang terdiri diambil kuahnya saja dan
dari nasi, sayur bening, ikan sayurnya tidak dimakan, tahu
tahu atau tempe dan selalu dan tempe, ayam kampung.
habis. Klien juga terkadang Untuk minum dulu saat masih
minum teh tawar 2x sehari dan bekerja sebagai sopir klien
air putih sekitar 5-7 gelas sering mengkonsumsi minuman
ukuran sedang. Klien juga penambah stamina baik dalam
mengurangi mengosumsi kue kemasan siap minum maupun
yang manis seperti kadang kue yang diseduh dalam sehari bisa
bolu hanya makan 1-2 potong.. 2-3 botol atau 2 gelas besar.
Klien dapat memenuhi Dalam sehari klien juga bisa
kebutuhan nutrisi secara minum kopi 4-6 gelas sedang
mandiri. Saat di rumah klien sehari. Klien juga jarang minum
taat diit dengan mengurangi air putih dalam sehari hanya
mengonsumsi makanan dan minum sekitar 2 gelas. Saat di
minuman yang manis dalam rumah klien dapat memenuhi
jumlah banyak kebutuhan nutrisinya secara
mandiri. Setelah keluar dari RS
klien diet rendah makanan yang
mengandung protein, rendah
garam dan minum sekitar 4-5
gelas sehari

Di rumah sakit: Klien makan 3x Di rumah sakit: Klien makan 3x


sehari dengan diit nasi tim DM sehari dengan diit nasi tim
1700kal DJ lauk cincang dan rendah purin dan selama 2 hari
hanya menghabiskan setengah hanya menghabiskan sekiatr 4-6
porsi atau sekitar 5-7 sendok. sendok karena merasa mual.
Jenis makanan: nasi tim, daging Jenis makanan: nasi tim, tempe,
cincang, sayur bening. Klien tahu goreng dan tidak mau ikan
minum 1-2 gelas sehari namun serta ayam. Klien minum air
5

terkadang 1 gelas tidak habis putih sekitar 1-2 gelas dan teh 1
dan teh 1x sehari setiap pagi x sehari setiap pagi dengan gula
dengan gula diabetasol yang diabetasol. Minum dibatasi 600
terkadang tidak diminum. ml perhari
Minum dibatasi 600 ml perhari
Pola eliminasi Di rumah: Klien BAB 1-2 x Di rumah: Klien BAB sekitar
sehari dengan konsistensi lunak, 1x sehari dengan konsistensi
warna kuning kecoklatan dan lunak, warna kuning kecoklatan
berbau khas BAB. BAK 3-4 x dan berbau khas BAB. BAK 3-
sehari dengan konsistensi cair 5x sehari dan hanya keluar
dan keluar sedikit-sedikit, warna sedikit selama 2 bulan terakhir
kuning keruh dan berbau khas dan berwarna kuning keruh, bau
urine. khas urine.

Di rumah sakit: Klien BAB 4 Di rumah sakit: klien BAB 1x


hari setelah di RS dengan selama 3 hari setelah di RS
konsistensi lunak, berbau dan dengan konsistensi kuning
berwarna coklat. Pada klien kecoklatan, lunak dan berbau
terpasang kateter ukuran 16 dan khas BAB. Untuk BAK sekitar
saat pengkajian terdapat 400 ml 4-6x sehari dan hanya keluar
urine selama 10 jam dan sedikit selama 2 hari dan
berwarna kuning jernih. berwarna kuning keruh. Saat
Sebelumnya keluarga BAK dan BAB klien
mengatakan urine klien menggunakan pispot dan
berwarna kuning keruh dan dibantu dengan keluarga.
hanya sekitar 100-150 ml Jumlah urine tidak terkaji
selama 7 jam sebelum diberi karena BAK menggunakan
obat Lasix melalui syringe pispot dan oleh keluarga
pump. langsung dibuang. Setelah
diberikan injeksi furosemidedan
HD urine klien keluar lebih
banyak dari sebelumnya.
Pola cairan Keluarga mengatakan BB Klien mengatakan BB sebelum
sebelum sakit 51 kg saat periksa sakit ginjal 60 kg tapi setelah
ke klinik BB klien menjadi 55 terkena penyakit ginjal BB
kg. Keluarga mengatakan klien menjadi 54 kg. Klien minum 2
minum hampir 1 gelas air putih gelas air putih sejak jam 10.00
dari jam 12.00 WIB dan urine WIB, dan minum dibatasi 600
sebanyak 240 ml selama 6 jam. ml perhari. Setelah HD, klien
Klien dibatasi minum 600 ml mengatakan urine yang keluar
perhari. lebih banyak daripada sebelum
HD.
Pola Di rumah: klien mandi 2x/hari Di rumah: klien mandi 1x
kebersihan diri dengan menggunakan sabun sehari saat sore hari dengan
antibakteri yang mengandung menggunakan sabun antibakteri
gliserin dan alkohol. Dan saat yang mengandung gliserin dan
mencuci wajah atau badan klien alkohol. Klien menggosok gigi
menggosok secara berlebihan 2x sehari dan keramas 3x
hingga daki atau kotoran benar- seminggu. Pola kebersihan diri
benar hilang, gosok gigi 2x dilakukan secara mandiri.
sehari, keramas 2x seminggu
dan pola kebersihan diri
dilakukan secara mandiri.

Di rumah sakit: klien mandi 1x Di rumah sakit: klien mandi 2x


sehari dengan diseka saat pagi sehari dengan diseka oleh
hari oleh perawat. Selama di RS keluarga, dan menggosok gigi
klien belum keramas. 1x sehari saat pagi. Selama di
5

RS klien belum keramas.


Pola aktivitas Di rumah: klien sebagai seorang Di rumah: klien selama 2 bulan
istri tinggal bersama dengan terakhir hanya mengahabiskan
suaminya. Kadang klien waktunya di rumah bermain
membersihkan rumah dan bersama cucu dan beristirahat
kamar mandi. Saat waktu luang karena kondisi tubuh yang
klien menghabiskan waktu kurang sehat.
dengan membuat hiasan dinding
untuk dijual apabila ada yang
pesan atau diberikan pada
keluarga

Di rumah sakit: klien hanya Di rumah sakit: klien hanya


menghabiskan waktunya dengan menghabiskan harinya dengan
berbaring di atas tempat tidur berbaring di atas tempat tidur
karena kondisi tubuh klien yang dan duduk karena kondisi tubuh
lemas, bengkak serta terpasang klien yang lemas
oksigen nasal canul 3 lpm
Pola istirahat Di rumah: klien tidak pernah Di rumah: klien selama 2 bulan
tidur tidur saat siang hari dan saat terakhir tidur siang sekitar ±1-2
malam hari klien tidur ±7-8 jam jam. Dan saat malam hari 7-8
jam.

Di rumah sakit: klien lebih Di rumah sakit: klien selama di


banyak tidur dan hanya rumah sakit biasanya tidur
terbangun sebentar atau ketika siang sekitar 1 jam dan saat
dibangunkan paling lama 30 malam hari 7-8 jam.
menit terbangun. Saat sendirian
di ruangan klien akan terjaga
akan tetapi jika terdapat banyak
orang di ruangan klien lebih
banyak tidur dan saat malam
haripun sama.

4.1.6 Pemeriksaan fisik

Tabel 4.5 Pemeriksaan fisik klien CKD


Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2
Keadaan Umum Cukup Cukup
Kesadaran Composmentis Composmentis
GCS E 3, V 5, M 6 E 4, V 5, M 6
TTV a) TD: 140/70 mmHg a) TD: 140/70 mmHg
b) Suhu: 36,5 °C b) Suhu: 36 °C
c) Nadi: 88x/i c) Nadi: 83 x/i
d) RR: 22 x/i d) RR: 20 x/i
Pemeriksaan Inspeksi: Klien memiliki bentuk Inspeksi: Klien memiliki bentuk
Kepala kepala normochepal, rambut kepala normochepal, rambut
klien tampak putih, tipis dan klien tampak rontok, persebaran
rontok, persebaran tidak merata, warna rambut tidak merata,
tidak tampak massa dan lesi, tidak tampak massa dan lesi,
kulit wajah tampak keriput, kulit wajah tampak kering, kulit
hiperpigmentasi dan kering. kepala tampak bersih, wajah
tampak sedikit kekuningan.

Palpasi: Tidak teraba massa, Palpasi: Tidak teraba massa,


5

tidak terdapat nyeri tekan, kulit tidak terdapat nyeri tekan, kulit
kepala teraba kasar kepala terasa kasar
Pemeriksaan Mata Inspeksi: Mata klien tampak Inspeksi: Mata klien tampak
simetris kiri dan kanan, tidak simetris kiri dan kanan, tidak
tampak massa dan lesi. Kedua tampak massa dan lesi. Kedua
alis simetris kiri dan kanan, alis klien simetris dan berwarna
warna tidak merata, tidak hitam, tidak tampak lesi. Bola
tampak lesi. Bola mata dapat mata dapat bergerak megikuti
bergerak mengikuti pergerakan pergerakan tangan. Sklera
tangan. Sklera tampak putih berwarna putih susu.
susu. Konjungtiva tampak Konjungtiva tampak pucat.
pucat. Pupil tampak isokor, Pupil tampak isokor, reflek
reflek cahaya +/+. cahaya +/+.

Palpasi: Kedua bola mata Palpasi: Kedua bola mata klien


tampak kenyal dan tidak teraba teraba kenyal dan tidak teraba
massa atau nyeri tekan massa atau nyeri tekan

Keterangan: Penglihatan klien Keterangan: Penglihatan klien


kabur saat melihat jauh kabur saat melihat sesuatu yang
jauh
Pemeriksaan Inspeksi: Kedua telinga tampak Inspeksi: Kedua telinga klien
Telinga simetris kiri dan kanan. Kondisi tampak simetris kiri dan kanan.
kedua lubang telinga terdapat Kondisi kedua lubang telinga
serumen, tidak ada pendarahan, sedikit kotor, tidak ada
tidak tampak massa dan lesi, pendarahan, gendang telinga
gendang telinga tampak utuh. tampak utuh, tidak tampak
massa dan lesi. Kulit berwarna
sedikit kekuningan.

Palpasi: Tidak terdapat nyeri Palpasi: Tidak terdapat nyeri


tekan pada tragus, tidak teraba tekan pada tragus, tidak teraba
massa massa

Keterangan: Klien mengalami Keterangan: Pendengaran klien


penurunan pendengaran masih normal
Pemeriksaan Inspeksi: Hidung tepat ditengah. Inspeksi: Hidung tepat ditengah.
Hidung Kondisi kedua lubang hidung Kondisi kedua lubang hidung
simetris antara kiri dan kanan, tampak sedikit kotor, tampak
tampak kotor, tampak kering, kering dan sedikit kekuningan,
terpasang oksigen nassal canul tidak tampak massa atau lesi,
3 lpm, tidak tampak massa atau tidak terdapat pernapasan
lesi, tidak terdapat pernapasan cuping hidung
cuping hidung.

Palpasi: Tidak teraba massa dan Palpasi: Tidak teraba massa dan
nyeri tekan pada sinus, tidak ada nyeri tekan pada sinus, tidak ada
dislokasi tulang hidung, kulit dislokasi tulang hidung, kulit
teraba kasar teraba kasar

Keterangan: Penciuman klien Keterangan: Klien masih


masih normal karena masih mampu mengenali bau
mengenali bau
Pemeriksaan Mulut Inspeksi: Bibir simetris kiri dan Inspeksi: Bibir simetris kiri dan
kanan, tepat berada di tengah, kanan, tepat berada di tengah,
tidak tampak ulserasi pada gusi, tidak tampak ulserasi pada gusi
gigi sudah tidak ada dan dan berwarna hitam, gigi
memakai gigi palsu, bibir kekuningan, bibir tampak
5

tampak kering, uvula tepat kering, uvula berada tepat di


berada di tengah dan berwarna tengah dan berwarna merah
merah muda, tidak ada muda, tidak ada pembesaran
pembesaran tonsil (T1) tonsil (T1)

Keterangan: Klien mengatakan Keterangan: Klien mengatakan


bisa merasakan pahit, manis, masih bisa membedakan rasa
asin dan asam manis, asin, asam dan pahit
Pemeriksaan Leher Inspeksi: Tidak tampak Inspeksi: Tidak tampak
deformitas pada trakea, tidak deformitas pada trakea, tidak
tampak massa dan lesi, tidak tampak massa dan lesi, tampak
ada kekakuan, tidak tampak agak kekuningan, tidak tampak
pembesaran vena jugularis dan pembesaran pada vena jugularis
kelenjar limfe dan kelenjar limfe

Palpasi: Trakea tepat berada di Palpasi: Trakea tepat berada di


tengah dan tidak teraba tengah dan tidak teraba
deformitas, tidak teraba massa, deformitas, tidak teraba massa,
tidak teraba pembesaran pada tidak teraba pembesaran pada
vena jugularis dan kelenjar vena jugularis dan kelenjar
limfe, kulit tidak terasa kasar limfe, kulit tidak terasa kasar
Pemeriksaan Dada a) Paru-paru a) Paru-paru
Inspeksi: Bentuk dada Inspeksi: Bentuk dada
normal. Pergerakan dada normal, kulit tampak sedikit
klien cepat, kulit tampak kekuningan, kulit tampak
kering, pergerakan dada kering, pergerakan dada
simetris antara kanan dan simetris antara kanan dan
kiri kiri, terpasang double lumen
di supraclavikula dekstra

Palpasi: Tidak terdapat Palpasi: Tidak tampak


nyeri tekan, pergerakan odem, tidak terdapat pitting
dinding dada antara kanan edema, tidak terdapat nyeri
dan kiri teraba sama tekan, taktil fremitus teraba
sama, tidak teraba massa

Perkusi: Terdengar resonan Perkusi: Terdengar resonan


pada seluruh lapang paru pada seluruh lapang paru
Auskultasi: Tidak terdengar Auskultasi: Tidak terdengar
suara nafas tambahan, suara nafas tambahan,
terdengar vaskuler dan terdengar vaskuler dan
teratur teratur

Whezzing Ronchi Whezzing Ronchi

b) Jantung b) Jantung
Inspeksi: Tidak tampak Inspeksi: Tidak tampak
pulsasi Ictus Cordis pada pulsasi Ictus Cordis pada
ICS 5 midclavikula sinistra. ICS 5 midclavikula sinistra,
Pergerakan dada klien cepat, pergerakan dada simetris
kulit tampak kering, antara sinistra dan dekstra,
pergerakan dada simetris tidak tampak massa atau
antara kanan dan kiri, tidak lesi, kulit tampak sedikit
tampak massa atau lesi. kekuningan, kulit tampak
5

kering.

Palpasi: Teraba pulsasi Ictus Palpasi: Teraba pulsasi pada


Cordis pada ICS 5 Ictus Cordis pada ICS 5
midclavikula sinistra tidak midclavikula sinistra tidak
lebih dari 1 cm. lebih dari 1 cm.

Perkusi: Terdengar pekak Perkusi: Terdengar pekak


pada ICS 3 dekstra dan ICS pada ICS 3 dekstra dan ICS
3,4 dan 5 sinistra sebelah 3, 4 dan 5 sinistra sebelah
kiri sternum kiri sternum

Auskultasi: Auskultasi:
BJ 1: Terdengar tunggal di BJ 1: Terdengar tunggal di
ICS 2 (aorta) dekstra dan ICS 2 (aorta) dekstra dan
ICS 5 (mitrialis) sinistra/ lup ICS 5 (mitrialis) sinistra/ lup
BJ 2: Terdengar tunggal di BJ 2: Terdengar tunggal di
ICS 4 (trikuspidalis) dekstra ICS 4 (trikuspidalis) dekstra
dan 2 (pulmonal) sinistra/ dan 2 (pulmonal) sinistra/
dup dup
BJ 3: Tidak terdengar suara BJ 3: Tidak terdengar suara
jantung tambahan jantung tambahan
Pemeriksaan Inspeksi: Abdomen tampak Inspeksi: Persebaran warna kulit
Abdomen asites, kulit kendur, persebaran tidak merata, kulit tampak
warna kulit merata, kering, tidak kering, tidak tampak massa atau
tampak massa atau lesi lesi, tidak tampak asites

Auskultasi: Bising usus 12 x/i Auskultasi: Bising usus 10 x/i

Perkusi: Terasa gelombang Perkusi: Tidak terasa adanya


cairan, terdengar shifting gelombang cairan, terdengar
dullness saat klien tidur miring timpani

Palpasi: Tidak terdapat nyeri Palpasi: Tidak terdapat nyeri


tekan, tidak teraba massa tekan, tidak teraba adanya
massa
Pemeriksaan Kulit Inspeksi: Persebaran warna kulit Inspeksi: Persebaran warna kulit
dan Kuku tidak merata. Pada wajah, tidak merata pada bagian dada
tangan dan kaki mengalami sampai kepala berwarna agak
hiperpigmentasi. Pada lengan kekuningan sedangkan dari dada
bawah dan kaki tampak sampai kaki berwarna sawo
mengkilap. Kulit tampak sedikit matang, Pada bagian yang
mengelupas pada area siku mengalami hiperpigmentasi dan
tangan. Kulit tampak kering kering ditemukan di area kaki
pada betis, dekat siku tangan dan tangan. Lalu sedikit
dan wajah. Skor kulit kering 1 mengelupas di area tangan dekat
karena tampak ada keputihan, siku dan kaki bagian bawah
sedikit mengelupas dan tampak luar. Skor kulit kering 1 karena
kasar. Skor pruritus 0, tampak tampak ada keputihan, sedikit
odem, tidak tampak massa dan mengelupas, dan sedikit kasar.
lesi, kuku tampak tidak rata Skor pruritus 0, tidak tampak
odem, tidak tampak massa atau
lesi, kuku tampak tidak rata

Palpasi: Tidak teraba massa, Palpasi: Tidak teraba massa,


tidak terdapat nyeri tekan, kulit tidak terdapat nyeri tekan, CRT
teraba kasar, terdapat pitting 2 detik, turgor kulit kembali
edema 2 mm (derajat 1), dalam 2 detik, tidak teraba
5

terdapat odem dan kembali 6 odem dan tidak terdapat pitting


detik, CRT 3 detik edema, kulit teraba kasar pada
kaki dan tangan.
Pemeriksaan Atas: Atas:
Ekstermitas Inspeksi: Persebaran warna kulit Inspeksi: Persebaran warna
tidak merata pada kedua tangan, kulit tidak merata pada kedua
tampak hiperpigmentasi pada tangan, kulit tampak kering
kedua tangan, tampak odem pada kedua tangan, sedikit
pada kedua tangan, tampak mengelupas di area dekat siku
mengkilap pada kedua lengan tangan kanan, tidak tampak
bawah, tampak kering pada area massa dan lesi, tampak
dekat siku pada kedua tangan, hiperpigmentasi pada kedua
sedikit mengelupas pada area tangan, tidak tampak odem,
siku tangan kanan, tidak tampak terpasang abocath infus no 22
massa dan lesi, kedua tangan pada ektermitas atas dekstra,
tampak simetris kiri dan kanan, kedua tangan tampak simetris,
terpasang abocath infus no 22 tidak ada deformitas
pada ekstermitas atas sinistra,
tidak tampak deformitas

Palpasi: Terdapat pitting edema Palpasi: Tidak terdapat nyeri


2 mm (derajat 1) dan kembali tekan, tidak terdapat piting
dalam 6 detik, tidak terdapat edema, turgor kulit kembali
nyeri tekan, tidak teraba massa, dalam 2 detik, tidak teraba
kulit teraba kasar massa, kulit teraba kasar pada,
CRT 2 detik

Bawah: Bawah:
Inspeksi: Persebaran warna Inspeksi: Persebaran warna kulit
tidak merata di kedua tidak merata, kulit tampak
ekstermitas, kulit tampak kering kering, sedikit mengelupas pada
pada kedua betis, kulit tampak area kaki kanan bagian bawah
mengkilap, tidak tampak massa, luar, tampak bekas luka bakar
tidak tampak lesi tampak terkena air panas pada kaki
hiperpigmnetasi pada kedua kanan sejak 1 tahun yang lalu,
kaki, kaki tampak odem, kedua tampak hiperpigmentasi, tidak
kaki tampak simetris kiri dan tampak massa dan lesi, tidak
kanan, tidak tampak deformitas tampak deformitas, kedua kaki
tampak simetris, tidak tampak
odem

Palpasi: Tidak terdapat nyeri Palpasi: Tidak terdapat nyeri


tekan, tidak teraba massa, kulit tekan, tidak teraba massa, tidak
teraba kasar, pitting edema 2 teraba deformitas, tidak terdapat
mm (derajat 1) dan kembali pitting edema, turgor kulit
dalam 6 detik, CRT 3 detik, kembali dalam 2 detik, CRT 2
tidak teraba deformitas detik

Perkusi: Reflek patella +/+ Perkusi: Reflek patelle +/+

Kekuatan otot Kekuatan otot


4 4 5 5
4 4 5 5

Keterangan: Skor kulit kering 1 Keterangan: Skor kulit kering 1


karena tampak kasar, sedikit karena tampak kasar, sedikit
mengelupas dan tampak sedikit mengelupas dan tampak sedikit
5

keputihan. Skor pruritus 0 keputihan. Skor pruritus 0


karena tidak ada gatal karena tidak ada gatal
Pemeriksaan Inspeksi: Terpasang kateter no. Inspeksi: Tidak terkaji karena
Genetalia dan 16 dan memakai pampers, klien merasa malu
rektum genetalia tampak bersih, kulit
anal tampak lebih gelap dari
area sekitarnya, tidak tampak
lesi, tidak tampak hemoroid

4.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.6 Pemeriksaan Radiologi Klien 1


No Tanggal Pemeriksaan Hasil
1 21-02-2019 Thorax Kedua sinus/ Diaphragma kiri sukar dinilai---
tertutup COR
COR membesar ke kiri
Arcus aorta dan Pulmonal segment normal
Tidak tampak infiltrat proses
Corakan Bronchovascular normal
2 26-02-2019 USG Hepar:
Abdomen Ukuran normal. Sudut tajam. Permukaan rata.
Intensitas echo parenchym homogeny rata.
Sistem portal dan bilier tak melebar. Nodule (-).
Kiste kecil di lobus kiri
Gallblader:
Tak melebar. Dinding tak menebal. Batu (-)
Pancreas dan lien tak tampak kelainan
Ren dex/ sin:
Ukuran mengecil. Echo cortex meningkat.
Pelviocaliceal tak melebar. Batu/ kiste (-)
V. Urinaria:
Normal
Tampak echo cairan bebas di cavum pleura
kanan kiri dan cavum abdomen
Kesimpulan:
Khronik parenchymathous renal disease bilateral
Pleural effuse bilateral
Ascites

Tabel 4.7 Pemeriksaan Laboratorium Klien 1

No Pemeriksaan Tanggal Hasil Satuan Nilai Rujukan


1 Faal Ginjal
Ureum H 128.4 mg/dL 21-43
BUN 22-02-2019 H 60.0 mg/dL 10.0-20.0
Kreatinin H 6.38 mg/dL < 0.95
Asam Urat H 8.0 mg/dL 2.3-6.1
Ureum H 159.4 mg/dL 21-43
BUN H 74. 5 mg/dL 10.0-20.0
26-02-2019
Kreatinin H 6.76 mg/dL < 0.95
Asam Urat H 7.1 mg/Dl 2.3-6.1
2 Faal Hepar
26-02-2019
Albumin L 2.98 g/dL 3.5-5.5
5

3 Elektrolit
SE
Natrium (Na) 28-02-2019 L 124 mEq/L 135-145
Kalium (K) 4.75 mEq/L 3.50-5.50
Klorida (Cl 104 mEq/L 94-110

Tabel 4. 8 Pemeriksaan Radiologi Klien 2

Tanggal Pemeriksaan Hasil


21-02-2019 Thorax Kedua sinus/ Diaphragma Normal
Bentuk dan besar COR membesar ke kiri
Tidak tampak infiltrat proses
Corakan Bronchovascular paru normal

Tabel 4. 9 Pemeriksaan Laboratorium Klien 2

No Pemeriksaan Tanggal Hasil Satuan Nilai


Rujukan
1 Faal Ginjal
Ureum 04-03-2019 H 263.6 mg/dL 18-55
BUN (Pre HD) H 123.2 mg/dL 10.0-20.0
Kreatinin H 13.07 mg/dL < 1.20
Ureum H 126.4 mg/dL 18-55
04-03-2019
BUN H 59.1 mg/dL 10.0-20.0
(Post HD)
Kreatinin H 5.68 mg/dL < 1.20
Ureum 45.0 mg/dL 18-55
07-03-2019
BUN H 21.0 mg/dL 10.0-20.0
(Post HD)
Kreatinin H 2.53 mg/dL < 1.20
Elektrolit
2 SE
Natrium (Na) 136 mEq/L 135-145
Kalium (K) 04-03-2019 5.29 mEq/L 3.50-5.50
Klorida (Cl 98 mEq/L 94-110
3 Hematologi
Darah Lengkap
Jumlah Leukosit 6.96 10^3/µL 4.0-11.0
Jumah Eritrosit L 2.55 10^6/µL 4.50-5.50
Hemoglobin L7.4 g/dL 13.0-17.0
Hematokrit L 21.1 % 40.0-50.0
MCV 82.7 fL 82.0-92.0
MCH 29.0 pg 27.0-31.0
MCHC 35.1 g/dL 32.0-37.0
Jumlah Trombosit 168 10^3/µL 150-400
04-03-2019 44 35-47
RDW-SD fL
RDW-CV H 14.6 % 11.5-14.5
PDW 11.2 fL 9.0-13.0
MPV 10.4 fL 7.2-11.1
P-LCR H 28.5 % 15.0-25.0
PCT 0.180 % 0.150-0.400

Hitung Jeis
Neutrofil H 83.7 % 50-70
Limfosit L 9.9 % 20-40
6

Monosit 3.4 % 2-8


Eosinofil 2.3 % 1-3
Basofil 0.7 % 0-1
Jumlah Neutrofil 5.8 10^3/µL 1.5-7.0
Jumlah Limfosit L 0.7 10^3/µL 1.0-3.7
Jumlah Monosit 0.24 10^3/µL 0.16-1.00
Jumlah Eosinofil 0.2 10^3/µL 0-0.8
Jumlah Basofil 0.1 10^3/µ 0-0.2

4.1.8 Terapi

Tabel 4.10 Terapi


Klien 1
Nama obat dan Dosis Rute Pemberian Fungsi
Natrium Bikarbonat 3 x PO Untuk menetralisir asam darah, urine yang
1 tab terlalu asam, dan asam lambung
Allopurinol 1 x 300 mg PO Membantu mengobati hiperurisemia atau
meningkatnya kadar asam urat dalam darah
dan batu ginjal yang baru terjadi
Captopril 2 x 25 mg PO Untuk mengobati tekanan darah tinggi dan
gagal jantung dengan merelaksasikan
pembuluh darah
Amlodipin 1 x 10 mg PO Mengatasi hipertensi dan angina pectoris
Ns 10 tetes/ menit IV Cairan ini untuk mengganti elektrolit dan
cairan yang sudah hilang, mengganti cairan
saat diare, menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit serta membuat peningkatan pada
metabolit nitrogen berupa ureum dan
kreatinin pada penyakit ginjal
Lasix 3 x 20 mg IV Obat ini digunakan untuk membuang cairan
atau garam berlebih di dalam tubuh melalui
urine dan meredakan pembenngkakan yang
disebabkan oleh gagal jantung, penyakit
hati, penyakit ginjal atau kondisi terkait.
Klien 2
Ns 10 tetes/ menit IV Cairan ini untuk mengganti elektrolit dan
cairan yang sudah hilang, mengganti cairan
saat diare, menjaga cairan ekstra seluler dan
elektrolit serta membuat peningkatan pada
metabolit nitrogen berupa ureum dan
kreatinin pada penyakit ginjal
Furosemide 3 x 2 amp IV Obat ini digunakan untuk membuang cairan
atau garam berlebih di dalam tubuh melalui
urine dan meredakan pembenngkakan yang
disebabkan oleh gagal jantung, penyakit
hati, penyakit ginjal atau kondisi terkait.
Ondansentron 3 x 4 mg IV Obat yang digunakan untuk mencegah serta
mengobati mual dan muntah
Ranitidin 3 x 50 mg IV Obat untuk mencegah dan mengatasi mual
muntah
Valsartan 1 x 160 mg PO Obat untuk mengatasi hipertensi dan gagal
jantung serta untuk melindungi jantung
pasien yang baru mengalami serangan
6

jantung

Prorenal 3 x 1 tablet PO Efek ketoacid dan diet rendah protein dalam


memperbaiki asidosis metabolik dan
menurunkan kadar ureum pada pasien CKD,
memperbaiki resistensi insulin
Hemodialisa Double lumen Terapi cuci darah di luar tubuh untuk
3 x 1 minggu oranng yang ginjalnya sudah tidak berfugsi
secara optimal

4.1.9 Analisa Data

Tabel 4.11 Analisa Data

Klien 1
Analisa Data Etiologi Masalah
Ds: CKD Resiko gangguan
 Klien mengatakan masuk rumah integritas kulit
sakit pada tanggal 21 Februari
2019 pada jam 17.20 WIB Kondisi yang menyebabkan
 Klien mengatakan mengalami terjadinya penurunan fungsi
perubahan pada kulit sekitar nefron
tanggal 15 Februari seperti kulit
wajah kering dan mulai bengkak
 Klien mengatakan saat mencuci Mekanisme kompensasi dan
wajah atau membersihkan badan adaptasi dari nefron
menggosok secara berlebihan menyebabkan kematian
nefron meningkat
hingga daki dan kotoran benar-
benar hilang
 Klien mengatakan kulit tampak Destruksi struktur ginjal
kering dan kehitaman secara progresif
 Klien mengatakan memakai
sabun antibakteri yang
mengandung gliserin dan GFR menurun menyebabkan
alkohol kegagalan dalam
 Klien mengatakan kulit tidak mempertahankan
gatal metabolisme dan
 Klien mengatakan tidak tahu keseimbangan cairan dan
penyebab dari kulit mengalami elektrolit
masalah
 Klien mengatakan semenjak
tubuhnya bengkak menjadi sulit Penumpukan toksik uremik
dalam bergerak dan selalu lemas di dalam darah,
 Klien mengatakan hanya ketidakseimbangan cairan
menghabiskan harinya di atas dan elektrolit
tempat tidur

Do: Sindrom uremik


 Klien di diagnosa CKD stage 5
sejak tanggal 27 Februari 2019
 Terpasang infus Ns 500 ml 10 Respon muskuloskeletal,
ureum pada jaringan otot
6

tetes/menit
 Kulit tampak hiperpigmentasi di
area wajah, tangan dan kaki Kelemahan fisik
 Kulit tampak mengkilap pada
lengan bawah dan kaki Penekanan jaringan setempat
 Kulit tampak sedikit
mengelupas di area dekat siku
tangan kanan Resiko gangguan integritas
 Kulit tampak kering pada betis, kulit
tangan di daerah dekat siku dan
wajah
 Skor kulit kering 1 yang berarti
kulit tampak kasar, sedikit
mengelupas dan tampak sedikit
keputihan
 Skor pruritus 0 yang berarti
tidak gatal
 Persebaran warna kulit tidak
merata
 Kulit tampak odem dan kembali
dalam 6 detik
 Pitting edema 2 mm (derajat 1)
 Klien tampak kesulitan dalam
mobilisasi karena badannya
lemas dan bengkak
 Klien tampak lemas dan
berbaring di atas tempat tidur
 Minum dibatasi 600 ml perhari
 Natrium L 124 mEq/L
 Ureum H 159.4 mg/dL
 BUN H 74.5 mg/dL
 Kreatinin H 6.76 mg/dL
 USG abdomen ditemukan
ukuran ginjal sinistra/dekstra
mengecil

Klien 2
Ds: CKD Resiko gangguan
 Klien mengatakan masuk rumah gangguan
sakit pada tanggal 4 Maret 2019 integritas kulit
pada jam 07.30 WIB Kondisi yang menyebabkan
 Klien mengatakan menderita terjadinya penurunan fungsi
sakit ginjal sejak bulan Januari nefron
2019 dan belum pernah
melakukan cuci darah
 Klien mengatakan semenjak Mekanisme kompensasi dan
sakit ginjal kulit menjadi kering adaptasi dari nefron
 Klien mengatakan kulit menjadi menyebabkan kematian
kekuningan dan warna kulit nefron meningkat
tidak seperti kulit normal atau
pucat
 Klien mengatakan semenjak Destruksi struktur ginjal
sakit ginjal kulitnya pernah secara progresif
6

menjadi kasar dan sedikit


bersisik terutama bagian tangan
dan kaki lalu diberikan lotion GFR menurun menyebabkan
 Keluarga klien mengatakan kegagalan dalam
pada tanggal 2 Maret kaki mempertahankan
sebelah kanan klien sempat metabolisme dan
bengkak keseimbangan cairan dan
 Keluarga klien mengatakan saat elektrolit
di rumah menggunakan mandi
2x dengan sabun antibakteri
yang mengandung gliserin dan Penumpukan toksik uremik
alkohol di dalam darah,
 Klien mengatakan kulit tidak ketidakseimbangan cairan
gatal dan elektrolit
 Klien mengatakan tidak tahu
penyebab munculnya masalah
pada kulit Sindrom uremik

Do: Respon integumen pada


 Klien didiagnosa ESRD pada jaringan kulit
tanggal 4 Maret 2019
 Terpasang infus Ns 500 ml 10
tetes/menit Hiperpigmentasi, kulit
kering
 Kulit tampak hiperpigmentasi
dan kering di area kaki dan
tangan
Resiko gangguan integritas
 Kulit tampak sedikit
kulit
mengelupas pada area dekat
siku tangan kanan dan kaki
kanan bagian bawah luar
 Skor kulit kering 1 yang berarti
kulit tampak kasar, dan tampak
sedikit keputihan
 Skor pruritus 0 yang berarti
tidak gatal
 Persebaran warna kulit tidak
merata
 Kulit klien tampak sedikit
kekuningan dari dada sampai
wajah
 Minum dibatasi 600 ml perhari
 Ureum H 263.6 mg/dL
 BUN H 123.2 mg/dL
 Kreatinin H 13.07 mg/dL
6

4.1.10 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.12 Diagnosa keperawatan pada klien CKD dengan masalah resiko
gangguan integritas kulit
Tanggal Diagnosa Keperawatan
Klien 1
1 Maret 2019 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanis (penekanan pada tonjolan tulang)
Klien 2
6 Maret 2019 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
kelembaban

4.1.11 Intervensi

Tabel 4.13 Intervensi keperawatan


Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Klien 1
Tujuan jangka 1. Kembalinya 1. Observasi kondisi kulit 1. Menentukan apakah
panjang: integritas minimal sehari sekali klien mengalami
Klien permukaan kulit untuk perubahan pada kehilangan sensai atau
terhindar dari 2. Klien akan warna dan tekstur, rasa sakit. Pemeriksaan
gangguan menjaga kondisi kulit atau luka secara sistematis bisa
integritas kulit integritas kulit mengenali masalah
setelah dengan yang akan datang sejak
diberikan memperlihatkan awal
asuhan cara perawatan 2. Observasi terhadap 2. Perubahan mungkin
keperawatan 3 kulit kekeringan kulit, disebabkan oleh
x 24 jam 3. Menunjukkan pruritus, ekskoriasi, penurunan aktivitas
pemahaman dan infeksi kelenjar keringat atau
Tujuan jangka tentang faktor pengumpulan kalsium
pendek: resiko dan fosfat pada lapisan
Klien gangguan kutaneus
menunjukkan integritas kulit 3. Observasi lipatan kulit 3. Daerah-daerah seperti
permukaan 4. Kulit tidak dan area yang ini mudah mengalami
integritas kulit kering dan gatal mengalami edema injuri
yang optimal 5. Hiperpigmentas 4. Observasi kondisi kulit 4. Tekanan ulserasi
setelah i berkurang untuk klien yang biasanya terjadi pada
dilakukan 6. Melaporkan memiliki hambatan tulang yang menonjol
tindakan perubahan mobilitas dengan
keperawatan 1 sensasi atau menutupi kulit dengan
x 24 jam tulang yang menonjol
nyeri area yang
5. Observasi perawatan 5. Disesuaikan dengan
beresiko kulit klien, catat jenis kondisi dan kebutuhan
sabun dan bahan kulit klien
pembersih lain yang
digunakan,
temperature air dan
frekuensi
membersihkan kulit
6. Anjurkan mandi dan 6. Mandi 2 kali sehari
tidak menggunakan untuk menjaga kulit
sabun yang tetap bersih dan jangan
mengandung deterjen gunakan sabun yang
6

mengandung deterjen
7. Lakukan penilaian 7. Untuk mengetahui
skor pada kulit kering tingkat kekeringan dan
dan pruritus klien gatal pada kulit klien
secara keseluruhan
8. Berikan bantalan pada 8. Mencegah terjadinya
titik tekan atau luka tekan pada area
tonjolan tulang tulang yang menonjol
9. Gunakan kasur khusus 9. Mengurangi tekanan
dan meratakan tekanan
pada kulit (kasur
angina, kasur air bisa
untuk memberikan
sensasi dingin)
10. Berikan KIE tentang 10. Mengetahui penyebab
penyebab munculnya munculnya masalah
masalah kulit kulit
11. Lakukan mobilisasi 11. Mengurangi tekanan
dengan merubah posisi pada tonjolan tulang
klien sesuai kondisi
klien tiap 2 jam
12. Pakai emolien, lotion 12. Emolien mengurangi
atau pelembab penguapan dan menjga
(minyak mineral, kelembapan kulit
minyak bayi, lanolin)
13. Hindarkan bahan 13. Meminimalisir kulit
pembersih yang keras, kering dan iritasi
air panas, gesekan kuat
dan ekstrim atau sering
membersihkan
14. Gunakan pakaian 14. Meminimalkan iritasi
katun yang longgar, dan gatal
tipis dan dingin
15. Menjaga linen tetap 15. Meminimalisir
bersih, kering dan gesekan antara kulit
bebas dari kerutan kering dan odem
dengan sprei
16. Mandikan dengan air 16. Meminimalisir kulit
hangat suam-suam kering dan terjadinya
kuku (32,2-40,5°C) irirtasi karena gesekan
dan keringkan dengan
menepuk
17. Kolaborasi pemberian 17. Mengurangi retensi
diuretic cairan dan
meningkatkan diuresis
18. Catat intake-output 18. Untuk menjaga
dan hitung balans keseimbangan cairan
cairan 24 jam

Klien 2
Tujuan jangka 1. Kembalinya 1. Observasi kondisi kulit 1. Menentukan apakah
panjang: integritas minimal sehari sekali klien mengalami
Klien permukaan kulit untuk perubahan pada kehilangan sensai atau
terhindar dari 2. Klien akan warna dan tekstur, rasa sakit. Pemeriksaan
gangguan menjaga kondisi kulit atau luka secara sistematis bisa
integritas kulit integritas kulit mengenali masalah
setelah dengan yang akan datang sejak
diberikan memperlihatkan awal
6

asuhan cara perawatan 2. Observasi terhadap 2. Perubahan mungkin


keperawatan 3 kulit kekeringan kulit, disebabkan oleh
x 24 jam 3. Menunjukkan pruritus, ekskoriasi, penurunan aktivitas
pemahaman dan infeksi kelenjar keringat atau
Tujuan jangka tentang faktor pengumpulan kalsium
pendek: resiko gangguan dan fosfat pada lapisan
Klien integritas kulit kutaneus
menunjukkan 4. Kulit tidak kering 3. Observasi perawatan 3. Disesuaikan dengan
permukaan dan gatal kulit klien, catat jenis kondisi dan kebutuhan
integritas kulit 5. Hiperpigmentasi sabun dan bahan kulit klien
yang optimal berkurang pembersih lain yang
setelah digunakan,
dilakukan temperature air dan
tindakan frekuensi
keperawatan 1 membersihkan kulit
x 24 jam 4. Anjurkan mandi dan 4. Mandi 2 kali sehari
tidak menggunakan untuk menjaga kulit
sabun yang tetap bersih dan jangan
mengandung deterjen gunakan sabun yang
mengandung deterjen
5. Lakukan penilaian 5. Untuk mengetahui
skor pada kulit kering tingkat kekeringan dan
dan pruritus klien gatal pada kulit klien
secara keseluruhan
6. Berikan KIE tentang 6. Mengetahui penyebab
penyebab munculnya munculnya masalah
masalah kulit kulit
7. Pakai emolien, lotion 7. Emolien mengurangi
atau pelembab penguapan dan menjga
(minyak mineral, kelembapan kulit
minyak bayi, lanolin)
8. Hindarkan bahan 8. Meminimalisir kulit
pembersih yang keras, kering dan iritasi
air panas, gesekan kuat
dan ekstrim atau sering
membersihkan
9. Gunakan pakaian 9. Meminimalkan iritasi
katun yang longgar, dan gatal
tipis dan dingin
10. Menjaga linen tetap 10. Meminimalisir
bersih, kering dan gesekan antara kulit
bebas dari kerutan kering dan odem
dengan sprei
11. Catat intake-output 11. Untuk menjaga
dan hitung balans keseimbangan cairan
cairan 24 jam
4.1.12 Implementasi

Tabel 4.14 Implementasi pada klien 1

Diagnosa Jam 1 Maret 2019 Jam 2 Maret 2019 Jam 3 Maret 2019
Keperawaan
Resiko gangguan 15.00 1) Mengobservasi kondisi kulit 14.30 1) Mengobservasi kondisi kulit 05.00 1) Mengobservasi kondisi kulit
integritas kulit klien yang mengalami klien yang mengalami klien yang mengalami
berhubungan dengan perubahan warna kulit seperti perubahan warna kulit seperti perubahan warna kulit seperti
akumulasi ureum pucat karena anemia, pucat karena anemia, pucat karena anemia,
dalam kulit hiperpigmentasi atau kuning hiperpigmentasi atau kuning hiperpigmentasi atau kuning
karena uremia, tekstur, kulit karena anemia, tekstur, kulit karena uremia, tekstur, kulit
kering, area yang mengalami kering, area yang mengalami kering, area yang mengalami
edema dan kondisi kulit bila edema dan kondisi kulit bila edema dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai terjadi pruritus disertai terjadi pruritus disertai
eksoriasi eksoriasi eksoriasi
15.05 2) Melakukan penilaian skor 14.30 2) Melakukan penilaian skor 05.00 2) Memandikan pasien dengan
pada kulit kering dan pruritus pada kulit kering dan pruritus air hangat suam-suam kuku
pada klien untuk mengetahui pada klien untuk mengetahui dan mengeringkan dengan
perubahan pada kulit kering perubahan pada kulit kering menepuk
dan apabila klien mengalami dan apabila klien mengalami 05.15 3) Memakaikan pakaian yang
pruritus pruritus longgar, tipis dan dingin
15.06 3) Mengobservasi perawatan 14.35 3) Memandikan klien dan 05.17 4) Memberikan baby oil pada
kulit klien, dengan mengeringkan dengan kulit klien dan menjaga kulit
menanyakan jenis sabun dan menepuk nepuk klien tetap bersih dan lembab
bahan pembersih lain yang 14.48 4) Memberikan baby oil pada setelah mandi
digunakan, temperatur air kulit klien setelah mandi dan 05.20 5) Menjaga linen tetap bersih,
mandi dan frekuensi menjaga kulit klien tetap kering dan bebas dari kerutan
membersihkan kulit bersih dan lembab dengan mengganti dan
15.08 4) Menganjurkan untuk mandi 2 14.50 5) Memakaikan pakaian katun merapikan setiap hari
kali sehari dan mengganti yang longgar, tipis dan dingin 08.00 6) Berkolaborasi memberikan
sabun yang tidak pada klien setelah mandi injeksi diuretik dan
mengandung alkohol, untuk mengurangi gesekan allopurinol

6
mengandung parfum dan dengan kulit edema 08.00 7) Mengobservasi kondisi kulit
bersifat basa seperti sabun 15..00 6) Menjaga linen tetap bersih klien dengan memberikan
antibakteri serta menggosok dan kering dengan mengganti bantalan menggunakan
tubuh secara berlebihan saat dan merapikan setiap hari handscoen yang diisi air
mandi hingga benar-benar 15.20 7) Memberikan KIE tentang pada tulang yang menonjol
merasa daki hilang penyebab munculnya masalah karena klien mengalami
15.10 5) Memberikan baby oil pada kulit dan penatalaksanaannya kesulitan dalam mobilisasi
kulit klien dan menjaga kulit 15.50 8) Membantu klien mobilisasi agar tidak terjadi luka tekan
klien tetap bersih dengan merubah posisi klien dan memberikan sensasi
15.13 6) Menjaga linen tetap bersih, menjadi telentang untuk dingi
kering dan bebas dari kerutan mengurangi tekanan pada 08.00 8) Berkolaborasi memberikan
dengan mengganti dan tulang yang menonjol injeksi diuretic lasix
merapikan setiap hari 15.55 9) Mengobservasi kondisi kulit 09.55 9) Melakukan penilaian skor
15.13 7) Memberikan KIE tentang klien dengan memberikan pada kulit kering dan
penyebab munculnya bantalan handscoen yang pruritus pada klien untuk
masalah kulit dan berisi air pada tulang yang mengetahui perubahan pada
penatalaksanannya menonjol karena klien kulit yang kering dan apabila
16.00 8) Membantu klien mobilisasi mengalami kesulitan dalam klien mengalami pruritus
dengan merubah posisi klien mobilisasi agar tidak terjadi 0955 10) Melakukan balans cairan
menjadi miring untuk luka tekan dan memberikan
mengurangi tekanan kulit sensasi dingin
pada tulang yang menonjol 16.10 10) Berkolaborasi memberikan
16.05 9) Mengobservasi kondisi kulit injeksi diuretik lasix
klien dengan memberikan 20.00 11) Melakukan balans cairan
bantalan dengan
menggunakan handscoen
yang diisi dengan air pada
tulang yang menonjol karena
klien mengalami kesulitan
dalam mobilisasi agar tidak
terjadi luka tekan
16.05 10) Menganjurkan kepada
keluarga untuk menggunakan
kasur khusus seperti kasur

6
angina atau air untuk
menjaga tekanan pada kulit
rata. Untuk alternative
menggunakan handscoen
yang diisi air dan dijadikan
bantalan untuk bagian kulit
dengan tulang yang menonjol
16.10 11) Berkolaborasi memberikan
injeksi diuretik lasix
20.00 12) Melakukan balans cairan

Tabel 4.15 Implementasi pada klien 2

Diagnosa Jam 6 Maret 2019 Jam 7 Maret 2019 Jam 8 Maret 2019
Keperawaan
Resiko gangguan 15.00 1) Mengobservasi kondisi kulit 14.45 1) Mengobservasi kondisi kulit 15.00 1) Mengobservasi kondisi kulit
integritas kulit klien yang mengalami klien yang mengalami klien yang mengalami
berhubungan dengan perubahan pada warna kulit perubahan warna kulit seperti perubahan warna kulit
akumulasi ureum seperti pucat karena anemia, pucat karena anemia, seperti pucat karena anemia,
dalam kulit hiperpigmentasi atau kuning hiperpigmentasi atau kuning hiperpigmentasi atau kuning
karena anemia, tekstur, kulit karena uremia, tekstur, kulit karena uremia, tekstur, kulit
kering dan kondisi kulit bila kering dan kondisi kulit bila kering dan kondisi kulit bila
terjadi pruritus disertai terjadi pruritus disertai terjadi pruritus disertai
eksoriasi eksoriasi eksoriasi
15.07 2) Mengobservasi perawatan 14.50 2) Memberikan KIE tentang 15.05 2) Memberikan baby oil pada
kulit klien, dengan penyebab munculnya masalah kulit klien dan menganjurkan
menanyakan jenis sabun dan kulit dan penatalaksanaan memberikan lotion atau baby
bahan pembersih lain yang 14.05 3) Memberikan baby oil pada oil untuk menjaga kulit klien
digunakan, temperatur air dan kulit klien dan menjaga kulit lembab dan jaga tetap bersih
frekuensi membersihkan kulit klien tetap bersih dan lembab 15.05 3) Menganjurkan kepada klien
15.10 3) Menganjurkan untuk mandi 2 14.05 4) Menganjurkan kepada klien untuk mandi 2 kali sehari
kali sehari dan mengganti untuk menggunakan pakaian dan mengganti sabun yang

6
sabun yang tidak yang longgar dan tipis untuk tidak mengandung alkohol,
mengandung alkohol, mengurangi gesekan dengan menggosok badan dengan
mengandung parfum dan kulit yang kering kuat dan ekstrim saat mandi,
bersifat basa seperti sabun 15.00 5) Menjaga linen tetap bersih serta jangan mandi dengan
antibakteri yang bisa dan kering dengan merapikan air yang terlalu panas
15.14 membuat kulit bertambah dan mengganti setiap hari. 18.35 4) Melakukan penilaian skor
kering 20.30 6) Melakukan penilaian skor pada kulit kering dan
4) Memberikan KIE tentang pada kulit kering dan pruritus pruritus pada klien untuk
15.35 penyebab munculnya masalah pada klien untuk mengetahui mengethui perubahan pada
kulit dan penatalaksanaan
perubahan pada kulit kering kulit kering dan apabila
5) Memberikan baby oil pada
20.40 kulit klien dan menjaga kulit dan apabila mengalami terjadi pruritus
klien tetap bersih dan lembab pruritus
6) Melakukan balans cairan 20.30 7) Melakukan balans cairan

4.1.13 Evaluasi

Table 4.16 Evaluasi klien 1

Diagnosa
Jam 1 Maret 2019 Jam 2 Maret 2019 Jam 3 Maret 2019
Keperawatan
Resiko 20.30 S: 20.30 S: 10.15 S:
gangguan  Klien mengatakan kulit klien  Klien mengatakan kulit masih  Klien mengatakan kulit sudah
integritas kulit masih kering dan kehitaman tampak kering dan kehitaman tidak terlalu kering dan masih
berhubungan  Klien mengatakan bengkak  Klien mengatakan bengkak pada tampak kehitaman
dengan pada tubuh tubuh sudah sedikit berkurang  Klien mengatakan bengkak pada
akumulasi  Klien mengatakan kulit masih  Klien mengatakan kulit tampak tubuh sedikit berkurang
ureum dalam tampak mengkilap mengkilap  Klien mengatakan kulit masih
kulit  Klien mengatakan kulit tidak  Klien mengatakan kulit tidak tampak mengkilap
gatal terasa gatal  Klien mengatakan kulit tidak
 Klien mengatakan tidak ada  Klien mengatakan tidak ada luka terasa gatal
luka  Klien mengatakan masih  Klien mengatakan tidak ada luka

7
 Klien mengatakan masih kesulitan dalam mobilisasi dan  Klien mengatakan masih kesulitan
kesulitan dalam mobilisasi dan sepanjang hari hanya berbaring dalam mobilisasi dan sepanjang
sepanjang hari hanya berbaring di atas tempat tidur hari hanya berbaring di atas
di atas tempat tidur  Klien mengatakan sudah paham tempat tidur
 Klien mengatakan belum paham penyebab masalah pada kulit
penyebab masalah kulit
O: O:
O:  Kulit tampak hiperpigmentasi di  Kulit tampak hiperpigmentasi di
 Kulit tampak hiperpigmentasi di area wajah, tangan dan kaki area wajah, tangan dan kaki
area wajah, tangan dan kaki  Kulit klien masih tampak  Kulit klien masih tampak
 Kulit klien tampak mengkilap mengkilap pada lengan bawah mengkilap pada lengan bawah dan
pada lengan bawah dan kaki dan kaki kaki
 Kulit klien tampak masih kering  Kulit klien tampak masih kering
 Kulit klien tampak masih kering
betis, tangan di daerah dekat betis, tangan di daerah dekat
betis, tangan di daerah dekat siku
siku dan wajah siku dan wajah
dan wajah
 Persebaran warna kulit tidak  Keputihan dan sedikit
 Kulit terasa tidak terlalu kasar
merata mengelupas pada area siku
daripada sebelumnya
 Kulit tampak keputihan dan tangan kanan sudah tidak tampak
 Keputihan dan sedikit mengelupas
sedikit mengelupas di area  Persebaran warna kulit tidak di area siku dekat tangan kanan
dekat siku tangan kanan merata sudah hilang
 Kulit teraba kasar  Kulit teraba kasar  Persebaran warna kulit tidak
 Kulit tampak masih odem dan  Kulit tampak masih odem dan merata
kembali dalam 6 detik kembali dalam 6 detik  Kulit tampak masih odem dan
 Pitting edema 2 mm (derajat 1)  Pitting edema 2 mm (derajat 1) kembali dalam 6 detik
 Tidak tampak luka tekan pada  Tidak tampak luka tekan pada  Pitting edema ±2 mm (derajat 1)
bagian kulit dengan tulang yang bagian kulit dengan tulang yang  Tidak tampak luka tekan pada
menonjol dan tubuh bagian menonjol dan tubuh bagian area kulit dengan tulang yang
belakang belakang menonjol dan tubuh bagian
 Klien tampak masih kesulitan  Klien tampak masih kesulitan belakang
dalam mobilisasi dalam mobilisasi  Skor kulit kering 1 dan pruritus 0
 Skor kulit kering 1 dan pruritus  Skor kulit kering 1 dan pruritus 0  Klien tampak masih kesulitan

7
0  Balance cairan +86 dalam mobilisasi
 Balans cairan +106  Balance cairan +36
A: Masalah belum
A: Masalah belum teratasi A: Masalah resiko kerusakan
P: Lanjutkan intervensi 1-2, 4-5, 7- teratasi integritas kulit tidak terjadi
8, 10-12, 14-18 dan lakukan
observasi P: Lanjutkan intervensi 1-2, 4, 7-8, P: Lanjutkan intervensi 1-2, 4, 7, 10-
10-12, 14-18 dan lakukan 12, 14-18 dan lakukan observasi
observasi

Tabel 4.17 Evaluasi klien 2

Diagnosa
Jam 6 Maret 2019 Jam 7 Maret 2019 Jam 8 Maret 2019
Keperawatan
Resiko 20.45 S: 20.30 S: 18.35 S:
gangguan  Klien mengatakan kulit kering  Klien mengatakan kaki dan  Klien mengatakan kaki dan tangan
integritas kulit dan kehitaman tangan kehitaman kehitaman
berhubungan  Klien mengatakan kulit tidak  Klien mengatakan kulit sudah  Klien mengatakan kulit sudah
dengan gatal tidak terlalu kering terlalu kering
akumulasi  Kulit tampak sedikit  Klien mengatakan kulit tidak  Klien mengatakan kulit tidak gatal
ureum dalam kekuningan gatal  Klien mengatakan kulit tidak
kulit kuning
 Klien mengatakan sudah  Kulit sudah tidak kuning
mengetahui penyebab masalah
pada kulit O: O:
 Kulit masih hiperpigmentasi  Kulit klien tampak hiperpigmentasi
dan tampak kering di area kaki pada tangan dan kaki
O: dan tangan  Kulit klien sudah tidak terlalu
 Kulit klien hiperpigmentasi dan kering di area tangan dan kaki
 Kulit sudah tidak tampak
tampak kering di area kaki dan  Kulit sudah tidak tampak keputihan
kekuningan dari wajah sampai
tangan
dada dan kulit yang sedikit mengelupas
 kulit tampak keputihan dan
sedikit mengelupas di area  Kulit masih nampak keputihan pada area siku tangan kanan dan
dekat siku tangan kanan dan dan sedikit mengelupas di area kaki bagian kanan bawah luar

7
kaki kanan bagian bawah luar siku tangan kanan dan kaki sudah tidak tampak
 Kulit klien sedikit kekuningan bagian kanan bawah luar  Kulit klien sudah tidak kekuningan
dari dada sampai wajah  Persebaran warna kulit tidak dari dada sampai wajah
 Skor kulit kering klien 1 dan merata  Skor kulit kering 1 dan skor
skor pruritus 0  Skor kulit kering 1 dan skor pruritus 0
 Persebaran warna kulit tidak pruritus 0  Persebaran warna kulit tidak
merata  Balance cairan +54 merata
 Ureum 45,0 mg/dL
A: Masalah belum teratasi  BUN H 21,0 mg/dL A: Masalah tidak terjadi
 Kreatinin H 2, 53 mg/dL
P: Lanjutkan intervensi 1-2, 5-11, P: Lanjutkan intervensi 1-2, 4-5, 7-9,
dan lakukan observasi A: Masalah teratasi sebagian 11 dan lakukan observasi

P: Lanjutkan intervensi 1-2, 5, 9-11


dan lakukan observasi

7
7

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian

Tabel 4.18 Pembahasan pengkajian

Klien 1 Klien 2
Ny. I mengatakan mengalami perubahan Tn. H mengatakan sakit ginjal sejak bulan
kulit 5 hari sebelum masuk rumah sakit Januari 2019. Pada tanggal 4 Maret klien
sekitar tanggal 15 Februari. Klien mengatakan kaki kanan bengkak, kulit
mengatakan kulit mulai kering pada kaki, tubuh mulai dari dada sampai ke wajah
tangan dan wajah, lalu muncul kehitaman, berwarna kekuningan, warna kulit tidak
tangan dan kaki mulai bengkak. Setelah seperti kulit normal atau pucat, kulit
seminggu bengkak pada tubuh klien tidak kering, sempat bersisik dan sedikit
berkurang namun bertambah ke seluruh mengelupas oleh keluarga diberikan
tubuh dan klien merasa lemas hingga lotion. Oleh Dr. A klien didiagnosa ESRD
kesulitan dalam bergerak sehingga klien pada tanggal 4 Maret 2019. Pada saat
hanya menghabiskan harinya di atas tempat pengkajian tanggal 6 Maret ditemukan
tidur. Lalu oleh Dr. P dilakukan cek lab faal kulit mengalami hiperpigmentasi dan
ginjal dan USG abdomen. Pada tanggal 27 kering pada kaki dan tangan. Sedikit
Februari diagnosa CKD Stage V. Pada saat mengelupas pada tangan dekat siku dan
pengkajian tanggal 1 Maret klien tampak kaki bagian bawah luar. Kulit tidak
berbaring diatas tempat tidur dan ditemukan tampak bersisik, sedikit kekuningan pada
kulit tampak hiperpigmentasi pada wajah, bagian dada sampai ke wajah. Tidak
tangan dan kaki. Kulit mengkilap pada ditemukan odem pada tubuh. Klien tidak
lengan bawah dan kaki. Tubuh tampak mengeluhkan gatal. Skor kulit kering 1
odem, pitting edema 2 mm (derajat 1) dan dan skor pruritus 0.
kembali 6 detik. Kulit sedikit mengelupas
pada area siku tangan. Kulit kering pada
betis, dekat siku tangan dan wajah. Klien
mengatakan kulit tidak gatal. Skor kulit
kering 1 dan skor pruritus 0.
Opini: Klien 1 menderita CKD sejak tanggal 27 Februari 2019 dan klien 2 menderita
CKD sejak bulan Januari 2019. Menurut peneliti, klien 1 bisa mengalami resiko kerusakan
integritas kulit karena saat ginjal rusak dan kehilangan fungsinya maka akan
menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit. Sehingga zat-zat seperti ureum lolos dalam proses penyaringan dan kembali
beredar dalam darah. Uremia yang dialami oleh klien 1 berespon pada sistem
muskuloskeletal yaitu terdapat ureum pada jaringan otot yang bisa mengakibatkan otot
mengalami kelemahan, mengecil dan kram yang bisa membuat kelemahan fisik hingga
merasa lemas. Klien 1 juga mengalami edema karena kelebihan volume cairan akibatnya
klien hanya menghabiskan sepanjang waktu di atas tempat tidur. Klien 1 beresiko
mengalami kerusakan integritas kulit karena tirah baring dan terdapat edema apabila
bergesekan dan kulit pada bagian tulang yang menonjol terlalu tertekan bisa menimbulkan
luka tekan atau dikubitus didukung dengan klien yang mengalami kesulitan dalam
mobilisasi. Sedangkan pada klien 2 uremia menyebabkan kulit klien mengalami
kekeringan karena ureum diekskresikan melalui kapiler kulit yang bisa membuat kelenjar
sebasea dan keringat mengalami atrofi sehingga berpengaruh dalam melubrikasi kulit.
Dari keadaan ini akan membuat kulit menjadi kering, sedikit mengelupas, dan terasa
kasar. Pada klien 1 juga memiliki keadaan kulit kering yang sama namun yang memiliki
resiko dalam jangka waktu pendek yaitu akibat penekanan pada bagian kulit yang memilik
bagian tulang menonjol.
Teori: Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal dalam
menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang progresif yang ditandai dengan
7

penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah (Muttaqin & Sari, 2014).
Gangguan pada sistem integumen ini terjadi karena adanya gangguan pada reabsorbsi
sisa-sisa metabolisme yang tidak dapat dieksresikan oleh ginjal sehingga terjadi
peningkatan natrium dan ureum yang seharusnya dikeluarkan bersama urine tetap
berada dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan melalui kapiler kulit yang bisa
membuat pigmen kulit juga berubah (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009; Haryono,
2013; Prabowo & Pranata, 2014).Selain perubahan pigmen kulit menurut LeMone dkk
(2015) bisa juga terjadi pruritus, uremic frost, dan kulit kering. Sindrom uremia juga
bisa menyebabkan respon pada muskuloskeletal yaitu terdapat ureum pada jaringan otot
yang bisa menyebabkan otot mengalami kelemahan, kelumpuhan, mengecil dan kram.
Akibatnya bisa menyebabkan terjadi miopati, kram otot dan kelemahan fisik (Muttaqin
& Sari, 2014).

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.19 Pembahasan Diagnosa Keperawatan


Klien 1 Klien 2
Dari hasil pengkajian pada klien 1 dapat Dari hasil pengkajian pada klien 2 dapat
ditegakkan diagnosa yaitu gangguan ditegakkan diagnosa yaitu gangguan
integritas kulit berhubungan dengan faktor integritas kulit berhubungan dengan
mekanis (penekanan pada tonjolan tulang) kelembaban
Opini: Menurut peneliti pada klien 1 dapat ditegakan diagnosa keperawatan tersebut
karena klien 1 mengalami edema dan kesulitan dalam mobilisasi hingga harus tirah
baring. Saat seseorang mengalami tirah baring yang cukup lama maka tubuh mengalami
tekanan terutama pada bagian dengan tulang yang menonjol didukung dengan klien
mengalami edema sehingga terdapat kulit yang berlipat. Apabila kulit terus mengalami
tekanan dan gesekan bisa beresiko memunculkan luka tekan atau dekubitus. Klien 2
diteggakkan diagnosa yang berbeda karena tingginya kadar ureum pada darah bisa
menyebabkan atrofi pada kelenjar keringat saat diekskresikan melalui kapiler kulit
sehingga akan mengurangi lubrikasi pada kulit sehingga mengalami kekeringan.
Meskipun sama-sama memiliki kondisi uremia yang sama tinggi namun pada klien 1 yang
lebih berisiko tinggi menyebabkan kerusakan resiko kerusakan integritas kulit karena
kondisi klien yang mengalami tirah baring dan edema apabila bergesekan dan tertekan
dalam waktu lama bisa menyebabkan luka tekan.
Teori: Adanya gangguan pada reabsorbsi sisa-sisa metabolisme yang tidak dapat
diekskresikan oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan ureum yang seharusnya
dikeluarkan bersama urine tetap berada dalam darah pada akhirnya akan diekskresikan
melalui kapiler kulit yang bisa membuat pigmen kulit berubah (Baradero, Dayrit &
Siswadi, 2009; Haryono, 2013, Prabowo & Pranata 2014). Karena sisa limbah dari tubuh
yang seharusnya dibuang melalui urine terserap oleh kulit maka dapat menyebabkan
pruritus, perubahan warna kulit, uremic frost, dan kulit kering karena sering melakukan
hemodialisa (LeMone dkk, 2015). Menurut Chamberlain’s (2012) uremia bisa
menyebabkan kulit menjadi kering dan mengelupas dengan wrna coklat kekuningan.
Sindrom uremia juga bisa menyebabkan respon pada muskuloskeletal yaitu terdapat
ureum pada jaringan kulit yang bisa menyebabkan otot mengalami kelemahan,
kelumpuhan, mengecil dan kram. Akibatnya bisa menyebabkan terjadi miopati, kram otot
dan kelemahan fisik (Muttaqin & Sari, 2014).
7

4.2.3 Rencana Keperawatan

Tabel 4.20 Pembahasan tujuan intervensi

Klien 1 Klien 2
Pada klien 1 telah ditetapkkan tujuan yang Pada klien 2 telah ditetapkkan tujuan yang
sama dengan tujuan intervensi sama dengan tujuan intervensi keperawatan
keperawatan sesuai pada teori yaitu tidak sesuai pada teori yaitu tidak terjadi
terjadi kerusakan pada kulit setelah kerusakan pada kulit setelah dilakukan
dilakukan asuhan keperawatan asuhan keperawatan
Opini: Menurut peneliti, tujuan yang ditetapkan pada klien 1 dan 2 sama karena meskipun
memiliki diagnosa keperawatan yang berbeda kedua klien sama-sama memiliki resiko
gangguan pada integritas kulit dimana klien 1 beresiko mengalami luka tekan atau
dekubitus dan klien 2 yang diawali dengan kulit kering bisa muncul kulit bersisik, timbul
retakan-retakan, gatal pada seluruh tubuh. Diharapkan masalah keperawatan yang dialami
kedua klien tidak terjadi setelah dilakukan implementasi selama
Teori: Menurut Mutaqqin & Sari (2014) tujuan dari ditetapkannya intervensi yaitu agar
klien terhindar dari gangguan integritas kulit setelah diberikan asuhan keperawatan

Tabel 4.21 Pembahasan kriteria hasil intervensi keperawatan

Kriteria hasil pada teori Klien 1 Klien 2


1) Kembalinya integritas permukaan Pada klien 1 Pada klien 2
kulit diterapkan kriteria diterapkan kriteria
2) Klien akan menjaga integritas kulit hasil yang sama hasil yang sama
dengan memperlihatkan cara sesuai dengan teori sesuai dengan teori
perawatan kulit
3) Menunjukan pemahaman tentang
faktor resiko gangguan integritas
kulit
4) Kulit tidak kering dan gatal
5) Hiperpigmentasi berkurang
6) Melaporkan perubahan sensasi atau
nyeri area yang beresiko
Opini: Menurut peneliti kriteia hasil yang ditetapkan pada klien 1 dan 2 adalah sama
karena tujuan intervensi keperawatan pada kedua pasien pun sama yaitu supaya kedua
klien tidak mengalami gangguan integritas kulit maka dari itu ditetapkan kriteria hasil
seperti diatas sebagai tolok ukur keberhasilan dari diterapkannya intervensi keperawatan
dalam mengatasi masalah gangguan integritas kulit
Teori: Kriteria hasil pada klien 1 dan 2 sesuai dengan teori yang terdapat pada tinjauan
pustaka menurut Ackley & Ladwiq (2017), Black & Hawks (2014), dan Mutaqqin & Sari
(2014) yaitu kembalinya integritas permukaan kulit, klien akan menjaga integritas kulit
dengan memperlihatkan cara perawatan kulit, menunjukan pemahaman tentang faktor
resiko gangguan integritas kulit, kulit tidak kering dan gatal, hiperpigmentasi berkurang,
melaporkan perubahan sensai atau nyeri area yang beresiko.

Tabel 4.22 Pembahasan intervensi keperawatan

Klien 1 Klien 2
1) Observasi kondisi kulit minimal sehari 1) Observasi kondisi kulit minimal sehari
sekali untuk perubahan pada warna dan sekali untuk perubahan pada warna
tekstur, kondisi kulit atau luka dan tekstur, kondisi kulit atau luka
7

2) Observasi terhadap kekeringan kulit, 2) Observasi terhadap kekeringan kulit,


pruritus, ekskoriasi, dan infeksi pruritus, ekskoriasi, dan infeksi
3) Observasi lipatan kulit dan area yang 3) Observasi perawatan kulit klien, catat
mengalami edema jenis sabun dan bahan pembersih lain
4) Observasi kondisi kulit untuk klien yang yang digunakan, temperature air dan
memiliki hambatan mobilitas dengan frekuensi membersihkan kulit
menutupi kulit dengan tulang yang 4) Anjurkan mandi dan menghindari
menonjol sabun yang mengandung deterjen
5) Observasi perawatan kulit klien, catat 5) Lakukan penilaian skor pada kulit
jenis sabun dan bahan pembersih lain kering dan pruritus klien
yang digunakan, temperature air dan 6) Berikan KIE tentang penyebab
frekuensi membersihkan kulit munculnya masalah kulit
6) Anjurkan mandi dan menghindari sabun 7) Pakai emolien, lotion atau pelembab
yang mengandung deterjen (minyak mineral, minyak bayi,
7) Lakukan penilaian skor pada kulit kering lanolin)
dan pruritus klien 8) Hindarkan bahan pembersih yang
8) Berikan bantalan pada titik tekan atau keras, air panas, gesekan kuat dan
tonjolan tulang ekstrim atau sering membersihkan
9) Gunakan kasur khusus, jika perlu 9) Gunakan pakaian katun yang longgar,
10) Berikan KIE tentang penyebab tipis dan dingin
munculnya masalah kulit 10) Menjaga linen tetap bersih, kering dan
11) Lakukan mobilisasi dengan merubah bebas dari kerutan
posisi klien sesuai kondisi klien tiap 2 11) Catat intake-output dan hitung balans
jam cairan 24 jam
12) Pakai emolien, lotion atau pelembab
(minyak mineral, minyak bayi, lanolin)
13) Hindarkan bahan pembersih yang keras,
air panas, gesekan kuat dan ekstrim atau
sering membersihkan
14) Gunakan pakaian katun yang longgar,
tipis dan dingin
15) Menjaga linen tetap bersih, kering dan
bebas dari kerutan
16) Mandikan dengan air hangat suam-suam
kuku (32,2-40,5°C) dan keringkan
dengan menepuk
17) Kolaborasi pemberian diuretik
18) Catat intake-output dan hitung balans
cairan 24 jam
Opini: Pada klien 1 ditetapkan 18 intervensi dan pada klien 2 ditetapkan 11 intervensi.
Perbedaan intervensi yang ditetapkan karena yaitu pada klien 1 memiliki kondisi yang
berbeda dengan klien 2. Dimana klien 1 mengalami edema dan tirah baring lama sehingga
dari 22 intervensi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien telah ditetapkan 18
intervensi yaitu dilakukan observasi pada bagian kulit yang mengalami edema dan bagian
kulit pada tulang yang menonjol, membantu mobilisasi, memberikan bantalan dengan
handscoen yang diisi oleh air atau menganjurkan menggunakan kasur angin atau air dan
memandikan sedangkan pada klien 2 tidak dilakukan hal tersebut. Pada klien 2 tidak
mengalami edema dan tirah baring serta pada klien 2 tidak bersedia dibantu dalam mandi
karena merasa malu dan ada keluarga yang membantu sehingga dari 22 intervensi
ditetapkan 11 intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien. Klien 2 masih mampu
dalam beraktivitas.
Teori: Intervensi yang ditetapkan pada kedua pasien yaitu sesuai dengan teori pada bab
tinjauan pustaka:
1) Observasi kondisi kulit minimal sehari sekali untuk perubahan pada warna dan
tekstur, kondisi kulit atau luka (Ackley & Ladwig, 2017).
2) Observasi terhadap kekeringan kulit, pruritus, ekskoriasi, dan infeksi (Muttaqin &
Sari 2014)
7

3) Observasi terhadap adanya petekie dan purpura (Muttaqin & Sari 2014)
4) Observasi lipatan kulit dan area yang mengalami edema (Muttaqin & Sari 2014)
5) Observasi kondisi kulit untuk klien yang memiliki hambatan mobilitas dengan
menutupi kulit dengan tulang yang menonjol (Ackley & Ladwig, 2017).
6) Observasi perawatan kulit klien, catat jenis sabun dan bahan pembersih lain yang
digunakan, temperature air dan frekuensi membersihkan kulit (Ackley & Ladwig,
2017).
7) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya (PPNI, 2018)
8) Lakukan penilaian skor pada kulit kering dan pruritus klien
9) Berikan bantalan pada titik tekan atau tonjolan tulang (PPNI, 2018)
10) Gunakan kasur khusus, jika perlu (PPNI, 2018)
11) Berikan KIE tentang penyebab munculnya masalah kulit
12) Gunting kuku dan pertahankan kuku tetap pendek dan bersih (Nursalam &
Batticaca, 2009).
13) Lakukan mobilisasi dengan merubah posisi klien sesuai kondisi klien tiap 2
jam (Black & Hawks, 2014)
14) Pakai emolien, lotion atau pelembab (minyak mineral, minyak bayi, lanolin)
(Black & Hawks, 2014)
15) Hindarkan bahan pembersih yang keras, air panas, gesekan kuat dan ekstrim
atau sering membersihkan (Ackley & Ladwig, 2017).
16) Gunakan pakaian katun yang longgar, tipis dan dingin (Black & Hawks, 2014)
17) Menjaga linen tetap bersih, kering dan bebas dari kerutan (Bulechek et al, 2013)
18) Mandikan dengan air hangat suam-suam kuku (32,2-40,5°C) dan keringkan
dengan menepuk (Bulechek et al, 2013)
19) Kolaborasi dalam pemberian obat antipruritus sesuai anjuran (Muttaqin & Sari
2014)
20) Kolaborasi pemberian diuretik (Black & Hawks, 2014)
21) Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam (PPNI, 2018)
22) Diskusikan tentang pilihan terapi dialisis (hemodialisa, peritoneal dialisis)
(PPNI, 2018)

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.23 Pembahasan implementasi keperawatan


Klien 1 Klien 2
Implementasi yang dilakukan mengacu Implementasi yang dilakukan mengacu pada
pada intervensi 1-22 dan tidak semua intervensi 1-22 dan tidak semua dilakukan
dilakukan namun disesuaikan dengan namun disesuaikan dengan kondisi klien
kondisi klien dan telah disetujui oleh klien dan telah disetujui oleh klien dan keluarga
dan keluarga
Opini: Implementasi yang dilakukann pada klien 1 ada 18 sesuai dengan intervensi
sedangkan pada klien 2 ada 10 implementasi sesuai dengan intervensi yang telah disusun.
Pada kedua klien memiliki perbedaan implementasi yang disesuaikan dengan konsisi
klinis yaitu pada klien 1 dilakukan mengobservasi lipatan kulit dan area yang mengalami
edema, kondisi kulit untuk klien yang memiliki hambatan mobilitas dengan memberi
bantalan pada tulang yang menonjol atau menganjurkan dengan kasur angin atau air,
melakukan mobilisasi dengan merubah posisi klien sesuai kondisi klien, dan memandikan
dengan air hangat suam-suam kuku (32,2-40,5°C) dan mengeringkan dengan menepuk.
Pada klien 2 tidak dilakukan 5 implementasi tersebut karena memiliki kondisi yang
berbeda dimana klien 2 tidak mengalami edema dan hambatan dalam mobilisasi sehingga
7

tidak beresiko mengalami luka tekan seperti klien 1 dan terdapat 1 implementasi yang
tidak dilakukan yaitu memandikan karena klien tidak bersedia karena merasa malu selain
itu juga masih bisa mandi sendiri dengan dibantu keluarga. Pada klien 2 dilakukan
implementasi untuk tetap menjaga kelembapan kulit.
Teori: Implementasi digunakan untuk membantu klien dalam mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan melalui rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi (Asmadi, 2008).
Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.
Tindakan ini mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).

4.2.5 Evaluasi

Tabel 4.24 Pembahasan evaluasi

Klien 1 Klien 2
Pada klien 1 di hari perawatan ke 2 saat Pada klien 2 dihari perawatan saat diberikan
diberikan KIE klien sudah paham yang KIE klien mampu memahami tentang faktor
menjadi penyebab masalah pada kulit penyebab dari masalah pada kulit dan mampu
dan di hari perawatan ketiga kulit klien menunjukan cara perawatan kulit dengan
sudah tidak terlalu kering dan tidak gatal. dibantu oleh keluarga. Di hari perawatan
Namun hiperpigmentasi belum ketiga klien dilakukan home care dan
berkurang. Untuk memperlihatkan cara didapatkan kulit klien sudah tidak terlalu
perawatan kulit klien tidak dapat kering dan tidak gatal, namun
mencapainya karena klien memiliki hiperpigmentasi yang dialami klien belum
masalah dalam mobilisasi. Pada klien berkurang.
juga tidak terjadi luka pada area yang
beresiko.
Opini: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien 1 didapatkan hasil
assessment masalah belum teratasi dengan dicapainya 3 dari 6 kriteria hasil yang telah
ditetapkan saat dilakukan evaluasi yaitu klien paham apa yang menjadi penyebab masalah
kulit, klien tidak mengalami perubahan sensasi atau nyeri pada area yang beresiko dengan
ditunjukkan tidak ada luka tekan, kulit tidak kering dan gatal, klien tidak mampu
mempraktekan cara perawatan kulit hal ini dipengaruhi oleh keadaan klien yang edema,
lemas dan mengalami intoleransi kesulitan dalam mobilisasi. Sedangkan pada klien 2
didapatkan hasil masalah teratasi sebagian dengan dicapainya 4 dari 6 kriteria hasil yang
telah ditetapkan pada saat evaluasi yaitu dengan ditunjukkannya kulit sudah tidak terlalu
kering dan tidak gatal, klien mampu memahami apa yang menjadi penyebab masalah pada
kulit, klien mampu cara perawatan kulit dengan dibantu oleh keluarga, namun
hiperpigmentasi tidak berkurang karena kondisi klien yang mendukung dimana klien
masih mampu beraktivitas secara mandiri dan tidak mengalami edema. Perbedaan
tercapainya kriteria hasil pada kedua klien juga dipengaruhi oleh terapi pengobatan yang
dilakukan dimana pada klien 1 tidak melakukan HD sedangkan pada klien 2 melakukan
HD 3 kali selama 5 hari menjalani pengobatan di rumah sakit. Akibatnya kadar ureum
pada klien 1 tetap tinggi dan bisa meningkat sedangkan pada klien 2 kadar ureum
mengalami penurunan efek dari terapi HD.
Teori: Untuk mencapai tujuan yang sudah disesuaikan dengan kriteria hasil selama tahap
perencanaan yang dapat dlihat melalui kemampuan klien untuk mencapai tujuan tersebut
(Setiadi, 2012). Kriteria hasil yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan
pada saat evaluasi menurut Ackley & Ladwiq (2017), Black & Hawks (2014), dan
Muttaqin & Sari (2014), yaitu kembalinya integritas permukaan kulit, Klien akan menjaga
integritas kulit dengan memeprlihatkan cara perawatan kulit yang baik, menunjukkan
pemahaman tentang faktor resiko gangguan integritas kulit, kulit tidak kering dan gatal,
berkurangnya hiperpigmentasi, melaporkan perubahan sensasi atau nyeri area yang
beresiko
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran penelitian tentang “Asuhan

Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney Disease dengan Masalah Resiko

Gangguan integritas kulit” yang di lakukan di RS Panti Waluya Sawahan Malang

5.1 Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada klien CKD yang mengalami masalah resiko

gangguan integritas kulit di RS Panti Waluya Sawahan Malang telah

dilaksanakan pada klien 1 dan klien 2 selama 3x24 jam. Pada klien 1 masalah

resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi dengan tercapainya 2 dari 5

kriteria hasil yang telah ditetapkan, sedangkan pada klien 2 masalah resiko

kerusakan integritas kulit tidak terjadi yaitu tercapainya 3 dari 5 kriteria hasil

yang telah ditetapkan.

5.1.1 Pengkajian

Kedua klien mengalami CKD pada pada stage yang ke lima atau pada tahap

ESRD. Keadaan ini yang akan menyebabkan ginjal tidak bisa menjalankan

fungsinya sehingga bekerja lebih keras dalam menyaring zat-zat yang ada

dalam darah dan pada akhirnya akan banyak yang lolos selama proses

penyaringan sehingga ureum kembali beredar dalam darah. Pada akhirnya

zat-zat tersebut seperti ureum akan diekskresikan melalui kulit yang

seharusnya diekskresikan melalui urine dan dampaknya bisa memunculkan

80
8

masalah resiko gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit kering,

terdapat keputihan, sedikit mengelupas dan gatal. Berdasarkan dari data baik

subjektif maupun objektif pada kedua klien memiliki masalah resiko

gangguan integritas kulit. Selain itu juga uremia dapat mempengaruhi

jaringan pada otot yang bisa membuat miopati dan kelemahan fisik yang

menyebabkan seseorang menjadi mengalami kesulitan dalam beraktivitas

sehingga berpotensi mengalami luka tekanan pada area kulit dengan tulang

yang menonjol sehingga beresiko mengalami gangguan integritas kulit.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan dari hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua klien, penulis

menemukan data subjektif dan objektif yang mendukung untuk menegakkan

diagnosa keperawatan yang sama yaitu resiko gangguan integritas kulit.

5.1.3 Rencana Keperawatan

Berdasarkan dari diagnosa keperawatan pada kedua klien maka dapat

disusun rencana keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

penderita CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit. Rencana

keperawatan pada klien 1 dan 2 memiliki beberapa perbedaan, pada klien 1

ditetapkan 18 intervensi dan pada klien 2 ditetapkan 11 intervensi dari 22

intervensi berdasarkan teori.


8

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Peneliti melakukan tindakan keperawatan berdasarkan dari intervensi

keperawatan yang telah disusun berdasarkan 22 teori dan tidak semua

dilakukan. Berdasarkan 22 intervensi yang dilakukan pada klien 1 sebanyak

18 implementasi dan pada klien 2 sebanyak 11 implementasi sesuai dengan

intervensi yang disusun berdasarkan kondisi dan kebutuhan klien.

5.1.5 Evaluasi

Pada kedua klien telah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam dan

berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan pada klien 1 didapatkan 2

dari 5 kriteria hasil yang ditetapkan dapat tercapai sedangkan pada kllien 2

didapatkan 3 dari 5 kriteria hasil yang ditetapkan dapat tercapai. Perbedaan

pencapaian kriteria hasil terjadi karena perbedaan kondisi serta efek dari

terapi yang dijalani.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Lahan Penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka peneliti mengharapkan bagi lahan

penelitian agar dapat dijadikan pertimbangan atau referensi tambahan dalam

pemberian asuhan keperawatan kepada klien CKD di Rumah Sakit Panti

Waluya Sawahan Malang yang mengalami masalah resiko gangguan

integritas kulit agar tidak terjadi kerusakan pada kulit. Aspek yang perlu

diperhatikan yaitu dengan memperhatikan kondisi klinis klien karena

meskipun memiliki masalah keperawatan yang sama terkadang klien


8

memiliki kondisi klinis yang berbeda sehingga asuhan keperawatan yang

diberikanpun akan berbeda.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan

bagi institusi pendidikan mengenai asuhan keperawatan pada klien CKD

dengan masalah resiko gangguan integritas kulit.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk

penelitian selanjutnya, masukan atau data awal dan sebagai pertimbangan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada

klien CKD dengan masalah resiko gangguan integritas kulit meskipun

permasalahnnya sama namun dalam melakukan perawatan harus

memperhatikan kondisi klien dengan mengedepankan nursing art.


Daftar Pustaka

Ackley & Ladwig. 2017. Nursing Diagnosis Handbook: An Evidence-Based


Guide To Planning Care – 11th ed. USA: Mosby Elsevier

Ali, dkk. 2017.Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
Comorbid Faktor Diabetes Melitus dan Hipertensi di Ruangan Hemodialisa
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi
– e-Jurnal Keperawatan Vol. 5 No. 2

Amano dkk, 2017.Dry Skin Condition are Related to the Recovery Rate of Skin
Temperature After Cold Stress Rather Than to Blood flow.International
Journal of Dermatology. Japan: Tokyo 131-8501

Arifa dkk.2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Ginjal


Kronik Pada Penderita Hipertensi Di Indonesia. Jurnal MKMI, Vol. 3 No. 14

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Astuti & Husna.2017. Skala Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Banda
Aceh: Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.4

Baradero, Mary dkk. 2008. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC

Black & Hawks.2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk


Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Salemba Medika

Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) Ed. 6.


Missouri: Mosby Elsevier

Chamberlain’s. 2012. Chamberlain’s Gejala dan Tanda dalam Kedokteran Klinis.


Jakarta: Permata Puri Media

Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik Ed.2. Jakarta:
Salemba Medika

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Pusat Data dan Informasi


Kementerian Kesehatan RI: Situasi Penyakit Ginjal Kronis

Eka dkk. 2015. Perbandingan Efektifitas Krim Urea 10% dan Krim Niasinamid
4% pada Xerosis Usia Lanjut. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol. 2, No.
1, Januari 2015: 135-141

Fadhila dkk, 2018.Hubungan Antara Tekanan Darah dan Fungsi Ginjal pada
Preeklamsi di RSUP DR. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7 (1)

84
85

Gleadle, Jonathan. 2007. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit


Erlangga

Halim & Yogyartono. 2012. Pruritus Uremic Pada Penyakit Gagal Ginjal
Kronik. Majalah Kedokteran FK UKI 2012 Vol. XXVIII No. 2

Haryono. 2013. Keperawatan medical bedah: system perkemihan. Yogyakarta:


Rapha Publishing

Indonesian Renal Registry. 2017.10𝑡ℎReport Of Indonesian Renal Registry

Irawan, Anita. 2014. Peningkatan Serum Kreatinin Akibat Penggunaan ACEi atau
ARB pada Pasien Hipertensi. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Vol. 3 No. 3,
hlm 82-87

Kandacong, Ayumi. 2017. Jumlah Trombosit Pre dan Post Hemodialisa (HD)
pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik (PGK) di Rumah Sakit Perguruan
Tinggi Negeri (RSPTN) Universitas Hasanuddin.Makassar: Universitas
Hasanuddin

Kementerian Kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Situasi


Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta. 2017 ISSN 2442-7659

Lai et al. 2017.Transformation of 5-D Itch Scale and Numerical Rating Scale in
Chronic Hemodialysis Patients.E-journal. DOI 10.1186/s12882-017-0475-z
diakses pada tanggal 22 Februari 2019

LeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 2.
Jakarta: EGC

.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 3.


Jakarta: EGC

Mailani & Andriani.2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis.
STIKes YPAK Padang: Jurnal Endurance 2(3) October 2017(416-432)

Mohamad dkk. 2016. Hasil Diagnostik Mycobacterium Tuberculosis Pada


Penderita Batuk ≥2 Minggu Dengan Pewarnaan Ziehl-Neelsen di Puskesmas
Ranomuut dan Puskesmas Kombos Manado. Jurnal e-Biomedik (e-Bm), Vol.
4 No. 2

Moorhead, et al. 2013.Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of


Health Outcomes 5th ed. USA: Elsevier Mosby

Muttaqin & Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.


Jakarta: Salemba Medika
8

. 2014. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.


Jakarta: Salemba Medika

Noviyanti dkk, 2015.Perbedaan Kadar LDL-Kolesterol Pada Pasien Diabetes


Melitus Tipe 2 Dengan Dan Tanpa Hipertensi di RS Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Andalas.2015; 4 (2)

Nuari & Widayati.2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan


Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish

Nursalam & Batticaca.2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta: Salemba Medika

Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Pereira & Stander, 2016.Assessment of Severity and Burden of Pruritus.Japanese


Society of Allergology

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Prabowo & Pranata. 2014. Buku ajar keperawatan sistem perkemihan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Rekam Medis Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang tahun 2018

Rendi & Margareth.2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit


Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Roviati, Evi. 2012. Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan Autoimun


Bawaan Yang Langka Dan Mekanisme Biokimiawinya. Jurnal Scientiae
Educatia Vol. 1 Ed. 2

Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Teori &
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sobota. 2006. Atlas Anatomi ManusiaEd. 22. Jakarta: EGC

Sudoyo. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Syaifuddin. 2018. Buku Ajar Ilmu Biomedik Dasar untuk Mahasiswa


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Tarwoto & Wartonah.2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika
8

Verdiansah. 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal.Program Pendidikan Dokter


Spesialis Patologi Klinik Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia.
CKD-237 Vol. 43 No.2

Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA-1,


intervensi NIC, hasil NOC, Ed. 10. Jakarta: EGC

Wilkinson & Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Ed. 9. Jakarta: EGC

Williams & Wilkins. 2011. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit.


Jakarta Barat: Permata Puri Media
8

Lampiran
8

Lampiran 1 Surat Studi Pendahuluan


9

Lampiran 2 Surat Balasan Studi Pendahuluan


9

Lampiran 3 Surat Penelitian


9

Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian


9

Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden 1


9

Lampiran 6 Surat Persetujuan Menjadi Responden 2


9

Lampiran 7 Surat Pernyataan Home Care


9

Lampiran 8 Lembar Konsultasi Pembimbing I


9
9
9
10
10
10

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing II


10
10
10
10

Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing III


10
10

Lampiran 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN KULIT PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK

Disusun oleh:

Ida Parwati (161411)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI WALUYA MALANG

Jl. Julius Usman No. 62 Malang


10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. Identifikasi Masalah
Angka kejadian Gagal Ginnjal Kronik atau GGK menurut Hill et al (2016)
berdasarkan hasil dari systemic review danmeta analysis yang telah
dilakukannya didapatkan prevalensi di dunia GGK sebesar 13,4%. Di
Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013 terdapat 0,2% penderita
terdiagnosis GGK karena di Indonesia sebagian besar baru diketahui pada
tahap lanjut dan akhir oleh sebab itu angkanya lebih rendah daripada negara
lain. Pada tahun 2016 menurut Indonesian Renal Registry terdapat 78.281
pasien yang menjalani hemodialisa dan pada tahun 2017 meningkat menjadi
108.723 pasien (IRR, 2017).
GGK akan mempengaruhi sistem tubuh seperti kardiovaskuler, integumen,
gastrointestinal, respirasi, saraf, endokrin, musculoskeletal dan reproduksi.
Gangguan ini terjadi karena akumulasi ureum dalam darah karena tidak bisa
dikeluarkan melalui urine akibatnya terjadi uremia. Salah satu dampaknya
yaitu pada sistem integumen karena ureum yang tidak bisa dikeluarkan
melalui urine akan diekresikan melalui kulit.

II. Pengantar
Pokok Bahasan : Perawatan Kulit Penderita Gagal Ginjal
Kronik Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian GGK
b. Penyebab GGK
c. Tanda dan Gejala GGK
d. Pengertian kulit
e. Fungsi kulit
f. Penyebab dan tanda gejala masalah kulit bagi
penderita GGK
g. Dampak masalah kulit pada penderita GGK
h. Cara mengatasi masalah kulit pada GGK
Tanggal : 2 Maret 2019 dan 6 Maret 2019
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB (30 menit)
Sasaran : Ny. I dan keluarga, Tn. H dan keluarga
11

Tempat : Ruang Rawat Inap Pavilliun St. Maria


III. Tujuan Instruksional Umum

Setelah menerima materi ini, klien dapat mengetahui dan memahami tentang
Perawatan Kulit Penderita Gagal Ginjal Kronik

IV. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan pembelajaran selama 20 menit diharapkan klien dan
keluarga mampu mengerti, memahami dan menjelaskan tentang:
a. Pengertian GGK
b. Penyebab GGK
c. Tanda dan gejala GGK
d. Pengertian kulit
e. Fungsi kulit
f. Penyebab dan tanda gejala masalah kulit bagi penderita gagal ginjal
konik
g. Dampak Masalah kulit pada GGK
h. Cara mengatasi masalah kulit pada penderita gagal ginjal kronik

V. Kegiatan Pengajaran
Tahap Kegiatan Waktu
Pembukaan  Mengucapkan salam 2 menit
 Menyampaikan maksud dan tujuan
pertemuan sesuai kontrak waktu
Pelaksanaan  Menanyakan pengetahuan klien tentang 10
perubahan yang terjadi pada kulit setelah menit
sakit gagal ginjal kronik
 Menjelaskan pengertian GGK
 Menjelaskan penyebab GGK
 Menjelaskan tanda dan gejala GGK
 Menjelaskan pengertian kulit
 Menjelaskan fungsi kulit
 Menjelaskan penyebab dan tanda gejala
11

masalah kulit bagi penderita gagal ginjal


konik
 Menjelaskan cara mengatasi masalah kulit
pada penderita gagal ginjal kronik
 Menjelaskan dampak masalah kulit pada
GGK
Penutup  Memberikan pertanyaan pada klien dan 3 menit
keluarga
 Mengevaluasi pelaksanaan
 Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
 Menutup pertemuan, mengucapkan salam
dan terima kasih
 Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya
jika perlu

VI. Media
Leaflet

VII. Metode
Diskusi dan tanya jawab

VIII. Setting Tempat


Di ruang rawat inap Pavilliun St. Maria saling berhadapan

1 : Klien tidur atau duduk di bed


3
1 2: Keluarga
2
3: Perawat
11

IX. Evaluasi
a) Struktur:
1. Media yang digunakan dalam acara penyuluhan semuanya
lengkap
2. Materi disiapkan dalam bentuk SAP dan dibuat dalam bentuk
leaflet agar mudah dipahami oleh keluarga
b) Proses penyuluhan:
1. Penyuluhan kesehatan tentang GGK dan masalah pada kulit
penderita GGK dapat berjalan dengan baik. Klien dan keluarga
dapat memahami penyuluhan yang diberikan kecuali klien 1
2. Didalam proses penyuluhan terjadi interaksi dan tanya jawab
c) Hasil penyuluhan:
Peserta penyuluhan dapat memhami dari apa yang disampaikan dan
mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Penyuluh memberikan
beberapa pertanyaan diantaranya:
1. Jelaskan pengertian GGK
2. Sebutkan tanda dan gejala GGK
3. Mengapa GGK dapat menyebabkan kulit bermasalah
4. Sebutkan faktor apa saja yang bisa membuat kulit bermasalah
5. Bagaimana cara merawat kulit yang bermasalah
6. Sebutkan dampak dari masalah kulit

X. Daftar Pustaka

Astuti & Husna.2017. Skala Pruritus Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik.
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Vol. 2 No.4
Chamberlain’s. 2012. Chamberlain’s Gejala dan Tanda dalam Kedokteran
Klinis. Jakarta: Permata Puri Media
Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:
Salemba Medika
11

Halim & Yogyartono. 2012. Pruritus Uremic Pada Penyakit Gagal Ginjal
Kronik. Majalah Kedokteran FK UKI 2012 Vol. XXVIII No. 2
Haryono. 2013. Keperawatan medical bedah: system perkemihan.
Yogyakarta: Rapha Publishing
LeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5
Vol 2. Jakarta: EGC
Mohamad dkk. 2016. Hasil Diagnostik Mycobacterium Tuberculosis Pada
Penderita Batuk ≥2 Minggu Dengan Pewarnaan Ziehl-Neelsen di
Puskesmas Ranomuut dan Puskesmas Kombos Manado. Jurnal e-
Biomedik (e-Bm), Vol. 4 No. 2
Muttaqin & Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
. 2014. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika
Noviyanti dkk, 2015.Perbedaan Kadar LDL-Kolesterol Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Dan Tanpa Hipertensi di RS Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Andalas.2015; 4 (2)
Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Prabowo & Pranata. 2014. Buku ajar keperawatan sistem perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Roviati, Evi. 2012. Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan
Autoimun Bawaan Yang Langka Dan Mekanisme Biokimiawinya.
Jurnal Scientiae Educatia Vol. 1 Ed. 2
Syaifuddin. 2018. Buku Ajar Ilmu Biomedik Dasar untuk Mahasiswa
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
MATERI PENYULUHAN

PERAWATAN KULIT PENDERITA GAGAL GINJAL

A. Pengertian GGK
Gagal Ginjal Kronik atau GGK adalah suatu kondisi gagalnya ginjal dalam
menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta keseimbangan
cairan dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang progresif
ditandai dengan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah
(Muttaqin & Sari, 2014).

B. Penyebab
Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014) penyebab
CKD, yaitu:
g) Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
h) Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
i) Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
j) Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
k) Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
l) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
Menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa memicu
munculnya CKD, yaitu:
3) Penyakit dari ginjal
h) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis
i) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
j) Batu ginjal: nefrolitiasis
k) Kista di ginjal: polycitis kidney
l) Trauma langsung pada ginjal
m) Keganasan pada ginjal
n) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur

114
11

4) Penyakit umum di luar ginjal


h) Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol
tinggi sangat berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada
ginjal. Saat kadar insulin dalam darah berlebih akan
menyebabkan resistensi insulin yang dapat meningkatkan
lipolisis pada jaringan adiposa yang membuat lemak dalam
darah meningkat termasuk kolesterol dan trigliserida.
Hiperkolesterolemia akan meningkatkan LDL- kol dan
penurunan HDL-kol yang akan memicu aterosklerosis karena
ada akumulasi LDL-kol yang akan membentuk plak pada
pembuluh darah. Terbentuknya plak akan membuat retensi
natrium sehingga tekanan darah naik. Retensi ini yang
nantinya akan merusak struktur tubulus ginjal (Noviyanti
dkk, 2015).
i) Dyslipidemia karena dapat memicu aterosklerosis akibat
akumulasi LDL-kol sehingga memunculkan plak pada
pembuluh darah yang akan meningkatkan tekanan darah
karena ada retensi natrium bisa membuat ginjal rusak
(Noviyanti dkk, 2015).
j) SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit
autoimun yang dapat menyebabkan peradangan pada jaringan
dan pembuluh darah di semua bagian tubuh, terutama
menyerang pembuluh darah di ginjal. Pembuluh darah dan
membran pada ginjal akan menyimpan bahan kimia yang
seharusnya ginjal keluarkan dari tubuh karena hal ini ginjal
tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Roviati, 2012).
k) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena
apabila tidak segera diobati maka bakteri, virus dan parasit
akan menggerogoti organ yang ditempati hingga nanti akan
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan
menyerang organ lain seperti ginjal (Mohamad dkk, 2016).
11

l) Preeklamsi menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi


penurunan aliran darah ke ginjal yang berakibat GFR
menurun dan laju ekskresi kreatinin dan urea juga menurun
(Fadhila dkk, 2018).
m) Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping
yaitu meningkatkan serum kreatinin jika digunakan dalam
jangka panjang (Irawan, 2014)

C. Tanda dan Gejala


Menurut Haryono (2013) & Robinson (2013) CKD memiliki tanda
dan gejala sebagai berikut:
i) Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka akan
muncul hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit dan gangguan reabsorpsi menyebabkan sebagian
zat ikut terbuang bersama urine sehingga tidak bisa menyimpan
garam dan air dengan baik. Saat terjadi uremia maka akan
merangsang reflek muntah pada otak.
j) Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati,
pitting edema, pembesaran vena leher
k) Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri
pleura, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat
l) Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan
kecoklatan, biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea
pada kulit, warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering
bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
m) Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan
dan kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat.
n) Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolisme
karbohidrat.
o) Sistem muskulosekeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot,
fraktur tulang.
11

p) Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis

D. Pengertian Kulit
Kulit merupakan lapisan yang melindungi dan menutupi permukaan tubuh
(Pearce, 2012).Kulit memiliki 3 lapisan, yaitu epidermis (lapisan luar),
dermis, dan hipodermis (Debora, 2017).

E. Fungsi
Fungsi kulit menurut Syaifuddin (2018), yaitu:
1. Pelindung tubuh dari berbagai gangguan
2. Fungsi ekskresi dengan mengeluarkan zat yang tidak berguna hasil
sisa metabolisme
3. Fungsi pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang
mengubah dihidroksi kolesterol
4. Fungsi pembentukan pigmen untuk memberikan warna pada kulit

F. Penyebab dan Tanda Gejala


1. Uremia bisa menyebabkan menjadi kulit kering dan mengelupas
dengan warna coklat kekuningan (Chamberlain’s, 2012).
2. Sinar matahari karena uremia mempengaruhi hormon MSH sehingga
terjadi peningkatan produksi melanin menyebabkan hiperpigmentasi
(Harlim dan Yogyartono, 2012).
3. Anemia akan membuat kulit tampak pucat (Chamberlain’s, 2012).
4. Garukan berulang karena gatal akan menyebabkan ekskoriasi,
pendarahan maupun infeksi pada kulit (Astuti & Husna, 2017).

G. Dampak
Menurut LeMone, dkk (2015) dampak masalah kulit yaitu:
1. Saat menggaruk maka rasa gatal akan semakin berat hingga terjadi
ekskoriasi
2. Mengiritasi dan menyebabkan luka yang bisa menjadi infeksi
3. Dapat mengganggu pola tidur
11

4. Kulit kering dan bersisik akan menyebabkan gangguan citra tubuh


5. Dapat muncul luka tekan atau dikubitus

H. Cara Mengatasi
1. Perhatikan perawatan yang baik untuk kulit dengan menjaga personal
hygiene seperti mandi atau seka dengan tidak menggunakan sabun
yang mengandung gliserin yang akan membuat kulit bertambah kering
(Prabowo & Pranata, 2014).
2. Gunakan sabun yang mengandung lemak dan lotion yang tidak
memiliki kandungan alkohol untuk membuat rasa gatal berkurang
(Prabowo & Pranata, 2014).
3. Berikan obat antipruritus untuk mengurangi rasa gatal bila diperlukan
(Nursalam, & Baticaca, 2009)
4. Cuci darah
5. Pemberian obat diuretik (Black & Hawks, 2014)
6. Mengganti sabun yang menyebabkan kulit bertambah kering dan
pemberian baby oil setelah mandi
7. Untuk yang mengalami hambatan mobilisasi bisa menggunakan kasur
khusus seperti kasur angina atau air, dan minimal 2 jam sekali
berganti posisi agar tidak ada luka tekan (PPNI, 2018).
11

Lampiran 12 Leaflet

Anda mungkin juga menyukai