&
Teknik keperawatan (Menerima pasien baru)
Dosen pengampu :
(Mardiatun, M.Kep)
Oleh :
Kelompok III
Anggota :
1. Ade Alwinata
2. Dede Hendra Irawan
3. Destri Fitrianggi
4. Mayuni Hijatul Aini
5. Urwatul hidayah
6. Yayu fitria adekantari
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia
– Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah KEPERAWATAN DASAR
yang berjudul “Konsep dan ASKEP pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas Dan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN DASAR dan
tidak luput kami menyampaikan terimakasih kepada ibu Mardiatun M.Kep. karena berkat
tugas yg diberikan ini dapat menambah wawasan penulis mengenai ASKEP dan
makalah ini karena keterbatasan kemampuan dan waktu. untuk itu mohon masukan yang
HALAMAN JUDUL................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................4
PEMBAHASAN
b. Melindungi bagian tubuh tetentu seperti paru, hati, ginjal, otak paru-paru
c. Saraf pusat memproses impuls dan kemudian memeberikan respon melalui saraf
afferent
d. Saraf afferent menerima respon dan diteruskan ke otot rangka
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat
sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang
kuboid seperti tulang vertebra dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di
tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis tersiri
atas epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung
tulang yang terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa
dewasa.
2. Otot dan Tendon
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan sistem saraf
tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki bagian somatis dan
otonom. Bagian somatis memiliki fungsi seensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan
pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan
kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diintervensi, dan kerusakan pada saraf radikal akan
mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.
5. Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi
dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan berbagai derajat
pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi
bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain seperti sindesmosis, sinkondrosis, dan
simfisis.
Pengertian Mobilitas
Jenis Mobilitas
2.Imobiilitas
Pengertian Imobilitas
Jenis Imobilitas
a) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralis
sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
c) Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang megalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi
ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
d) Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.
j) Perubahan Perilaku
4.Postur Tubuh
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh
yang berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh
adalah persendian, tendon, ligamen dan otot. Apabila keempat bagian tersebut digunakan
dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal,
seperti dalam posisi duduk, berdiri, dan berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi
jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan,
memperluas ekspansi paru, dan meningkatkan sirkulasi, baik renal maupun gastrointestinal.
Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, diantaranya
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis imaginer
vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di pertengahan
garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau menopang
tubuh
2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot
6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligament
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta
mencegah kelelahan
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan
9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban
belakang
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan
otot, dan kontraktur.
1. Status Kesehatan. Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak
optimal pada organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan
sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur. Hal ini dapat dijumpai pada orang
sakit yang banyak mengalami ketidakseimbangan dalam pergerakan.
2. Nutrisi. Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam
membantu proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen, dan
persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan energi pada organ tersebut akan
berkurang sehingga dapat memengaruhi proses keseimbangan.
3. Emosi. Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan
tubuh. Hal tersebut dapat memengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi,
dan tulang.
4. Gaya Hidup. Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau
bahkan sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat,
misalnya selalu menggunakan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat
mengalami ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan baik.
5. Perilaku dan Nilai. Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat
memengaruhi pembentukan postur. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang
sampah di sembarang tempat dapat memengaruhi proses pembentukan postur tubuh
orang lain yang berupaya untuk selalu bersih dri sampah
a. Gerakan (ambulating)
Pengaturan Posisi
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan asuhan,
seperti:
a. Posisi Fowler. Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Untuk fowler (45°-90°) dan semifowler (15°-45°).
Dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan,
dan untuk pasien pasca bedah.
b. Posisi Sim. Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau
pemberian huknah atau obat-obatan lain melalui anus.
c. Posisi Trendelenburg. Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak, dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang
skintraksi pada kakinya.
d. Posisi Dorsal Recumbent. Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut
fleksi(ditarik atau direnggangkan). Dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genetalia serta proses persalinan.
e. Posisi Litotomi. Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
f. Posisi Genu Pektoral. Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah
rectum dan sigmoid dan untuk membantu merubah letak kepala janin pada bayi
yang sungsang.
Mekanika tubuh itu penting untuk perawat dan pasien. Hal ini mempengaruhi kondisi
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk kesehatan dan mencegah
kecacatan. Gaya berat dan fisik dapat mempengaruhi gerak tubuh. Jika digunakan dengan
benar kekuatan ini dapat meningaktkan efisiensi kerja perawat. Prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan perawat dalam pasien ambulasi adalah sebagai berikut:
a. Ketika merencanakan untuk memeindahkan pasien, atur unruk bantuan yang kuat.
i. Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimpin
dengan seseorang dengan menghitung satu sampai tiga.
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobiltas, seperti adanya nyeri,
kelemahan otot, kelelahan, timgkat mobilitas dan imobiltas, daerah terganggunya
mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas. b. Riwayat
keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system neurologist (kecelakaan
cerbrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial, miasteniagravis,
guilain barre, cedera medulla spinalis, dll), riwayat penyakit system kardiofaskuler
(infark miokard, gagal jantung kongesif), riwayat penyakit system pernapasan
(penyakit paru obstrksi menahun, pneumonia, dll), riwayat pemakaian obat, seperti
sedative, hipnotik, depresan system saraf pusat,laksansia dll. c. Kemampuan Fungsi
motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kak kanan
danm kaki kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis. d.
Kemampuan Moblitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa
bantuan.
Tingkat Aktifitas / Mobilitas Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1. Bahu
Abduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang paling jauh 180
2. Siku
Fleksi : angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu 150
3. Pergelangan Tangan
Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah 80-90
Normal
0 0 Paralistik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma yulang belakang, frktur, dan lain-lain.
4. Implementasi Keperawatan
5. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat menggunakan tangan dan lengan
6. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah
11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi
tekanan.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.
b. Posisi Sim
Pada posisi ini pasien berbaring miring baik ke kanan ataupun ke kiri.
Tujuan
1. Memberikan kenyamanan
2. Melakukan huknah
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi
tekanan
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
13. Catat prosedur, termasuk : posisi yang ditetapkan, konsisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasienmembantu gerak, dan kenyamanan pasien
c. Posisi telentang
Posisi ini menempatkan pasien ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki.
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
2. Cuci tangan
7. Atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
8. Cuci tangan
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan kedua lutut fleksi
diatas tempat tidur.
Tujuan :
2. Pemeriksaan genitalia
1. Bantal
3. Selimut
Prosedur kerja:
2. Cuci tangan
e. Posisi litotomi
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan mengangkat
kedua kaki dan ditarik keatas abdomen Tujuan:
1. Pemerikasaan alat genitalia
3. Selimut/kain penutup
Prosedur kerja
2. Cuci tangan
6. Letakkan bagian lutut/kaki pada penyangga kaki ditempat tidur khusus untuk
posisi litotomi
7. Pasang selimut’cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Pada posisi ini, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur
Tujuan: Pemeriksaan daerahrektum dan sigmoid
2. Cuci tangan
3. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada menempel pada matras tempat tidur
4. Pasang selimut untuk menutui daerah parinela pasien
6. Tempatkan kaki meregang dengan satu kaki lebih mendekat ke tempat tidur
disbanding kaki yang lain.
7. Tempatkan tangan yang lebih dekat kepasien dibawah bahu, yang menyokong
kepala dan tulang belakang
8. Tempatkan tangan yang lain dipermukaan tempat tidur
9. Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan anda dari kaki
depan ke kaki belakang
10. Dorong dengan arah berlawanan tempat tidur dengan menggunakan lengan
yang ditempatkan dipermukaan tempat tidur
11. Turunkan tempat tidur
12. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkatkan kenyamanan dan titik potensi
tekanan.
13. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.
14. Cuci tangan.
Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda. Beberapa persiapan untuk memindahkan pasien adalah
: kaji kekuatan otot pasien, mobilitas sendi, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran,
tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk mengikuti intrusi: siapkan alat yang
diperlukan (missal sabuk pemindah , kursi roda [posisi kursi pada sudut 45 derajat
terhadap tempat tidur, dikunci, angkat penyokong kaki, dan kunci kaki tempat tidur]);
jelaskan prosedur pada pasien; tutup pintu ata pasang tirai; dan cuci tangan.
Tujuan :
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
3. Bantu pasien untuk posisi duduk ditempat tidur. Siapkan kursi roda dalam
posisi 45 derajat terhadap tempat tidur
4. Pasang sabuk pemindah bila perlu
5. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil dan tidak licin
7. Fleksikan panggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan lutut klien
8. Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan
tempatkan tangan anda diskapula pasien
9. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan panggul
dan tungkai anda, dengan tetap mempertahankan lutut agak fleksi
10. Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut
12. Instruksikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi untuk
menyokong
13. Fleksikan panggula dan lutut anda sambil menurunkan pasien ke kursi
14. Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
6. Lengan pengangkat ditempatkan dibawah kepala dan bahu, panggul, paha, dan
pergelangan kaki pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi tubuh
pasien
7. Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada mereka
Alat dan bahan: Alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien.
Prosedur kerja
2. Cuci tangan
Pasien yanfg mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau truma
memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut
dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara
mobilitas persendian.
a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan
tangan.
Cara:
2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
dengan lengan
3) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangn tangan pasien
4) Tekuk tangan pasieun ke depan sejauh mungkin 5) Catat perubahan yang
tejadi.
2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengn telapak mengarah
ke tubuhnya
3) Letakan tangan di atas siku pasien dan pegang lengannya dengan tangan
lainnya
4) Tekuk sikut npasien sehingga tangannya mendekat bahu
2) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan sikut menekuk
3) Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
4) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak menjauhinya
3) Letakan satu tangan perawat di atas sikut pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lain
4) Angkat lengan pasien pada posisi semula
3) Letakkan satu tangan perawat di atas sikut pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya
4) Gerakkan lengan pasienmenjauh dari tubuhnya kea rah perawat
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping) dengan siku
menekuk.
4) Letakan satu lengan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain.
5) Lakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke awah.
6) Kembalikan lengan ke posisi awal.
10)Catat perubaan yang terjadi. Misal, rentang gerak, kekakuan dan nyeri.
g. Refleksi dan Ektensi Jari-jari
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2) Cuci tangan.
3) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki.
4) Bengkokan (tekuk) jari-jari ke bawah.
8) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan adanya kekakuan
sendi.
2) Cuci tangan.
3) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan tangan kita (pelaksana)
danpegang pergelangan kaki pasien dengan tangan satunya.
4) Kembalikan ke posisi semula.
5) Putar kaki keluar sehingga pergelangan kaki menjauhi kaki yang lain.
2) Cuci tangan.
3) Letakan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu tangan lain di atas
pergelanagn kaki, jaga kaki lurus, dan rileks.
4) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada/ke bagian atas
tubuh pasien.
5) Kembalikan ke posisi awal.
6) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. Jari dan telap[ak kaki di
arahkan ke bawah.
7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2) Cuci tangan.
3) Letakan satu tangan di bawah lulut pasien da pegang tumit pasien dengan tangan
yang lain.
4) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
5) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada pasien sejauh mungkin dan semampu
pasien.
6) Turunkan dan luruskan dengan tetap mengangkat kaki ke atas.
9) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan adanya kekakuan sendi.
2) Cuci tangan.
3) Letakan satu tangan perawat pada pergelangan kaki pasien dan satu tangan yang
lai di atas lutut pasien.
4) Putar kaki ke arah pasien.
5) Putar kaki ke arah pelaksana.
2) Cuci tangan.
3) Letakan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan yang satu tangan pada
tumit.
4) Angkat kaki pasien kurang lebih 8cm dari tempat tidur dan pertahankan posisi
tetap lurus. Gerakan kaki menjauhi badan pasien atu ke samping arah perawat.
5) Gerakan kaki mendekati badan pasien.
8) Catat perubahan yang terjadi. Miasal, rentang gerak dan kekakuan sendi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
mobilitas adalah sebagai berikut :
Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukkan
keceriaan.
7.Ceklist penerimaan pasien baru
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau
keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya, Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan
gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk
dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring
3.2 Saran
Diharapkan untuk mahasiswa dapat memehami materi ini dan dapat menerapkannya
dengan baik kepada pasien, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi dalam kebutuhan aktivitas
(mobilitas).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-aktivitas-mobilitas.html