LP Ppok
LP Ppok
“A”
DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)
DI IGD RSUP DR.SARDJITO
Disusun Oleh :
RATIH HANDAYANI
3020193562
3C
YOGYAKARTA
2021
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Praktikan
(Ratih Handayani)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat
dan Rahmat-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
lancar. Pada penyusunan laporan ini, penulis mendapat bantuan dari pihak lain
secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
(Ratih Handayani)
3
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progresif nonreversible atau reversible parsial. Pemberian pengobatan
rutin jangka panjang yang tidak adekuat membuat frekuensi eksaserbasi
penyakit PPOK semakin tinggi. Sebagai contoh bronkhitis kronis dan
emfisema sudah tidak ytermasuk tetapi termasuk dalam ketegorui PPOK
(WHO, 2012).
PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang secara
umum di tandai dengan adanya keterbatasan aliran udara yang terus
menerus biasanya progesif dan hubungan dengan peradangan kronis dan
peningkatan respon dalam saluran udara dan paru paru dari partikel bahaya
(Vestbo et.al, 2013)
Keluhan utama penderita PPOK dan sering adalah batuk,mengi,dahak
dan infeksi saluran nafas berulang,hal ini pada lansia sering ditemui
terutama pada status ekonomi yang rendah.
B. Etiologi
Menurut Smeltzer et al, (2013) penyebab PPOK terbagi menjadi beberapa
faktor :
1. Kebiasaan merokok
Merokok merupakan penyebab utama bronkhitis dan emfisema
karena menyebabkan hipertrofi kelenjar mukus bronkial serta
meningkatkan produksi mukus dan mengakibatkan batuk
berlebihan.
4
2. Polusi oleh zat
Semakin kotor udara semakin banyak juga kotoran yang masuk ke
dalam saluran pernafasan. Polutan yang dimaksud berasal dari
kendaraan bermotor, debu, gas maupun polusi dari dalam dalam
rumah (asap dapur). Sehingga semakin tinggi kadar polutan
semakin beresiko terkena PPOK (Danusantosa,2012).
3. Adanya infeksi
Haepohilus influenzza dan streptococcus pneumonia
4. Usia
Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko penderita PPOK.
Usia 45-65 tahun usia yang paling sering dijumpai pada pasien
PPOK ( Padila,2012).
5. Faktor Genetik
6. Jenis kelamin
Laki laki lebih beresiko terkena PPOK dikarenakan kebiasaan
merokok
7. Pekerjaan
Penyakit yang beresiko tinggi adalah pekerjaan tambang emas dan
tambang batu bara karena debu batu bara
8. Faktor Sosial – Ekonomi
C. Manifestasi Klinik
1. Batuk
2. Sesak nafas
3. Kelemahan badan
4. Mengi atau wheezing
5. Ekspirasi yang memanjang
6. Penggunaan otot bantu pernafasan
7. Edema kaki dan jari tubuh
5
D. Pathway
6
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan Penunjang
7
2. TLC (Total Lung Capacity) : meningkat pada bronchitis berrat dan
biasanya pada asma, menurun pada penderita emfisema (Soemantri,
2011)
8
9. Pemeriksaan Penunjang Lainya meliputi : pemeriksaan ECG
(Elektro Kardio Graph) yang difungsikan untuk mengetahui adanya
komplikasi yang terjadi pad organ jantung yang ditandai oleh kor
pulmonale atau hipertensi pulmonal. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan uji provokasi brunkus, CT-scan resolusi tinggi,
ekokardiografi, dan pemeriksaan kadar alpha i-antitysin (Putra PT
dkk, 2013)
G. Komplikasi
2. Pneumothoraks Spontan
3. Dypsnea
Pasien sering mengeluhkan sesak nafas yang muncul saat tidur (one
set dyspnea) dan mengakibatkan pasien sering terbangun dan sudah
tidur kembali diwaktu dini hari. Selama tidur terjadi penurunan otot
pernafasan sehingga menyebabkan hipoventilasi dan resistensi jalan
nafas meningkat dan akhirnya pasien menjadi hipoksemia (Black,
2014)
9
4. Hipoksemia
5. Asidosis Respiratori
H. Penatalaksanaan
10
d. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum
dengan baik.
c. Fisioterapi
11
II. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya dialami oleh penderita asma yaitu batuk,
peningkatan sputum, dispnea (bisa berhari – hari atau berbulan – bulan,
wheezing, dan nyeri dada (Somantri, 2009).
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang yang biasa timbul pada pasien asma yaitu
pasien mengalami sesak nafas, batuk berdahak, biasanya pasien sudah
menderita penyakit asma, dalam keluarga ada yang menderita penyakit
asma (Ghofur A, 2008).
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Terdapat data yang menyertakan adanya faktor predisposisi penyakit
ini, diantaranya yaitu riwayat alergi dan penyakit saluran nafas bawah
(Somantri, 2009). Perawat dapat juga menanyakan tentang riwayat
penyakit pernafasan pasien.
4. Riwayat Merokok
Merokok merupakan penyebab utama kanker paru – paru, bronkitis
kronis dan asma. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non
perokok. Pengobatan saat ini, alergi, dan tempat tinggal.
Anamnesis harus mencangkup hal – hal :
a. Usia mulainya merokok secara rutin
b. Rata – rata jumlah rokok yang dihisap perhari
c. Usia menghentikan kebiasaan merokok
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan asam sering kali ditemukan didapatkan adanya riayat
penyakit genetik atau keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya
tidak ditemukan adanya penyakit yang sama dengan anggota
keluarganya (Somantri, 2009).
12
6. Pola Kesehatan Sehari – Hari
Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal
dengan asma harus mengubah gaya hidup sesuai yang tidak akan
menimbulkan serangan asma (Muttaqin, 2012).
a. Pola metabolik nutrisi
A (Antropometri)
Penurunan berat badan secara bermakna (Somantri, 2012)
B (Biochemical)
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000/mm terjadi karena adanya
infeksi. SGOT dan SGPT meningkat (Muttqin, 2012).
Pemeriksaan Arteri Blood Gas PaO2, hipoksia, paCOa, elevasi,
pH alkalosis (Somantri, 2012).
C (Clinical)
Pengkajian tentang status nutrisi pasien meliputi jumlah,
frekuensi, dan kesulitan – kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya, pada pasien sesak nafas, sangat potensial terjadi
kekurangan pemenuhan nutrisi, hal ini karena dipnea saat
makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang di alami oleh
pasien (Muttaqin, 2012).
D (Diet)
Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan,
kacang, makanan laut, susu sapi, telur (Departemen Kesehatan
RI, 2009).
b. Pola eliminasi
Penderita asma dilarang menahan buang air besar dan buang air
kecil. Kebiasaan ini akan menyebabkan feses menghasilkan
radikal bebas yang bersifat meracuni tubuh, menyebabkan
sembelit, dan semakin mempersulit pernafasan (Mumpuni &
Wulandari, 2013).
13
c. Pola istirahat tidur
Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat pasien yang
meliputi berapa lama pasien tidur dan beristirahat, serta beberapa
besar akibat kelelahan yang dialami oleh pasien. Adanya
wheezing, sesak, dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur
dan istirahat pasien (Muttaqin, 2012). Biasanya pasien asma susah
tidur karena sering batuk atau terbangun akibat sesak nafas
(Mumpuni & Wulandari, 2013).
d. Pola aktivitas
Menurut Somantri 2012 pola aktivitas sebagai berikut :
ADL
Pemeriksaan ekstermitas (atas dan bawah)
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum pasien
Keadaan umum pada pasien PPOK yaitu composmentis, lemah,
dan sesak nafas.
b. Pemeriksaan kepala dan wajah
Inspeksi : simetris, warna rambut hitam atau putih, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran vena
jagularis dan kelenjar tiroid , terdapat bulu hidung, tidak
ada lesi, tidak ada kotoran hidung , tidak ada lesi, tidak
ada edema, konjungtiva merah muda, sclera putih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran vena jagularis dan kelenjar tiroid
c. Pemeriksaan thoraks
inspeksi : batuk produktif non produktif, terdapat sputu,=m yang
kental dan sulit dikeluarkan, bernafas menggunakan
otot – otot tambahan, ada sianosis (Somantri, 2009).
Pernafasan cuping hidung, penggunaan oksigen, sulit
bicara karena sesak nafas (Marelli, 2008). Palpasi :
bernafas menggunakan otot – otot nafas tambahan
(Somantri, 2008). Takikardi akan timbul diawal serangan,
14
kemudian diikuti dengan sianosis sentral (Djojodibroto,
2016).
Perkusi : lapang paru yang hipersonor pada perkusi (Kowalak,
welsh, dan Mayer, 2012).
Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing)
pada fase respirasi semakin menonjol (Somantri, 2009).
d. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis terletak di ICS V mid calcicula sinistra
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 terdengar tunggal, tidak ada suara
tambahan
e. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata
Auskultasi : terdengar bising usus 12x/menit
Palpasi : tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
f. Pemeriksaan integumen
Inspeksi : struktur kulit halus, warna kulit sawo matang, tidak ada
benjolan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkokontriksi, peningkatan produksi spurum, batu tidak efektif,
kelebihan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan nafas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan
ventilasi perfusi.
4. Gangguan pola tidur
5. Intoleransi aktivitas
15
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dan saluran pernafasan untuk memperhatikan kebersihan
jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
a. Tidak bisa batuk
b. Suara nafas dalam
c. Perubahan frekuensi nafas
d. Perubahan irama nafas
Lingkungan
a. Perokok pasif
b. Menghisap asap
c. Merokok
Fisiologis :
16
Tujuan dan Kriteria Hasil :
NOC
Intervensi Keperawatan :
NIC
Airway suction
Airway Management
a. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
e. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
f. Berika bronkodilator bila perlu
g. Monitor respirasi dan status O2
17
DAFTAR PUSTAKA
Grace A. Piere, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora
Aksara Pratama.
Pubising.
Medika.
YOGYAKARTA).
PGRI Kediri).
18
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi perawat
a. Memaksimalkan peralatan dalam proses tindakan keperawatan pada
pasien
b. Menyediakan pemeriksaan disesuaikan dengan jumlah pasien
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mengerti tentang konsep yang ada pada teori. Dan dapat
menerapkannya dilapangan
3. Bagi keluarga pasien
Ikut penatalaksanaan tindakan keperawatan sehingga tindakan
keperawatan mandiri untuk proses keperawatan dirumah setelah pasien
pulang.
30