Anda di halaman 1dari 11

p-ISSN2615-4315

JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1

RADIO KAYU JEPARA


Nur Ikhsan,.Jati Widagdo
ProgramStudiDesain Produk
Fakultas SainsdanTeknologiUNISNU
Jeparajati.widagdo33@gmail.com

Abstrak
Radio adalah barang jamak yang mudah di cari
diberbagai tempat Radio memiliki peranan yang penting untuk
menunjang segala aktifitas manusia. Baik sebagai media
informasi maupu sebagai media hiburan, radio yang penulis
buat telah didesain dan dibuat sebagai benda estetis dalam
suatu ruang.
Sebagai sarana hiburan dan informasi . Hal ini bertujuan
memberikan fungsi lain selain fungsi utamanya..Berdasarkan
hal tersebut, permaslahan yang dikemukakan dalam hal ini
adalah (1) Bagaimana merancang desain radio yang berbahan
Katakunci: kayu, yang mampu mendukung aktivitas manusia,(2)
Radio, Unsur Bagaimana membuat radio dengan memasukkan ornamen
hias,Ornamen jepara sebagai unsur hias, yang mampu menjadi daya tarik,
Jepara. sosialisasi sekaligus apresiasi.
Dipakainya ornamen jepara bertujuan, agar para
desainer mebel Indonesia hendaknya masih peduli dengan seni
dan budaya Nusantara, yaitu dengan mengaplikasikan produk
kerajinan kedalamnya, sehingga dapat menjadi media
sosialisasi serta apresiasi terhadap kebudayaan Indonesia, hal
ini sekaligus dapat melestarikan budaya tersebut.

Abstract

Radio is a plural item that is easy to find in various places.


Radio has an important role in supporting all human activities.
Either as an information medium or as an entertainment
medium, the radio that the author created has been designed
Keyword:
and made as an aesthetic object in a space.
Radio, Decorative
elements, Jepara As a means of entertainment and information. This aims to
Ornaments. provide other functions besides its main function. Based on
this, the problems raised in this case are (1) How to design a
radio design made of wood, which is capable of supporting
human activities, (2) How to make a radio by including Jepara
ornaments as decorative elements, which can be an attraction,
socialization and appreciation.
The use of the Jepara ornament is intended, so that Indonesian
furniture designers should still care about the arts and culture of
the archipelago, namely by applying handicraft products into it,
so that it can become a medium of socialization and
appreciation. of Indonesian culture, this can simultaneously
preserve the culture

38
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1

Pendahuluan tehnologi seperti unsur elektronik

unsur hidrolik maupun unsur masinal


Produk fungsional yang digunakan
sehingga prodok tersebut mempunyai
untuk kebutuhan hidup telaha banyak
nilai lebih, baik dilihat dari fungsinya
sekali ragam maupun jenisnya, dimulai
maupun dilihat dari bentuknya,
dengan prodak yang sederhana maupun

prodak yang rumit dan komplek, dalam Berdasar uraian tersebut

penggunaan maupun pembuatanya penulis tentu saja berkeinginan

karena prodak yang komplek tersebut membuat sesuatu yang beda dan

biasanya mulai menambahkan fungsi belum pernah ada dipasaran halini

prodok tersebut maupun bentuk prodak ingin penulis lahsanakan berdasar

dengan memadu padakan dengan pemikiran penulis bahwa seorang

tehnologi seperti unsur elektronik unsur desainer harus mampu membuat

hidrolik maupun unsur masinal sehingga prodok yang unik menarik serta

prodok tersebut mempunyai nilai lebih, mampu mencerminkan karakter

baik dilihat dari fungsinya maupun dilihat perancangnya.

dari bentuknya, pengolahan inspirasi itulah

penulis mencoba mengankat budaya


Produk fungsional yang digunakan
lokal jepara sebagai obyek
untuk kebutuhan hidup telaha banyak
penciptaan sebuah desain produk,
sekali ragam maupun jenisnya, dimulai
dalam pembuatan karya sebagai
dengan prodak yang sederhana maupun
pemikiran pokok adalah ornamen
prodak yang rumit dan komplek, dalam
jepara sebagai struktur bentuk Radio
penggunaan maupun pembuatanya
table. ornamen jepara adalah ornamen
karena prodak yang komplek
yang sudah umum dipakaioleh

tersebut biasanya mulai menambahkan masarakat jepara sebagai unsur hias,

fungsi prodok tersebut maupun bentuk biasanya ornamen jepara dibuat

prodak dengan memadu padakan dengan dengan menggunakan material kayu

39
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1
sehingga penulis berkeinginan untuk tabletersebut, sekuat apapun

merancang radiotable yang menggunakan konstruksinya, sebagus apapun

matrial kayu sebagai bahan utamanya bahannya jika tidak memiliki unsur

Untuk menciptakan karya desain keindahan pada ornamennya maka

produk yang berkualitas, baik kualitas tidak akan diminati oleh para

bentuk/model, konstruksi dan juga perlu konsumennya sehingga akan dapat

memikirkan bentuk yang akan ditampilkan mengurangi daya beli. Pada intinya

pada sebuah desain produk tersebut agar sebuah karya, aspek fungsi menempati

terlihat menarik dan mempunyai nilai porsi yang utama namun nilai

estetika yang tinggi dengan menggunakan keindahan, keunikan yang lainnya

ornament jepara namun agar lebih juga tidak boleh ditinggalkan termasuk

menarik ornamen jepara itu tidak lagi di kenyamanan, dan keamanan.

ambil secara utuh namun juga telah Perancangan

digubah/direvitalisasi sedemikian rupa Dalam pembuatan Radio

tanpa menghilangkan karakternya. Tablekreatifitas serta inovasi diperlukan,

Dalam perkembanganya sebuah untuk menciptakan produk yang mampu

produk desain tidak dapat terlepas dari memberikan kemudahan serta memenuhi

elemen-elemen seni secara umum. tuntutan pasar dan tuntutan gaya hidup,

Keindahan dan keserasian pada sebuah inovasi bentuk, penggunaan material yang

produk amatlah penting baik hanya tepat, kontruksi dan finishing mempunyai

sebagai unsur penunjang saja ataupun fungsi penting demi menunjang terciptanya

sebagai setruktur bentuk secara utuh, desain.

sentuhan-sentuhan estetis ornamen Desain yang akan ditampilkan

jepara pada produk Rado tableinisangat penulis perlu adanya pemikiran-

mempengaruhi daya beli konsumen pemikiran untuk mengkolaborasikan

dalam dengan desain bentuk lain, baik dilihat

pemasarannya dan sekaligus dapat dari stuktur bentuk, unsur hias maupun

menambah nilai finansial dari Rado kontruksi, sehingga terjadi pengolahan

inspirasi untuk menciptakan karya

40
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1
desain yang berkualitas. Dari pengolahan salah satunya furniture. ( Bagus A.

inspirasi itulah penulis mencoba Sriwarno, 1998 : 24 )

mengangkat radio table sebagai obyek Tinjauan radio berdasar sejarahnya

penciptaan sebuah produk desain, yang John Ambrose Fleming pada tahun 1904

nantinya diharapkan mampu menjadi menemukan bahwa tabung audion dapat

rujukan karya sejenis dimasa yang akan digunakan sebagai receiver nirkabel bagi

datang dan meningkatkan kualitas radio teknologi radio ini. Dua tahun

kayu yang telah ada sebelumnya yang kemudian LeedeForest menemukan

diciptakan oleh desainer maupun tabung elektron yang terbagi kepada tiga

perancang lain. unsur (triode audion). Penemuan tersebut

Tinjauan umum desain mampu menjadikan gelombang suara

Desain adalah kata serap dari ditransmisikan dengan sistim komunikasi

istilah disegno yaitu gambaran atau tanpa kabel . Namun sinyalyang diterima

perancangan yang dibuat oleh seniman masih terlalu lemah. Hinga tahun 1912
murni maupun seniman terapan sebelum Edwin Howard Armstrong
bekerja. Gambaran itu bisa berbentuk
menciptakanalat memperkuat isnyal
skets atau gambar yang telah terukur
radio yang disebut
skala, di dalam sejarah, makna kata
denganradio amplifier. Alat ini system
desain mempunyai perkembangan yang
kerjanya dengan cara menangkap
lebih luas artinya bukan sekedar
gelombang elektromagnetik dari
mendesain atau menciptakarya karya
transmisi radio serta memberikan sinyal
seni murni atau terapan saja namun

menjadi semua kegiatan pembuatan balik dari tabung. Dengan begitu

produk pakai untuk kebutuhan rumah kekuatan sinyal akan meningkat menjadi

tangga sehari-hari seperti alat dapur, alat 20.000 kali perdetik. Suara yang

elektronika, kain, baju, sampai bermacam diterima jauh lebih kuat sehingga dapat
keperluan manusia lainnya misalnya diperdengarkan secara langsungsehingga
otomotif, pesawat, produk pertanian dan
tidak perlu menggunakan earphone.

41
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1

Temuan tersebut menjadi penting dalam yang dijadikan ornamen mempunyai

sistem komunikasi radio dikarena lebih fungsi utama untuk memperindah

evektif berbanding alat terdahulu. prodak produk benda yang dihias. (Aryo

walaupun demikian hak paten atas Sunaryo, 03, 2009 ). Ornament

amplifier dimiliki oleh Dr. Lee deforest. nusantara terdapat bermacam-macam

Hingga sekarang radio amplifier masih mulai dari sabang sampai marauke.

menjadi teknologi utama pada pesawat Penambahan ornament pada

radio sebuah produk pada umumnya

Radio berdasar jenisnya diharapkan penampilannya lebih

1) Radio transitor adalah radio yang menarik, dalam arti estetis, dan oleh

karena itu menjadi bernilai. Yang


menggunakan batu batre
demikian itu berakibat meningkatnya
2) Radio listrik adalah radio
penghargaan terhadap produk benda
yangenerginya menggunakan listrik
bersangkutan, baik secara spiritual
3) Radio manual adalah radio yang
maupun material. Di samping itu, tidak
tombol penaturanya manual
jarang yang dibubuhkan pada suatu
4) Radio digital adalah radio yang
produk memiliki nilai simbolis atau
tombol pengaturanya digital mengandung maksud-maksud tertentu,

sesuai dengan tujuan dan gagasan


Tinjauan Umum Ornamen
pembuatnya, sesungguhnya ornament
Kata ornamen berasal dari bahasa
tidak dapat dipisahkan dari latar
latin, yang berarti menghiasi. Menurut
belakang sosial budaya masyarakat
Gustami (1980) ornamen ialah unsur
pendukungnya. Oleh karena itulah pada
produk keseni yang ditambahkan atau
umumnya memiliki tanda- tanda yang
secara sadar diciptakan sebagai
jelas serta berbeda antara yang satu
penghias. Bentuk-bentuk motif
dengan yang lainnya sesuai dengan

masyarakat pendukungnya, sebagai

42
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1
manifestasi dari sistem gagasan yang

menjadi acuannya.

Pengertian ornament nusantara bersifat khayal sudah tidak mampu,

menunjukkan bermacam bentuk ornamen dikenali kembali, perubahan bentuk motif

yang tersebar di berbagai wilayah tanah tersebut kemudian disebut bentuk

air, pada umumnya bersifat abstrak. (Aryo Sunaryo,14, 2009).

tradisional yang pada setiap daerah Bentuk geometris adalah motif

memiliki kekhasan sesuai dengan cita palingtua dalam ornamen dikarena sudah

rasa masyarakat setempat. Ornament dikenali sejak

nusantara merupakan keragaman dan zaman prasejarah. Ornamen geometris

kekayaan ungkapan kebudaya Indonesia memakai elemen –elemen rupa seperti

yang terdiri dari beribu pulau dan berpuluh garis dan bidang yang pada dasarnya

suku bangsa dengan ratusan bahasa bersifat abstrak yang artinya bentuknya

daerah. Di samping terdapat perbedaan- tidak dapat dikenali sebagai unsur alam.

perbedaan bentuk ornament yang Motif geometris berkembang dari unsur

terdapat berbagai jenis motif ornamennya, titik, garis, atau bidang yang berulang,

pola susunan yang setangkup, warna- dari yang sederhana sampai pola yang

warnanya, bahkan mungkin pada nilai rumit.

simbolisnya. Di samping bentuk abstrak-abstrak murni,

Tinjauan Umum Motif motif geometris adakalanya

Motif merupakan unsur pola pokok menggambarkan objek-objek tertentu,

suatu ornamen. Melalui motif, tema atau tetapi karena bentuknya sudah

ide dasar sebuah ornament bias dikenal sedemikian jauh mengalami pengubahan

karena bentuk motif umumnya sehingga sulit dikenali objek asalnya,

merupakan setilir atas bentuk alam. Akan maka motifnya menjadi tampak abstrak.

tetapi terdapat juga yang merupakan hasil Sebagai contoh misalnya motif

imajinasi semata, sebap Minangkabau itik pulang petang dari

sumatera barat.

43
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1
Hampir dari seluruh wilayah harus ditiru, melainkan sebuah acuan dan

nusantara dapat ditemukan inspirasi yang dapat mengarahkan para

ornamen motif produsan dalam menghasilakan produk

geometris. Rupa-rupanya motif geometris yang diterima pasar. Artikel” Perubahan

ini sebagian di antaranya merupakan Pola Pikir Masyarakat, Pengatahuan

warisan dan pengembanagan motif Trend dan Desain Virtualuxe 2013”(Irvan

geometris sebagian terdapat pada A.Noe’man, 2012:1).

peninggalan artefak kebudayaan Gaya adalah salah satu unsur awal dalam

prasejarah yang berasal dari kebudayaan mendesain mebel. Gaya-gaya yang

Dongson sudah hadir dapat memberikan motivasi

Tinjauan Ornamen jepara serta inspirasi kepada desainer untuk

Perkembangan desain terus merancang gaya mebel yang baru pada

mengalami perubahan mengikuti masa yang akan datang (Eddy S.Marizar,

kemajuan tekhnologi, gaya hidup, budaya 2005: 36).

dan status sosial. Desain muncul melalui Ornamen adalah hasil dari hasrat sang

gaya-gaya yang menjadi trend yang seniman untuk mengeksplorasi kenyataan

menjadikan pola pikir masyarakat kedalam bentuk abstrak serta geometris,

berkembang. seperti lengkungan sederhana berbentuk

Sebuah trend muncul berdasarkan bujursangkar meander atau perwujutan

fenomena yang terjadi dalam keseharian pohon-pohon yang melingkar atau

dunia, sehingga dapat mempengaruhi binatang yang lebih rumit bentuknya yang

pola pikir masyarakat dunia. Trend banyak ditemui dalam suatu karya seni

merupakan sebuah acuan dalam atau produk yang lain. Sensitivitas si

memahami kecenderungan selera senaiman sangat diperlukan, guna

pasar/konsumen di masa mendatang mengontrol harmonisasi garis-garis

yang dipengaruhi oleh berbagai iramnya, keseimbangan komposisi dan

kejadian/fenomena di dunia. Dalam hal sebagainya...dalam mengisi sesuatu

ini, trend bukan merupakan sesuatu yang bidang kriyawan membutuhkan kreativitas

untuk menentukan bagian isian bidang

44
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1
tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tangkai/Relung

Masih Tangkai relung (lung) dari ragam hias ukir

ditambah lagi, ukiran yang seperti apa Jepara berbentuk panjang dan melingkar.

yang sesuai dipakai untuk suatu Ukiran tangkai relung penampangnya

kegunaan. (Guntur. 2004: 6). berbentuk segi tiga.

Ornamen mempunyai peran yang Jumbai

banyak. Guna ornamen bias dilihat dari Jumbai adalah daun yang terbuka seperti

segi estetis, finansial/material dan filosofis kipas. lebar dan membentuk irama yang

serta sosial dan lain lain. (Mike Susanto. dinamis. Pada pangkal utama daun jumbai

2003: 82). biasanya terdapat 3 atau 5 buah (biasanya

Motif Ukir Jepara merupakan stilasi disebut buah wuni). Setiap ujung daun

dari bentuk tumbuhan menjalar. Ada motif ukir Jepara berbentuk runcing.

beberapa unsur khusus yang ada pada Trubusan

tumbuhan menjalar, diantaranya Trubusan pada ornament ukir Jepara

tangkainya kecil memanjang, daunnya terdapat dua macam :

lebar, serta pucuk daunnya runcing. a) Trubusan yang terdapat pada

Unsur tersebut digunakan dan distilasi sepanjang tangkai lung, yaitu

pada ornamen ukir Jepara, sehingga berbentuk daun.

terlihat di elemen-elemen ornamen ukir b) Trubusan yang terdapat dari ruas

Jepara yang terdiri dari : atau cabang, yang berbentuk buah

susun (buah yang berjajar

memanjang).

Bentuk perpanjang pada daun

ornamen ukir Jepara yang masih asli

dibuat berbentuk segi tiga timbul.

Tetapi perkembangan penampang

Gambar 1. Gambaar motif Jepara daun ornament ukir Jepara dibuat


(Sumber: dicopy
http://bloggazrorry.blogspot.co.id/2015/04/motif- dalam bentuk krawingan (cekung).
ukir-jepara.html)

45
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1
ornamenukir Jepara teramat bagus jika

dibuat kedalam bentuk krawangan

(tembus).

Pengembangan desain

Sketsa Awal

Sketsa awal merupakan tahap awal

dalam memvisualisasikan gagasan-

gagasan awal desain yang

diejawantahkan kedalam suatu bentuk

gambar sebagai pengejawantahan

gagasan/ide yang mampu menjadi

pemecahan masalah yang ada

dilapangan. Sketsa diperoleh berdasarkan Gambar 3: Seketsa Desain


(Sumber: Koleksi Penulis. 2020)
analisa studi lapangan dan studi literatur

yang kemudian ditarik

kesimpulan sebagai dasar

penciptaan produk

Gambar 3: Seketsa Desain


(Sumber: Koleksi Penulis. 2020)

Gambar 2: Seketsa Desain


(Sumber: Koleksi Penulis. 2020)

46
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1

Gambar Kerja

Gambar kerja berfungsi sebagai

acuan dalam membuat komponen pada

pengerjaan produk di bengkel kerja. Pada

gambar Kerja dicantumkan secara

lengkap seluruh keterangan obyektif

berupa notasi atau lambang-lambang

yang sesuai dengan aturan dan standar


Gambar 4: Seketsa Desain
(Sumber: Koleksi Penulis. 2020) gambar teknik. Dengan gambar kerja,

penulis mengharapkan mampu


Keputusan desain
mengejawantahkan tentang produk
Berdasarkan sketsa-sketsa
secara rinci dan gamblang agar
alternatif dengan melalui pertimbangan
mempermudah orang awam memahami
hasil analisa desain baik dari jenis bahan,
gambar.
bentuk, ukuran, fungsi, kontruksi dan

finishing yang digunakan penulis

mengambil desain terpilih, Alasan penulis

memilih desain sketsa ini adalah bentuk

paling estetis dan mampu mencitrakan

bentuk ornamen jepara secara utuh

Gambar 6: Gambar Kerja


(Sumber: Koleksi Penulis. 2020)

Gambar 5: Desain terpilih radio


(Sumber: Koleksi Penulis. 2020)

47
p-ISSN2615-4315
JurnalSULUH e-ISSN2615-3289
Vol.2 No.1
Perancangan Fasilitas Duduk, ITB.
Bandung

Guntur. 2004.Studi Ornamen sebuah


Pengantar.Surakarta. STSI press.

Gustami. ( 1980 ). Nukilan Seni Ornamen


Indonesia. STSRI Yogyakarta

http://bloggazrorry.blogspot.co.id/2015/04/
motif-ukir-jepara.html

Irvan A.Noe’man, (2012).Perubahan Pola


Pikir Masyarakat,
Pengatahuan Trend dan
Desain Virtualuxe.
Jakarta.

Marizar, S. Edy. 2005. Designing Furniture.


Gambar 7:Produk Jadi Radio Kayu
Yogyakarta: Media Pressindo.

(Sumber: Koleksi Penulis. 2020) Mike Susanto.(2003) Membongkar Seni


Rupa. Jendela.Yogyakarta.
Kesimpulan

Desain sebuah perabot yang

nantinya dipakai untuk semua kalangan

harus memperhatikan fungsii, estetis,

proporsi dan ergonomi. Radio dengan

motif jepara sebagai struktur bentuk dapat

memberikan pengetahuan kepada

pengguna untuk mengetahui ornamen

nusantara pada umumnya dan ornament

jepara pada khususnya. Serta mampu

menambah khasanah bentuk dan jenis

radio, dimana produkini tidak saja

mengutamakan

DAFTAR PUSTAKA

Aryo Sunaryo, (2009 ). Ornament nusantara.


UNNES Press, Semarang

Bagus A. Sriwarno, ( 1998 )


Pengantar Studi

48

Anda mungkin juga menyukai