Anda di halaman 1dari 39

Konsep dan ASKEP pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas

&
Teknik keperawatan (Menerima pasien baru)

Dosen pengampu :

(Mardiatun, M.Kep)

Oleh :

Kelompok III

Anggota :

1. Ade Alwinata
2. Dede Hendra Irawan
3. Destri Fitrianggi
4. Mayuni Hijatul Aini
5. Urwatul hidayah
6. Yayu fitria adekantari

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia

– Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah KEPERAWATAN DASAR

yang berjudul “Konsep dan ASKEP pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas Dan

Teknik keperawatan (Menerima pasien baru)”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN DASAR dan

tidak luput kami menyampaikan terimakasih kepada ibu Mardiatun M.Kep. karena berkat

tugas yg diberikan ini dapat menambah wawasan penulis mengenai ASKEP dan

KONSEPNYA.Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan kemampuan dan waktu. untuk itu mohon masukan yang

positif demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

Mataram,16 Februari 2022


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................ii

DAFTAR ISI ...........................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...............................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................4

1. Definisi kebutuhan aktivitas...................................


2. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas....
3. Kebutuhan mobilitas dan imobilitas...................................
4. Postur tubuh..................................................................
5. Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi...................................
6. Proses keperawatan pada kebutuhan aktivitas...................................
7. cek list dalam penerimaan pasien baru……....................................

BAB III PENUTUP.....................................................................23

3.1 Kesimpulan ...........................................................................23


3.2 Saran .....................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................24


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa kelompok


otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan gerakan secara aman.
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang
pergerakan, termasuk bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi
integrasi dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok otot
tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot lain membentuk
postur/bentuk tubuh.

Mobilisasi mempunyai banyak tujuan, seperti ekspresikan emosi dengan gerakan


nonverbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan
kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka system saraf,
otot, dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Definisi kebutuhan aktivitas?
2. Apa saja Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas?
3. Apa itu Kebutuhan mobilitas dan imobilitas?
4. Apa saja Postur tubuh?
5. Apa saja Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi?
6. Bagiaman Proses keperawatan pada kebutuhan aktivitas?
7. Bagaimana penulisan cek list dalam penerimaan pasien baru?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi kebutuhan aktivitas
2. Untuk mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
3. Untuk mengetahui kebutuhan mobilitas dan imobilitas
4. Untuk mengetahui Postur tubuh
5. Untuk mengetahui kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
6. Untuk mengetahui proses keperawatan pada kebutuhan aktivitas
7. Untuk mengetahui penulisan cek list dalam penerimaan pasien baru
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Kebutuhan Aktivitas


Kebutuhan aktivitas/pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada seseorang
termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi tempat
tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan
harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang
dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut
pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus
diprioritaskan.
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup.
 Fisiologi pergerakan

Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara system musculoskeletal dan


system persarafan. Sistem skelet berfungsi:
a. Mendukung dan member bentuk jaringan tubuh

b. Melindungi bagian tubuh tetentu seperti paru, hati, ginjal, otak paru-paru

c. Tempat melektnya otot tendon


d. Sumber mineral seperti garam dan fosfat

e. Tempat produksi sel darah Sistem persarafan berfungsi:


a. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskn ke susunan
saraf pusat
b. Sel saraf atau neuron membawa impuls dan bagian tubuh satu ke lainnya

c. Saraf pusat memproses impuls dan kemudian memeberikan respon melalui saraf
afferent
d. Saraf afferent menerima respon dan diteruskan ke otot rangka

2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas


1. Tulang

Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat
penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat
sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam.
Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang
kuboid seperti tulang vertebra dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di
tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis tersiri
atas epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung
tulang yang terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa
dewasa.
2. Otot dan Tendon

Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai


dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan
tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat dengan sangat kuat pada
tempat insersinya di tulang. Terputusnya tendon akan mengakibatkan kontraksi otot tidak
dapat menggerakkan organ di tempat insersi tendon yang bersangkutan, sehingga
diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen
pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan
mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan sistem saraf
tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki bagian somatis dan
otonom. Bagian somatis memiliki fungsi seensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan
pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan
kelemahan secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diintervensi, dan kerusakan pada saraf radikal akan
mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.

5. Sendi

Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi
dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen dan berbagai derajat
pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang
merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang
sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi
bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain seperti sindesmosis, sinkondrosis, dan
simfisis.

3. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas


1. Mobilitas

 Pengertian Mobilitas

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara


bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.

 Jenis Mobilitas

a) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh


dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran
sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan
sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi
dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan
control motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu :
1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena
stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomyelitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

 Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Gaya Hidup. Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan


mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perilaku atau
kebiasaan seharihari.
2. Proses Penyakit/Cedera. Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan
mobilitas karena dapat memengaruhi fungsi system tubuh. Sebagai contoh,
orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan
dalam ekstermitas bagian bawah.
3. Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiiki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobilitas yang kuat; sebaliknya ada dua orang yang
mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu
dilarang untuk beraktivitas.
4. Tingkat Energi. Energy adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar
seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energy yang
cukup.
5. Usia dan Status Perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas
pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau
kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.

2.Imobiilitas

 Pengertian Imobilitas

Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat


bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas,
dan sebagainya.

 Jenis Imobilitas

a) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan
hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralis
sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
c) Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang megalami pembatasan secara
emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi
ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
d) Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan
interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi
perannya dalam kehidupan sosial.

 Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas


Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti
perubahan pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan
dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system pernafasan,
perubahan kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal, perubahan kulit,
perubahaneliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan perilaku.
a) Perubahan Metabolisme

Secara umum imobilitas dapat menggangu metabolisme secara normal, mengingat


imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal
tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate (BMR) yang
menyebabkan berkurangnya energy untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat
memengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolism imobilitas dapat
mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Eadaan
ini dapat berisiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilitas juga
dapatmenyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan nitrogen. Hal
tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami imobilitas pada hari kelima
dan keenam. Beberapa dampak perubahan metabolisme, diantaranya adalah
pengurangan jumlah metabolisme, atropi kelenjar dan katabolisme protein,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam
mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal.
b) Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit

Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari


imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi
protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh.
Disamping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstisial
dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Imobilitas juga dapat menyebabkan demineralisasi tulang akibat
menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatnya demineralisasi tulang dapat
mengakibatkan reabsorbsi kalium.
c) Gangguan Pengubahan Zat Gizi

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan


protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat
sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan
oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolism.
d) Gangguan Fungsi Gastrointestinal

Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini


disebabkan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna,
sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan,
seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan
gangguan proses eliminasi.
e) Perubahan Sistem Pernafasan

Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat


imobilitas, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya
lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolism terganggu. Terjadinya
penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari
alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru
dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.
f) Perubahan Kardiovaskular

Perubahan system kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berupa


hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan
thrombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya
kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, reflex neurovascular
akan menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada
vena bagian bawah sehingga aliran darah ke system sirkulasi pusat terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstremitas bawah
bergerak dan meningkatkan kerjanya. Terjadinya thrombus juga disebabkan oleh
meningkatnya vena statis yang merupakan hasil penurunan kontraksi muscular
sehingga meningkatkan arus balik vena.
g) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi dalam system musculoskeletal sebagai dampak dari


imobilitas adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Muskular. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas
dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya
fungsi kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi
berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh,
otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam mingu ukurannya akan
lebih kecil selain menunjukkan tanda lemah dan lesu.
2. Gangguan Skeletal. Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal, misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan oesteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan criteria adanya fleksi
dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot. Terjadinya
kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi.
Oesteoporosis terjadi karena reabsorpsi tulang semakin besar, sehingga yang
menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium
yang dikeluarkan melalui urine semakin besar.
h) Perubahan Sistem Integumen

Perubahnan system integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit


karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta
nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan
kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
i) Perubahan Eliminasi

Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin


disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urine berkurang.

j) Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa


bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur,
dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut
merupakan dampak imobilitas karena selama proses imobilitas seseorang akan
mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasa, dan lain-lain.

4.Postur Tubuh
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh
yang berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh
adalah persendian, tendon, ligamen dan otot. Apabila keempat bagian tersebut digunakan
dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal,
seperti dalam posisi duduk, berdiri, dan berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik, mengurangi
jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan, mengurangi kecelakaan,
memperluas ekspansi paru, dan meningkatkan sirkulasi, baik renal maupun gastrointestinal.
Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, diantaranya
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis imaginer
vertikal) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di pertengahan
garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau menopang
tubuh
2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih banyak
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot

6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan ligament

7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot serta
mencegah kelelahan
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan

9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk mencegah beban
belakang
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan
otot, dan kontraktur.

 Pembentukan postur tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Status Kesehatan. Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak
optimal pada organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan
sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur. Hal ini dapat dijumpai pada orang
sakit yang banyak mengalami ketidakseimbangan dalam pergerakan.
2. Nutrisi. Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam
membantu proses pengaturan keseimbangan organ, otot, tendon, ligamen, dan
persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan energi pada organ tersebut akan
berkurang sehingga dapat memengaruhi proses keseimbangan.
3. Emosi. Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan
tubuh. Hal tersebut dapat memengaruhi proses koordinasi pada otot, ligamen, sendi,
dan tulang.
4. Gaya Hidup. Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau
bahkan sebaliknya menjadi buruk. Seseorang yang memiliki gaya hidup tidak sehat,
misalnya selalu menggunakan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat
mengalami ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan baik.
5. Perilaku dan Nilai. Adanya perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat
memengaruhi pembentukan postur. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang
sampah di sembarang tempat dapat memengaruhi proses pembentukan postur tubuh
orang lain yang berupaya untuk selalu bersih dri sampah

5.Kebutuhan Mekanika Tubuh dan Ambulansi


Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan system saraf untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan tepat. Mekanika tubuh adalah cara
menggunakan tubuh secara efesien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi,
serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas.
 Pergerakan Dasar dalam Mekanika Tubuh

a. Gerakan (ambulating)

Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh.


Contoh: keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda. Orang yang
berdiri akan lebih mudah stabil disbandingkan dalam posisi jalan. Dalam posisi jalan
akan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi
gravitasi akan selalu berubah pada posisi kaki. b. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.contoh : posisi
orang duduk akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi
membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi
yang tepat dalam menahan. Dalam menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat. c.
Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Yang perlu
diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam menarik,
sodorkan telapak tangan dana lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan atas dan
siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki
ditekuk, lalu dilakukan penarikan. d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar besar dari
tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa
sakit pada daerah tubuh bagian belakang. e. Memutar (Pivoting)
Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang
belakang. Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi agar tidak
berpengaruh buruk pada postur tubuh.

 Prinsip Mekanika Tubuh

Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sebagai berikut:

1. Gravitasi. Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan


mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam
pergerakkan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:
• Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di pertengahan tubuh.

• Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis imaginer vertical melalui


pusat gravitasi.

• Dasar tumpuan (base of support), merupakan dasar tempat seseorang dalam


posisi istirahat untuk menopang/menahan tubuh.
2. Keseimbangan. Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di antara pusat gravitasi dan
dasar tumpuan.
3. Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat diperhatikan adalah
berat/bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan memengaruhi
mekanika tubuh.

 Pengaturan Posisi

Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan asuhan,
seperti:
a. Posisi Fowler. Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Untuk fowler (45°-90°) dan semifowler (15°-45°).
Dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan,
dan untuk pasien pasca bedah.
b. Posisi Sim. Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau
pemberian huknah atau obat-obatan lain melalui anus.
c. Posisi Trendelenburg. Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak, dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang
skintraksi pada kakinya.
d. Posisi Dorsal Recumbent. Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut
fleksi(ditarik atau direnggangkan). Dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genetalia serta proses persalinan.
e. Posisi Litotomi. Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
f. Posisi Genu Pektoral. Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah
rectum dan sigmoid dan untuk membantu merubah letak kepala janin pada bayi
yang sungsang.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi Mekanika tubuh

a. Status kesehatan. Terjadi penurunan kondisi yang disebabkan oleh penyakit


berupa berkurangnya aktifitas sehari-hari.
b. Nutrisi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahakan terjadinya penyakit. Contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan
mudah fraktur.
c. Emosi. Kondisi psikologi seseorang dapat memudahkan perubahan perilaku yang
dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh yang baik.
d. Situasi dan Kebiasaan. Situasi atau kebiasaan yang dilakukan seseoarang
Misalnya sering mengangkat benda-benda yang berat.
e. Gaya Hidup. Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan
kemungkinan besar akan menyebabkan kecerobohan dalam aktifitas. Begitu juga
gaya hidup yang tidak sehat juga akan mempengaruhi mekanika tubuh seseorang.
f. Pengetahuan. Pengetahuan yang baik dalam penggunaan mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengeluarkan tenaga yang dikeluarkan.

 Prinsip Ambulasi Untuk Pasien

Mekanika tubuh itu penting untuk perawat dan pasien. Hal ini mempengaruhi kondisi
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk kesehatan dan mencegah
kecacatan. Gaya berat dan fisik dapat mempengaruhi gerak tubuh. Jika digunakan dengan
benar kekuatan ini dapat meningaktkan efisiensi kerja perawat. Prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan perawat dalam pasien ambulasi adalah sebagai berikut:
a. Ketika merencanakan untuk memeindahkan pasien, atur unruk bantuan yang kuat.

Gunakan alat bantu mekanik jika bantuan tidak mencukupi

b. Dorong klien untuk membantu sebanyak mungkin sesuai kemampuan

c. Jaga punggung , leher , pelvis dan kaki lurus. Cegah tergelincir

d. Fleksikan lutut buat kaki tetap lebar

e. Dekatkan tubuh perawat dengan klien (objek yang diangkat)

f. Gunakan lengan atau tangan (bukan punggung)

g. Tarik klien kearah penariknya menggunakan sprei

h. Rapatkan otot abdomen dan gluteal untuk persiapan bergerak

i. Seseorang dengan beban yang sangat berat diangkat bersama dengan dipimpin
dengan seseorang dengan menghitung satu sampai tiga.

6.Proses Keperawatan pada Kebutuhan Aktivitas


1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan sekarang

Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobiltas, seperti adanya nyeri,
kelemahan otot, kelelahan, timgkat mobilitas dan imobiltas, daerah terganggunya
mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas. b. Riwayat
keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system neurologist (kecelakaan
cerbrovaskular, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial, miasteniagravis,
guilain barre, cedera medulla spinalis, dll), riwayat penyakit system kardiofaskuler
(infark miokard, gagal jantung kongesif), riwayat penyakit system pernapasan
(penyakit paru obstrksi menahun, pneumonia, dll), riwayat pemakaian obat, seperti
sedative, hipnotik, depresan system saraf pusat,laksansia dll. c. Kemampuan Fungsi
motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kak kanan
danm kaki kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis. d.
Kemampuan Moblitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa
bantuan.
Tingkat Aktifitas / Mobilitas Kategori
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat


Memerlukan bantuan / pengawasan

Tingkat 2 orang lain


Memerlukan bantuan / pengawasan orang
Tingkat 3
lain dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak bisa
Tingkat 4 melakukan/ berpartisipasi dalam
keperawatan
e. Kemampuan Rentang Gerak, pengkajian rentang gerak (range of motion – ROM)
dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.

Gerak Sendi Derajat Rentang Normal

1. Bahu
Abduksi : gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang paling jauh 180
2. Siku

Fleksi : angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju bahu 150

3. Pergelangan Tangan

Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah 80-90

Ekstensi : luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi 80-90

Hipereskstensi : tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin 70-90


Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke atas 0-20
Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak tagang
menghadap ke atas 30-50
4. Tangan dan Jari

Fleksi : buat kepalan tangan 90

Ekstensi : Luruskan jari 90

Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin 30

Abduksi : kembangkan jari tangan 20

Abduksi : rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20

f. Perubahan Intoleransi Aktifitas

Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada system


pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak,
adanya mucus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian
intoleran siaktifitas terhadap perubahan system kardiovaskular, seperti nadi dan
tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta perubahan tanda
vital setelah melakukan aktivtas atau perubahan posisi. g. Kekuatan Otot dan
Gangguan Koordinasi
Dalam pengkajian kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan :
Skala Persentase Kekuatan Karakteristik

Normal
0 0 Paralistik

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi/ dilihat


Gerakan otot penuh melawan grafitasi dengan topangan

2 25 Gerakan yang normal melawan grafitasi dan melawan


tahanan minimal
3 50
Gerakan penuh yang normal melawan grafitasi dan
melakukan tahanan minimal
4 75 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan
gravsitasi dan tahanan penuh
5 100
h. Perubahan Psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan


mobilitas dan mobilitas, antara lain perubahan prilaku, peningkatan emosi, perubahan
dalam mekanisme koping, dan lain- lain.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan mobilitas fisik akibat trauma yulang belakang, frktur, dan lain-lain.

b. Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas.

c. Resiko cedera akibat orthostatic pneumonia.s

d. Intoleransi aktifitas akibat penurunannya tonus dan kekuatan otot.

e. Sindrom perawatan diri akibat menurunnyafleksibilitas otot.

f. Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi paru.

g. Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan respirasi.

h. Gangguan eliminasi akibat imobilitas.

i. Retensi erine akibat gangguan mobilitas fisik.

j. Inkontenesia urine akibat gangguan mobilitas fisik.


k. Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan
(anaroksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltic usus.
l. Gamgguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan (intake).

m. Gangguan interaksi social akibat imobilitas

n. Gangguan konsep diri akibat imobilitas.

3. Perencanaan Keperawatan Tujuan:


a. Meningkatkan kekuatan, ketahana otot, dan fleksibilitas sendi.

Meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot pada pasien pemenuhan kebutuhan


mobilitas dan imobilitas dapat dilakukan dengan cara:
1) Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh
yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah jadwal tentang
perubahan posisi selama kurang lebih setengah jam. Pelaksanaannya
dilakuakan secara bertahap agar kemampuan kekuatan otot dan ketahanannya
dapat meningkatkan secara berangsur-angsur.
2) Ambulasai dini merupakan salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot. Hal ini dapat dilakuakan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berdiri di saamping
tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan seterusnya. Kegiatan ini dapat
dilakukan secara berangsur-angsur.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih kekuatandan
ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah bergerak.
4) Latihan isotonic dan imometrik. Latihan ini juga dapat digunakan untuk
melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban yang
ringa, kemudian beban yang berat. Latihan isotonic (dynamic exercise) dapat
dilakukan dengan meningkatkan curah jantung ringan dan nadi.
5) Latihan ROM , baik secara aktif maupun pasif, ROM merupakan tindakan
untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot.
b. Meningkatkan fungsi kardiovaskular

Meningkatkan fungsi respirasi kardiofaskuler sebagai dampak dari imobilitas


dapat dilakukan antara lain dengan cara ambulasi dini, latihan aktif, dan pelaksanaan
aktivitas sehari-hari secara mandiri. Hal tersebut dilakukan secara bertahap.Di
samping itu, dapat pula dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi setiap kali
terjadi perubahan posisi. Untuk meningkatkatkan sirkulasi vena perifer dapat
dilakukan dengan cara mengangkat daerah kaki secara teratur. c. Meningkatkan
fungus respirasi
Meningkatkan fungsi respirasi sebagai dampak dari imobilitas dapat dilakukan
dengan cara melatih pasien untuk mengambil napas dalam dan batuk efektif,
mengubah posisi pasien tiap 1-2 jam, melakukan postural drainage, perkusi data, dan
vibrasi.
d. Meningkatkan fungsi gastrointestinal

Meningkatkan fungsi gastrointestinal dapat dilakukan dengan cara mengatur diet


tinggi kalori, protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, untu mencegah dampak, dari
imobilitas dapat dilakukan dengan latihan ambulasi. e. Meningkatkan fungsi system
perkemihan
Meningkatkan system kemih dapat dilakukan dengan latihan atu mengubah posisi
serta latihan mempertahankannya. Pasien dianjurkan untuk minum 2500cc per hari
atau lebih, dan menjaga kebersihan parental. Apabila pasien tidak dapat buang air
kecil secara normal, dapat dilakukan katerisasi. Daisamping itu, untuk mencegah
inkontinesia urine, dapat dilakukan dengan cara minum banyak pada siang hari dan
minum sedikit pada malam hari.
f. Memperbaiki gangguan psikolagis

Meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi emosi sebagian dampak dari


mobilitas dapat dilakukan dengan melakukan melakukan komununikasi secara
terapetik dengan berbagaiperasaan, membantu pasien untuk mengekspresikan
kecemasannya, meningkatkan prifasi pasien, memberikan dukungan moril,
mempertahankan citra diri, menganjurkan untuk melakukan social, mengjak untuk
berdiskusi tentang masalah yang dihadapi, dan seterusnya.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi tubuh


sesuai kebutuhan pasien serta melakukan latihan ROM pasif dan aktif.  Pengaturan
Posisi Tubuh Sesuai Kebutuhan Pasien
a. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi dengan tubuh setangah duduk atau duduk. Pemberian
posisi pasien ditempat tidur memerlukan persipan sebagai berikut : perawat perlu
mengkaji kesejajaran tubuh dan tingkat kenyamanan pasien, prawat harus menyiapkan
alat dan bahan (bantal, papan kaki, bantal pasir, restrein, pagar tempat tidur, dll). Bila
perawat memerlukan bantuan harus menyiapkan sejawatnya untuk membantu,
perawat juga harus menginformasikan tindakan kepada pasien memberikan privasi
kepada pasien.
Tujuan : Mempertahankan kenyamanan dan Memfasilitasi fungsi pernafasan.

Alat dan bahan : Penopang atau bantal


Prosedur kerja :
1. Cuci tangan

2. Lakukan persiapan seperti disebut diatas

3. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60 derajat

4. Topangkan kepala diatas tempat tiduratau bantal kecil

5. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat menggunakan tangan dan lengan
6. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah

7. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk dibawah paha

8. Tempatkan bantal kecil atau gulungan dibawah pergelangan kaki

9. Tempatkan papan kaki didasar telapak kaki pasien

10. Turunkan tempat tidur

11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi
tekanan.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

13. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.

b. Posisi Sim

Pada posisi ini pasien berbaring miring baik ke kanan ataupun ke kiri.

Tujuan
1. Memberikan kenyamanan

2. Melakukan huknah

3. Memberikan obat per anus (supositoria)

4. Melakukan pemeriksaan daerah anus

Alat dan bahan :Bantal

Prosedur kerja

1. Cuci tangan

2. Lakukan persiapan seperti diuraikan diatas

3. Tempatkan kepala datar ditempat tidur

4. Tempatkan pasien dalam posisi telentang

5. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada abdomen.

6. Tempatkan bantal kecil dibawah kepala

7. Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang difleksikan, yang menyokong


lengan setinggi bahu. Sokong lengan lain diatas tempat tidur.

8. Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang difleksikan, yang menyokong


tungkai setinggi panggul
9. Tempatkan bantal pasien parallel dengan permukaan plantar kaki

10. Turunkan tempat tidur

11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik potensi
tekanan
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

13. Catat prosedur, termasuk : posisi yang ditetapkan, konsisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasienmembantu gerak, dan kenyamanan pasien

c. Posisi telentang

Posisi ini menempatkan pasien ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki.
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak

Alat dan bahan


1. Bantal

2. Tempat tidur khusus

3. Balok penopang kaki tempat tidur (opsional) Prosedur kerja:


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Pasien dalam keadaan berbaring telentang

4. Tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien.

5. Tempatkan bantal dibawah lipatan lutut

6. Tempatkan balok penopang dibagian kaki tempat tidur

7. Atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien

8. Cuci tangan

d. Posisi Dorsal Rekumbent

Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan kedua lutut fleksi
diatas tempat tidur.
Tujuan :

1. Perawatan daerah genitalia

2. Pemeriksaan genitalia

3. Posisi pada proses persalinan

Alat dan bahan

1. Bantal

2. Tempat tidur khusus

3. Selimut

Prosedur kerja:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)


4. Pakaian bawah dibuka

5. Tekuk lutut dan direnggangkan

6. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia

7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

e. Posisi litotomi

Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan mengangkat
kedua kaki dan ditarik keatas abdomen Tujuan:
1. Pemerikasaan alat genitalia

2. Proses persalinan 3. Pemasangan alat kontrasepsi Alat dan bahan:


1. Bantal

2. Tempat tidur khusus

3. Selimut/kain penutup

Prosedur kerja

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)

4. Angkat kedua paha dan tarik keatas abdomen

5. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha

6. Letakkan bagian lutut/kaki pada penyangga kaki ditempat tidur khusus untuk
posisi litotomi
7. Pasang selimut’cuci tangan setelah prosedur dilakukan

f. Posisi genu pectoral (knee chest)

Pada posisi ini, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur
Tujuan: Pemeriksaan daerahrektum dan sigmoid

Alat dan bahan: Tempat tidur dan Selimut


Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada menempel pada matras tempat tidur
4. Pasang selimut untuk menutui daerah parinela pasien

5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

 Membantu pasien duduk ditempat tidur

Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas


pasien. Perhatikan tindakan yang harus dilakukan sebelum membantu pasien
mengambil posisi duduk.
Tujuan :

1. Memenuhi kebutuhan mobilitas.

2. Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas

3. Mempertahankan kenyamanan Prosedur kerja :


1. Lakukan persiapan (seperti dijelaskan diatas).

2. Cuci tangan sebelum tindakan dilakukan.

3. Tempatkan pasien pada posisi telentang.

4. Singkirkan bantal dari tempat tidur

5. Perawat menghadap ke tempat tidur.

6. Tempatkan kaki meregang dengan satu kaki lebih mendekat ke tempat tidur
disbanding kaki yang lain.
7. Tempatkan tangan yang lebih dekat kepasien dibawah bahu, yang menyokong
kepala dan tulang belakang
8. Tempatkan tangan yang lain dipermukaan tempat tidur

9. Angkat klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan anda dari kaki
depan ke kaki belakang
10. Dorong dengan arah berlawanan tempat tidur dengan menggunakan lengan
yang ditempatkan dipermukaan tempat tidur
11. Turunkan tempat tidur
12. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkatkan kenyamanan dan titik potensi
tekanan.
13. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi kulit, gerakan sendi,
kemampuan pasien membantu bergerak, dan kenyamanan pasien.
14. Cuci tangan.

 Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda

Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda. Beberapa persiapan untuk memindahkan pasien adalah
: kaji kekuatan otot pasien, mobilitas sendi, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran,
tingkat kenyamanan, dan kemampuan untuk mengikuti intrusi: siapkan alat yang
diperlukan (missal sabuk pemindah , kursi roda [posisi kursi pada sudut 45 derajat
terhadap tempat tidur, dikunci, angkat penyokong kaki, dan kunci kaki tempat tidur]);
jelaskan prosedur pada pasien; tutup pintu ata pasang tirai; dan cuci tangan.
Tujuan :

1. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse

2. Mempertahankan kenyamanan pasien

3. Mempertahankan control diri pasien

4. Memindahkan pasien untuk

Alat dan bahan: Kursi roda

Prosedur kerja

1. Cuci tangan

2. Lakukan persiapan yang telah disebutkan diatas

3. Bantu pasien untuk posisi duduk ditempat tidur. Siapkan kursi roda dalam
posisi 45 derajat terhadap tempat tidur
4. Pasang sabuk pemindah bila perlu

5. Pastikan bahwa pasien menggunakan sepatu/sandal yang stabil dan tidak licin

6. Renggangkan kedua kaki anda

7. Fleksikan panggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan lutut klien
8. Genggam sabuk pemindah dari bawah atau rangkul aksila pasien dan
tempatkan tangan anda diskapula pasien
9. Angkat pasien sampai berdiri pada hitungan ke-3 sambil meluruskan panggul
dan tungkai anda, dengan tetap mempertahankan lutut agak fleksi
10. Pertahankan stabilitas tungkai yang lemah atau paralisis dengan lutut

11. Tumpukkan pada kaki yang jauh dari kursi

12. Instruksikan pasien untuk menggunakan lengan yang memegang kursi untuk
menyokong
13. Fleksikan panggula dan lutut anda sambil menurunkan pasien ke kursi

14. Kaji pasien untuk kesejajaran yang tepat untuk posisi duduk

15. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih

16. Observasi pasien untuk menentukan respon terhadap pemindahan. Observasi


terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan
17. Cuci tangan setelah prosedur dillakukan

18. Catat prosedur dalam catatan keperawatan

 Memindahkan pasien oleh dua atau tiga perawat

Pada tindakan ini pemindahan dilakukan oleh dua-tiga orang perawat.


Pemindahan ini bisa dari tempat tidur ke brankar atau dari satu tempat tidur ke tempat
tidur lain. Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat bergerak
atau tidak dapat melakukan pemindahan sendiri.
Tujuan : Memindahkan pasien dari ruangan ke ruangan lain untuk tujuan tertentu

Alat dan bahan

1. Brankar atau tempat tidur

2. Bantal (bila perlu)

Prosedur kerja

1. Cuci tangan

2. Lakukan persiapan seperti disebut diatas


3. Dua atau tiga perawat dengan tinggi badan kurang lebih sama berdiri
berdampingan menghadap tempat tidur pasien
4. Setiap orang bertanggujng jawab untuk salah satu dari area tubuh pasien
(kepala dan bahu, panggul, paha, dan pergelangan kaki)
5. Masing-masing pasien membentuk dasar pijakan yang luas yang mendekat
ketempat tidur di depan, lutut agak fleksi

6. Lengan pengangkat ditempatkan dibawah kepala dan bahu, panggul, paha, dan
pergelangan kaki pasien, dengan jari jemari mereka menggenggam sisi tubuh
pasien
7. Pengangkat menggulingkan pasien kearah dada mereka

8. Pada hitungan ketiga, pasien diangkat dan digendong ke dada perawat

9. Pada hitungan ketiga yang kedua, perawat melangkah kebelakang dan


menumpu salah satu kaki untuk mengarah ke brankar/tempat tidur lain, dengan
bergerak kedepan bila perlu
10. Perawat dengan perlahan menurunkan pasien kebagian tengah brankar/tempat
tidur dengan memfleksikan lutut dan panggul mereka sampai siku mereka
pada setinggi tepi brankar/tempat tidur
11. Perawat mengkai kesejajaran tubuuh pasien, tempatkan pagar tempat tidur
pada posisi terpasang.
12. Posisikan pasien pada posisi yang dipilih

13. Observasi pasien untuk menentukan respon terhadap pemindahan. Observasi


terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan adanya titik tekan
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

15. Catat prosedur dalam catatan keperawatan

 Membantu pasien berjalan

Seperti halnya tindakan lain, membantu pasien berjalan memerlukan persiapan.


Perawat mengkaji toleransi pasien terhadap aktivitas,kekuatan, adanya nyeri,
kordinasi, dan keseimbangan pasien untuk menentukan jumlah bantuan yang
diperlukan pasien
Tujuan
1. Memulihkan kembali toleransi aktivitas

2. Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksid otot

Alat dan bahan: Alat dan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien.

Uraian berikut membantu pasien berjalan tanpa menggunakan alat

Prosedur kerja

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Minta pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau memegang


telapak tangan perawat
4. Berdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu
pasien.
5. Bantu pasien untuk jalan

6. Observasi respoms pasien saat berdiri dari tempat tidur

7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

8. Catat tindakan dan respon klien

 Latihan ROM Pasif dan Aktif

Pasien yanfg mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau truma
memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut
dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara
mobilitas persendian.
a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan
tangan.

Cara:

1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
dengan lengan
3) Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangn tangan pasien
4) Tekuk tangan pasieun ke depan sejauh mungkin 5) Catat perubahan yang
tejadi.

b. Fleksi dan Ekstensi Siku Cara:


1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengn telapak mengarah
ke tubuhnya
3) Letakan tangan di atas siku pasien dan pegang lengannya dengan tangan
lainnya
4) Tekuk sikut npasien sehingga tangannya mendekat bahu

5) Catat perubahan yang tejadi

c. Protasi dan Suponasi Lengan


Bawah Cara:
1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan sikut menekuk

3) Letakan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
4) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak menjauhinya

5) Kembalikan pada posisi semula

6) Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya

7) Kembalikan pada posisi semula

8) Catat perubahan yang tejadi

d. Pronasi Fleksi Bahu Cara:


1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya

3) Letakan satu tangan perawat di atas sikut pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lain
4) Angkat lengan pasien pada posisi semula

5) Catat perubahan yang tejadi

e. Abduksi dan Adduksi Cara:


1) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan

2) Atur posisi lengan pasien di samping badanya

3) Letakkan satu tangan perawat di atas sikut pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya
4) Gerakkan lengan pasienmenjauh dari tubuhnya kea rah perawat

5) Kembalikan pada posisi semula

6) Catat perubahan yang tejadi

f. Rotasi Bahu Cara:

1) Jelaskan prosedur yan akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping) dengan siku
menekuk.
4) Letakan satu lengan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang
tangan pasien dengan tangan yang lain.
5) Lakukan rotasi bahu dengan lengan kebawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke awah.
6) Kembalikan lengan ke posisi awal.

7) Gerakan lengan bawah ke belakang sampai enyentuh tempat tidur, tangan


menghadap ke atas.
8) Kembalikan ke posisi awal.

9) Cuci tangan setelh prosedur dilakukan.

10)Catat perubaan yang terjadi. Misal, rentang gerak, kekakuan dan nyeri.
g. Refleksi dan Ektensi Jari-jari
Cara:
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki.
4) Bengkokan (tekuk) jari-jari ke bawah.

5) Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.

6) Kembalikan ke posisi awal.

7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

8) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan adanya kekakuan
sendi.

h. Cara Inferi Dan Efersi Kaki


Prosedur kerja :
1) Jelaskan prosedur kerjayang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan tangan kita (pelaksana)
danpegang pergelangan kaki pasien dengan tangan satunya.
4) Kembalikan ke posisi semula.

5) Putar kaki keluar sehingga pergelangan kaki menjauhi kaki yang lain.

6) Kembalikan ke posisi semula.

7) Cuci tangan setelah prosedur tindakan.

8) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan

i. Cara fleksi Dan Ekstensi


Pergelangan Kaki Prosedur kerja :
1) Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.
3) Letakan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu tangan lain di atas
pergelanagn kaki, jaga kaki lurus, dan rileks.
4) Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada/ke bagian atas
tubuh pasien.
5) Kembalikan ke posisi awal.

6) Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. Jari dan telap[ak kaki di
arahkan ke bawah.
7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

8) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.

j. Cara Fleksi Dan Ekstensi Lutut


Prosedur kerja:
1) jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Letakan satu tangan di bawah lulut pasien da pegang tumit pasien dengan tangan
yang lain.
4) Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.

5) Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada pasien sejauh mungkin dan semampu
pasien.
6) Turunkan dan luruskan dengan tetap mengangkat kaki ke atas.

7) Kembali ke posisi semula.

8) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

9) Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan adanya kekakuan sendi.

k. Cara Rotasi Pangkal Paha Prosedur kerja:


1) Jelaskan prosedur kerja yang akan di lakukan.

2) Cuci tangan.

3) Letakan satu tangan perawat pada pergelangan kaki pasien dan satu tangan yang
lai di atas lutut pasien.
4) Putar kaki ke arah pasien.
5) Putar kaki ke arah pelaksana.

6) Kembali ke posisi semula.

7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

8) Catat hasil perubahan yang tejadi.

l. Cara Abduksi Dan Adduksi Pangkal Paha


Prosedur kerja :
1) Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan.

2) Cuci tangan.

3) Letakan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan yang satu tangan pada
tumit.
4) Angkat kaki pasien kurang lebih 8cm dari tempat tidur dan pertahankan posisi
tetap lurus. Gerakan kaki menjauhi badan pasien atu ke samping arah perawat.
5) Gerakan kaki mendekati badan pasien.

6) Kembalikan ke posisi awal.

7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

8) Catat perubahan yang terjadi. Miasal, rentang gerak dan kekakuan sendi.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
mobilitas adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan fungsi sistem tubuh

b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot

c. Peningkatan fleksibilitas sendi

Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien menunjukkan
keceriaan.
7.Ceklist penerimaan pasien baru

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau
keadaan bergerak di mana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara
bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya, Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan
gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk
dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring

3.2 Saran
Diharapkan untuk mahasiswa dapat memehami materi ini dan dapat menerapkannya
dengan baik kepada pasien, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi dalam kebutuhan aktivitas
(mobilitas).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-aktivitas-mobilitas.html

Anda mungkin juga menyukai